Dibuat Oleh:
Kelompok 4
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kehendak-
Nya makalah Program Based Learning (PBL) pemicu II yang berjudul “Metode
Spektrofotometri UV-Vis dan Infrared Dalam Analisis Fitonutrisi yang Terkandung
Dalam Spirulina Sp.” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk mengetahui dan memelajari konsep spektrofotometri UV-Vis dan IR
baik prinsip, metode analisis, bagian-bagian, dan evaluasi dari penggunaan
spektrofotonetriini, serta untuk memenuhi tugas penulisan makalah pemicu II mata
kuliah kimia anaitik.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Dianursanti S.T., M.T. dan
Ibu Cindy Dianita S.T., M.Eng., selaku dosen pengampu yang telah memberikan
arahan, bimbingan, kepercayaan, dan kesempatan kepada kami dalam menyusun
makalah pemicu II, serta terimakasih kami ucapkan kepada sesama rekan mahasiswa
dan pihak terkait atas dukungan dan bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan
pengetahuan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
positif dalam mengembangkan makalah ini menjadi lebih baik dan berguna bagi kami
dan pembaca serta menjadi acuan kami dalam membuat makalah yang lebih baik di
masa yang akan datang. Kami berharap laporan yang sederhana ini dapat menambah
wawasan kami dan pembaca mengenai ruang lingkup metode analisis
spektrofotometer UV-Vis dan IR ini.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1: PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Pembelajaran 1
1.3 Struktur Penulisan 1
BAB 2: PEMBAHASAN 3
2.1 Topik 1: Identifikasi dan Pengujian Kadar Fitonutrisi dalam Mkroalga
Spirullina Platensis 3
BAB 3: PENUTUP 25
3.1 Kesimpulan 25
3.2 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 28
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dengan struktur pembahasan sebagai berikut:
1. PEMICU 3 – TOPIK 1: Tugas 1
a. Potensi pemanfaatan mikroalga Spirulina Platensis sebagai zat anti
kanker.
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membiakkan Spirulina
Platensis.
c. Alasan digunakan metoda Spektofotometri IR untuk mengidentifikasi
kandungan dalam Spirulina.
d. Keunggulan dan kekurangan metode Spektrofotometri IR dan
Spektrofotometri UV-Vis.
e. Cara melakukan analisis kuantitatif dan kualitatif suatu senyawa
dengan menggunakan metoda Spektrofotometri IR.
f. Alasan mengapa kadar kandungan pada spirulina harus dideteksi
menggunakan Spektroskopi UV-VIS.
g. Tahapan proses dalam menentukan kadar konsentrasi senyawa
fitonutrisi dalam spirulina menggunakan Spektroskopi UV-VIS.
BAB 2
PEMBAHASAN
Tugas 1
1. Apa yang dapat anda ceritakan tentang potensi pemanfaatan Mikroalga
Spirulina sebagai senyawa antikanker?
Jawaban
Spirulina adalah sianobakteri atau mikroalga hijau biru. Biomassa
Spirulina mengandung komponen kimia di antaranya protein 55-70%, lipid 4-
6%, karbohidrat 17-25%, asam lemak tidak jenuh majemuk seperti asam
linoleat (LA) dan γ-linoenat (GLA). Spirulina juga mengandung vitamin di
antaranya asam nikotinat, riboflavin, thiamin, sianokobalamin, mineral, asam
amino dan bahan aktif lainnya seperti karotenoid, pigmen klorofil, dan
fikosianin (Suharyanto, dkk. 2014).
Pirenantyo dan Leenawaty (2008), mengemukaan bahwa fitonurisi
adalah elemen nutrisi yang memberikan buah, sayuran ataupun tumbuhan
warna, aroma, dan rasa yang khas. Banyak fitonutrisi telah menunjukkan
khasiatnya untuk menonaktifkan proses mutsenyawaik dan karsinogenik serta
memperlambat proses kanker dengan cara membatasi pengiriman pesan
berkembangnya perubahan sel yang sehat ke sel yang terinfeksi. Spirulina
merupakan gangang hijau bebentuk spiral yang mengandung fitonutrisi yang
lengkap. Pigmen yang terkandung dalam Spirulina merupakan antioksidan
kuat dan igmen yang terkandung dalam Spirulina merupakan antioksidan kuat
dan beberapa laporan mencatat turunan klorofil a juga berpotensi sebagai
antimutagen, induktor apoptosis, dan fotosensitizer untuk PDT (Fotodinamika
Terapi Kanker.
Karena pigmen dalam Spirulina merupakan antioksidan kuat maka
pigmen digunakan sebagai antikanker. Pigmen yang dominan pada ekstrak
Spirulina adalah fikosianin, klorofil a, dan karotenoid. Jika 100 gram bubuk
Spirulina dianalisis maka kandungan pigmen-pimennya adalah sebagai
berikut.
Tabel 1. Pigmen pada Bubuk Spirulina
Pigmen Mg.100g-1
Fikosianin 14000
Klorofil a 1000
Karotenoid 370
Sumber: Belay, 1997
Fikosianin merupakan pigmen utama Spirulina berwarna biru.
Fikosianin ini merupakan antioksidan kuat yang mudah larut dalam air dan
berpotensi untuk memecah radikal bebas dan menghambat oksidasi lemak
mikrosomal oleh peroksida. Studi klinis terhadap pasien yang mengkonsumsi
secara oral air panas ekstrak Spirulina yang banyak mengadung fikosianin
meningkatkan produksi interferon dan NK sitoksisitas (pembunuh sel kanker).
Penelitian pada tahun 2000 juga membuktikan bahwa pigmen ini dapat
menghambat pertumbuhan sel leukemia K562 pada manusia. Fikosianin juga
meredam senyawa racun anorganik Peroksinitrit (ONOO-) yang dapat
menonaktifkan sel-sel target dan dapat mempercepat kerusakan pada DNA
dengan oksidasi (Pirenantyo, dan Leenawaty. 2008).
Klorofil a dan tutunannya telah diketahui memiliki efek antikanker
kurang lebih sejak 70 tahun yang lalu. Klorofil dan klorofilin (Sodium
Chopper Chlorophyllin) dapat mencegah inisiasi kanker kolon (Pirenantyo,
dan Leenawaty. 2008). Klorofil dapat mencegah sitoksik yang disebabkan
oleh penginduksian sel darah merah. Lain halnya dengan penelitian Carter,
dkk. (2004), sel kanker kolon HCT116 yang mendapat perlakuan klorofilin
ternyata membuat ekspresi gen e-Cadherin meningkat. Peningkatan ekpresi
gen ini memfasilitasi arus B-cantenin keluar dari nukleus dan ke dalam
membran plasma yang kemungkinan merusak sel kanker via Hakai pathway.
Klorofilin juga mengurangi kadar aflatoxin pada urin secara drastis.
Peningkatan kadar aflatoxin ini berkaitan dengan peningkatan resiko kanker
liver.
Senyawa turunan klorofil a digunakan sebagai fotosensitizer (obat
yang aktif oleh cahaya yang menyerap gelombang pada panjang gelombang
tertentu) menyebabkan molekul tersebut tereksitasi melalui mekanisme
Reactive Oxygen Species yang sitotoksik. Setelah tereksitasi ke tingkatan lebih
tinggi (singlet), fotosensitizer menuju tingkatan triplet dan memindahkan ekses
energinya ke oksigen sehingga oksigen akan terkesitasi dari keadaan triplet
(stabil) ke keadaan singlet (sangat reaktif) yang siap bereaksi dengan
biomolekul kaya
Gambar 1. Mekanisme Fotosensitizer
elektron seperti lemak yang tidak tersaturasi, asam amino, dan DNA. Sebagai
akibatnya, mekanisme ini menghancurkan sel kanker ataupun sel tumor
(Pirenantyo, dan Leenawaty. 2008).
Pigmen yang bermanfaat selanjutnya yaitu karotenoid merupakan
pigmen oranye yang mempunyai kandungan tertinggi yaitu β-karoten yang
ternyata mampu menstimulasi aktivitas beberapa enzim antioksidan. Jika
campuran β-karoten, astaxantin, dan α-tokoferol pada konsentrasi 200 sampai
400 ppm dapat meningkatkan level LDH (laktat dehidrogenase) dan GST
(Guathine S-transferse), dengan meningkatnya LDH dan GST memberikan
kontribusi dalam efek antikarsinogenik dan secara signifikan dapat menekan
pertumbuhan Ehrlich Ascites Carcinoma Cells (EACC) (Pirenantyo, dan
Leenawaty. 2008). Kandungan dan komposisi karotenoid dari ekstrak
Spirulina palntensis tiap gramnya dalah sebagai berikut:
Tabel 2. Kandungan Karotenoid pada Spirulina Plantensis
Pigmen µg.g-1
β-karoten 49,61
Astaxantin 6,61
Lutein 0,06
Zeaxantin 1,25
Kriptoxantin 1,41
Total Karotenoid 4,75
Sumber: Hanaa, dkk., 2003
Senyawa lain selain pigmen yang terkandung dalam Spirulina adalah
flavonoid. Flavanoid termasuk ke dalam senyawa polifenol, metabolit
sekunder
dari tanaman dan memiliki aktivitas sebagai antikanker. Flavonoid
mengandung kuersetin yang berasal dari subkelas flavonol. Kuersetin,
genistein atau flavopiridol dapat dijadikan sebagai bahan untuk obat kanker
(Ravishankar, dkk. 2013). Mekanisme flavonoid sebagai antikanker menurut
Ren, dkk. (2003) yaitu penghambatan aktivitas DNA topoisomerase I/II,
penurunan ekspresi gen Bcl-2 dan Bcl-xl serta aktivasi endonuklease.
Senyawa berikutnya adalah Steroid yang dapat digunakan sebagai agen
antikanker karena memiliki enzim penghambat diantaranya aromatase dan
sulfatase inhibitor untuk kanker payudara (Salvador, dkk. 2012). Zakaria, dkk.
(2011) menyatakan mekanisme kerja senyawa ini adalah merusak
permeabilitas membran mitokondria pada sel atau menyebabkan sel
mengalami nekrosis atau kematian. Yildrim dan Kutlu (2015) menyatakan
senyawa saponin secara struktural memiliki satu atau lebih gugus glikosida
hidrofilik dan dapat terlibat dalam replikasi DNA serta mencegah poliferasi
sel kanker.
Dari senior anda didapatkan informasi bahwa salah satu pengujian identifikasi
senyawa/kandungan fitonutrisi dilakukan menggunakan spektroskopi IR. Namun
untuk pengujian kadar kandungannya, mereka memilih menggunakan spektroskopi
UV-Vis.
20 0.331
40 0.446
60 0.576
80 0.713
100 0.855
0,4R² = 0,9984
0,3
0,2
0,1
0
3.1 Kesimpulan
1. Spirulina plantenis yang telah diekstrak dapat dikonsumsi baik secara oral
maupun oles yang bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan dan mematikan
sel kanker.
2. Perkembangan Spirulina plantensis pada media kultur perlu memerhatikan
kandungan mikronutrein, makronutrein, dan vitaminnya di mana dipengaruhi
oleh faktor-faktor antara lain, derajat keasaman, suhu, salinitas, unsur hara,
mikronutrien, dan intensitas cahaya.
3. Metode spektrofotometri IR dapat digunakan untuk analisis kualitatif yaitu
menentukan struktur senyawa (gugus) sedangkan analisis kuantitatif menentukan
konsentrasi senyawa dengan menggunakan Hukum Lambert-Beer.
4. Metode spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk analisis kuantitatif di mana
dilakukan untuk menentukan kadar konsentrasi suatu senyawa dalam hal ini
kadar fitonutrien pada Spirulina melalui berbagai tahapan-tahapan untuk
mendapatkan presisi serta melalui kurva kalibrasi yang telah dibuat sebagai
acuan dasar.
3.2 Saran
1. Penelitian lebih lanjut harus dilakukan mengenai efek samping dan efek ketika
penggunaan berlebih (over dosis) dari ekstrak Spirulina plantenis.
2. Dalam penggunaan metode spektrofotometri perlu dilakukan rangakian uji
dalam penentuan suatu kadar konsentrasi untuk mendapatkan hasil yang
presisi.
DAFTAR PUSTAKA