Anda di halaman 1dari 8

PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN:

GAMBARAN PERLAWANAN TERHADAP PATRIARKI


DI RUANG TRADISI PESANTREN DI JAWA TIMUR

PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN:


RESISTANCE TOWARD PATRIARCHY SYSTEM
IN THE SPACE OF TRADITION OF PESANTREN IN EAST JAVA

Aquari Mustikawati
Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur
E-mail: sunburn­_4s@yahoo.co.id

ABSTRACT
Abidah El Khalieqy is known as a writer with feminism concept. She tries to deconstruct patriarchy
system. In her novel Perempuan Berkalung Sorban, she reflects differences of gender discrimination in pesantren
community. This research tries to reveal woman resistances toward patriarchy system in the space of tradition and
pesantren of the novel. To analize data of the research, qualitative approach and descriptive method are used. The
resistance indicates that patriarchy system in tradition space and pesantren space are women’s rights problems to
equal with men.
Keywords: Patriarchy, resistances, tradition, feminism, pesantren

ABSTRAK
Sebagai pengarang yang mengusung feminisme, Abidah El Khalieqy berusaha mendekonstruksi sistem pa-
triarki. Dalam novelnya yang berjudul “Perempuan Berkalung Sorban”, ia mengungkapkan perbedaan perlakuan
gender yang terjadi dalam lingkungan pesantren. Penellitian ini berusaha mengungkapkan perlawanan yang
dilakukan seorang wanita terhadap sistem patriarki di ruang tradisi dan pesantren novel Perempuan Berkalung
Sorban. Analisis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan bersifat deskriptif. Gambar­
an perlawanan Annisa (tokoh dalam novel Perempuan Berkalung Sorban) menunjukkan bahwa sistem patriarki di
ruang tradisi dan pesantren tradisional merupakan permasalahan wanita yang hidup di dalamnya.
Kata Kunci: Patriarki, perlawanan, feminisme, tradisi, pesantren

PENDAHULUAN lingkungan masyarakat dan pesantren di daerah


Jawa Timur membuatnya memiliki pemahaman
Permasalahan perbedaan perlakuan gender dalam kehidupan pesantren yang cukup kental. Hanya
masyarakat dapat ditemukan di ruang mana saja, pemikirannya yang cenderung mendobrak
saja. Usaha dekonstruksi terhadap diskriminasi pemikiran masyarakat tradisional yang mengu-
perlakuan gender dilakukan untuk mendapatkan sung patriarki membuatnya dianggap menentang
perlakuan yang lebih adil dan masuk akal sesuai pemikiran konservatif yang sudah tertata dalam
dengan logika manusia. Salah satu contohnya lingkungan masyarakat dan pesantren. Paham
adalah usaha dekonstruksi yang dilakukan Abidah feminisme yang diusungnya dianggap menentang
El Khalieqy melalui karya-karyanya. ajaran-ajaran dalam Islam. Di kalangan sebagian
Abidah El Khalieqy dikenal sebagai peng­ para ulama, Abidah dianggap telah melakukan
usung feminisme dalam karya-karyanya. Latar penghinaan terhadap agama dan ulama melalui
belakangnya yang sebagian besar dihabiskan di karya-karyanya yang dinilai vulgar.1 Akan tetapi,

| 93
pujian untuk Abidah berasal dari Melani Budianta menganut tradisi patriarki. Oleh sebab itu, tradisi
dan Gadis Arivia dalam sebuah seminar bedah patriarki juga ditemukan dalam novel Perempuan
buku karya Abidah sebagai pemenang Sayem- Berkalung Sorban yang berlatar tempat daerah
bara Novel oleh DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) Jawa Timur.
tahun 2003. Mereka beranggapan bahwa Abidah Sementara itu, definisi pesantren menurut
menulis tentang isu perempuan dengan sangat Kuntowijoyo5 merupakan lembaga pendidikan
serius. Selain itu, Manneke Budiman2 juga menilai dan lembaga sosial yang tidak saja tumbuh di
bahwa karya-karya Abidah jauh lebih kompleks pedesaan, tetapi juga di perkotaan yang jumlah
dan berbobot dibandingkan novel-novel lain penduduknya semakin meningkat dari tahun
yang berupaya lebih konsisten dan setia dengan ke tahun. Sebagai lembaga pendidikan dan
ajaran Islam. lembaga sosial, pesantren memegang peranan
Melalui karya-karyanya, Abidah berusaha penting dalam perkembangan dan pembangunan
mendekonstruksi sistem patriarki yang terdapat bangsa. Sudah sepantasnya, apabila pesantren
di ruang tradisi dan pesantren. Abidah berusaha dapat menciptakan manusia yang berkualitas di
menyuarakan suatu bentuk feminisme yang bidang mental, keterampilan, dan spiritual bagi
berdasarkan agama Islam. Dia memercayai santrinya, baik laki-laki maupun perempuan.
agama yang berasal dari Allah diturunkan untuk Permasalahan dalam penelitian ini adalah
kemaslahatan kehidupan manusia termasuk kaum bagaimana gambaran perlawanan patriarki yang
perempuan. Menurutnya, permasalahannya dilakukan oleh tokoh Annisa di ruang tradisi
berasal dari budaya dan pemahaman agama pesantren di Jawa Timur?
yang keliru. Pemahaman terhadap agama tidak
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan
perlu ditambahi hal-hal yang dapat menimbulkan
gambaran perlawanan yang dilakukan An-
persepsi yang berbeda, terutama yang merugikan
nisa terhadap sistem patriarki di ruang tradisi
perempuan.
pesantren di Jawa Timur. Sementara itu, manfaat
Oleh karena itu, melalui karya-karyanya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi-
Abidah berusaha menyampaikan konsep yang kan gambaran tentang sistem patriarki yang
lebih arif bagi masyarakat. Salah satu novel terjadi di ruang tradisi pesantren di Jawa Timur.
Abidah yang memperlihatkan upaya dekonstruksi Selanjutnya, diharapkan penelitiaan ini dapat
gender adalah Perempuan Berkalung Sorban.3 menjadi bahan pemikiran bagi masyarakat di
Tokoh utama dalam novel tersebut adalah perem- lingkungan pesantren yang memiliki pemikiran
puan yang berani menyuarakan protesnya atas konservatif dalam menerapkan sistem patriarki
ketidakadilan yang diterimanya sejak ia masih di lingkungannya.
kecil di lingkungan keluarganya. Ia melawan
sistem patriarki yang mengonstruksi dirinya di
ruang tradisi pesantren di Jawa Timur. METODE PENELITIAN
Tradisi merupakan suatu kebiasan yang Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan
telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian bersifat deskriptif. Metode kualitatif digunakan
dari kehidupan suatu kelompok masyarakat untuk menggali sumber informasi dan data primer
secara turun-temurun. 4 Sifatnya kontinuitas yang berasal dari teks sastra (novel Perempuan
dan dilakukan terus-menerus sesuai dengan Berkalung Sorban). Kemudian dilengkapi dengan
yang dilakukan oleh generasi sebelumnya. Oleh data sekunder yang didapat dari studi pustaka
sebab itu, sering kali tradisi dianggap sebagai lainnya yang mendukung proses penelitian yang
sesuatu yang sakral dan dianggap benar. Pada dilakukan. Data-data tersebut kemudian diolah
kenyataannya, banyak sistem tradisi yang tidak dengan tiga cara, yaitu (1) reduksi data; (2)
lagi relevan dengan kehidupan masyarakat bahkan penyajian data; dan (3) verifikasi data.6 Proses
menyimpang dari tatanan kemanusiaan. Tradisi analisis dapat diuraikan sebagai berikut.
sebenarnya merupakan bagian dari budaya ma- 1) Reduksi data dilakukan dengan jalan
nusia yang mengandung unsur subjektivitas yang membuat abstraksi. Abstraksi tersebut
tinggi. Daerah Jawa, termasuk Jawa Timur juga dilakukan sebagi rangkuman inti yang berisi

94 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


proses kerja, data primer yang merupakan Teori lain yang digunakan adalah kritik
bagian-bagian novel, dan data sekunder yang sastra feminis. Kritik sastra feminis merupakan
akan membimbing peneliti dalam penulisan. salah satu interdisipliner kajian perempuan, yang
Selanjutnya, mengelompokkannya dalam meneliti bagaimana kaum perempuan ditampilkan
satuan-satuan. Satuan-satuan tersebut dan bagaimana teks tersebut membahas hubungan
dikategorisasikan pada langkah berikut- gender dan perbedaan jenis kelamin.9 Kritik sastra
nya. Kategori-kategori tersebut meliputi feminis dalam penelitian ini dioperasionalkan
pengelompokan teks-teks data primer yang dengan memfokuskan pada gambaran perlawanan
berisis perlawanan terhadap patriarki yang terhadap sistem patriarki yang dilakukan oleh
dilakukan oleh Annisa. Selanjutnya kategori Annisa berkaitan dengan diskriminasi perlakuan
terhadap data sekunder yang terdiri atas gender yang diterimanya sejak kecil.
data-data studi pustaka yang berisi teori-teori Connell10 menyebutkan bahwa pengertian
feminisme yang mendukung analisis data gender berbeda dengan seks. Seks adalah
primer. fakta biologis, pembeda antara laki-laki dan
2) Penyajian data dilakukan dengan analisis perempuan. Adapun gender adalah fakta sosial,
data kemudian dilanjutkan dengan pem- pembeda antara peran maskulin dan feminin
bahasan yang dikuatkan dengan teori-teori atau kepribadian (personality) laki-laki dan
yang berasal dari data sekunder. perempuan. Dengan demikian gender adalah
3) Verifikasi data dilakukan setelah meng­ suatu konsep sosial yang diciptakan manusia dan
hubungkan data primer dengan data sekunder bersifat subjektif.
dengan cara mengaitkan teori-teori yang ada
Ada beberapa penelitian tentang feminisme
untuk membuktikan adanya pelawanan
dalam Perempuan Berkalung Sorban. Penelitian
terhadap sistem patriarki yang dilakukan
tersebut, antara lain adalah ”Ketidakadilan Gender
oleh Annisa dalam novel Perempuan
dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban”
Berkalung Sorban.
karya Putri Diah Ningrum (tesis, Universitas
Sementara itu, pendekatan yang digunakan
Muhammadiyah Surakarta, 2009) yang meng-
untuk menganalisis hubungan tokoh-tokoh dalam
gunakan pendekatan gender dan nilai pendidikan.
novel Perempuan Berkalung Sorban ini menggu-
Penelitian lainnya adalah karya Susanto dengan
nakan pendekatan sosiologis. Pendekatan tersebut
judul ”Novel Perempuan Berkalung Sorban
menjelaskan cara-cara manusia menyesuaikan diri
karya Abidah El Khalieqy dan Novel Pintu
di lingkungannya dengan aturan-aturan tertentu.
karya Fira Basuki (Kajian Intertekstualitas dan
Pendekatan ini juga dilakukan untuk mengamati
Nilai Pendidikan)”. Penelitian ini merupakan
perubahan-perubahan sosial yang terjadi secara
sebuah tesis Program Studi pendidikan Bahasa
berangsur-angsur maupun secara revolusioner
Indonesia, UNS, 2009. Penelitian ketiga adalah
dengan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh
karya Woro Tri Marheningsih dengan judul
perubahan tersebut.7
”Kajian Novel Perempuan Berkalung Sorban
Landasan teori yang digunakan untuk
dan Geni Jora karya Abidah El Khalieqy (Kajian
membedah proses perlawanan yang dilakukan
dengan Pendekatan Gender dan Nilai Pendidikan).
Annisa adalah teori dekonstruksi feminisme.
Penelitian ini merupakan tesis yang disusun
Teori dekonstruksi disuarakan pertama kali oleh
sebagai syarat tesis Program Studi pendidikan
Jacques Derrida yang menolak adanya logosentris
Bahasa Indonesia, UNS, 2010. Ketiga penelitian
atau fonosentris yang melahirkan oposisi biner.8
tersebut menggunakan pendekatan feminisme
Opisisi biner memiliki kecenderungan bahwa
untuk mengkaji perilaku tokoh utama dalam
unsur yang pertama merupakan pusat. Hal itu
Perempuan Berkalung Sorban. Namun, ketiganya
berarti bahwa unsur yang kedua menjadi marginal,
tidak menyebutkan tentang perlawanan tokoh
pelengkap, dan lain-lain. Unsur maskulin dianggap
Annisa dalam ruang tradisi dan pesantren. Oleh
dominan dibanding feminin. Teori dekonstruksi
sebab itu, penelitian ini berusaha mengutarakan
feminisme bekerja dengan cara mendekonstruksi
perlawanan Annisa terhadap sistem patriarki
dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam
dalam ruang tradisi dan pesantren.
novel Perempuan Berkalung Sorban.

Perempuan Berkalung Sorban ... | Aquari Mustikawati | 95


HASIL DAN PEMBAHASAN laki-laki, mampu memiliki anak dan merawatnya,
dan mampu bekerja di sektor rumah tangga. Selain
Tokoh Annisa
ketiga kompetensi tersebut, perempuan dilarang
Perempuan Berkalung Sorban adalah sebuah untuk berperan di tempat lain.
novel yang bercerita tentang seorang anak
Annisa adalah perempuan yang berani
perempuan bernama Annisa yang tinggal di dalam
melawan tradisi patriarki yang telah merugikan-
lingkungan pesantren. Ayahnya adalah seorang
nya. Perlawanan tersebut dilakukan Annisa
pemilik pesantren di daerah Jawa Timur. Annisa
dengan cara membuktikan bahwa ia juga memiliki
merupakan seorang gadis yang kritis dalam me-
kemampuan yang lebih yang tidak dimiliki kedua
nilai setiap persoalan yang dihadapinya. Ia selalu
kakaknya. Ia berusaha belajar qiraah, ilmu nafwu,
membandingkan perlakuan yang diterimanya
sharaf, dan berusaha mengkhatamkan Al Quran
dengan perlakuan yang diterima kedua kakak
agar kedua orangtuanya bangga seperti mereka
lelakinya. Sebagai seorang anak perempuan yang
bangga pada kedua kakaknya.
merasa diperlakukan tidak adil oleh tradisi patri-
arki dalam keluarga dan pesantren, dia mencoba Jika aku telah menguasai irama bayati, husaini,
menggugat dan melawan. atau hudaifii dan suaraku melengking tinggi
Menurut Kamla Bhasin11 patriarki adalah melalui speaker di kubah masjid, pohon-pohon
akan tergetar dan burung kolibri sahabatku
suatu sistem yang meletakkan kaum perempuan
menjadi gelisah karena mendengar alunan
terdominasi dan tersubordinasi. Dengan kata suaraku. Dan kau mendelong terheran-heran
lain, patriarki merupakan sebuah sistem yang mendongak ke arahku, ke atas mimbarku, ke
melegalkan penguasaan laki-laki atas perempuan. tingkat galaksiku yang begitu tinggi. Rizal. Lihat
Sistem ini mengontrol gerak perempuan sebagai saja nanti (hlm. 19).3
pengurus rumah tangga sehingga ia tidak memiliki
waktu untuk pengembangan diri. Dalam novel Setiap hari sehabis makan siang Annisa
Perempuan Berkalung Sorban tokoh Annisa yang belajar qiraah kepada Mbak Mai, seorang santri
mewakili kaum perempuan sejak kecil juga perempuan yang pandai ber-qiraah. Ia juga belajar
diharuskan bekerja di sektor rumah tangga. ilmu nafwu, sharaf, dan mengkhatamkan Al
Quran dari Lek Khudorinya. Semua itu dilaku-
“Benar, Mbak. Habis Rizal dan Wildan boleh kannya dengan penuh diam-diam, semangat,
kembali tidur, sementara Nisa harus membersih­
dan tekad yang kuat agar dapat melebihi kedua
kan tempat tidur dan membantu ibu memasak di
dapur. Sementara Rizal dan Wildan masuk lagi kakaknya. Pada akhirnya, ia memang mampu
ke kamar, katanya mau belajar, padahal Nisa mengkhatamkan Al Quran lebih cepat dari kedua
lihat sendiri mereka kembali tidur sehabis sholat kakaknya. Dengan demikian, Annisa dalam tata-
subuh (hlm. 21).3 ran tertentu mampu mendekonstruksi anggapan
bahwa perempuan selalu kalah oleh laki-laki.
Pernyataan Annisa tersebut menunjukkan adanya
penerapan sistem patriarki dalam keluarganya. Sekalipun khataman kali ini adalah pesta
untukku, aku lebih bangga dengan prosesku
Adanya batasan pekerjaan bagi perempuan yang
sendiri dalam menyelesaikan tadarusku yang
hanya seputar domestik atau sektor rumah mendahului, baik Wildan maupun Rizal (hlm.
tangga. 43).3

Perlawanan Annisa terhadap Sistem Ketidakadilan lainnya yang juga diterima


Patriarki Annisa adalah keputusan ayahnya untuk mela-
Dalam budaya Jawa, ada tiga tuntutan kompetensi rangnya belajar menunggang kuda, sedangkan
terhadap perempuan yang jelas mengidentifikasi kedua kakak laki-lakinya diberi izin untuk belajar
pembatasan peran perempuan dalam masyarakat menunggang kuda. Pelarangan tersebut dilandasi
Jawa, yaitu macak, manak, dan masak.12 Ketiga alasan gender, yaitu seorang anak perempuan
kompetensi tersebut mengharuskan perempuan seperti Annisa dianggap tidak pantas berkelakuan
mampu berdandan unutuk menarik perhatian seperti laki-laki.

96 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


“Ow…ow...ow...jadi begitu. Apa Ibu belum “Hentikan ocehanmu! Perilakumu seperti bukan
mengatakan padamu kalau naik kuda hanya muslim!” (hlm. 97).3
pantas dipelajari oleh Kakakmu Rizal, atau
Kakakmu Wildan. Kau tahu, mengapa? Sebab Annisa adalah seseorang yang kritis dan
kau ini anak perempuan, Nisa. Nggak pantas,
cerdas. Ia berusaha melawan dan memperta-
anak perempuan kok naik kuda, pencilakan,
apalagi keluyuran mengelilingi ladang, sampai hankan hak-haknya sebagai seorang perempuan
blumbang segala. Memalukan! Kau ini sudah agar sejajar dengan laki-laki. Perlawanan Annisa
besar masih bodoh juga, hehh!!” Tasbih bapak untuk mendekonstruksi budaya patriarki dalam
bergerak lamban, mengenai kepalaku (hlm. 7).3 masyarakat mewakili perjuangan kaum feminis
yang juga ingin menghapus dominasi laki-laki
Alasan yang dibuat Kyai Hanan melarang terhadap perempuan.
Annisa menunggang kuda hanya berdasarkan
alasan gender. Hal itu memperlihatkan bahwa Perlawanan dalam Pesantren
Kyai Hanan merupakan penganut sistem patriarki
Sifat kritis Annisa juga terlihat melalui hubungan-
yang membatasi gerak Annisa untuk sejajar
nya dengan para penghuni pesantren dan aturan
dengan kedua kakak lelakinya.
atau hukum yang diterapkan dalam pesantren
Perlawanan yang dilakukan Annisa terhadap milik ayahnya. Berbagai pandangan yang menu-
larangan menunggang kuda, dijawab Annisa rutnya merupakan bentuk perbedaan perlakuan
dengan tetap belajar berkuda secara diam-diam gender menjadi bahan pertanyaan dalam otaknya.
pada Lek Khudori. Sampai pada akhirnya ia Salah satunya adalah keterangan seorang ustad di
mampu berkuda seperti kedua kakak lelakinya. pondok pesantren milik ayahnya tentang sebuah
Sekali lagi, Annisa berhasil mendekonstruksi hadis yang dianggapnya meminggirkan hak kaum
anggapan bahwa berkuda hanya pantas dilakukan wanita.
laki-laki.
Ketidakadilan dalam ruang tradisi juga ... Ustadz Ali mulai menyitir sebuah hadis
dialami Annisa atas perlakuan suaminya yang yang diriwayatkan oleh seorang sahabat
nabi bernama Abdullah bin Mas’ud ra. yang
hanya menganggapnya sebagai pemuas seks
berbunyi: Perempuan mana saja yang diajak
saja. Suami Annisa adalah anak seorang kyai suaminya untuk berjimak lalu ia menunda-nunda
yang merupakan teman Kyai Hanan. Samsudin, hingga suaminya tertidur, maka ia akan dilaknat
suami Annisa sama sekali tidak menghormati oleh Allah ....
perempuan yang menjadi istrinya. Ia mewakili
“Bagaimana jika istrinya yang mengajak ke
sebagian besar masyarakat penganut patriarki tempat tidur dan suami menunda-nunda hingga
yang beranggapan bahwa perempuan, terutama istri tertidur, apa suami juga dilaknat Allah Pak
istri, merupakan milik suaminya sepenuhnya. Kiai?”
Tentu saja, Annisa yang pemberani tidak tinggal
“Tidak. Sebab tak ada hadis yang menyatakan
diam dan melawan tindakan suaminya tersebut.
seperti itu. Lagi pula, mana ada seorang istri
Aku hendak berteriak tapi kalah cepat dengan yang mengajak lebih dulu. Seorang istri biasanya
telapak tangannya yang membungkam mulutku. pemalu dan bersikap menunggu”(hlm. 80).3
Aku menyerah untuk sementara. Dan setelah itu,
ketika ia selesai dan merasa puas dibakar nafsu, Penjelasan Kiai Ali di atas terkesan dangkal
kutuding mukanya dengan sedikit putus asa. sehingga setelah mendengar penjelasan tersebut,
“Kau memperkosaku, Samsudin! Kau telah Annisa beranggapan bahwa dalam agama juga
memperkosaku!” terdapat wacana patriarki yang menguntungkan
“Memperkosa? He..he..he….” ia terbahak- laki-laki. Kerancuan dalam agama tentang
bahak kecil karena merasa puas mengerjaiku. posisi perempuan dan laki-laki juga terlontar dari
“Mana ada suami memperkosa istrinya sendiri. pernyataan oleh Kyai Hanan, ayah Annisa.
Kau ini aneh, Nisa. Aku belum pernah melihat
perempuan sebodoh kau ini. Tetapi sekalipun Sepertinya sopan santun memang tidak berlaku
bodoh, kau begitu molek. Tubuhmu begitu luar untuk kalangan laki-laki. Hukum apapun tidak
biasa, heh heh heh….” mampu menjamah kemerdekaan mereka, sebab

Perempuan Berkalung Sorban ... | Aquari Mustikawati | 97


mereka adalah manusia. Fitrahnya adalah kyai merupakan sumber mutlak dari kekuasaan
merdeka. Berbeda dengan perermpuan, tubuhnya dan kewenangan dalam kehidupan lingkungan
saja mirip manusia, tetapi nafsunya mirip bina- pesantren. Hal itu menandakan bahwa seorang
tang. Dipenuhi anak setan. Untuk itulah sopan
santri atau orang lain tidak dapat melawan
santun harus diperkenalkan padanya. Begitulah
bapak pernah mengatakan (hlm. 45).3 kekuasaan kyai (dalam lingkungan pesantrennya,
kecuali kyai lain yang lebih besar pengaruhnya).
Dengan penjelasan Kyai Hanan tentang Dalam konteks perlawanan Annisa, sangat terlihat
fitrah laki-laki dan perempuan tersebut semakin bahwa Annisa telah mendekonstruksi tradisi
menguatkan anggapan Annisa bahwa hak-hak pesantren tersebut. Ia tidak lagi memikirkan akan
perempuan dalam agama juga terpinggirkan. otoritas penuh seorang kyai/ustad, tetapi ia
Agama tidak mendukung perempuan untuk lebih memilih melawan untuk mempertahankan
mengembangkan kemampuannya. Annisa merasa haknya. Upaya dekonstruksi Annisa terhadap
semakin terpojok. Akan tetapi, Annisa bukanlah tradisi pesantren mengakibatkan dirinya dianggap
seorang perempuan yang hanya diam menerima sebagai pembangkang.
perlakuan yang tidak adil terutama dengan alasan
gender. Ia lebih memilih melawan dalam setiap Tradisi Pesantren dalam Pemahaman
kesempatan. Hal itu terlihat dalam percakapan- Annisa
nya dengan seorang ustad di pesantren milik Gambaran diskriminasi gender, baik dalam
ayahnya. tradisi keluarga maupun tradisi pesantren
tempat Annisa tinggal, memperlihatkan bahwa
“Sayangnya modern atau apa itu…emansipasi
di sini diartikan salah kaprah. Perempuan harus telah terjadi campur aduk antara sistem pa-
ngantor dengan baju sepertiga saja menutupi triarki dalam masing-masing ruang tradisi
auratnya dan mereka harus bergaul dengan dan pesantren. Akibatnya, dalam pemahaman
sembarang laki-laki, malayani yang bukan Annisa kecil yang terbatas, ia menangkap bahwa
muhrimnya demi sekian ribu rupiah untk sesuatu agama seperti halnya tradisi masyarakat yang
yang disebut modern. Para remaja harus pergi telah dengan sengaja meminggirkan hak-hak
ke gedung bioskop untuk menyaksikan gambaran
kaum perempuan sehingga perempuan tidak
kemungkaran dan kedaliman, biar dibilang
modern. Apalagi kalau film-film itu adalah film memiliki hak untuk menolak segala hal-hal yang
barat.” merugikan dirinya. Hal itu di terlihat dari kasus
perkawinannya dengan Samsudin yang dilakukan
“Ada apa dengan film barat, Pak Kyai?” tanpa persetujuannya sehingga ia beranggapan
“Tidak perlu diteruskan. Lebih baik kita bahwa dalam menentukan jodoh seorang anak
memperdalam topik kita malam ini,” tegas Pak perempuan tidak memiliki hak untuk menentukan
Kyai dengan nada memutus (hlm. 84).3 sendiri pilihanya. Selain itu, perempuan juga
harus menerima fitrahnya yang dipenuhi anak
Pendapat seorang ustad di pesantren milik setan dalam tubuhnya. Padahal setan identik
Kyai Hanan tersebut tidak dijelaskan dengan dengan hal-hal yang dilarang agama.
terinci dan masuk akal. Annisa yang selalu Di kemudian hari Annisa mendapat pen-
ingin tahu tidak puas dengan penejelasan yang jelasan dari Lek Khudori yang terinci tentang
dipotong begitu saja. Ia memerlukan jawaban kedudukan dalam agama yang bertolak belakang
yang mampu menjawab segala pertanyaan di dengan pemahamannya selama ini. Salah satu
dalam otaknya. Pertanyaan-pertanyaannya yang penjelasan Lek Khudori yang memuaskan Annisa
terkesan berani membuatnya sering dianggap adalah penjelasannya tentang hubungan suami
sebagai pembangkang karena berani melawan istri.
seorang ustad atau kyai.
Menurut Al Quran, kedudukan suami istri itu
Pendapat Zamaksyari Dhofier13 tentang
setara. Sama-sama memiliki hak dan kewajiban-
tradisi pesantren adalah bahwa kebanyakan kyai nya sesuai akal pikiran, perasaan, dan hatinya.
di Jawa beranggapan bahwa suatu pesantren dapat Jadi tidak berlaku hukum, satu majikan satunya
diibaratkan sebagai suatu kerajaan kecil di mana budak (hlm. 170–171).3

98 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


Melalui penjelasan Lek Khudori tersebut, bahwa dalam agama kedudukan laki-laki dan
Annisa memahami bahwa agama bukanlah suatu perempuan adalah sama. Tidak terdapat perbedaan
alat dari sistem patriarki. Agama diturunkan ke perlakuan yang merugikan, baik laki-laki maupun
dunia untuk kemaslahatan umat manusia, baik perempuan dalam agama karena semua sudah
laki-laki maupun perempuan. Selama ini tradisi diatur sesuai dengan porsinya. Selama ini keran-
patriarkilah yang telah membuat batasan-batasan cuan adanya pemahaman patriarki dalam agama
tentang peran perempuan di sektor apapun. terdapat dalam benak Annisa karena konsep
Hanya karena tradisi tersebut mewarnai kehidu- patriarki dalam tradisi mewarnai kehidupan
pan pesantren tempat Annisa dibesarkan maka pesantren tempatnya dibesarkan.
dalam pemahamannya konsep patriarki juga ada
dalam agama. SARAN
Perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perem-
KESIMPULAN puan dalam tradisi Jawa yang berada dalam
Tradisi patriarki dalam masyarakat Jawa yang lingkungan pesantren telah mengakibatkan keran-
membatasi peran perempuan hanya pada sektor cuan persepsi tentang penerapan sistem patriarki.
domestik diterapkan keluarga Kyai Hanan pada Dalam tradisi masyarakat, dikenal adanya sistem
Annisa. Pembatasan peran tersebut dilawan patriarki yang lebih mengutamakan kepentingan
Annisa karena merasa bahwa tradisi tersebut laki-laki. Akan tetapi, dalam agama tidak dikenal
merugikan dirinya sebagai perempuan. Gambaran adanya perbedaan perlakuan antara laki-laki dan
perlawanan Annisa terhadap sistem patriarki perempuan karena semuanya merupakan makhluk
dilakukannya dengan cara membuktikan bahwa ciptaan Allah SWT.
anak perempuan bukanlah hanya sebagai peleng- Melalui gambaran kesalahan persepsi
kap, melainkan mampu memiliki kemampuan tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi
seperti laki-laki. Annisa membuktikan bahwa masyarakat di lingkungan pesantren agar lebih
ia mampu merampungkan lebih cepat bacaan bijaksana dan arif dalam melakukan kebijakan
qiraah, ilmu nafwu, sharaf, dan mengkhatamkan yang berhubungan dengan perlakuan terhadap
Al Qurani dibandingkan kedua kakak laki-lakinya. laki-laki dan perempuan dalam lingkungannya.
Pembuktian Annisa juga dilakukan dengan cara
mampu beraktivitas seperti laki-laki, yaitu
UCAPAN TERIMA KASIH
menunggang kuda.
Tradisi pesantren mengharuskan seorang Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs.
santri menurut dan tidak melawan semua Soewartoyo, M.A. yang telah membimbing dalam
perkataan kyai atau ustadnya. Akan tetapi, An- penulisan penelitian ini.
nisa telah mendobrak tradisi tersebut. Ia sering Catatan:
kali mendebat dan mempertanyakan beberapa
qiraah = mazhad (jalan atau ciri khas) dalam
dalil atau hukum yang menurutnya meminggirkan
membaca Al Quran
kaum perempuan. Sebagai akibatnya, ia dianggap
pembangkang karena berani mendebat ustad nafwu = tata bahasa Arab yang berhubungan
yang telah senior dan mempertanyakan dalil atau dengan sintaksis
hukum yang sudah sejak lama dianut di kalangan sharaf = tata bahasa Arab yang berhubungan
para santri. dengan morfologi
Dalam lingkungan pesantren ayahnya,
Annisa menerima penjelasan kurang memuaskan DAFTAR PUSTAKA
tentang dalil yang meminggirkan hak-hak wanita. 1
Khalieqy, A. E. 2010. Si Feminis Rasis. (http://
Penjelasan yang terkesan dangkal membuat www.semesta.multiply.com /reviews/item/16,
Annisa memiliki anggapan bahwa dalam agama diunduh 30 Oktober 2010).
juga terdapat sistem patriarki yang merugikan 2
Khalieqy, A. E. 2003. Geni Jora. Jakarta: Qanita
perempuan. Melalui penjelasan Lek Khudori yang (Mizan Grup).
berpikiran modern. Annisa akhirnya mengetahui

Perempuan Berkalung Sorban ... | Aquari Mustikawati | 99


3
Khalieqy, A. E. 2008. Perempuan Berkalung Sorban. 10
Connell, R.W. 2002. Gender. Cambridge: Polity
Jakarta: Arti Bumi Intaran. Press.
4
Budaya. 2010. (http://www.id.wikipedia.org/wiki/ 11
Bhasin, K. 1996. Menggugat Patriarki. Yogyakarta:
tradisi, diunduh 30 Oktober 2010). Bentang
5
Kuntowijoyo. 2007. Islam sebagai Ilmu. Yogyakarta: 12
Sumartyarini, T. U. 2010. Patriarki antara Timur
Tiara Wacana. dan Barat. (http://www.suaramerdeka.com/v1/
6
Rembang, Suhadi. 2010. Sebuah Laporan Penelitian index.php/read/, diunduh 5 November 2010).
“Penelitian Sosial: Suatu Perspektif Awal 13
Dhofier, Z. 1994. Tradisi Pesantren: Studi tentang
Untuk Para Pemula”. Rembang. Pandangan Hidup Kyai. Yogyakarta: LP3ES.
7
Damono, S. J. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah
Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
8
Ratna, N. K. 2008. Teori, Metode, dan Teknik
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
9
Hellwig, T. 2003. Bercermin dalam Bayanga­n: Citra
Perempuan. Dalam Rika Iffati Farikha. Sastra
Indonesia (Terj.). Depok: Desantara.

100 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011

Anda mungkin juga menyukai