Anda di halaman 1dari 7

Idea Nursing Journal Vol. X No.

1 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

OPTIMALISASI PELAKSANAAN SERAH TERIMA PASIEN ANTAR SHIF T


KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RUMAH SAKIT:
PILOT STUDY

Optimizing Patient Handover’s Implementation between Shift in Adult ward in Hosptial:


Pilot Study

Nelly Safrina1*, Rr Tutik Sri Hariyati2, Umi Fatmawati3


1
Postgraduated Student,Faculty of Nursing, Universitas Indonesia
2
Department Basic Science & Fundamental Nursing, Faculty of Nursing, Universitas Indonesia
3
Koordinator Satuan Pelaksana Rawat Inap, RSUD Tarakan Jakarta
E-mail: nellysafrina27@gmail.com
ABSTRAK
Serah terima pasien antar shift keperawatan merupakan salah satu aspek yang berperan penting dalam
keselamatan pasien. Studi ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi pelaksanaan serah terima antar
shift keperawatan agar lebih optimal. Metode yang digunakan adalah pilot study pada dua ruang Rawat Inap
Dewasa di RS. Tahapan dimulai dengan pengisian kuesioner, observasi dan wawancara lalu dilakukan analisis
menggunakan diagram fishbone dan diperoleh masalah yaitu belum optimalnya pelaksanaan serah terima
pasien pasien antar shift keperawatan. Implementasi yang dilakukan berupa penyempurnaan SPO,
meningkatkan komunikasi efektif perawat dengan SBAR, membuat video role play serah terima dan
penyempurnaan fungsi Catatan Harian Pasien Terintegrasi. Kesimpulan yang didapatkan yaitu serah terima
dapat optimal dengan adanya komunikasi yang lebih terstruktur, serah terima melibatkan pasien, pelatihan
mengenai komunikasi efektif dalam serah terima pasien dan pendokumentasian yang tepat. Rekomendasi:
Tindak lanjut dengan merevisi SPO serah terima pasien dan melakukan evaluasi pelaksanaan serah terima
pasien melalui supervisi secara berkala.
Kata Kunci: Manajemen, Serah Terima, Asuhan Keperawatan

ABSTRACT
Patient handover is an important role in patient safety. The study aim to optimizing handover’s
implementation due to Pilot Study Project which conducted with questionnaires, observations and interviews
and then analyzed using fishbone diagrams. Implementation was carried out to improving SPO, improving
nurses' communication skill with SBAR, introducing handover videos role play and improving daily notes
functions. The result shows that handover will be optimal with SBAR communication, motivation, supervision
and training on patient nursing care. Recommendations given to hospital is to follow up and revising the hand
over standars using SBAR and evaluate the implementation of the patient's handover through supervision.
Keywords: Management, Handover, Nursing Care

PENDAHULUAN pertukaran informasi dan tranfer tanggungjawab


Hand over merupakan proses yang sangat atas perawatan pasien (Riedel & Ayala, 2017).
penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Serah terima dapat terjadi antara perawat
karena berhubungan dengan keselamatan pasien dalam satu unit atau perawat yang bekerja di
dan kontinuitas asuhan keperawatan kepada unit yang berbeda. Untuk perawat dalam satu
pasien. Handover (serah terima pasien) adalah unit, serah terima terjadi selama pergantian
proses pengalihan wewenang dan tanggung shift, tetapi untuk perawat dalam unit yang
jawab utama untuk memberikan perawatan berbeda, dapat terjadi setiap kali pasien
klinis kepada pasien dari satu pemberi asuhan ditransfer (Alrajhi, Sormunen, & Alsubhi,
kepada pemberi asuhan yang lain untuk 2018). Serah terima juga dapat dilakukan
menjamin kontinuitas perawatan melalui proses dengan berbagai metode seperti elektronik
(biasanya sistem berbasis komputer), rekaman

37
Idea Nursing Journal Vol. X No. 1 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

tape, dan / atau dokumen pada lembar seperti sebagai perawat pelaksana yang bersama
perawatan, yang terakhir yang sering dikaitkan anggota tim lainnya ikut serta memberikan
dengan serah terima secara verbal (tatap asuhan keperawatan kepada pasien sehingga
muka)(Farhan, Brown, Woloshynowych, & fungsi pengendalian terhadap dokumentasi
Vincent, 2012) namun di Indonesia serah terima asuhan menjadi terkendala.
antar shift keperawatan lebih banyak dilakukan Selain itu ditemukan juga bahwa meskipun
dengan metode verbal. semua ruang rawat di RS telah memiliki
Komunikasi yang digunakan juga akan Standar prosedur Operasional (SPO) serah
berpengaruh dalam serah terima yang dilakukan terima antar shift keperawatan dan telah
oleh perawat. Dalam akreditasi SNARS tahun disosialisasikan,pencatatan dan
2018 melalui standar Sasaran Keselamatan pendokumentasian asuhan keperawatan juga
Pasien (SKP) menyebutkan bahwa serah terima telah menggunakan format cek list sehingga
memerlukan komunikasi yang efektif antar mengurangi beban kerja dan efisiensi waktu
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) baik secara perawat. Namun demikian, telaah dokumentasi
verbal maupun melalui telepon. Miskomunikasi terhadap 20 status rekam medis pasien di ruang
antar perawat saat pergantian shift dapat rawat ditemukan masih adanya
menyebabkan kejadian tidak diharapkan seperti pendokumentasian yang masih belum lengkap
kesalahan dalam penyampaian terapi medikasi yaitu pada tindakan (implementasi) perawat
yang menurunkan kepuasan dan keselamatan sebanyak 8 status rekam medis pasien.
pasien, Institude of Medicine’s (2000) Pada saat serah terima, tidak terlihat pula
melaporkan 44 hingga 98 pasien meninggal di adanya bukti pelaksanaan serah terima pasien
rumah sakit di Amerika setiap tahun sebagai bentuk tanggungjawab dan
dikarenakan kesalahan yang seharusnya dapat tanggunggugat perawat bahwa pasien telah
di hindari (Nzeribe, 2012). diserahterimakan kepada shift berikutnya dan
Berdasarkan observasi dan wawncara yang menjadi tanggungjawab shift tersebut. Perawat
dilakukan pada RS, pelaksanaan serah terima di hanya melakukan serah terima dengan metode
ruangan dijalankan perawat dibawah pimpinan lisan dan lebih banyak melakukan serah terima
kepala ruangan sebagai penanggungjawab serah berupa tindakan kolaborasi dokter. Sehingga
terima pasien, kepala ruangan bersama katim, tidak terlihat adanya bukti pelaksanaan serah
melaksanakan ronde, bed manajemen, terima. Hal ini berdampak pada keselamatan
menyusun metode dan ketenagaan yang sesuai pasien berupa tidak terdokumentasikan dengan
berdasarkan kualifikasi pendidikan, jenjang baik riwayat pengobatan maupun intervensi
karir dan tingkat ketergantungan pasien.Ketua yang harus diteruskan pada shift berikutnya
tim melaksanakan fungsi perencanaan asuhan serta kejadian tidak diharapkan seperti
keperawatan untuk satu hari perawatan yang kesalahan dalam penyampaian terapi medikasi.
akan ditindaklanjuti oleh anggota tim lainnya Berdasarkan fenomena tersebut, penulis
pada shift sore dan malam hari. Selain itu ketua merasa perlu untuk melakukan pilot studi untuk
tim juga mengambil peran dalam asuhan pasien mengoptimalkan pelaksanaan serah terima antar
sebagai PPA (Perawat Pemberi Asuhan), shift keperawatan di RS X agar dapat
menjalankan peran dan fungsi kepemimpinan memberikan rekomendasi tentang pelaksanaan
jika kepala ruangan harus meninggalkan hand over agar lebih optimal dan berkualitas
ruangan untuk rapat maupun kegiatan lain bagi asuhan keperawatan pasien.
dalam lingkup Rumah Sakit.
Kesenjangan terlihat dalam METODE
pengorganisasian tugas pelaksanaan serah Studi ini menggunakan metode Pilot Study
terima dimana berdasarkan wawancara, ketua untuk melihat akar permasalahan dan
tim mengungkapkan bahwa tugas ketua tim menemukan solusi yang tepat yang akan
sebagai pengelola asuhan keperawatan pasien direkomendasikan kepada RS. Studi ini
menjadi kurang optimal dengan tugas lainnya dilakukan pada 2 ruang rawat inap dewasa

38
Idea Nursing Journal Vol. X No. 1 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

dengan melibatkan kepala ruangan, ketua tim HASIL


dan 9 orang perawat pelaksana pada shift yang
berbeda. Identifikasi data awal dilaksanakan Pengkajian
dengan menemukan data melalui kuesioner,
observasi dan wawancara terhadap kepala Serah terima pasien antar shift
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana keperawatan merupakan kegiatan rutin yang
terkait metode serah terima yang dilakukan di dilakukan oleh perawat di RS X pada setiap
ruang rawat inap. Data yang ditemukan di pergantian shift keperawatan yaitu shift pagi
analisis menggunakan diagram fish bone untuk (pukul 07.30-13.30), shift sore (pukul 13.30-
memetakan dan menemukan masalah. Analisis 20.00) dan shift malam (pukul 19.30-08.00).
ini dipilih karena dapat menggambarkan Proses serah terima membutuhkan
seluruh komponen berupa man, material, kepemimpinan dan fungsi manajemen yang
methode, measurement dan machine dan baik dari pemimpin dalam serah terima (NSW
representatif untuk projeck yang dilakukan. Departemen of Health, 2009).
Kemudian dilakukan penetapan prioritas Pada pengkajian awal yang dilakukan
masalah bersama kepala ruangan dan katim melalui kuesioner terhadap 93 responden di RS
untuk menentukan strategi pemecahan masalah sehingga diperoleh gambaran pelaksanaan serah
menggunakan siklus PDCA (Plan Do Check terima yang dilakukan di rumah sakit adalah
Action). Dengan menyusun rencana tindakan seperti terlihat pada tabel
berdasarkan prioritas dan pelaksanaan rencana 1.
tindakan (implementasi). Implementasi yang
dilakukan berupa sosialisasi dan diseminasi
mengenai pelaksanaan serah terima yang
optimal, evaluasi terhadap SPO yang telah
dimiliki Rumah Sakit, menyusun panduan
pelaksanaan komunikasi efektif dalam serah
terima pasien, role play dan pembuatan video
untuk memudahkan perawat memahami alur
serah terima yang efektif.
Evaluasi kegiatan dilakukan melalui
observasi dan supervisi pelaksanaan serah
terima antar shift keperawatan selama 2 hari
pada setiap pergantian shift keperawatan.
Evaluasi dilakukan untuk mendapatkan hasil Seluruh data yang diperoleh kemudian
dari Pilot Project yang telah dilakukan dan dilakukan analisis menggunakan diagram fish
sejauh mana studi ini dapat diaplikasikan untuk bone untuk memetakan dan menemukan
kemudian dapat dijadikan rekomendasi dan permasalahan sehingga dapat dilakukan
rencana tindak lanjut bagi peningkatan kualitas prioritas masalah. Hasil analisis diagram fish
pelaksanaan serah terima di Rumah Sakit. bone dapat dilihat pada gambar 1.
Proses penelitian ini merupakan sebuah Pada diagram fishbone terlihat bahwa
proyek inovasi yang sudah memiliki ijin untuk belum optimalnya serah terima antar shift
melakukan pengumpulan data dan publikasi keperawatan disebabkan antara lain oleh faktor
dari RSUD X Jakarta dengan nomor surat measurement yaitu belum terdapat bukti tertulis
Nomor: 985/-1.776.4 pelaksanaan serah terima pasien, belum ada
form khusus untuk supervisi pelaksanaan serah
terima pasien, perawat mengetahui SPO namun
belum melaksanakan dengan maksimal. Selain
itu pada methode ditemukan pula bahwa serah
terima di samping tempat tidur pasien (Bedside)

39
Idea Nursing Journal Vol. X No. 1 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

Gambar 1 Fishbone analysis belum optimalnya pelaksanaan serah terima pasien antar shift
keperawatan

belum maksimal, belum menggunakan optimalisasi CPPT untuk dokumen dan bukti
komunikasi yang terstruktur, belum ada verifikasi serah terima antar shift keperawatan.
pencatatan dan verifikasi tertulis serah terimal. Proses implementasi dilakukan dengan
Berdasarkan analisis dalam diagram fish melibatkan perawat pelaksana, ketua tim dan
bone tersebut maka dilakukan rencana tindakan kepala ruangan melalui kegiatan serah terima
menggunakan konsep PDCA (Plan, Do, Check, antar shift keperawatan. Implementasi
Action) dengan kerangka peran dan fungsi dilanjutkan dengan diseminasi dan pembuatan
manajemen. Rencana tindakan yang akan video edukasi serah terima antar shift
dilakukan antara lain penyempurnaan SPO keperawatan untuk memudahkan perawat
serah terima pasien, meningkatkan komunikasi memahami uraian kerja dalam SPO serah
efektif perawat dengan SBAR, membuat video terima yang sudah di modifikasi. Kegiatan
role play serah terima dan mengoptimalkan serah terima diobservasi selama pada setiap
fungsi Catatan Harian Pasien Terintegrasi pergantianshift terhadap 9 orang perawat
(CPPT) sebagai format dokumentasi bukti pelaksana selama 2 hari. Observasi dilakukan
pelaksanaan serah terima antar shift untuk melihat kemampuan perawat dalam
keperawatan. menjalankan tahapan dalam SPO dan
ketrampilan dalam melakukan komunikasi
Implementasi SBAR dalam serah terima.Hasil yang diperoleh
adalah seperti pada tabel 1.2
Tahap pertama proses implementasi Pada tabel 2 terlihat bahwa perawat
dilakukan dengan melakukan review terhadap melakukan tahapan serah terima bersama pasien
SPO yang dimiliki RS menggunakan literature disamping tempat tidur dengan melakukan
dan evidence base serta berkonsultasi dengan prinsip bedside handover seperti melibatkan
Kepala Satuan Pelaksana Keperawatan Rawat pasien dalam serah terima dengan sebesar
Inap sehingga di hasilkan SPO yang 88,8%, melakukan komunikasi terapeutik
dimodifikasidengan menambahkan elemen 88,8%, memperkenalkan perawat yang akan
komunikasi SBAR, tahapan bedside dan menggantikan shift dan melakukan safety check

40
Idea Nursing Journal Vol. X No. 1 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

terhadap keamanan pasien di ruang perawatan. Background (44,4%), Assesment (88,9%),


Kemudian saat tahapan serah terima antar Recommendation (77,8%). Bersadarkan
perawat di nurse station, penulis mengamati pengamatan penulis, kemampuan perawat
ketrampilan perawat dalam serah terima yaitu dalam melaporkan hasil background (riwayat
melakukan komunikasi SBAR sebanyak 44,5%, pengobatan) pasien masih sangat rendah
verifikasi laporan serah terima sebesar 88,8% disebabkan oleh prilaku kepatuhan perawat
dan menandatangani CPPT sebanyak 88,9%. dalam mengikuti langkah dalam SPO sehingga
masih perlu lebih di budayakan lagi untuk
dilaksanakan dalam pelaporan kondisi pasien
saat serah terima.

PEMBAHASAN
Serah terima antar shift keperawatan adalah
fase penting dalam proses perawatan pasien
karena menyangkut dengan akuntabilitas dan
tanggunggugat perawat terhadap peralihan
tanggungjawab dalam perawatan
pasien(Washington, Brown, & Gilmore, 2015).
Dalam studi yang telah dilakukan,
implementasi peningkatan dalam metode serah
Selain melakukan evaluasi terhadap terima mampu memberikan akuntabilitas dalam
pelaksanaan serah terima pasien, penulis juga pelaksanaan berupa adanya tandatangan
melakukan evaluasi terhadap ketrampilan verikasi serah terima pasien pada format catatan
perawat dalam melakukan komunikasi SBAR terintegrasi (CPPT) sebesar 88,9% yang
meliputi Situation, Background, Assesment dan menunjukkan kesadaran diri perawat terhadap
Recommendation. Dengan hasil yang akuntabilitas. Hal ini sejalan pula dengan
didapatkan seperti pada tabel 4 berikut. prinsip serah terima pasien berdasarkan
Australian Commission on Safety and Quality
in Health Care(2010) yaitu serah terima pasien
membutuhkan persiapan terlebih dahulu,serah
terima harus di organisasikan dengan baik
termasuk kepala ruangan sebagai pemimpin
dalam serah terima pasien, serah terima harus
dilakukan dengan lingkungan yang nyaman
serta harus terdapat akuntabilitas dan
responsibilitas pelaksanaan serah terima pasien.
Studi ini juga memperlihatkan kemampuan
perawat dalam melakukan serah terima bersama
pasien meningkat dalam banyak aspek seperti
memperkenalkan perawat yang akan bertugas
Tabel 4 Ketrampilan perawat pelaksana (66,6%), melakukan komunikasi terapeutik
dalam melakukan komunikasi SBAR dalam (88,8%), melibatkan pasien (66,2%). Standar
serah terima antar shift keperawatan SNARS 2018 mengungkapkan bahwa serah
Secara keseluruhan, hasil yang dicapai terima pasien bila memungkinkan maka
terlihat ketrampilan perawat dalam komunikasi dilakukan dengan melibatkan pasien, demikian
SBAR berada pada 44,5%. Hasil tersebut juga dengan penelitian terkait pengenalan
kemudian diuraikan untuk melihat ketrampilan ‘patient centre care” dalam serah terima pasien,
dari setiap aspek dan didapatkan hasil pada terjadi perubahan dalam kepuasan pasien
kemampuan melaporkan Situation (66,7%), berupa pertukaran informasi antara pasien dan

41
Idea Nursing Journal Vol. X No. 1 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

perawat. Pasien dari bangsal intervensi 44,50% dirasakan masih belum optimal
memiliki skor secara statistik lebih tinggi pelaksanaannya sehingga diperlukan strategi
setelah penerapan serah terima bersama pasien baru.
bila dibandingkan dengan bangsal kontrol (p = Komponen dalam SBAR yang paling
0,0058)(Kullberg, Sharp, Johansson, & rendah capaiannya pada RSUD X adalah dalam
Brandberg, 2017). penyampaian “Background” yaitu pelaporan
kondisi penyakit yang pernah diderita pasien
Komunikasi Efektif Dalam serah Terima yang berpengaruh terhadap penyakitnya saat
Pasien ini. Penelitian oleh Uhm, Lim, & Hyeong,
(2018) menyebutkan bahwa terdapat perbedaan
Aspek lain yang juga menjadi perhatian dalam pemahaman tentang komunikasi efektif
adalah komunikasi efektif. Tidak dapat SBAR antara perawat D3 dengan Ners yang
dipungkiri bahwa serah terima pasien dibuktikan dengan peningkatan kualitas dalam
membutuhkan alat yang terstandar, banyak pencatatan dan komunikasi SBAR dalam serah
digunakan yang dapat memudahkan dan terima pada perawat dengan pendidikan ners.
menjadikan komunikasi lebih terstruktur. Tanpa Namun tidak ada hubungan antara lamanya
adanya panduan komunikasi dalam hand over, bekerja dengan kualitas serah terima yang
beberapa informasi terkait kondisi pasien dilakukan (Patidar et al., 2014).Perawat harus
mungkin untuk dilewatkan(Washington et al., mampu mengenali potensi risiko keselamatan
2015);Lupieri, Creatti, & Palese, 2016). dan melakukan intervensi untuk mencegah
Penelitian lainnya mengemukakan bahwa terjadinya insiden..
miskomunikasi yang terjadi saat serah terima Penelitian menunjukkancara yang
berdampak paling besar terhadap keselamatan dilakukan untuk mempermudah pengetahuan
pasien (Patidar, Patidar, & Gardi, 2014).Huston perawat mengenai SBAR yaitu dengan cara
Methodist Hospital (2015) mencatat kesalahan menempel papan tulis di kamar pasien dan
dalam pelaporan kondisi pasien yang terjadi menuliskan laporan SBAR sesuai kondisi
seperti perawat lupa melaporkan nilai pasien (Nzeribe, 2012). Dibutuhkan pelatihan
pemeriksaan hasil GDS pada pasien pre operasi tentang pentingnya serah terima dan
Diabetes Mellitus yang berakibat pada implikasinya pada keselamatan pasien (Farhan
perpanjangan leght of stay dan komplikasi et al., 2012), perlunya supervisi terhadap
pasca operasi disebabkan oleh belum adanya kesinambungan pelaksanaan serah terima juga
komunikasi terstruktur dan alat yang dimiliki dapat dilakukan oleh kepala ruangan kepada
oleh Rumah Sakit. ketua tim maupun supervisi oleh ketua tim
Salah satu alat yang banyak kepada pelaksana. supervisi kepala ruangan
direkomendasikan dalam komunikasi dalam yang dipersepsikan baik mempunyai peluang
serah terima adalah SBAR (Situation, meningkatkan kelengkapan dokumentasi
Background, Assesment dan Recommendation). asuhan keperawatan 4,2 kali lebih baik
Komunikasi informasi yang akurat pada dibanding supervisi yang kurang baik setelah
pergantian shift adalah salah satu fungsi utama dikontrol tingkat pendidikan perawat pelaksana
hand over untuk memastikan transisi yang (Nugroho & Sujianto, 2017).
aman bagi pasien saat tanggung jawab asuhan
pasien bergeser dari tim sebelumnya ke tim KESIMPULAN
berikutnya (Farhan et al., 2012)selain itu,
SBAR dapat memperjelas empat tema Peningkatan keselamatan pasien menjadi
komunikasi formal: Peningkatan komunikasi; tujuan utama dari setiap tatanan pelayanan yang
peningkatan transfer informasi; meningkatkan ada, hal ini dikarenakan pasien merupakan
kepercayaan diri; dan meningkatkan orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan
keselamatan pasien.(Superville, Dieckmann, dengan mutu dan standar yang terjaga. Serah
Jenerette, & Fogel, 2017). Komunikasi SBAR terima pasien antar shift keperawatan
memungkinkan untuk terjadinya celah bagi
yang dilakukan oleh perawat di RS X sebesar

42
Idea Nursing Journal Vol. X No. 1 2019
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

kejadian tidak diharapkan yang dapat Kullberg, A., Sharp, L., Johansson, H., &
mengancam hidup pasien saat perawat Brandberg, Y. (2017). Patient satisfaction after
melupakan penyampaian data-data penting hasil implementation of person-centred handover in
assesmen pasien, untuk itu dibutuhkan oncological inpatient care – A cross-sectional
study, 1–15. https://doi.org
komunikasi efektif yang terstruktur dan
Lupieri, G., Creatti, C., & Palese, A. (2016).
berstandar baku seperti SBAR untuk ScienceDirect Cardio-thoracic surgical patients’
mendukung pelaksanaan serah terima pasien experience on bedside nursing handovers:
yang optimal dan mencegah kejadian tidak Findings from a qualitative study. Intensive and
diharapkan yang akan mengancam pasien. Critical Care Nursing, 35, 28–37.
https://doi.org
Rekomendasi NSW Departemen of Health. (2009).
Implementation toolkit: Standard key principles
Pilot Study ini disusun dengan harapan for clinical handover (1st ed.). North Sidney:
untuk optimalisasi pelaksanaan serah terima NWS Departemen of Health. Retrieved from
antar shift keperawatan, hasil yang didapatkan www.health.nsw.gov.au
hendaknya menjadi gambaran megenai Nugroho, S. H. P., & Sujianto, U. (2017). Supervisi
pelaksanaan serah terima dan dapat melakukan Kepala Ruang Model Proctor untuk
tindak lanjut berupa melakukan perencanaan Meningkatkan Pelaksanaan Keselamatan
bersama dengan komite keperawatan untuk Pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia, 20(1),
56–64. Retrieved from
revisi SPO pelaksanaan serah terima pasien http://jki.ui.ac.id/index.php/jki
dengan memasukkan komunikasi SBAR dan Patidar, K., Patidar, S. N., & Gardi, R. D. (2014).
mengoptimalkan fungsi CPPT sebagai bukti Exploration of Quality of Hand over Among
serah terima untuk turut mewujudkan sasaran Nurses. Asian J. Nursing Edu. and Research
keselamatan. Kepada kepala ruangan agar dapat (Vol. 4). Retrieved from
menerapkan peran dan fungsi manajemen www.anvpublication.org
dalam pelaksanaan serah terima pasien terutama Riedel, E., & Ayala, W. (2017). Impact of a
fungsi pengarahan dan pengendalian melalui Standardized Tool on Handoff Quality in Nurse
supervisi, diskusi refleksi kasus dan conference Change-of-Shift Reports. Retrieved from
yang rutin, memberikan motivasi dan reward https://remote-lib.ui.ac.id
Superville, J. G., Dieckmann, J., Jenerette, C., &
kepada tim untuk meningkatkan pelaksanaan Fogel, C. (2017). Standardizing Nurse to Nurse
serah terima, lalu bagi perawat pelaksana untuk Patient Handoffs in a Correctional Healthcare
dapat meningkatkan pengetahuan dan Setting: A Quality Improvement Project to
membudayakan asuhan keperawatan yang Improve End of Shift Nurse Communication
komprehensif dan pencatatan yang baik dan Using The SBAR I-5 Handoff Bundle. Retrieved
melakukan praktek komunikasi SBAR dalam from https://remote-lib.ui.ac.id
setiap kegiatan serah terima pasien. Uhm, J.-Y., Lim, E. Y., & Hyeong, J. (2018). The
impact of a standardized inter-department
DAFTAR PUSTAKA handover on nurses’ perceptions and
performance in Republic of Korea. Journal of
Alrajhi, A., Sormunen, T., & Alsubhi, H. (2018). Nursing Management.
Factors Affecting Bedside Handover between https://doi.org/10.1111/jonm
Nurses inCritical Care Area Factors Affecting Washington, N., Brown, L., & Gilmore, J. (2015).
Bedside Handover between Nurses inCritical Standardizing the OR to PACU patient hand
Care Area, (October). https://doi.org over. AORN, 101, P10–P12. https://doi.org
Farhan, M., Brown, R., Woloshynowych, M., &
Vincent, C. (2012). The ABC of handover: a
qualitative study to develop a new tool for
handover in the emergency department. Emerg
Med J, 29, 941–946. https://doi.org

43

Anda mungkin juga menyukai