Anda di halaman 1dari 22

KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI DAN TSUNAMI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1


HASNIA
ALDRIANSYAH
STEVANI
IRMAWATI
NAHDHATUL IMAM

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2020

i
DAFTAR ISI

Sampul .......................................................................................................................... i
Daftar Isi ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 3
1.4 Manfaat ............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ............................................................................................................. 5
2.2 Sifat Kesiapsiagaan ........................................................................................... 6
2.3 Kedudukan Kesiapsiagaan Dalam Perencanaan Penanggulangan Bencana ..... 7
2.4 Sejarah Kejadian Bencana Di Indonesia ............................................................. 8
2.5 Gempabumi ....................................................................................................... 9
2.6 Gelombang Tsunami .......................................................................................... 9
2.7 Proses dan Penyebab Terjadinya Gempabumi dan Tsunami ............................... 10
2.8 Dampak Yang Ditimbulkan ............................................................................... 14

2.9 Peran Perawat Dalam Kesiapsiagaan ……………………………......................... 15

2.10 Kesiapsiagaan di Rumah Sakit …………………………………………………… 17

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ............................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis,


geologis, hi-drologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana,
baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia
yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat
menghambat pembanmgunan nasional. Data dan Informasi Bencana Indonesia
(DIBI) BNPB menunjukkan bahwa jumlah kejadian bencana dan korban
meninggal di Indonesia terdapat kecenderungan mengalami peningkatan.
Bencana yang menelan korban meninggalpaling banyak adalah akibat gempa bumi
dan tsunami. Fakta ini menunjukkan bahwa masyarakat belum memiliki
kesiapsiagaan menghadapi gempa bumi bumi dan tsunami sehingga jumlah
korban jiwa meninggal akibat bencana ini masih cukup banyak.

Indonesia terletak di daerah yang cukup rawan terjadinya bencana Gempa Bumi dan
Tsunami. Hal ini dikarenakan Indonesia Negara kepulauan yang memiliki banyak
laut dan terletak diantara dua lempengan yang berjalan, serta banyaknya gunung
berapi yang ada di Indonesia.

Posisi wilayah Indonesia yang berada di garis Katulistiwa dan berbentuk Kepulauan
menimbulkan potensi tinggi terjadinya berbagai jenis bencana hidrometeorologi,
yaitu banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrim (angin puting beliung),
abrasi, gelombang ekstrim dan kebakaran lahan dan hutan. Fenomena perubahan
iklim memberikan kontribusi terhadap peningkatan bencana hidrometeorologi.

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data Badan


Informasi Geospasial (BIG) pada 2013 jumlah pulau di Indonesia ada 13.466

pulau.Luas daratan adalah 1.922.570 km2 (37,1%), dan luas perairan adalah

1
3.257.483 km2 (62,9%), hingga total luas Indonesia adalah 5.180.053 km2. Garis
pantainya kurang lebih sepanjang 81.000 km. Pulau-pulau Indonesia terbentuk
tiga lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng
Eurasia. Kondisi tersebut menyebabkan Negara Indonesia menjadi salah satu negara
mempunyai potensi tinggi terhadap bencana gempabumi, tsunami, letusan
gunungapi dan gerakan tanah (tanah longsor).

Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana gempa bumi dan


tsunami, penyelenggaraan penanggulangan bencana yang dilakukan
diantaranya termasuk kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan gempa bumi dan
tsunami dilaksanakan untuk memastikan terlaksananya tindakan yang
cepat dan tepat pada saat terjadi bencana. Dalam rencana penanggulangan
bencana kesiapsiagaan merupakan pilihan tindakan penanggulangan
bencana setelah dilakukan analisis kemungkinan dampak bencana.
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian
harta benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat.

Peraturan Pemerintah Repoblik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang


penyelengaraan Penanggulangan Bencana mengamanatkan bahwa kegiatan
kesiapsiagaan merupakan tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan dilaksanakan bersama-sama masyarakat dan lembaga usaha.
Mengingat masyarakat merupakan korban potensia di daerah beresiko
bencana dan yang pertama-tama menghadapi bencana adalah masyarakat,
maka pendekatan kesiapsiagaan gempabumi dan tsunami yang dibangun adalah
berbasis masyarakat.

Bencana alam ialah suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari. Dan fenomena
tersebut hampir terjadi di belahan bumi manapun. Bencana alam tersebut dapat
berupa perubahan permukaan bumi, perubahan cuaca, serta bermacam gejala alam
yang dapat mengakibatkan bencana alam lainnya. Salah satu bencana alam yang

2
sering terjadi adalah gempa bumi. Indonesia ialah negara yang rawan terjadi gempa
bumi, karena letaknya yang berada di daerah rawan gempa bumi.

Bencana alam apapun bentuknya memang tidak diinginkan. Sayangnya kejadian pun
terus saja ada. Berbagai usaha tidak jarang dianggap maksimal tetapi kenyataan
sering tidak terelakkan. Masih untung bagi kita yang mengagungkan Tuhan sehingga
segala kehendak-Nya bisa dimengerti, meski itu berarti derita.

Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan
termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta
benda dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang
mudah. Dalam arti mudah difahami dan mudah diterima oleh mereka yang
mengalami. Bayangkan saja harta yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dipelihara
bertahun-tahun lenyap seketika.

Data menunjukkan bahwa kejadian bencana telah meningkat secara signifikan


dalam satu dekade terakhir. Pada kurun waktu tersebut Indonesia dilanda 11.274
kejadian bencana yang telah menelan korban jiwa sebanyak 193.240 orang dan
mengakibatkan total kerugian sekurang-kurangnya Rp420 triliun. Kejadian bencana
itu antara lain gempabumi dan tsunami Aceh-Nias (2004), gempabumi Yogyakarta
dan Jawa Tengah (2006), gempabumi Sumatera Barat (2007), banjir Jakarta (2007),
gempabumi Bengkulu (2007), gempabumi Sumatera Barat (2009), tsunami
Mentawai (2010), banjir bandang Wasior (2010), erupsi Gunung Merapi (2010),
lahar dingin Gunung Merapi (2011), serta banjir Jakarta (2012, 2013 dan 2014),
erupsi Gunung Sinabung (2013, 2014), gempabumi Sulawesi Tengah 2018.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Gempa Bumi Dan Tsunami?
2. Bagaimana proses dan penyebab terjadinya?
3. Apa saja dampak yang ditimbulkan?

1.3 Tujuan

3
1. Memberikan gambaran tindakan kesiapsiagaan menghadapi bencana
gempabumi dan tsunami.
2. Menjelaskan tentang gempa bumi dan gelombang tsunami.
3. Menjelaskan proses terjadinya gempa dan tsunami.
4. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gempa dan tsunami.
5. Mendeskripsikan dampak yang diakibatkan oleh gempa bumi dan tsunami.

1.4 Manfaat
1. Mengetahui pengertian bencana alam.
2. Mengetahui bagaimana proses bisa terjadi gempa dan tsunami serta faktor-
faktor penyebabnya
3. Mengetahui dampaknya yang ditimbulkan oleh dempa dan tsunami.
4. Menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai bancana alam yang terjadi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Pemahaman terhadap konsep kesiapsiagaan yang berkembang


dimasyarakat dapat dikatakan cukup beragam. Menurut Carter (1991)
dalam LIPI-UNESCO ISDR (2006). Kesiapsiagaan adalah: Tindakan-tindakan
yang memungkinkan pemerintahan, organisasi-organisasi, masyarakat,
komunitas dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana
secara cepat dan tepat guna. Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah
rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan pelatihan
personil.

Sedangkan dalam Pedoman Pengurangan Resiko Bencana yang dikeluarkan


oleh BNPB, dan mengacu pada Pasal 1 Angka 7 UU Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana, kesiapsiagaan didefinisikan sebagai
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna.

Definisi lain dari kesiapsiagaan dapat dilihat pada definisi yang


disampaikan oleh International Federation of Redcross and Red Crescent
Societies (IFRC). Kesiapsiagaan adalah suatu kegiatan yang membuat
perencanaan dalam menghadapi bencana. Perencanaan yang dibuat
haruslah bersifat efektif, realistis dan terkoordinasi, dan
memaksimalkan peran seluruh aspek dalam masyarakat, rumah tangga dan
komunitas siaga bencana. Tidak hanya berhenti pada perencanaan,

5
kegiatan kesiapsiagaan juga akan melakukan respon terhadap upaya-
upaya kesiapsiagaan yang telah dilakukan. Kegiatan kesiapsiagaan pada
dasarnya bertujuan untuk mencegah situasi yang lebih buruk dari bencana
itu sendiri dan juga bertujuan untuk menyelamatkan sebanyak-
banyaknya kehidupan dan pada akhirnya juga untuk membantu korban
agar dapat kembali pada kehidupan normal setelah terjadinya bencana
dalam jangka waktu yang singkat.

Konsep kesiapsiagaan yang digunakan pada Pedoman Pengurangan Resiko


Bencana lebih ditekankan pada menyiapkan kemampuan untuk dapat
melaksanakan kegiatan tanggap darurat secara cepat dan tepat, terkhusus
dalam pedoman ini adalah dalam menghadapi ancaman gempa bumi dan
tsunami. Kegiatan tanggap darurat meliputi langkah-langkah tindakan
sesaat sebelum bencana, seperti: peringatan dini (bila
memungkinkan) meliputi penyampaian peringatan dan tanggapan
terhadap peringatan; tindakan saat kejadian bencana, seperti:
melindungi/menyelamatkan diri, melindungi nyawa dan beberapa jenis
benda berharga, tindakan evakuasi; dan tindakan yang harus dilakukan
segera setelah terjadi bencana, seperti: SAR, evakuasi, penyediaan tempat
berlindung sementara, perawatan darurat, dapur umum, bantuan
darurat,survei untuk mengkaji kerusakan dan kebutuhan-kebutuhan
darurat serta perencanaan untuk pemulihan segera (infrastuktur kritis,
sarana sosial, seperti: pendidikan dan ibadah) (LIPI-UNESCO ISDR, 2006).

2.2 Sifat Kesiapsiagaan

Hal yang amat penting untuk diperhatikan dalam membentuk


kesiapsiagaan adalah sifat dari kesiapsiagaan itu sendiri. Langkah awal
dalam manajemen bencana adalah bagaimana membentuk dan
menyiapkan kesiapsiagaan pada berbagai level, baik itu pemerintahan,
masyarakat, organisasi dan komunitas/individu. Hal kedua dari
kesiapsiagaan yang mestinya mendapatkan perhatian lebih adalah

6
bagaimana memelihara kesiapsiagaan tersebut agar tetap memiliki nilai atau
tingkat kesiapsiagaan yang tinggi dalam menghadapi bencana. Faktor
eksternal dalam kehidupan masyarakat, seperti politik, ekonomi, sosial dan
budaya yang mengalami perubahan begitu dinamis, maka tentunya akan
turut mempengaruhi tingkat kesiapsiagaan tersebut. Karena itulah
disebut dalam LIPI-UNESCO ISDR, 2006, bahwa kesiapsiagaan memiliki
sifat yang dinamis mengikuti karakter budaya dan pemerintahan disuatu
wilayah. Perlu adanya pemantauan yang berkala dan berkelanjutan
dalam menjaga kesiapsiagaan suatu komunitas, masyarakat dan
pemerintahan.

2.3 Kedudukan Kesiapsiagaan Dalam Perencanaan Penanggulangan Bencana

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana


mengamanatkan agar setiap daerah dalam upaya penanggulangan bencana
mempunyai perencanaan penanggulangan bencana. Kompleksitas dari
bencana memerlukan suatu penataan atau perencanaan yang matang
dalam penanggulangannya sehingga dapat dilaksanakan secara tearah
dan terpadu. Secara umum perencanaan dalam penanggulangan bencana
dilakukan pada setiap tahapan dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi tahap pra
bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Perencanaan
penanggulangan bencana disusun berdasarkan hasil analisis risiko
bencana dan upaya penanggulangannya yang dijabarkan dalam program
kegiatan penanggulangan bencana.

Pada situasi terdapat potensi bencana perlu adanya kegiatan-kegiatan


kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana selain juga peringatan
dini dan mitigasi bencana. Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari
jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata
kehidupan masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam penanggulangan bencana

7
termasuk kesiapsiagaan dilakukan secara lintas sektor dan multi
stakeholder termasuk peran dan potensi masyarakat. Masyarakat sebagai
pelaku awal penanggulangan bencana sekaligus korban bencana harus
mampu dalam batasan tertentu menangani bencana sehingga diharapkan
bencana tidak berkembang ke skala lebih besar. Oleh karena itu
didorong upaya kesiapsiagaan yang menjadi pilihan tindakan tersebut
berbasis masyarakat.

2.4 Sejarah Kejadian Bencana Di Indonesia

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan daerah rawan bencana.


Posisinya yang terletak di garis Katulistiwa dan berbentuk Kepulauan menimbulkan
potensi tinggi untuk berbagai jenis bencana terkait hidrometeorologi, seperti banjir,
banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrim (angin puting beliung), gelobang ekstrim
dan abrasi serta kebakaran lahan dan hutan. Fenomena perubahan iklim juga
semakin meningkatkan ancaman bencana hidrometeorologi.

Pulau-pulau di Indonesia terletak pada tiga lempeng tektonik dunia yaitu lempeng
Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia yang menyebabkan potensi tinggi
terhadap terjadinya bencana gempabumi, tsunami, letusan gunungapi dan
gerakan tanah (tanah longsor).

Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peletakan permukiman yang


tidak terkendali dan tertata dengan baik, kesadaran masyarakat terhadap
kebersihan dan keamanan yang kurang serta tingginya perkembangan teknologi
menimbulkan potensi tinggi terjadinya bencana antropogenik yaitu epidemik dan
wabah penyakit, serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri).

Perkembangan Indonesia sebagai tujuan investasi global berimbas juga pada


intensitas keluar masuk manusia yang semakin tinggi sehingga berpotensi
meningkatkan kejadian epidemi dan wabah penyakit seperti HIV/AIDS, Ebola,
MERS, H5N1/Flu Burung. Pesatnya pertumbuhan industri dan pembangunan juga
semakin menambah potensi bencana terkait antropogenik.

8
Beberapa gempa besar secara berulang sudah terjadi di Indonesia selama beberapa
tahun terakhir yang menyebabkan dampak yang buruk terhadap populasi penduduk
dan bangunan-bangunan yang ada di Indonesia.

2.5 Gempa Bumi

Gempa Bumi atau seisme banyak diartikan sebagai getaran atau guncangan yang
timbul di permukaan bumi yang terjadi karena adanya pergerakan lempeng bumi.
Gempa bumi juga diartikan sebagai suatu pergeseran lapisan secara tiba-tiba yang
berasa dalam bumi. Karena gempa bumi dikatakan bersumber dari dalam bumi atau
lapisan bawah bumi berarti gempa bumi adalah getaran pada kulit bumi yang
disebabkan oleh kekuatan dari dalam bumi. Getaran gempa biasa dinyatakan dalam
skala richter. Ilmuwan yang mempelajari tentang gempa bumi disebut seismologist
dan alat yang digunakan sisemologist untuk mengukur setiap getaran yang terjadi
disebut siesmograf.

Gempa bumi juga didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, yang terjadi
pada lokasi tertentu, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran pada bumi terjadi
akibat dari adanya proses pergeseran secara tiba-tiba (sudden slip) pada kerak bumi.
Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya sumber gaya (force) sebagai
penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia (artificial
earthquakes). Selain disebabkan oleh sudden slip, getaran pada bumi juga bisa
disebabkan oleh gejala lain yang sifatnya lebih halus atau berupa getaran kecil-kecil
yang sulit dirasakan manusia. Getaran tersebut misalnya yang disebabkan oleh lalu-
lintas, mobil, kereta api, tiupan angin pada pohon dan lain-lain. Getaran seperti ini
dikelompokan sebagai mikroseismisitas (getaran sangat kecil). Dimana tempat biasa
terjadinya gempa bumi alamiah yang cukup besar, berdasarkan hasil penelitian, para
peneliti kebumian menyimpulkan bahwa hampir 95 persen lebih gempa bumi terjadi
di daerah batas pertemuan antar lempeng yang menyusun kerak bumi dan di daerah
sesar atau fault.

2.6 Gelombang Tsunami

9
Tsunami sendiri berasal dari bahasa Jepang, yang artinya pelabuhan (tsu) dan
gelombang (nami). Ini adalah terminologi untuk menyebutkan fenomena gelombang
laut yang tinggi dan besar akibat dari gangguan mendadak pada dasar laut yang
secara vertikal mengurangi volume kolom air.

Jika fenomena lempengen bergerak saling menekan atau bertemu terjadi di dasar
laut, ketika salah satu lempengan naik atau turun, maka volume daerah di atasnya
akan mengalami perubahan kondisi stabilnya. Apabila lempengan itu turun, maka
volume daerah itu akan bertambah. Sebaliknya apabila lempeng itu naik, maka
volume daerah itu akan berkurang.

Perubahan volume tersebut akan mempengaruhi gelombang laut. Air dari arah pantai
akan tersedot ke arah tersebut. Gelombang-gelombang (tidak hanya sekali) menuju
pantai akan terbentuk karena massa air yang berkurang pada daerah tersebut (efek
dari hukum Archimedes); karena pengaruh gaya gravitasi, air tersebut berusaha
kembali mencapai kondisi stabilnya. Ketika daerah tersebut cukup luas, maka
gelombang tersebut mendapatkan tenaga yang lebih dahsyat. Inilah yang disebut
tsunami.

2.7 Proses dan Penyebab Terjadinya Gempabumi dan Tsunami

a. Gempa Bumi
1. Proses Terjadinya Gempa
Dalam proses gempa bumi ada yang dikenal dengan hiposentrum dan
episentrum. Hiposentrum adalah titik pusat gempa yang berada dibawah
permukaan bumi sedangkan episentrum adalah titik pusat gempa yang
berada di atas permukaan bumi. Pusat gempa atau hiposentrum berada pada
pertamuan lempeng benua dan lempeng samudra yang saling bertumbukan
dan menimbulkan gelombang getaran. Lempeng samudra Gelombang
getaran tersebut merambat sampai pada episentrum dan terus merambat ke
segala arah di permukaan bumi dengan cepat.

2. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi

10
Gempa bumi banyak disebabkan oleh gerakan-gerakan lempeng
bumi.  Bumi kita ini memiliki lempeng-lempeng yang suatu saat akan
bergerak karena adanya tekanan atau energi dari dalam bumi. Lempeng-
lempeng tersebut bisa bergerak menjauh (divergen), mendekat (konvergen)
atau melewati (transform). Gerakan lempeng-lempeng tersebut bisa dalam
waktu yang lambat maupun dalam waktu yang cepat. Energi yang tersimpan
dan sulit keluar menyebabkan energi tersebut tersimpan sampai akhirnya
energi itu tidak dapat tertahan lagi dan terlepas yang menyebabkan
pergerakan lempeng secara cepat dalam waktu yang singkat yang
menyebabkan terjadinya getaran pada kulit bumi.

Gempa bumi bukan hanya disebabkan oleh pergerakan lempeng tetapi juga
disebabkan oleh cairan magma yang ada pada lapisan bawah kulit bumi.
Magma dalam bumi juga melakukan pergerakan. Pergerakan tersebut yang
menimbulkan penumpukan massa cairan. Cairan tersebut akan terus
bergerak hingga akhirnya menimbulkan energi yang kuat yang memaksa
cairan tersebut untuk keluar dari dalam kulit bumi. Energi tersebut
menimbulkan kulit bumi mengalami pergerakan divergen sebagai saluran
untuk cairan tersebut keluar. Pergerakan tersebut yang mengakibatkan
terjadinya gempa bumi.

Gempa bumi juga dapat disebabkan oleh manusia sendiri. Seperti yang
disebabkan oleh peledakan bahan peledak yang dibuat oleh manusia. Selain
itu juga pembangkit listrik tenaga nuklir atau senjata nuklir yang dibuat oleh
manusia juga dapat menimbulkan guncangan pada permukaan bumi
sehingga terjadi gempa.

b. Gelombang Tsunami

1. Proses Terjadinya Tsunami


Proses terjadinya tsunami dapat dijelaskan sebagai berikut:

11
Gempa bawah laut merenggutkan massa besar air laut dalam satu
hentakan kuat.
Gelombang balik air menerjang dengan kecepatan hingga 800 Km/jam
Mendekati pantai, gelombang melambat namun mendesak ke atas.
Gelombang menghempas ke daratan dan menghancurkan apapun di
belakang pantai.

Secara skematis mekanisme terjadinya tsunami dapat digambarkan


sebagaimana ilustrasi berikut ini, dengan contoh proses surutnya pantai dan
kemudian gelombang berbalik menghantam pantai di Srilanka.

12
Angin menyebabkan gelombang tinggi yang berputar setempat
tidak diikuti dengan limpahan banjir

Tsunami berupa tubuh air yang bergerak mengalir dan diikuti limpahan
banjir

2. Penyebab Terjadinya Tsunami


Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor penyebab
terjadinya tsunami ini adalah :
Gempa bumi yang berpusat di bawah laut
Gempa bumi didasar laut ini merupakan penyebab utama terjadinya
tsunami. Tsunami yang menghancurkan kota Banda Aceh tahun 2004
dan tsunami yang memporak-porandakan Pulau Mentawai pada tahun
2010 ini berasal dari adanya gempa bumi yang berpusat di bawah laut.
Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut dan samudera,
Indonesia sangat berpotensi terkena tsunami. Meskipun demikian, tidak
semua gempa bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan tsunami.
Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyebab terjadinya tsunami
adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai berikut :
 Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
 Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
 Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR
 Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau
turun).

13
Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik
(gempa akibat letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi pada
tahun 1883 adalah akibat meletusnya Gunung Krakatau yang berada di
Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat
pada tanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang
melanda Jawa Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan 
yang berada di wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus
mewaspadai ancaman ini.
Longsor Bawah Laut
Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara
lempeng samudera dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan
terjadinya palung laut dan  pegunungan. Tsunami karena longsoran
bawah laut ini dikenal dengan nama tsunamic submarine landslide.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 menemukan adanya Palung
Siberut yang membentang dari Pulau Siberut hingga pesisir pantai
Bengkulu.
Hantaman Meteor di Laut
Jatuhnya meteor berukuran besar di laut juga merupakan penyebab
terjadinya tsunami.

2.8 Dampak Yang Ditimbulkan

a. Akibat Gempabumi

Akibatnya antara lain tanah longsor, tanah metrekah dan tsunami. Jika tanah
longsor dan tanah merekah mudah muncul tak lama setelah gempa
mengguncang, maka tsunami baru menyerang.

Gempa bumi yang dahsyat mengakibatkan berubahnya susunan lapisan bumi.


Jika dengan gempa bumi menimbulkan rwetakan tanah yang hebat, maka akan
menyebabkan susunan profil tanah berubah . Pembalikan lapisan yang semula

14
berada di atas (top soil) akan berada di dalam bahkan ada di lapisan paling
bawah. Pembalikan massa tanah secara besar- besarab ini jika ditinjau dari aspek
perkembangan tanah akan mudah kembali.

b. Akibat tsunami

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa
manusia serta menyebabkan genangan pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah, dan air bersih. Kebanyakan kota di sekitar Samudra Pasifik, terutama di
Jepang juga di Hawaii, mempunyai sistem peringatan dan prosedur pengungsian
sekiranya tsunami diramalkan akan terjadi. Banyak yang menyebutkan bahwa
tsunami adalah bagian dari gelombang pasang surut  Sebenarnya tsunami tidak
mempunyai hubungan dengan pasang surut air laut. Akan tetapi secara umum
dan didasarkan data statistik, tsunami banyak terjadi akibat gempa, sebagaimana
yang terjadi gempa bumi dan tsunami tahun 2004 beberapa waktu lalu.

2.9 Peran Perawat Dalam Kesiapsiagaan

Peran perawat diharapkan dalam setiap bencana yang terjadi. Peran perawat menurut
fase bencana:
1. Fase pre impact
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai kegiatan pemerintahan, organisasi
lingkungan, Palang Merah Nasinal, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi memberikan
tanggap bencana.
c. Perawat terlibat dalam promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan
tanggap bencana, meliputi usaha pertolongan diri sendiri, pelatihan

15
pertolongan pertama dalam keluarga dan menolong anggota keluarga yang
lain, pembekalan informs cara menyimpan makanan dan minuman untuk
persediaan, perawat memberikan nomer telepon penting seperti nomer
telepon pemadam kebakaran, ambulans, rumah sakit, memberikan informasi
peralatan yang perlu dibawa (pakaian, senter).
2. Fase impact
a. Bertindak cepat.
b. Perawat tidak memberikan janji apapun atau memberikan harapan palsu
pada korban bencana.
c. Konsentrasi penuh pada hal yang dilakukan.
d. Berkoordinasi dengan baik dengan tim lain.
e. Bersama pihak yang terkait mendiskusikan dan merancang master plan
revitalizing untuk jangka panjang.
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan
pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera
(emergency) akan lebih efektif. (Triase).
TRIASE :
a. Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam
kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada,
perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar
derajat I-II.
b. Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan
efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini
sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut
antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis,
laserasi, luka bakar derajat II.
c. Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup,
luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi.
d. Hitam meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari
bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.

16
3. Fase post-impact
a. Memberikan terapi bagi korban bencana untuk mengurangi trauma.
b. Selama masa perbaikan perawat membantu korban bencana alam untuk
kembali ke kehidupan normal.
c. Beberapa penyakit dan kondisi fisik yang memerlukan pemulihan dalam
jangka waktu lama memerlukan bekal informasi dan pendampingan.

2.10 Kesiapsiagaan Bencana di Rumah Sakit


Hospital Preparedness for Emergency (HOPE)
HOPE adalah konsep kesiapsiagaan bencana di rumah sakit. Pemahaman :
1. RS memiliki peran kunci/sentral dalam kondisi/ menanggulangi
kegawatdaruratan dan bencana
2. RS bisa menjadi korban bencana itu sendiri
3. Karena itu harus dipastikan:
a. Bangunan aman
b. SDM memiliki rencana kesiapsiagaan menanggulangi kegawatdaruratan
dan bencana.
RS harus mampu memerankan tugas tugas dan fungsi utamanya dalam berbagai
situasi (Ekst & internal) lebih efektif, terencana, dan sesuai kondisi yang dihadapi.
Rencana harus sinergis dg perencanaan di tkt kota, propinsi , dan nasional.
12 Langkah perencanaan kesiapsiagaan RS :
1. Menentukan petugas yg berwenang unt merencanakan
2. Membentuk panitia perencanaan
3. Melaksanakan penilaian risiko
4. Menentukan tujuan perencanaan
5. Menentukan tanggung jawab
6. Menganalisis sumber daya
7. Mengembangkan sistem dan prosedur
8. Menulis rencana
9. Melatih petugas

17
10. Menguji rencana, petugas, dan prosedur
11. Meninjau kembali rencana
12. Memperbaiki rencana

Peran Rumah Sakit Siaga Bencana Kesiapsiagaan bencana pada:


1. Tahap pra-bencana
2. Tahap bencana : eksternal / internal
3. Tahap Pasca bencana

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :


1. Kesiapsiagaan didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
2. Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi.
3. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
4. Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan energi yang dihasilkan
oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama
tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan
tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah
gempa bumi akan terjadi.
5. Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi , tanah
longsor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
6. Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung
api, gempa bumi, longsor maupun meteor  yang jatuh ke bumi. Namun, 90%
tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
7. Dampak Gempa Bumi dan Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan
parah dan banyak menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya
upaya untuk menghadapi baik dalam keadaan waspada,persiapan,saat terjadi dan
setelah terjadinya.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://sangpujanggakecil.blogspot.com/2014/11/makalah-gempa-bumi-dan-gelombang-
tsunami.html

http://www.makalah.co.id/2015/10/makalah-gempa-bumi-makalah-gempa-bumi.html

http://ekookdamezs.blogspot.com/2012/04/makalah-bencana-alam.html

http://www.anneahira.com/makalah-gempa-bumi-dan-tsunami.htm

http://nyampahdiinternet.blogspot.com/2012/06/faktor-penyebab-terjadinya-tsunami
di.html

http://x-blog46.blogspot.com/2013/03/proses-terjadinya-dampak-dan-upaya_2.html

http://attaqinaufalahmad.blogspot.com/2012/04/upaya-penanggulangan-gempa-bumi-
dan.html

http://stiebanten.blogspot.com/2011/06/makalah-gempa-bumi.html

http://alhiedjamal.wordpress.com/2012/11/05/makalah-tsunami

http://x-blog46.blogspot.com/2012/11/pengertianpenyebab-dan-proses_6.html

20

Anda mungkin juga menyukai