Anda di halaman 1dari 18

Berpikir Logis dengan Penalaran

Induktif dan Deduktif

Logika
Penalaran
• Penalaran adalah pembuatan kesimpulan
berdasarkan alasan-asalan yang relevan.
Dua jenis penalaran
• Dua jenis penalaran logis yang paling
umum adalah:
– Penalaran induktif (induksi)
– Penalaran deduktif (deduksi)
Definisi Induksi
(Penalaran Induktif)

Istilah induksi biasanya mencakup proses-


proses penyimpulan dalam rangka
mendukung atau memperluas keyakinan kita,
pada kondisi yang mengandung risiko atau
ketidak-pastian.
Definisi lanjutan 1

• Proses penyimpulan yang dilakukan adalah


tentang hal-hal khusus yang akan
digunakan untuk memperkuat, mendukung
atau memperluas kesimpulan yang lebih
umum
• Kesimpulan yang lebih umum di sini bisa keyakinan
kita, dugaan peneliti, hipotesi, dsb.
Definisi lanjutan 2

• Mengandung ketidakpastian; artinya dalam


penyimpulan ada kemungkinan salah dan
kemungkinan benar.
• Berdasar pada hukum probabilita; semakin
banyak proses penyimpulan yang mendukung
keyakinan kita, semakin besar kemungkinan
keyakinan kita benar, semakin kuat pula
keyakinan kita itu.
Definisi lanjutan 3

• Tidak dapat dikatakan salah atau benar.


Argumen ini hanya dapat dikatakan kuat
atau lemah.
• Ketidakpastian dalam argumen induktif
muncul dalam dua area yang
berhubungan, yaitu:
1. Dalam premis-premis argumen
2. Dalam asumsi-asumsi inferensial argumen.
Contoh penalaran induktif :
Perhatikan data di bawah ini:
Mengumpulkan tugas esai argumentatif adalah
salah satu persyaratan kelulusan MK LogPenil.
Tulisan-tulisan yang dikumpulkan dalam tugas
jurnal juga diberi nilai.
Tugas esai observasi lebaran juga dinilai.
Persentasi ketidakhadiran yang mencapai lebih
dari 25% artinya tidak lulus MK LogPenil.
Kesimpulannya:

Mengumpulkan tugas esai, jurnal, dan


observasi bukan merupakan keseluruhan
dari faktor penentu kelulusan MK LogPenil
Definisi Penalaran Deduktif (Deduksi)
Deduksi adalah bentuk argumen yang kesimpulannya
niscaya mengikuti premis-premisnya.
Menerima premis tetapi menolak kesimpulan adalah tidak
konsisten.
Penalaran deduktif adalah proses perolehan kesimpulan
yang terjamin validitasnya, jika bukti yang tersedia benar
dan penalaran yang digunakan untuk menghasilkan
kesimpulan tepat.
Kesimpulan juga harus didasari hanya oleh bukti yang
sudah ada sebelumnya; tidak boleh mengandung
informasi baru tentang materi.
Karakteristik Penalaran Deduktif
 Penalaran deduktif diawali oleh generalisasi yang dianggap
benar atau self-evident yang menghasilkan premis-premis, lalu
dari situ diturunkan kesimpulan yang koheren dengan premis-
premisnya.
 Dalam penalaraan deduktif, kesimpulan bersifat lebih khusus
daripada premis-premisnya.
 Bentuk deduksi yang paling umum digunakan adalah
syllogism;,yang terdiri premis mayor (major premise), premis
minor (minor premise), dan kesimpulan (conclusion).

Catatan:
 Penalaran induktif sering digunakan untuk menulis esai
argumentatif. Di situ, pemirsa diharapkan dapat dipengaruhi
olh penulis lebih karena logika tulisannya daripada bukti-bukti
yang ada.
Syllogism:
valid jika kesimpulannya dibuat
berdasarkan premis-premisnya dengan
bentuk-bentuk yang tepat.
benar (true) jika valid dan klaimnya
akurat (informasinya sesuai dengan fakta).
Beberapa contoh….
Valid atau invalid silogisme ini?

Major premise: Semua politikus adalah laki-laki


Minor premise: Sri adalah politikus
Conclusion: Maka, Sri adalah laki-laki

Jawab: Valid
Jika kita tahu bahwa Sri adalah perempuan maka
silogisme ini tidak benar karena pernyataan tidak
sesuai kenyataan.
Contoh (1) silogisme invalid :

Major premise: Semua ayah adalah laki-laki


Minor premise: Dino adalah laki-laki
Conclusion: Maka, Dino adalah ayah

Alasan: middle terms – term yang muncul di kedua


premis, dalam hal ini “laki-laki” – harus merujuk
semua anggota dari kelompok
Contoh (2) silogisme valid:

• Major Premise: Semua ayah adalah laki-laki


• Minor Premise: Dani adalah seorang ayah
• Conclusion: Maka, Dani adalah laki-laki
Contoh (3) silogisme invalid :

 Major premise: Tidak ada seorang pun yang ditolak


menjadi mahasiswa karena ketidakmampuan fisik
 Minor premise: Tuna rungu adalah ketidakmampuan fisik
 Conclusion: Maka, tuna rungu akan ditolak menjadi
mahasiswa karena ketidakmampuan fisik

Alasan: silogisme yang salah satu premisnya negatif


hanya bisa memiliki kesimpulan negatif
Contoh (4) silogisme valid:

Major Premise: Mahasiswa yang tidak belajar bisa


jadi akan lulus ujian
Minor Premise: Dono adalah mahasiswa yang
belajar
Conclusion: Maka, Dono bisa jadi akan lulus ujian
Review: Penalaran induktif dan deduktif
 Dimulai dengan observasi-  Dimulai dari pernyataan
observasi spesifik umum atau proposisi
 Alurnya dari spesifik ke  Alurnya dari umum ke
umum khusus
 Kesimpulan adalah  Kesimpulan dapat berupa
kemungkinan (probable), hal yang logis atau tidak
bukan kepastian logis
 Progres terjadi  Progres terjadi
berdasarkan inferensi berdasarkan silogisme
 Membuat kesimpulan  Membuat kesimpulan
tentang hal yang tidak tentang hal yang diketahui
diketahui berdasarkan hal berdasarkan hal yang
yang diketahui diketahui

Anda mungkin juga menyukai