Tantri:Aku jadi makin penasaran. Jawabannya ada di ruangan ini. (sambil menunjuk ruang BK
Ibu Rosidah:Ada yang bisa ibu bantu? Kalian sampai ke ruangan ibu di jam istirahat begini.
Tantri:Begini bu, langsung saja ke topik pembicaraan yang ingin kami utarakan. Saya ingin
bertanya soal Eross. Akhir-akhir ini ia berubah menjadi lebih pendiam, pemurung, dan
Bu Rosidah :Hmm, sebenarnya ibu sudah menangkap maksud kalian menemui ibu sebelum
kalian mengutarakannya. Sebenarnya Eross meminta ibu untuk merahasiakan ini kepada
siapapun, termasuk kalian. Tapi ya sudahlah, ibu percaya karena kalian ini adalah sahabat
terdekat Eross.
Bu Rosidah :Saat ini Eross tengah dirundung masalah perekonomian keluarga yang cukup pelik.
Sudah hampir setahun ayahnya tidak bekerja. Karena perusahaan di tempat ayah Eross bekerja
gulung tikar. Sementara kebutuhan hidup semakin bertambah dan menuntut agar bisa
terpenuhi. Kesulitan perekonomian tersebut berimbas pada masalah lain diantaranya adalah
sulitanya keluarga Eross untuk membayar uang sekolahnya dan juga adik-adiknya.
Tantri:Hmm, begitu ya bu? Sudah berapa bulan Eross tidak membayar uang sekolahnya bu?
Bu Rosidah:8 bulan Tantri. Sekolah sudah memberikan keringanan batas waktu pembayaran
berkali-kali. Akan tetapi untuk saat ini, sulit bagi kami untuk mempertimbangkan
Fadli:Apa tidak ada solusi lain bu, seperti misalnya beasiswa dan lain sebagainya?
Bu Rosidah:Ibu rasa sangat sulit Fadli, Sekolah di tahun ini tidak menganggarkan beasiswa
Tantri:Begini bu, saya ada usulan. Bagaimana kalau sekolah menerapkan sistem subsidi silang.
Besaran SPP disesuaikan dengan pendapatan orang tua wali. Masalah teknis saya serahkan
Bu Rosidah :Masya Allah, ide mu cemerlang sekali Tantri. Kalau soal itu ibu bisa membawa ide
Dhani:Kalau bisa secepatnya bu. Eross tidak bisa menunggu lebih lama lagi kan?
Bu Rosidah: Ibu janji akan membantu kalian dan juga Eross, sesegera mungkin.
Fadli:Dhani, Tantri, dan Eross. Kita semua dipanggil untuk menghadap ibu Rosidah di
ruangannya.
Fadli:Sudah, ayo segera menghadap. Aku khawatir beliau akan marah kalau kita tidak cepat.
Keempat sahabat itu berjalan cepat menuju ke ruang BK. Sesampainya di ruangan Bu Rosidah
Bu Rosidah:Ya Tantri, silahkan duduk. Ada yang ingin ibu sampaikan kepada kalian, terutama
pada Eross.
Eross:Menyangkut saya bu? Oh iya, mengenai SPP sekolah. Ayah saya berjanji akan segera
melunasinya begitu dapat uang pinjaman. Saya mohon izinkan saya untuk tetap bersekolah di
sini bu!
Bu Rosidah:Tenang dulu Eross. Ibu akan menyampaikan kabar gembira kepada kamu dan
teman-temanmu. Begini, dua minggu lalu Tantri mengusulkan sebuah ide cemerlang yakni suatu
konsep subsidi silang pembayaran SPP. Pembayaran SPP tersebut besarannya disesuaikan
dengan pendapatan orang tua / wali murid. Hal ini memungkinkan siswa tidak mampu untuk
tetap bisa bersekolah. Bahkan diantara mereka ada beberapa yang tidak diwajibkan membayar
uang SPP. Nah, salah satu siswa tersebut adalah Eross. Kamu juga tidak perlu membayar SPP
beberapa bulan lalu yang menunggak. Pihak sekolah telah membebaskan tunggakan SPP-mu
Bu Rosida :Ya, bersyukurlah pada Allah dan berterima kasihlah pada sahabat-sahabatmu yang
peduli kepadamu. Fadli, Dhani, dan Tantri telah berupaya membantu kamu sejauh ini.
Eross:Terima kasih Dhan, Fadli. Maaf selama ini aku tidak menceritakan hal ini kepada kalian.
Aku malah menghindar dari kalian. (sembari memeluk Fadli dan Dhani)
Dhani:Sudahlah kawan, jangan dipikirkan! Bukankah kita ini teman? (menangis haru)
Fadli:(menangis haru sambil menepuk-nepuk pundak Eross, tidak berbicara sepatah kata pun)
Tantri :(menangis sambil terus menerus mengusapkan lembaran tisu untuk menyeka air mata
harunya).
Setelah urusan keempat sahabat itu selesai, mereka meninggalkan ruang BK dengan mata
berkaca-kaca. Mereka pun kembali ke kelas dengan perasaan lega karena permasalahan telah