Anda di halaman 1dari 53

PENALARAN INDUKTIF

Logic & Philosophy of Science

Nama Dosen : Dr. Don Bosco Doho, S.Phil, MM


RUANG LINGKUP BAHASAN

◼ Pengantar
◼ Arti dan Contoh Penalaran Induktif
◼ Ciri-ciri Penalaran Induktif
◼ Generalisasi Induktif
◼ Analogi Induktif
◼ Hubungan Sebab Akibat
◼ Penutup

lspr.edu
Pengantar
◼ Penalaran induktif berkaitan erat dengan
pengamatan inderawi (observasi) atas kasus-
kasus yang sejenis, lalu disusun pernyataan-
pernyataaan sejenis pula seagai dasar untuk
menarik kesimpulan yang berlaku umum.
◼ Penalaran induktif tidak menghasilkan
kepastikan mutlak juga tidak bersifat sahih
atau tidak sahih melainkan apakah
kesimpulan dari suatu penalaran induktif lebih
probabel dibandingkan dengan yang lain
lspr.edu
 Secara garis besar dapat dikatakan bahwa
induksi adalah proses penalaran untuk
sampai kepada suatu keputusan, prinsip,
atau sikap yang bersifat umum, berdasarkan
pengamatan atas hal-hal yang khusus.
 Kesimpulan yang benar dalam penalaran
induktif, bergantung pada sampel yang
dijadikan alasan. Kalau alasan (premis) tidak
mencukupi maka kesimpulannya mungkin
benar.
lspr.edu
PENALARAN INDUKTIF

lspr.edu
PENALARAN INDUKTIF

 Penalaran induksi adalah cara kerja ilmu


pengetahuan yang bertolak dari sejumlah
proposisi tunggal, atau partikular tertentu
untuk menarik kesimpulan umum tertentu.
 Dengan kata lain, atas dasar sejumlah
fenomena, fakta atau data tertentu yang
dirumuskan dalam proposisi-proposisi
tunggal tertentu, ditarik kesimpulan yang
dianggap sebagai benar dan berlaku
umum.
lspr.edu
 Secara formal, induksi dapat dibatasi
sebagai proses penalaran di mana untuk
sampai pada suatu keputusan, prinsip atau
sikap yang bersifat umum berdasarkan
pengamatan atas hal-hal khusus.
 Cara kerja induksi umumnya dimulai dengan
penelitian untuk mengamati berbagai
fenomena dan mengumpulkan berbagai
fakta dan data yang kemudian dievaluasi
untuk melahirkan kesimpulan tertentu.
lspr.edu
 Akan tetapi, kita perlu ingat bahwa
meskipun kita menggunakan cara kerja
induksi secara sah dalam menarik
kesimpulan umum tertentu dan
dianggap benar dan berlaku umum,
kebenaran kesimpulan itu, entah
berbentuk hukum atau teori ilmiah,
harus dianggap sebagai bersifat
sementara.

lspr.edu
 Dengan kata lain, meskipun secara sah
kita mendasarkan diri pada berbagai
fakta yang ada untuk menarik
kesimpulan yang benar, ini tidak dengan
sendirinya (otomatis) menjamin bahwa
kesimpulan itu benar secara mutlak.
 Hal ini disebabkan karena ciri dasar dari

induksi adalah bahwa induksi selalu


tidak lengkap.

lspr.edu
 Demikian pula dalam kegiatan ilmiah,
kita hanya dapat bekerja dengan
pengamatan atau data yang sangat
terbatas sifatnya. Kita tidak pernah
sampai mencakup semua data yang
relevan karena data yang relevan tidak
terbatas jumlahnya.

lspr.edu
 Pada satu pihak, bentuk penalaran
induksi berbeda dengan deduksi, tetapi
di lain pihak, ada persamaan diantara
mereka yaitu bahwa argumentasi-
argumentasi keduanya terdiri dari
premis-premis yang mendukung
kesimpulan

lspr.edu
 Perbedaan paling mendasar di antara
keduanya adalah bahwa argumentasi
dalam penalaran induksi tidak
membuktikan bahwa kesimpulan itu benar.
 Premis hanya menetapkan bahwa
kesimpulan berisi suatu kemungkinan,
sebab premis hanya mengandung
sebagian dari bukti atau daya yang
dibutuhkan oleh kesimpulan.

lspr.edu
 Oleh karena itu, informasi atau data yang
terdapat dalam premis kurang memadai
bila dibandingkan dengan informasi yang
dibutuhkan oleh kesimpulan.
 Akibatnya, argumentasi-argumentasi yang

terdapat dalam penalaran induksi tidak


dinilai sebagai sahih (valid) atau tidak
sahih (invalid). Argumentasi induktif dinilai
berdasarkan pada probabilitas.
lspr.edu
 Kesimpulan dari argumentasi induktif
adalah pernyataan umum yang didasarkan
pada premis-premis mengenai sampel-
sampel khusus.
 Atau, bentuk penalaran induksi didasarkan
pada sampling dari banyak kasus
individual. Karena itu, argumentasi induktif
menjadi lebih kuat apabila jumlah kasus
individualnya meningkat.

lspr.edu
Ciri-ciri Induktif
 Proses induksi dalam akal manusia dimulai
berdasarkan kejadian-kejadian, kenyataan,
pernyataan, atau gejala-gejala partikular.
 Jadi penalaran induksi juga dapat
dirumuskan sebagai suatu proses penalaran
berdasarkan pengertian-pengertian
partikular (premis) untuk menghasilkan
pengertian umum (kesimpulan. Maka
kesimpulan penalaran induksi disebut
generalisasi.
lspr.edu
Dari uraian di atas berikut adalah ciri-ciri
penalaran induktif:
1. Premis-premis dalam penalaran induktif ialah
proposisi empiris yang berhubungan langsung
dengan observasi indera. Indera menangkap
dan akal menerimanya.
2. Kesimpulan atau konklusi dalam penalaran

induksi lebih luas daripada apa yang


dinyatakan di dalam premis-premisnya. Jadi,
menurut kaidah-kaidah logika, penalaran itu
tidak sahih.
lspr.edu
3. Meskipun konklusi induksi tidak mengikat,
akan tetapi manusia yang normal akan
menerimanya, kecuali kalau ada alasan
untuk menolaknya. Jadi dapat dikatakan
bahwa konklusi induksi itu memiliki
kredibilitas rasional yang disebut
probabilitas. Probabilitas itu didukung oleh
pengalaman artinya konklusi induksi itu
menurut pengalaman biasanya cocok
dengan observasi indera.
lspr.edu
Generalisasi
Adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan
atas jumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk
menarik kesimpulan mengenai semua
atau sebagian dari gejala serupa. Generalisasi
dibuktikan dengan data, contoh, statistik, dll
Contoh:
Orang yang menjadi artis hidup mewah
Orang yang menjabat sebagai ketua umum perkumpulan

artis hidup mewah


Generalisasi : Orang yang berkerja di dunia keartisan

hidup mewah

lspr.edu
Generalisasi Induktif
 Proses induksi dapat dibedakan lebih jauh
sebagai generalisasi induktif, analogi induktif dan
hubungan sebab akibat.
 Generaliasi induktif ialah proses penalaran
berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala
dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik
kesimpulan mengenai semua.
 Penalaran induktif adalah bentuk penalaran yang
bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat khusus
(premis-premis) ditarik kesimpulan yang bersifat
umum.
lspr.edu
 Prinsip induksi adalah apa yang terjadi
beberapa kali dalam kondisi tertentu, dapat
diharapkan akan selalu terjadi apabila
kondisi yang sama terpenuhi.
 Kesimpulan dalam generalisasi itu hanya
suatu harapan, kepercayaan, karena
konklusi penalaran induktif tidak
mengandung nilai kebenaran yang pasti,
akan tetapi hanya berupa suatu probabilitas

lspr.edu
Contoh:
 Suatu kali saya pergi ke Bogor. Di dalam bus APTB saya
berkenalan dengan seorang wanita. Dia
memperkenalkan diri sebagai orang Bogor dan
keturunan Sunda. Dari semula saya sudah mengamati
wanita tersebut dan terus terang bahwa dia menarik dan
cantik. Beberapa hari kemudian, apakah kebetulan atau
memang lagi mujur, saya bertemu lagi dengan seorang
wanita dan berkenalan. Dia juga cantik dan menarik.
Ketika ditanya asalnya, dia menjawab orang Bogor,
keturunan Sunda. Pengalaman yang sama terjadi hingga
lima kali dan kebetulan semuanya berasal dari Bogor
dan keturunan Sunda.Semuanya cantik dan menarik.
Kemudian saya menyimpulkan bahwa semua wanita
Bogor dan keturunan Sunda itu cantik dan menarik.
lspr.edu
Dari contoh di atas: ada beberapa syarat
bagi generalisasi:
a. Generalisasi tidak terbatas secara numerik:
artinya generalisasi tidak boleh terikat pada
jumlah tertentu. Kesimpulan generalisasi
induktif dari contoh di atas: “Semua wanita
Bogor dan keturunan Sunda adalah wanita
cantik dan menarik ” harus berlaku untuk
semua wanita Bogor dan keturunan Sunda
secara tidak terbatas.

lspr.edu
2. Generalisasi tidak terbatas secara
“ spasio-temporal ” artinya generalisasi
tidak boleh terbatas dalam ruang dan
waktu. Jadi, generalisasi harus berlaku
di mana saja dan kapan saja.
Kesimpulan bahwa “ Semua wanita
Bogor dan keturunan Sunda itu cantik
dan menarik ” harus berlaku dimana
saja dan kapan saja.

lspr.edu
3. Generalisasi harus dapat dijadikan dasar
pengandaian.
Misalnya: ada fakta bahwa anak SMA itu
berbeda dengan mahasiswa. Tapi ada
generalisasi bahwa anak SMA itu suka
membolos, menyontek saat ujian, suka
tawuran, dan tidak bisa diatur. Seandainya
mahasiswa juga mempunyai sifat-sifat
seperti anak SMA maka dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa itu sama dengan anak
SMA.
lspr.edu
ANALOGI

◼ Adalah suatu proses penalaran dengan


membandingkan sifat esensial yang
mempunyai persamaan. Dengan
demikian diasumsikan ada persamaan
pula dalam hal lainya.
◼ Analogi dibagi atas dua macam yaitu
analogi induktif dan analogi deklaratif.

lspr.edu
1. Analogi Induktif
 Analogi adalah berbicara tentang dua hal
yang berlainan dan dua hal yang berlainan
itu dibandingkan. Dalam membandingkan
ada persamaan dan ada perbedaan.
 Kalau dalam membandingkan, orang hanya
melihat persamaan tanpa melihat adanya
perbedaan maka timbullah analogi yaitu
persamaan diantara dua hal yang
berbeda.

lspr.edu
Misalnya:
 Tumbuh-tumbuhan berbunga. Bunga
merupakan perhiasan baginya. Bangsa
itu bukan tumbuh-tumbuhan dan juga
tidak berbunga. Namun, pejuang yang
gugur dalam membela bangsanya
menjadi perhiasan bagi bangsanya,
sehingga analog dikatakan bahwa
pejuang itu gugur sebagai bunga atau
kusuma bangsa.

lspr.edu
 Analogi yang dimaksudkan dalam
penalaran ini adalah analogi induktif
artinya: suatu proses penalaran untuk
menarik kesimpulan tentang kebenaran
suatu gejala khusus berdasarkan
kebenaran gejala khusus lain yang
memiliki sifat-sifat esensial yang
bersamaan.

lspr.edu
Contoh:
 Analogi induktif tidak bersifat universal tapi
khusus, walaupun benar bahwa tidak mngkin
kesimpulan yang khusus dalam analogi itu terjadi
kalau kita tidak berpikir bahwa hal itu terjadi
dalam keseluruhan.
 Jeruk I: kuning, besar, matang, ternyata manis.
 Jeruk II: kuning, besar, matang, ternyata manis
 Jeruk III: kuning, besar, matang, ternyata manis
 Jeruk IV: kuning, besar, matang.
Kesimpulannya: mangga ke IV tentu manis juga.
lspr.edu
 Dari contoh di atas dapat disimpulkan
bahwa Prinsip Dasar penalaran analogi
induktif adalah: Karena IV itu analog
dengan I, II,III maka apa yang berlaku bagi
I,II,III, dapat diharapkan juga akan berlaku
untuk IV.

lspr.edu
Contoh Lain:
 Nila Anak Pak Joko, rajin, pandai, dan
mudah bergaul.
 Citra anak Pak Joko, juga rajin, pandai, dan
mudah bergaul.
 Cindy anak Pak Joko, demikian juga, rajin,
pandai, dan mudah bergaul.
 Novy anak Pak Joko juga.
 Kesimpulannya Novy tentu juga rajin,
pandai dan mudah bergaul.

lspr.edu
Analogi Deklaratif
 Analogi deklaratif merupakan metode
untuk menjelaskan atau menegaskan
sesuatu yang belum dikenal atau masih
samar, dengan sesuatu yang sudah
dikenal. Cara ini sangat bermanfaat
karena ide-ide baru menjadi dikenal atau
dapat diterima jika dikaitkan dengan hal-
hal yang sudah diketahui atau
dipercayai.

lspr.edu
◼ Contoh Analogi Deklaratif:
Dalam rangka penyelenggaraan
negara bersih dan akuntabel
diperlukan sinergitas antara kepala
negara dengan warga negaranya.
Sebagaimana manusia, untuk
mewujudkan perbuatan yang benar
diperlukan sinergitas antara akal dan
hati.

lspr.edu
 Dengan demikian dapat ditegaskan
bahwa analogi induktif tidak hanya
menunjukkan persamaan di antara
dua hal yang berbeda, tetapi juga
menarik kesimpulan atas persamaan.

lspr.edu
 Berbeda dengan generalisasi induktif,
dimana konklusi selalu berupa proposisi
universal, analogi induktif konklusinya
tidak selalu berupa proposisi universal,
tetapi bergantung dari subyek-subyek
yang dibandingkan dalam analogi. Akan
tetapi sebagai penalaran induktif,
konklusinya lebih luas daripada premis-
premis.

lspr.edu
Prinsip Probabilitas Induktif
 Penalaran induktif mendasarkan diri pada
prinsip probabilitas.
 Probabilitas adalah keadaan pengetahuan
antara kepastian dan kemungkinan.
 Kesimpulan “Semua manusia mati” (contoh)
adalah kesimpulan yang pasti benar hanya
jika menunjuk pada mereka yang telah mati,
tetapi kesimpulan itu hanya memiliki
probabilitas yang tinggi jika menyangkut
manusia yang masih hidup dan belum lahir.
lspr.edu
 Kita tidak dapat memastikan dengan
kepastian absolut kapankah beberapa
orang yang hidup sekarang tidak akan
mati atau beberapa orang yang lahir
nantinya tidak akan mati.
 Tinggi rendahnya probabilitas konklusi
induktif itu dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor fakta, faktor analogi,
faktor disanalogi, dan faktor luas konklusi.

lspr.edu
Faktor penentu tingkat Probabilitas
 Fakta: “ makin besar jumlah fakta dasar
penalaran, makin tinggi probabilitas
konklusi, dan sebaliknya.
 Faktor analogi: makin besar jumlah faktor

analogi di dalam premis, makin rendah


probabilitas konklusinya, dan sebaliknya.

lspr.edu
 Disanalogi: makin besar faktor disanalogi
di dalam premis, makin tinggi
probabilitas konklusinya, dan sebaliknya.
 Luas konklusi: semakin luas konklusi,
semakin rendah probabilitas, dan
sebaliknya.

lspr.edu
3. Hubungan Sebab-Akibat

◼ Hubungan sebab akibat diambil dengan


menghubungkan fakta yang satu dengan
fakta yang lain, dapatlah kita sampai
kepada kesimpulan yang menjadi sebab
dari fakta itu atau dapat juga kita sampai
kepada akibat fakta tersebut.

lspr.edu
Hubungan Sebab Akibat
 Bentuk ketiga dari penalaran induksi adalah
hubungan sebab akibat.
 Prinsip umum hubungan sebab-akibat
adalah bahwa suatu peristiwa harus ada
penyebabnya.
 Dalam pengertian sebab akibat, pertama-
tama terkandung makna bahwa yang satu
(sebab) itu mendahului yang lain (akibat)
setidak-tidaknya secara logis atau dalam
jalan pikiran kita.
lspr.edu
 Akan tetapi, tidak semua yang
mendahului sesuatu yang lain itu tentu
sebab dari yang lain itu. Misalnya kalau
seorang pasien meninggal sesudah
disuntik, belum tentu kematiannya
disebabkan oleh suntikan itu. Jadi
hubungan sebab akibat itu bukan
hubungan urutan biasa atau hubungan
yang kebetulan.

lspr.edu
 Hubungan sebab akibat itu suatu
hubungan yang intrinsik, yang asasi,
hubungan yang begitu rupa,
sehingga kalau yang satu (sebab)
ada/ tidak ada, maka yang lain
(akibat) juga pasti ada/ tidak ada.

lspr.edu
 Agar hubungan antara sebab dan
akibat jelas, dalam logika sebab itu
dipandang sebagai syarat atau suatu
kondisi yang merupakan dasar adanya
atau terjadinya sesuatu yang lain yaitu
akibat.

lspr.edu
 Hubungan sebab-akibat antara
peristiwa-peristiwa mungkin mengikuti
tiga yaitu pola dari sebab ke akibat,
akibat ke sebab, akibat ke akibat.

lspr.edu
Pola Pertama:
◼ Dari sebab ke akibat: Penalaran ini dimulai
dengan pengamatan terhadap suatu sebab
yang diketahui. Berdasarkan pengamatan
itu kita menarik kesimpulan mengenai
akibat yang mungkin ditimbulkan.
◼ Contoh:
Belajar, berdoa, tekun dan tidak putus
asa adalah hal yang dapat membuat kita
berada di puncak kesuksesan

lspr.edu
Pola Kedua
◼ Dari akibat ke sebab: dimulai dari suatu
akibat yang diketahui. Berdasarkan akibat
tersebut dipikirkan apa yang mungkin
menjadi penyebabnya.
◼ Contoh:
Seiring perkembangan zaman marak terjadi
tindak kriminal di perkotaan seperti, tingkat
stress yang tinggi, tawuran antar wilayah
dan bunuh diri yang disebabkan kenaikan
harga BBM sehingga mengalami kesulitan
ekonomi.
lspr.edu
Pola Ketiga:

◼ Dari akibat ke akibat: penalaran ini


berpangkal dari suatu akibat dan
berdasarkan akibat tersebut langsung
dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan
sebab umum yang menimbulkan kedua
akibat itu.

lspr.edu
◼ Contoh:
Banyaknya mobil pribadi di Jakarta
menyebabkan kemacetan hampir
sepanjang hari, dari hari Senin hingga
Minggu. Kemacetan tersebut memicu
pemborosan penggunaan BBM.
Penggunaan BBM apalagi BBM
bersubsidi mendorong pemerintah
mencabut kebijakan subsidi BBM.

lspr.edu
Penutup
 Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk
menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap
yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta
yang bersifat khusus.
 Dengan kata lain merupakan proses pemikiran
yang didalamnya akal kita bertoilak belakang dari
pengetahuan tentang beberapa
kejadian/peristiwa/hal yang lebih khusus”
menyimpulkan pengethaun yang “umum”.
Prosesnya disebut Induksi. Dalam penalaran
Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif yaitu
Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat.
lspr.edu
 Kesimpulan dalam penaralan induktif
bersifat generalisasi/ sintesis karena itu
menjamin kepastian mutlak.
 Penalaran induktif tidak bersifat sahih/tidak

sahih melainkan apakah satu penalaran


lebih probabel (tergantung sample yang
dijadikan alasan penyimpulan.
 Penalaran induktif tidak bisa dipakai untuk
membenarkan induksi.
lspr.edu
SEMOGA BERGUNA BAGI
PENALARAN ANDA

lspr.edu
Today’s Philosophical Quote
Saya tidak sedih kalau Anda telah membohongi
saya, tapi saya justru sedih karena sejak saat
itu saya tidak bisa percaya lagi kepada Anda.
(Friedrich Nietzsche: Penyair dan filsuf dari Jerman 1844-1900)

lspr.edu

Anda mungkin juga menyukai