Yenny Puspita
Universitas PGRI Palembang
yenny_puspitaa@yahoo.com
Abstract: This study aims to obtain an overview and deep understanding of the role of
women in society, especially the stereotypes of women in the novel Perempuan
Berkalung Sorban and Geni Jora by Abidah El Khalieqy. This study uses a descriptive
qualitative approach. Primary data sources in this study are novels by Abidah El
Khalieqy including: Women Berkalung Sorban (2001) and Geni Jora (2004). Data
collection techniques are in the form of document searches. In this case, the form of
awareness and flow of feminist thought contained in Indonesian literary texts is
understood to mean the use of feminism studies. The data analysis procedure used in
this study is content analysis.
Keywords: negative labeling, women, feminism
29
Stereotip terhadap Perempuan dalam Novel-novel Karya Abidah El Khalieqy: Tinjauan Sastra
Feminis
30
Yenny Puspita
Ksatra: Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra, Vol. 1, No. 1 (2019) 29-42
31
Stereotip terhadap Perempuan dalam Novel-novel Karya Abidah El Khalieqy: Tinjauan Sastra
Feminis
32
Yenny Puspita
Ksatra: Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra, Vol. 1, No. 1 (2019) 29-42
33
Stereotip terhadap Perempuan dalam Novel-novel Karya Abidah El Khalieqy: Tinjauan Sastra
Feminis
34
Yenny Puspita
Ksatra: Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra, Vol. 1, No. 1 (2019) 29-42
35
Stereotip terhadap Perempuan dalam Novel-novel Karya Abidah El Khalieqy: Tinjauan Sastra
Feminis
yang bersumber dari pandangan saja terlambat sedetik saja dia bisa
gender di antaranya pelabelan bahwa mati.
perempuan merupakan kaum yang Memalukan! Kau ini sudah besar
bodoh, sedangkan kepintaran dan masih bodoh juga, hehh!” Tasbih
kecerdasan hanya milik laki-laki. bapak bergerak lamban,
“Kita jaring betinanya!”, teriak mengenai kepalaku. (Perempuan
Rizal, kakakku. Berkalung Sorban, hal. 6)
“Dia mau bertelur, jangan
diganggu!,” sergahku. “Justru di Pelabelan bahwa Annisa adalah
saat bertelur dia tak berdaya. perempuan yang bodoh tidak hanya
Kesempatan kita menangkapnya.” diberikan oleh Rizal, tetapi tokoh
Aku merenung sejenak. Kalau aku Bapak pun mengungkapkan hal yang
tak bisa menemukan jawabannya, sama. Annisa mendapat label bodoh
dia pasti akan mengejekku. dari Bapak karena ia telah belajar naik
Mencibirku sebagai anak kuda yang sebenarnya tidak pantas
perempuan yang bodoh. dilakukan oleh perempuan. Ketika
(Perempuan Berkalung Sorban, Annisa berkeras untuk bisa naik kuda,
hal. 2) seolah Bapak turut menyalahkan Ibu
seolah tidak pernah memberikan
Dari kutipan di atas, tokoh nasihat agar perempuan tidak naik
perempuan mendapatkan pelabelan kuda. Naik kuda hanya pantas
negatif, yaitu bodoh dari laki-laki. dilakukan oleh laki-laki. Oleh sebab
Annisa yang tidak dapat menjawab Annisa anak perempuan, menurut
pertanyaan perbedaan mengenai katak Bapak, tidak pantas, pencilakan, apalagi
betina yang sedang bertelur di sampai keluyuran mengelilingi ladang,
blumbang dengan perenang yang sampai ke blumbang segala. Hal itu
melahirkan bayi di kolam. Pertanyaan sungguh memalukan.
yang diajukan oleh Rizal dan apabila “Dia yang mengajak, Pak,” Rizal
Annisa tidak bisa mencari jawaban atas mencari alasan dengan menunjuk
pertanyaan tersebut pasti ia akan mukaku.
mengejek dan mencibirnya sebagai “Tetapi kamu mau. Salah sendiri,”
anak perempuan yang bodoh. aku tak mau kalah.
“Kamu lama sekali! Kalau saja “O…jadi rupanya kamu yang
terlambat sedetik, aku bisa mati. punya inisiatif bocah wedhok.
Bodoh!” Kamu yang ngajari kakakmu jadi
“Eh, sudah ditolong, bukannya penyelam seperti ini ya? Kamu
terima kasih, malah maki-maki” yang membujuk kakakmu
“Tetapi janji ya, nggak bilang mengembara?” (Perempuan
sama Bapak. Janji?” (Perempuan Berkalung Sorban, hal. 6)
Berkalung Sorban, hal. 19)
Selain mendapat label bodoh,
Pelabelan bodoh terhadap Annisa sebagai kaum perempuan juga
perempuan selanjutnya adalah sewaktu mendapatkan label sebagai sumber
Annisa tidak segera menolong Rizal kesalahan. Apapun yang dilakukan oleh
yang terpeleset ke dalam blumbang. perempuan selalu salah dalam
Annisa dianggap bodoh karena terlalu pandangan laki-laki. Seperti halnya
lama dalam memberi pertolongan ketika Annisa pergi ke blumbang
kepada Rizal. Menurut Rizal, Annisa bersama Rizal. Rizal menyalahkan
lama sekali untuk menolongnya, kalau Annisa karena telah mengajaknya
36
Yenny Puspita
Ksatra: Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra, Vol. 1, No. 1 (2019) 29-42
37
Stereotip terhadap Perempuan dalam Novel-novel Karya Abidah El Khalieqy: Tinjauan Sastra
Feminis
Annisa menuntut persamaan hak untuk ini kaum perempuan menjadi objek
menentukan nasibnya sendiri karena yang tidak bisa berrtindak dan berpikir
sudah dewasa yang tidak harus didikte secara merdeka. Oleh karena itu, kaum
oleh orang tua, terutama bapaknya. Ia perempuan selalu dinomor duakan dan
sudah bukan kanak-kanak lagi yang perempuan selalu berada pada posisi
selalu dinomorduakan dan menjadi yang tidak menguntungkan, salah
budak di masa remaja. Kini, Annisa satunya kekalahan. Akibatnya
hadir sebagaimana yang ia inginkan. menjadikan gambaran bagi etnis Jawa
Stereotip terhadap perempuan bahwa seorang perempuan dilabelkan
yang dialami tokoh Annisa selanjutnya sebagai sosok yang harus mengalah.
adalah ketika Ia berstatus janda, stigma Dari atas kursinya, nenekku mulai
negatif terhadap janda yang menimpa ceramah. Bahwa perempuan
dirinya. Annisa adalah seorang janda harus selalu mau mengalah. Jika
dan status itulah yang membuat pikiran perempuan tidak mau mengalah,
orang macam-macam dalam menilai, dunia ini akan jungkir balik
sedikit saja lengah, orang akan berebut berantakan seperti pecahan kaca.
menggunjingkannya. Sebab, tidak ada laki-laki yang
“... Ingatlah, bahwa kini kau mau mengalah. Laki-laki selalu
adalah seorang janda, Nisa. Dan ingin menang dan menguasi
statusmu itulah yang membuat kemenangan. Oleh karena itu,
pikiran orang macam-macam perempuan harus siap mengalah
dalam menilaimu. Sedikit kau (menggunakan awalan “me”)
lengah, mereka akan berebut (Geni Jora, hal. 81)
menggunjingkanmu.”
(Perempuan Berkalung Sorban, Pada kutipan di atas
hal. 194) menunjukkan sikap Nenek yang masih
kolot dengan budaya patriarkinya. Ia
Perempuan yang berstatus janda adalah orang yang telah melabelkan
menerima risiko yang dapat membuat Kejora, sebagai perempuan yang harus
pikiran orang macam-macam dalam mengalah. Menurut nenek sebagai
menilainya. Sedikit saja lengah, orang- seorang perempuan itu harus mau
orang akan berebut menggunjingkan. mengalah, sebab laki-laki adalah sosok
Menurut pandangan kelahiran yang tidak mau mengalah, selalu ingin
perempuan itu sendiri adalah sebuah menang, dan menguasai kemenangan.
risiko. Sudah menjadi risiko bagi Maka dari itu, perempuan harus siap
perempuan sebagai objek kesalahan mengalah karena dalam relasi laki-laki
dan keburukan yang banyak cobaan dan perempuan harus ada pihak yang
dan godaan. Perempuan dalam mau mengalah, sebab jika tidak ada
pandangan Nisa, kalau perempuan yang mengalah dunia akan jungkir
tidak melakukan apa-apa, tidak berbuat balik. Stereotip yang diberikan kepada
kesalahan, tidak harus ada risiko para perempuan seperti ini muncul
apapun. karena adanya keyakinan masyarakat
bahwa laki-laki adalah pencari nafkah
Beralih ke novel Geni Jora, Kejora (bread winer) sementara perempuan
merupakan keluarga dari kaum adalah pekerja tambahan yang
patriakhis. Di dalam masyarakat tugasnya bekerja di ranah domestik.
patriakhis seperti di Jawa, kehidupan Keyakinan ini sudah menjadi tradisi
kaum perempuan ditentukan oleh sehingga menyebabkan ketimpangan
kaum laki-laki. Pada masyarakat jenis terhadap kaum perempuan.
38
Yenny Puspita
Ksatra: Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra, Vol. 1, No. 1 (2019) 29-42
39
Stereotip terhadap Perempuan dalam Novel-novel Karya Abidah El Khalieqy: Tinjauan Sastra
Feminis
40
Yenny Puspita
Ksatra: Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra, Vol. 1, No. 1 (2019) 29-42
ditentang oleh Kejora. Kejora memiliki Fakih, Mansour. (2003). Analisis Gender
asumsi bahwa seorang perempuan dan Transformasi Sosial.
adalah sumber kehidupan bagi anak- Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
anaknya, anak-anak dari suaminya Hellwig, Tineke. (2003). In The Shadow
yang dilahirkan melalui rahim Of Change. Jakarta Selatan:
perempuan. Perempuan yang Desantara.
mengandung, melahirkan, menyusui;
untuk kemudian membesarkan dan Kuntowijoyo. (1987). Budaya dan
mendidik bersama-sama dengan Masyarakat. Yogyakarta: PT. Tiara
suaminya. Wacana.
Madsen, Deborah L. (2000). Feminist
SIMPULAN Theory and Literary Practice.
Berdasarkan analisis yang London-Sterling-Virginia: Pluto
dilakukan terhadap novel Perempuan Press.
Berkalung Sorban dan Geni Jora karya
Abidah El Khalieqy, dapat disimpulkan Ratna, Nyoman Kutha. (2003).
bahwa: pelabelan negatif yang Paradigma Sosiologi Sastra.
bersumber dari pandangan gender di Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
antaranya pelabelan bahwa perempuan Ratna, Nyoman Kutha. (2005). Sastra
merupakan kaum yang bodoh, dan Cultural Studies: Representasi
pelabelan bodoh, sebagai sumber Fiksi dan Fakta. Yogyakarta:
kesalahan, dan tak tahu sopan santun. Pustaka Pelajar.
Pelabelan negatif terhadap perempuan
Ratna, Nyoman Kutha. (2012). Teori,
lainnya adalah perempuan sebagai
Metode, dan Teknik Penelitian
pembuat heboh dan perusak nama baik
Sastra. Yogyakarta: Pustaka
keluarga oleh ayahnya. Stereotip
Pelajar.
terhadap perempuan yang lain adalah
anggapan bahwa perempuan Ratna, Nyoman Kutha. (2012).
merupakan parasit dalam rumah Teori,Metode, dan Teknik
tangga, perempuan/istri selalu menjadi Penelitian Sastra. Yogyakarta:
parasit bagi suaminya. Wujud stereotip Pustaka Pelajar.
atau pelabelan negatif yang bersumber Sugihastuti & Septiawan, Itsna Hadi.
dari pandangan gender yang (2007). Gender dan Inferioritas
ditemukan dalam penelitian ini di Perempuan. Yogyakarta: Pustaka
antaranya pelabelan bahwa perempuan Pelajar.
merupakan kaum yang bodoh,
pelabelan bodoh, sebagai sumber Sugihastuti & Suharto. (2010). Kritik
kesalahan, dan tak tahu sopan santun. Sastra Feminis: Teori dan Aplikasi.
Kata kunci: pelabelan negatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
perempuan, feminisme Sugihastuti dan Suharto. (2005) Kritik
Sastra Feminis; Teori dan
DAFTAR PUSTAKA Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka
Djajanegara, Soenarjati. (2000). Kritik Pelajar.
Sastra Feminis: Sebuah Pengantar.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Sumardjo, Jakob, dan Saini K. M. (1988).
Utama. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia.
41
Stereotip terhadap Perempuan dalam Novel-novel Karya Abidah El Khalieqy: Tinjauan Sastra
Feminis
42