Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus. Ini
tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan persentase yang sama.
Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan
harga umum batang secara terus – menerus selama satu periode tertent. Kenaikan yang terjadi
hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan
inflasi.
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang
sering digunakan untuk mngukur inflasi antara lain :
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluran untuk membeli sejumlah barang dan jasa
yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup.
Indeks perdangangan besar meniti beratkan pada sejumlah barang pada tingkat pedangangan
besar.
Inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga. Secara mendasar ini berhubungan
dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk
memperoleh barang tersebut.
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride
tertentu.
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat
perubahan harga secara umum.
Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode
sebelumnya.
Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak
menyebabkan harga secara umum naik.
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi
sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.
GNP Deflator
GNP deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks di atas, dalam
cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang mencangkup
dalam perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks di
atas GNP deflator diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku) dengan
GNP rill (atas dasar harga konstans).
Jenis-Jenis Inflasi
Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam satu negara
dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju inflasi maka dapta dibagi ke dalam tiga
kategori yaitu
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga
berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecit serta dalam jangka yang relatif lama.
ditantai dengan kenaikanharga yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta
mempunyai siat akselarasi (harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap
perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang merayap (creeping inflation)
Inflasi tinggi (hyper inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya harga – harga naik sampai 5 atau 6 kali.
Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan
tajam seingga ingin ditukarkan dengan uang sehingga perputaran uang semakin cepat dan
harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apa bila pemerintah mengalami
defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.
1. Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan pemintaan total (agregate demand), sedangkan
produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati
kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan
permintaan total disamping kenaikan harga dapt juga menaikkan hasil produksi (output).
2. Cost-push inflation
Berbeda dengan demand-pull inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan
harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul
biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply)
sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena
beberapa factor diantaranya :
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang
diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan
dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp.
500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan
pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi
melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong
terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan
alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu
anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap
distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang
terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka
pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.
Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan
bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat
seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun.
Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu kepada masyarakat :
Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). Salah
satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi
melalui dua cara pertama apabila seseorag memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro
kemudian yang kedua apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas
tetapi dalam bentuk giro.
Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasart terbuka
(jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan
perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
Kebijaksanaan Fiskal
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung
meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.
Kurva yang menunjukkan adanya hubungan negatif ini sering disebut kurva Phillips (sesuai
dengan nama penemunya). Kurva tersebut sejalan dengan keadaan yang terjadi di Inggris
pada periode 1861 – 1957. Tahun di mana tingkat pengganguran rendah adalah juga tahun
dalam mana tingkat kenaikan upah tinggi, dan sebaliknya tahun dalam mana pengangguran
tinggi, tingkat kenaikan upah rendah.
Implikasi Kebijaksanaan
Sampai pada akhir tahun 1950an masalah pokok kebijaksanaan makro ekonomi adalah
mencapai secara serentakkesetabilan harga serta kesempatan kerja yang tinggi. Namun
beberapa pemikiran pada waktu itu meragukan tercapainya kedua tujuan tersebut secara
bersama – sama. Kurva Phillips dapat menjelaskan keadaan pesimis ini. Kesetabilan harga
dan kesempatan kerja yang tinggi adalah dua hal yang tidak bisa terjadi bersama – sama.
Dasar Teori
Kurva Phillips diperoleh semata – mata atas dasar studi empirik, tidak ada dasar teorinya.
Lipsey pada tahun 1960 mencoba untuk mengisi dasar teorinya. Untuk tujuan ini dia
menggunakan sebagai dasar penjelasannya adalah teori pasar tenaga kerja. Dengan demikian,
natural rate of unemployment (UN) merupakan suatu tingkat pengangguran dalam mana
terdapat kesetabilan upah (W = 0).
Ada beberapa pernyataan Lipsey tentang kurva Phillips dengan menggunakan teori pasar
tenaga kerja menjadi dua yaitu pertama, penawaran dan permintaan akan tenaga kerja
menentukan tingkat upah, kedua tingkat / laju perubahan tingkat upah ditentukan oleh
besarnya kelebihan permintaan (excess demand) akan tenaga kerja.
Perkiraan (Expectation)
Masalah perkiraan atau ekspektasi ini muncul pada pertengahan tahun 1970an dan
merupakan angin segar pada perkembangan ekonomi makro. Adanya trade-offantara inflasi
dan unemployment dipertanyakan. Krisis minyak yang terjadi pada pertengahan tahun
1970an menimbulkan apa yang disebut stagflasi (stagnasidan inflasi), inflasi dan
unemployment naik secara bersama – sama.
Sebelum pertengahan tahun 1970an teori yang dominan dalam penyusutan ekspektasi ini
adalah adaptive. Menurut teori ini harga yang diperkirakan akan terjadi (expected price)
didasarkan pada harga yang telah lalu. Apabila harga perkiraan sekarang tidak sama dengan
harga yang betul – betul terjadi (actual price) saat ini, maka individu akan menggunakan
kesalahan dalam perkiraan ini untuk memperbaiki perkiraannya di masa yang akan datang.
Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). salah
satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat terjadi
melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk
giro. Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi
dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua sifatnya lebih inflatoir dari cara
pertama. Sebab cara pertama hanyalah mengalihkan bentuk saja dari uang kas ke uang giral.
Kebijaksanaan Fiskal
Kenaikan output dapat memperkecil kenaikan laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat
dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang
cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan
harga.
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu
untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga
naik, maka gaji/upah juga dinaikkan.
Contoh Inflasi
Contoh Kasus :
Di tengah tekanan krisis ekonomi global, Indonesia mencatat rekor baru rendahnya angka
inflasi dalam kurun satu dekade terakhir ini. Inflasi diperkirakan akan berada pada kisaran
angka 2-3 persen atau bahkan di bawahnya, jauh di atas asumsi makro APBNP 2009 sebesar
4,5 persen. Bila melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi year on year (Desember
2009 terhadap Desember 2008) sebesar 2,78 persen.
Ini adalah inflasi terendah sejak tahun 1999 yang tercatat 2,01 persen. Namun rendahnya
inflasi 1999 lebih karena sangat tingginya inflasi yang terjadi 1998 dan anjloknya daya beli
masyarakat saat krisis moneter. Inflasi 2009 ini memang terhitung jinak. Setelah mengalami
lonjakan inflasi 1,05 persen pada September akibat Ramadhan dan Lebaran, inflasi Oktober
melandai ke level 0,19 persen. Kemudian BPS mencatat terjadinya deflasi ketiga tahun ini,
pada bulan November sebesar 0,03 persen. Sehingga mengapa inflasi menjadi rendah ?
Penyelesaian :
Deflasi terjadi karena dorongan eksternal yakni turunnya harga-harga barang di hampir
seluruh belahan dunia. Dengan terjadinya deflasi ini maka laju inflasi secara year on year
turun sebesar 2,41 persen. Sementara inflasi dari Januari sampai November 2009 sebesar 2,45
persen. Angka inflasi 2,45 persen ini jauh berada di bawah target pemerintah dalam
.Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2009 yang sebesar 4.5
persen Rendahnya inflasi tersebut selain karena tidak adanya kenaikan harga domestik,
disebabkan rendahnya tekanan inflasi dari luar.
Rendahnya inflasi juga disebabkan tingginya inflasi pada tahun sebelumnya akibat adanya
krisis. Pada 2008, inflasi di Indonesia tercatat sebesar 11,06 persen.Padahal waktu yang
tersisa hanya tinggal sedikit. Rendahnya inflasi ini karena sampai dengan sekarang belum ada
indikasi yang membuat pemerintah harus menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
Berdasarkan berbagai pengalaman, kenaikan BBM ini memberikan dampak multiplier effect
yang cukup besar bagi kenaikan harga barang.
Selain itu, harus diakui rendahnya angka inflasi sangat dipengaruhi dari faktor eksternal,
yakni melemahnya laju perekonomian dunia yang membuat harga bahan bakar minyak
menjadi turun. Banyak perusahaan besar multinasional mengurangi produksinya sejak krisis
ekonomi yang terjadi pada 2008 lalu. Hal ini membuat tekanan harga didalam negeri tidak
terlalu besar.
Pengamat perminyakan, Kurtubi, mengingatkan, pada 2010 hampir pasti harga minyak akan
berada di atas 65 dolar AS per barel. Bahkan bisa jauh lebih tinggi dari 71 dolar AS per barel,
yaitu batas toleransi pemerintah yang diberikan oleh DPR untuk menaikkan harga BBM.
Tidak menuntut kemungkinan batas psikologis 100 dolar AS juga bisa ditembus kembali.
Pada saat itulah baru akan diuji kemampuan kerjasama keduanya, terutama BI untuk
mengendalikan inflasi.
Selain minyak, faktor makro lainnya yang juga cukup berpengaruh terhadap inflasi yakni
nilai tukar rupiah. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan, Anggito
Abimanyu, mengatakan, rupiah yang berada di bawah level Rp 10 ribu per dolar AS
membuat imported inflation cukup terkendali sehingga harga barang-barang impor tidak
menambah beban inflasi dalam negeri. Bila suatu ketika terjadi depresiasi rupiah yang cukup
tajam terhadap mata uang asing, maka ini akan menyebabkan bertambahya beban biaya yang
harus ditanggung produsen.
Baik itu untuk pembayaran bahan baku dan barang perantara ataupun beban utang luar negeri
akibat ekspansi usaha yang telah dilakukan. Hal itulah yang terjadi pada tahun 1998, nilai
tukar rupiah anjlok dari Rp 2.909 per dolar AS (1997) menjadi Rp 10.014 per dolar AS.
Inflasi kemudian melompat menjadi 77,63 persen.
Angka yang cukup mengerikan. Melihat kedua faktor (rupiah dan minyak) tersebut,
pemerintah dan BI harus tetap waspada dengan kemungkinan tekanan yang terjadi pada 2010.
Tekanan terhadap ekonomi akan semakin besar seiring dengan pemulihan ekonomi global.
Permintaan terhadap minyak dunia akan semakin besar sehingga membuat harga minyak
akan tinggi kembali.
Satu sisi lain yang tidak dapat dipungkiri, selama 2009 ini, ter-kereknya angka inflasi sangat
dipengaruhi erat oleh harga pangan. Pada September lalu inflasi mencapai angka yang
tertinggi di 2009 menembus hingga 1,05 persen. Di antaranya bahan makanan menyumbang
0,53-persen. Kontribusi terbesar dari cabai merah yang sampai dengan 0,21 persen.
Namun, kenaikan umumnya masih bersifat musiman seiring dengan peningkatan permintaan
di bulan puasa dan lebaran. Walaupun begitu faktor iklim dan cuaca juga sangat
mempengaruhi. Inflasi pangan ini harus di-wasapai karena masalah pangan merupakan suatu
hal yang pelik. Di sisi lain hal ini merupakan oportunity, kenapa kita tidak mempercepat
produksi pangan.
Pengertian Deflasi
Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan
nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat
banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya
jumlah uang yang beredar. Ada pula deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan
terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang berada di masyarakat.
Keterangan:
Jenis-Jenis Deflasi
Deflasi Strategis
Deflasi ini terjadi akibat diterapkannya kebijakan pengontrolan terhadap gejala konsumsi
berlebihan untuk mengatasi kenaikan harga pasar.
Deflasi Sirkulasi
Deflasi ini terjadi pada masa transisi dari kemakmuran ekonomi menjadi kemerosotan
ekonomi, akibat ketidakseimbangan antara daya produksi dan konsumsi. Gejala ini
mendorong penurunan harga penjualan pasar dalam resesi ekonomi, akibat semakin
kurangnya jumlah kebutuhan terhadap barang-barang ekonomis yang berlebihan.
Penyebab Deflasi
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab deflasi :
Kadang kala produksi barang tidak bisa di bendung apabila permintaan barang
meningkat.Produsen cenderung terus meningkatkan produksinya pada saat kondisi seperti
itu.Jika jumlah barang yang diproduksi tersebut tidak habis terjual kepada konsumen dan
produksi tetap dilakukan sedangkan permintaan akan barang semakin berkurang maka akan
dapat meningkatkan jumlah persediaan barang di masyarakat akibatnya harga barang tersebut
semakin menurun karena jumlahnya banyak.
Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan produksi tetap dilakukan maka
cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat harga barang yang bersangkutan.
Dampak Deflasi
1. Deflasi dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di masyarakat dan membuat
pasar Investasi (Saham) akan mengalami kekacauan.
2. Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, konsumen memiliki kemampuan
untuk menunda belanja mereka lebih lama lagi dengan harapan harga barang akan
turun lebih jauh. Akibatnya aktivitas ekonomi akan melambat dan memberikan
pengaruh pada spiral deflasi (deflationary spiral).
3. Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak pekerja yang
akhirnya mengalami PHK karena pemiliki bisnis tidak sanggup membayar gaji
karyawannya. Dengan demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi
sedikit dan jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin berkurang.
4. Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di sektor riil
maupun di lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat kelesuan ekonomi
dikarenakan tidak ada lagi aktivitas bisnis yang berjalan.
5. Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu negara menjadi nol persen. Lalu
diikuti juga dengan turunnya suku bunga pinjaman di bank.
Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak pekerja yang
akhirnya mengalami PHK karena pemiliki bisnis tidak sanggup membayar gaji
karyawannya. Dengan demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi
sedikit dan jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin berkurang.
Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di sektor riil
maupun di lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat kelesuan ekonomi
dikarenakan tidak ada lagi aktivitas bisnis yang berjalan.
Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu negara menjadi nol persen. Lalu
diikuti juga dengan turunnya suku bunga pinjaman di bank. Ini memang merupakan
langkah paliatif untuk mencegah masyarakat menyimpan uangnya di bank yang dapat
membuat peredaran uang semakin kecil.
Selain itu juga ada dampak positif dan negatif dari deflasi adalah sebagai berikut.
1. Baik, deflasi akan membuat orang menyimpan uang sehingga uang benar-benar
dihargai dan jaminan keamanan sosial politik. Orang akan banyak berinvestasi
langsung dan ketersediaan barang terjamin. Akibatnya nilai mata uang akan menguat.
2. Buruk. deflasi akan membuat jatuh nilai properti. Orang lebih suka mendepositokan
uangnya di bank atau pasar modal daripada beli properti yang tidak naik. Karena
harga terus turun maka produsen cenderung kurang berminat memproduksi barang.
Kesempatan kerja berkurang karena banyak PHK. Pajak tidak dapat ditarik oleh
pemerintah sehinga pendapata negara berkurang. Kegiatan perekonomian secara
keseluruhan mengalami kemunduran.
Dalam jangka waktu lebih lama orang tersebut akan tidak dapat berjalan sama sekali
berhubung otot sudah terlalu lemah untuk digunakan. Apabila keadaan ini justru didiamkan,
bukan tidak mungkin akan mengalami kelumpuhanselamanya.
Hal ini parallel dengan inflasi. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan melatih
kembali otot-otot yang sudah lama tidak digunakan. Meski memakan waktu lama, hal ini
adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kekuatan otot yang melemah. Dengan kata
lain untuk mencegah deflasi menjadi krisis ekonomi besar, pemerintah dan semua pihak yang
terkait harus bersepakat untuk memulai kembali kegiatan ekonomi yang sempat terhenti
karena salah urus tersebut. Tentu saja ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Lazim dikatakan oleh para analis eknonomi bahwa deflasi merupakan kondisi krisis moneter
yang sebenarnya tidak memiliki obat yang efektif. Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat
menaikkan suku bunga untuk menahannya, menurunkan suku bunga bahkan hingga nol
persen bukanlah jalan keluar bagi deflasi. Pasalnya ini akan membuat pemasukan pemerintah
menjadi nol juga atau bahkan negative. Akibatnya, biaya impor menjadi terbebani sementara
ekspor tidak menunjukkan kenaikan signifikan berhubung melemahnya mata uang
disebabkan oleh aksi spekulan semata-mata.
Cara yang paling lazim digunakan adalah memberikan stimulus ekonomi berupa bantuan
likuiditas ke sektor bisnis. Dengan demikian diharapkan kegiatan ekonomi kembali berputar.
Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan belanjanya sendiri untuk
menggairahkan perekonomian. Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat meningkatkan
peredaran uang di masyarakat dengan membeli surat hutang sektor swasta dan
menukarkannya dengan uang tunai.
Selain itu, juga dapat dilakukan dengan memotong suku bunga. Namun seperti dijelaskan di
atas, memotong suku bunga bukanlah jalan keluar yang sesungguhnya tetapi hanya sekedar
pengobatan sementara untuk menggairahkan ekonomi dan mengharapkan harga bergerak
naik dengan sendirinya.
Selain itu kebijakan moneter dan fiskal juga dapat di terapkan oleh pemerintah.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter
biasanya bank sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi
perubahan jumlah uang yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan
ekonomi masyarakat.Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu :
Politik Diskonto
Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi peredaran
uang dengan jalan menurunkan tingkat bunga.Dengan menurunkan tingkat bunga diharapkan
jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah ,karena orang akan lebih banyak
menarik uangnya di Bank dari pada menjalankan investasi.
Untuk memperkuat politik diskonto,kebijakan lain juga di jalankan yaitu dengan politik pasar
terbuka (open market policy) yaitu dengan jalam membeli atau menjual surat-surat
berharga.Dengan membeli surat-surat berharga di harapkan uang yang beredar di masyarakat
bertambah,sehingga uang yang beredar dimasyarakat semakin bertambah.
Bank sentral pada umumnya menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan minimum
antara uang tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro dan
sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.Pada saat deflasi pemerintah
akan mengurangi persediaan uang kas.Sehingga uang kas yang beredar di masyarakat akan
semakin meningkat.
Perubahan cadangan minimum yang dimiliki oleh bank-bank umum dapat mempengaruhi
jumlah uang yang beredar.Apabila ketentuan cadangan minimum diturunkan ,jumlah uang
yang beredar cenderung naik dan sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan jumlah uang
yang beredar cenderung turun.Jadi pada saat deflasi pemerintah lewat bank sentral akan lebih
baik menurunkan cadangan minimum.
Kebijakan Fiskal
Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan penggunaan
anggaran negara agar sesuai dengan perencaan. Kalau pembelajaan negara melampui batas
yang telah ditentukan akan mendorong terjadinya pertambahan uang yang beredar di
masyarakat. Meski demikian diharapkan pembelanjaan negara tidak melampui batas yang
telah ditentukan.
Saat terjadi deflasi uang beredar sedikit dimasyarakat. Jumlah uang beredar tersebut dapat
ditambah dengan jalan menurunkan tarif pajak. Jika tariff pajak diturunkan uang yang
dibelanjakan oleh masyarakat cenderung meningkat. Sehingga dengan demikian uang akan
lebih banyak kemasyarakat.
Pemerintah dapat mengadakan pinjaman pemerintah baik dengan jalan paksaan ataupun
tidak,untuk menambah uang yang beredar di masyarakat. Cara yang paling ampuh dilakukan
untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan mencairkan simpanan yang dimiliki
oleh masyarakat yang ada di bank lebih banyak.Jika, dalam keadaan deflasi.
Kebijakan Non-Moneter
Kebijakan Upah
Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji sering
dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli.Hal ini pada
akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan.Apabila hal ini
terjadi,maka akan menimbulkan inflasi. Jadi untuk kebijakan ini resiko yang harus dihadapi
cukup besar karena sedikit saja mengalami kesalahan inflasi akan membayangi.