Anda di halaman 1dari 23

Laporan Pemicu 3

Topik I dan Topik II

Oleh:

Kelompok 8
· Alvian Nuriansyah (1806207343)
· Cindy Aswara (1806150055)
· Pingkan Vanessa Sudiyasa (1806207532)
· Nabila Shaffa Rizky Chandra (1806207513)
· Nafisa Zulfa (1806207570)
· Nisa Ayu (1806150143

Program Studi Teknologi Bioproses

Departemen Teknik Kimia FT UI

Depok 2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spirulina platensis salah satu jenis fitoplankton yang berasal dari golongan
Cyanophyta (alga hijau biru) yang sering dimanfaatkan untuk berbagai bahan
baku industri, di antaranya untuk pakan alami, makanan tambahan (suplemen),
farmasi, dan kosmetika. Spirulina platensis juga tinggi kandungan pigmennya, di
antaranya 1,6% klorofil-a, 18% fikosianin, 17% β-karoten, dan 20-30% γ-
linoleaic acid dari total asam lemak (Sheth, 2006). Saleh et al. (2011) juga
menambahkan, Spirulina platensis mengandung senyawa fikobiliprotein yang
terdiri dari fikosianin, allo-fikosianin, dan fikoeritrin dengan kandungan tertinggi
fikosianin. fikosianin, salah satu pigmen dari Spirulina platensis yang merupakan
pewarna alami dan mempunyai aktivitas antioksidan tinggi. Fikosianin berfungsi
untuk menghambat tumor nekrosis dan melindungi sel-sel saraf karena
karakteristiknya sebagai antioksidan (Romay et al., 1998, 2003; Reddy et al.,
2000). Fikosianin juga dapat digunakan sebagai zat warna alami serta sebagai
pewarna pada reaksi imunologi deteksi HIV (Tri-Panji et al., 2003). Fikosianin
yang terkandung dalam 100 gram Spirulina powder sebesar 15,6 g. Dengan
manfaatnya yang begitu besar serta sangat berpotensi untuk dikembangkan, maka
kami perlu mengetahui bagaimana metode pengembangbiakan serta metode
analisis dari kandungan pada Spirulina. Sehingga pemanfaatan serta
pengaplikasian Spirulina pada manusia dapat dilakukan dengan lebih efektif serta
lebih aman.

1.2 Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui kandungan dan potensi pemanfaatan dari Spirulina
2. Menjelaskan bagaimana Spektrofotometri IR dan UV-Vis dapat menganalisis
kandungan fitonutrisi pada Spirulina
3. Menjelaskan kekurangan dan kelebihan metode analisis Spektroskopi IR dan
UV-Vis
1.3 Struktur Pembahasan
Tugas
a. Soal 1 dan jawaban
b. Soal 2 dan jawaban
c. Soal 3 dan jawaban
d. Soal 4 dan jawaban
e. Soal 5 dan jawaban
f. Soal 6 dan jawaban
g. Soal 7 dan jawaban
h. Soal 8 dan jawaban
BAB II
ISI

Pertanyaan:
1. Apa yang dapat anda ceritakan tentang potensi pemanfaatan Mikroalga Spirulina
sebagai senyawa antikanker?

Jawab:

Banyak sekali kandungan nutrisi yang terdapat dalam spirulina seperti lemak, protein,
fitonutrisi dan masih banyak lagi yang lainnya. Fitonutrisi dalam spirulina adalah berupa
pigmen-pigmen yang digunakan dalam proses fotosintesis. Fitonutrisi atau kadang disebut
fitokimia adalah segala jenis zat yang kimia atau nutrien yang terkandung dalam buah-
buahan, sayur-sayuran ataupun tumbuhan yang memiliki efek bagi kesehatan dan memiliki
peran aktif dalam pencegahan penyakit. Pigmen-pigmen dalam Spirulina yang merupakan
fitonutrisi adalah berupa fikosianin, klorofil serta karotenoid. Fitonutrisi tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai senyawa antikanker.

Fikosianin adalah antioksidan kuat yang mudah larut dalam air. Fikosianin dapat
memecah radikal bebas dan menghambat oksidasi lemak makrosomal yang disebabkan
oleh peroksida. Fikosianin diperkirakan memiliki aktivitas antitumor dan dapat digunakan
sebagai senyawa kemopreventif. Klorofil berperan sebagai fotoreseptor pemanen energi
matahari melalui transfer elektron. Fotodinamika kanker(PDT) adalah turunan dari klorofil
yang dimanfaatkan sebagai photosensitizer. Photosensitizer yang diiradiasi dapat
tereksitasi dan menghasilkan singlet oksigen yang dapat membunuh sel kanker. Karoten
merupakan antioksidan yang baik. Karotenoid terlibat dalam reaksi pemanen cahaya dan
mekanisme fotoproteksi untuk melindungi organel sel-sel dari kerusakan induksi singlet
oksigen saat fotosintesis. Karotenoid terbukti sebagai antioksidan yang kuat dan dapat
menyebabkan kemunduran pertumbuhan sel kanker pada sebuah penelitian terhadap tikus
putih.
2. Hal-hal penting apa yang perlu diperhatikan dalam membiakkan Spirulina Platensis
ini?

Jawab:

Spirulina berkembang biak secara aseksual dengan cara membelah diri. Pembelahan
diawali dengan memutus filamen-filamen yang ada pada Spirulina. Hasil pembelahan
tersebut membentuk sel homogonia baru. Filamen induk menjadi filamen baru dan sel
homogonia bertambah terus jumlahnya seiring dengan pembelahan. Spirulina dapat hidup
pada habitat air payau, air tawar maupun air asin. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam pengembangbiakkan Spirulina Platensis ini adalah suhu, salinasi, derajat keasaman
(pH) dan cahaya. Temperatur optimum untuk pertumbuhan spirulina adalah 30ᵒ-35ᵒC.
Spirulina tumbuh baik pada salinitas 15-20. PH optimum untuk spirulina adalah 8,5-9,5.
Intensitas cahaya optimal yang dibutuhkan spirulina adalah 2000-3000 lux.

3. Mengapa metoda Spektrofotometri IR dapat digunakan untuk mengidentifikasi


kandungan fitonutrisi dalam mikroalga Spirulina? (Jelaskan juga prinsip kerja
instrumennya)

Jawab:

Spektrofotometri IR dapat digunakan untuk mengidentifikasi kandungan fitonutrisi dalam


mikroalga Spirulina karena alat ini mampu membaca gugus fungsi apa yang terdapat di
dalam suatu sampel dan dapat digunakan untuk mengetahui informasi struktur suatu
senyawa organik dengan membandingkan daerah sidik jarinya dengan larutan standar
yang diketahui. Oleh karena itu, kandungan dari suatu fitonutrisi di dalam mikroalga
Spirulina dapat diketahui dengan alat ini.
Gambar 1 Spektrofotometri Inframerah

Sumber: byjus.com

Spektrofotometri IR bekerja dengan cara mengenakan radiasi inframerah terhadap


sampel. Sumber cahaya yang biasa digunakan adalah lampu tungsten, Narnst glowers,
atau glowbars. Radiasi inframerah yang dikenakan pada sampel akan diserap sesuai
dengan energi yang dibutuhkan oleh sampel tersebut untuk bergetar (vibrasi). Ikatan antar
atom dapat melakukan vibrasi dimana gerakannya berbeda-beda dan dibutuhkan energi
yang berbeda pula. Sehingga penyerapan energi tersebut unik untuk masing-masing
sampel. Namun, tidak semua energi tersebut dapat diserap oleh sampel sehingga ada
energi yang diteruskan. Energi yang diteruskan tersebut disebut dengan persen
transmitan. Persen transmitan nantinya akan dibaca oleh detektor dan akan terbentuk
kurva yang menyatakan hubungan antara bilangan gelombang (sumbu-x) dan persen
transmitansi (sumbu-y). Kurva tersebut terbentang antara bilangan gelombang 4000-500
cm-1. Kurva yang terbentuk terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah gugus fungsi dengan
panjang gelombang 4000-1500 cm-1 dan daerah sidik jari dengan daerah sebelah kanan
dari panjang gelombang 1500 cm-1. Untuk tujuan determinasi gugus fungsi pengamatan
dilakukan pada puncak yang berada di daerah gugus fungsi. Sementara daerah sidik jari
adalah suatu daerah yang memiliki keunikan untuk masing masing senyawa. Sehingga
daerah sidik jari dapat digunakan untuk mengetahui senyawa apa yang sedang diuji
dengan cara membandingkannya dengan larutan standar.

4. Apa keunggulan dan kekurangan teknik analisis IR ini?

Jawab:

Spectroscopy Infrared merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan
radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75–1.000 µm atau
pada bilangan gelombang 13.000–10 cm-1 (Anonymous, 2007).

Kelebihan:

 Dapat menganalisa sampel dalam bentuk padatan, cairan, dan gas.


 Memberikan hasil yang lengkap berupa titik puncak, intensitas, dan lebar pada grafik
 Dapat mengidentifikasi gugus fungsional dalam molekul
 Spektrum inframerah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan oleh karena itu
dapat menyajikan sebuah fingerprint (sidik jari) untuk senyawa tersebut.

Spectroscopy Infrared merupakan alat yang serbaguna yang telah diaplikasikan dalam
analisis kualitatif maupun kuantitatif senyawa kimia dengan berbagai tipe sampel. Jenis
sampel akan mempengaruhi wadah sampel sel. Untuk sampel berbentuk gas digunakan sel
gas dengan lebar sel atau panjang berkas radiasi 40 mm. Hal ini dimungkinkan untuk
menaikkan sensitivitas karena adanya cermin yang dapat memantulkan berkas radiasi
berulang kali melalui sampel. Wadah sampel untuk sampel berbentuk cairan umumnya
mempunyai berkas radiasi kurang dari 1 mm, biasanya dibuat dari lapisan tipis (film)
diantara dua keping senyawa yang transparan terhadap radiasi infra merah. Senyawa yang
biasa digunakan adalah natrium klorida (NaCl), kalsium fluorida (CaF2), dan kalsium iodida
(CaI2). Wadah sampel untuk padatan mempunyai panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm.
Sampel berbentuk padatan ini dapat dibuat pelet, pasta atau lapis tipis. (Suarsa, I. 2006)

Spektrum yang dihasilkan berupa grafik yang menunjukkan persentase transmitan yang
bervariasi pada setiap frekuensi radiasi inframerah. Identifikasi setiap absorbsi ikatan yang
khas dari setiap gugus fungsi merupakan basis dari interpretasi spektrum inframerah.
Spektrum IR sangat berguna untuk mengidentifikasi suatu senyawa dengan
membandingkannya dengan spektrum senyawa standar terutama pada daerah sidik jari.
Secara praktikal, spektrum IR hanya dapat digunakan untuk menentukan gugus fungsi.
(Dachriyanus. 2004)

Kekurangan:

 Sulit untuk menganalisa secara kuantitatif


 Atom atau ion monoatomic tidak memiliki spektrum infrared
 Kompleksitas spectra
 Air tidak dapat digunakan sebagai pelarut untuk sampel

Pada umumnya Spectroscopy Infrared digunakan untuk analisis secara kualitatif karena
dianggap kurang akurat dibanding dengan teknik analisis yang lain. Di samping itu, metode
yang digunakan akan lebih rumit dan pembacaan grafik akan lebih sulit karena grafik yang
dihasilkan metode IR sangat kompleks (titik puncak, intensitas, lebar, dan daerah sidik jari).
Karena Spectroscopy Infrared sensitive terhadap gugus fungsi dalam sampel, maka sampel
harus mengandung ikatan kimia untuk memiliki spectrum infrared. Atom atau ion
monoatomic tidak mengandung ikatan kimia, dan oleh karena itu tidak menyerap radiasi
inframerah. Dengan demikian, atom-atom atau ion-ion monoatomic tidak memiliki spectra
infrared karena mereka ada sebagai atom individu. Selanjutnya, air tidak dapat digunakan
sebagai pelarut untuk sampel karena memiliki pita absorbansi yang kuat dan luas akibat dari
polaritas dan ikatan H. Akibatnya, ikatan senyawa lain tidak akan terlihat dalam spektrum
infrared. (Smith, B. 1998)

5. Bagaimana anda melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa dengan
menggunakan metode spektrometri infra merah ? (berikan contoh spektrum IR salah
satu senyawa yang terkandung dalam fitonutrisi dari spirulina, dan jelaskan puncak-
puncak serapan mana yang menjadi karakteristiknya).

Jawab:

Analisis kualitatif

 Digunakan sebagai salah satu metode dalam determinasi struktur kimia suatu senyawa
 Berfungsi untuk menentukan gugus fungsi yang terdapat dalam suatu senyawa
 Penetapan senyawa dalam campuran (FT-IR).
 Terdapat dua daerah yang cukup penting dalam analisis kualitatif spektra IR:
- Daerah gugus fungsi (4000-1300 cm-1) mendeteksi gugus fungsi yang umum terdapat
dalam senyawa kimia (-OH, -NH, -C=O).
- Daerah sidik jari (1300-900 cm-1) daerah dengan pola absorbsi cukup kompleks
sehingga dapat digunakan sebagai pembeda identitas antara satu senyawa dengan
senyawa lain.

Tabel 1. spektrum absorbsi spektrometri IR


Analisis kuantitatif

 Dasar teori yang digunakan adalah Hukum Beer-Lambert

A=log (I0/It)=abc= 2 - log10 %T

Keterangan :

A=Absorbansi

a=absorbtivitas (ml/gr.cm)

b=panjang sel (cm)

c=konsentrasi (gr/ml)

%T=Persen transmitan

 Untuk uji kuantitatif diperlukan koreksi dari hamburan dan absorbsi dari solven dan
sel
 Dapat digunakan dua metode:
- Cell in/cell out
- Baseline

 Metode cell in / cell out

Pada metode cell - in/cell - out spektrometer diset pada bilangan gelombang
yang dikehendaki . kemudian Sel diisi dengan larutan sampel dan dianalisis untuk
mendapatkan nilai T . Pada sel yang sama kemudian diisi solven dan dianalisis untuk
mendapatkan nilai T0. Absorbansi kemudian dapat diukur menggunakan hukum Beer-
Lambert dengan mengurangi absorban larutan sampel dengan solven

 Metode baseline

Pada metode baseline , sebuah garis (DE) ditarik diantara maksima transmitan
pada kedua sisi pita. Kemudian digambar garis lurus ABC paralel terhadap sumbu y ,
Titik B merupakan puncak absorbansi maksimum, Titik C merupakan titik tengah
antara garis DE. Absorbansi pada bilangan gelombang ini:

A=log (T0/T)=log (AC/AB)

Untuk determinasi yang lebih akurat dapat dilakukan pengukuran pada seluruh area
yang terdapat pada spectra. Umumnya, area yang diukur hanya pada pita dengan
absorbansi maksimum. Hasil yang didapatkan menjadi kurang akurat apabila terjadi
tumpang tindih pita.
Gambar 1. Contoh spektrum pada metode baseline

(sumber :google.com)

Contoh soal :

1. Buktikan spektrum dibawah mengandung fikosianin pada spirulina dan jelaskan


karakteristik setiap peak nya !

Jawab:

Gugus yang terkandung pada spektrum fikosianin diatas adalah :


Fikosianin memiliki struktur berikut :
6. Dapatkah anda menjelaskan, mengapa senior anda memilih menggunakan spektroskopi
UV-Vis untuk menentukan kadar kandungan senyawa fitonutrisinya?(jelaskan juga prinsip
kerja instrumennya) Apakah hal ini tidak bisa dilakukan dengan menggunakan
spektroskopi IR?

Jawab:

Sebelum menjawab pertanyaan, berikut penjelasan fungsi dari masing-masing komponen dan
prinsip kerja pada spektrofotometer UV-Vis:

Gambar . Komponen Utama Spektrofotometer UV-Vis

Sumber: https://wocono.wordpress.com/

 Sumber cahaya

Fungsi: sebagai sumber sinar polikromatik yang dilewati suatu bahan, sifatnya
memancarkan gelombang polikromatis

a. Lampu UV: 200-400 nm


b. Lampu Vis: 400-800 nm
 Monokromator

Fungsi: Mengubah sumber cahaya polikromatis menjadi monokromatis. Terdiri dari 2


bagian, yaitu:

a) Celah: untuk melewatkan cahaya


b) Prisma: memecah cahaya

 Kuvet
Fungsi: Sebagai tempat meletakkan sampel atau cuplikan yang akan dianalisis
 Detektor
Fungsi: Memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang

Prinsip Kerja Spektrofotometer UV-Vis

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energi yang berupa
sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Cahaya dari
monokromator diarahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi. Detektor
menerima cahaya dari sampel secara bergantian secara berulang-ulang, Sinyal listrik dari
detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya, selanjutnya perhitungan dilakukan
dengan komputer yang sudah terprogram.

Skema prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis:


Lampu UV/ VIS memancarkan sinar dan diteruskan ke prisma → prisma memancarkan dan
memecahkan cahayanya → celah kedua dapat bergerak otomatis, melakukan scanning, dan
melewatkan panjang gelombang tertentu, panjang gelombang monokromatis diteruskan dari
kuvet hingga detektor → dalam kuvet diterjemahkan menjadi transmitan → diteruskan ke
rekorder/Komputer → diterjemahkan lagi jadi spektrum-spektrum → didapatkan absorban
dan panjang gelombang maksimum

Mengapa memakai spektrofotometer UV-Vis?


Dalam menentukan kadar suatu senyawa fitronutrisi lebih baik menggunakan
spektrofotometri UV-Vis, karena dengan menggunakan UV-Vis kita akan mendapatkan grafik
hubungan antara absorban dengan panjang gelombang yang kemudian jika dilakukan
perhitungan akan mendapatkan konsentrasi dari senyawa tersebut. Sedangkan jika
menggunakan IR untuk menentukan kadar kandungan suatu senyawa akan jauh lebih rumit
karena yang dihasilkan pada IR berupa gugus fungsi dan hal-hal yang berkaitan dengan
senyawa organik pada senyawa tersebut. Jadi untuk menentukan kadar kandungan pada suatu
senyawa menggunakan spektrofotometer IR harus menggunakan kita harus membuat larutan
standar dan kurva kalibrasi terlebih dahulu sebagai bantuan.

7. Bagaimana pula anda menjelaskan keunggulan dan kekurangan teknik analisis


spektroskopi UV-Vis?

Jawab:

Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di
dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi
tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna
untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan
dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm sedangkan sinar
tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm.

Sampel yang sering dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis adalah senyawa organik.
Senyawa organik yang dapat memberikan serapan adalah senyawa yang memiliki gugus
kromofor dan auksokrom. Gugus kromofor adalah gugus fungsional tidak jenuh yang
memberikan serapan pada daerah ultraviolet atau cahaya tampak. Hampir semua kromofor
mempunyai ikatan rangkap seperti alkena (C=C), C=O, -NO2, benzene, dan lain-lain.
Sedangkan auksokrom adalah gugus fungsional seperti –OH, -NH2, -X, yaitu gugus yang
mempunyai elektron nonbonding dan tidak mengabsorbsi radiasi pada λ diatas 200 nm, akan
tetapi mengabsorbsi radiasi UV jauh (Harmita, 2006).

Kelebihan :

 Menganalisis senyawa kompleks secara kuantitatif dengan menggunakan hukum


Lambert-Beer.
 Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan auksokrom dari
suatu senyawa organik
 Dapat digunakan untuk sampel berwarna dan tidak berwarna
 Menganalisis sampel dengan konsentrasi yang sangat kecil
 Hasil yang didapat cukup akurat
 Memiliki rentang gelombang yang lebar (200-800 nm)
Persyaratan larutan yang harus dipenuhi untuk absorpsi sinar tampak adalah larutan harus
berwarna. Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara
memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi
yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna (chromogenik reagent).
Spectroscopy UV-Vis dapat menganalisis sampel dengan konsentrasi yang sangat kecil, sesuai
dengan hukum Lambert-Beer. Hasil yang didapat melalui metode ini juga cukup akurat, di
mana angka yang terbaca langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka
digital maupun grafik yang sudah diregresikan.

Kekurangan :

 Tidak semua pelarut cocok untuk metode UV-VIS Spectroscopy


 Komponen elektronik dalam spectrometer atau sumber sampel dapat menghasilkan
noise yang mengurangi akurasi pengukuran dan mengurangi sensitivitas.

Dari segi kekurangan, tidak semua pelarut cocok untuk metode UV-Vis Spectroscopy
karena pelarut yang digunakan harus memenuhi persyaratan-persyaratan:

a. dapat melarutkan cuplikan,

b. tidak menyerap sinar yang digunakan.

8. Bagaimana tahapan proses yang dilakukan untuk menentukan kadar/konsentrasi


senyawa fitonutrisi (pigmen) dalam Spirulina dengan menggunakan Spektroskopi UV-Vis?
Berikan suatu contoh pengolahan data spektroskopi UV-Vis untuk menentukan konsentrasi
suatu senyawa dalam cuplikan.

Jawab:

Langkah-langkah analisis Spektroskopi UV-Vis

1. Pembentukan warna (untuk pengukuran sinar tampak) dan zat yang tidak berwarna atau
warnanya kurang kuat
2. Penentuan panjang gelombang maksimum
3. Pembuatan kurva kalibrasi
Alur percobaan

1. Penyiapan larutan baku

Larutan baku diencerkan menjadi larutan standar dengan konsentrasi yang variatif.

2. Penentuan panjang gelombang optimal

Larutan dengan absorbansi rendah diukur absorbansinya pada λ 300-600 nm (1 nm =


10⁻⁷ cm). Setelah mendapatkan absorbansinya, dibuat kurva serapan (λ vs A) sehingga
dapat menentukan λ optimumnya.

3. Pembuatan kurva kalibrasi

Larutan standar dengan macam-macam konsentrasi yang sudah dibuat diukur


absorbansinya dan dibuat kurva kalibrasi (A vs C) pada λ optimum sehingga dapat
memperoleh persamaan kurva kalibrasinya.

4. Penentuan konsentrasi larutan

Larutan (konsentrasi tertentu) dibuat spektrum sampelnya dan dicatat absorbansinya


sehingga dapat memperoleh persamaan kurva. Setelah itu konsentrasi larutan
ditentukan menggunakan persamaan kurva kalibrasi yang telah diperoleh.

Penentuan kadar vitamin C metode spektrofotometri.

Data Pengamatan:

M (ppm) A (ƛ=266)

5 0,068

10 0,343
15 0,632

20 1,075

25 1,299

Diketahui sampel memiliki absorbansi sebesar 0,386 pada λ=266

Didapatkan Kurva Standar vitamin C

 Perhitungan konsentrasi vitamin C sampel

y=0,0639x -0,02748

0,386=0,0639x -0,02748

x=5,61 ppm

 Konsentrasi vitamin C dalam sampel yang sebenarnya

M sebenarnya= Faktor pengenceran × Konsentrasi

M sebenarnya=200 ×5,61

M sebenarnya=1.122,12 ppm
 Konsentrasi sampel

M sampel = (mg (vit C))/ (vol (L))

M sampel= 400 mg/ 0,05 L

M sampel= 8000 ppm

 Kadar vitamin C dalam sampel

%kadar= Konsentrasi vitamin CKonsentrasi sampel×100%

%kadar= 1.112,12 ppm8000 ppm×100%

%kadar= 14,02%
BAB III

PENUTUP

kesimpulan

1. Pigmen-pigmen dalam Spirulina yang merupakan fitonutrisi adalah berupa fikosianin,


klorofil serta karotenoid dapat digunakan sebagai obat antikanker.

2. Cara untuk menentukan identifikasi kandungan pada spirulina (kualitatif)


menggunakan spektroskopi IR dan untuk menentukan kadar kandungan pada spirulina
(kuantitatif) menggunakan spektroskopi UV-Vis.

3. Identifikasi kandungan fitonutrisi dalam Spirulina dapat dilakukan dengan metode


spektroskopi IR dengan membaca hasil serapan yang dapat menunjukkan gugus gugus
fungsi yang terkandung dalam sampel spirulina

4. Instrumen pada spektroskopi UV-Vis meliputi: sumber cahaya, monokromator, sel


sampel, detektor dan read out (pembaca).

5. Kelebihan pada spektroskopi UV-Vis adalah dapat menentukan (kuantitatif) kadar


kandungan suatu sampel atau senyawa lebih baik dibandingkan spektroskopi Infra Red.

6. Hukum Lambert Beer merupakan suatu hukum yang membuat hubungan antara
konsentrasi sampel dan absorbansi molekul yang dapat dijadikan basis dalam melakukan
perhitungan konsentrasi logam dalam sampel dengan cara membandingkan nilai
absorbansi sampel dan konsentrasi sampel yang belum diketahui terhadap nilai absorbansi
standar dan konsentrasi standar yang telah diketahui.
Daftar Pustaka

Novia, Lusiana. 2014. Optimasi pertumbuhan Spirulina sp, pada media walne dengan
variasi suplai urea dan NaHCO3. Fakultas Keguruan dan Ilmu Perikanan Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta.

Nadilah, Suwatik. 2018. Filum Cyanophyta “Spirulina sp.”. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Makalah.

Pirenantyo, P. Dan Limantara, L. 2008. Pigmen Spirulina sebagai senyawa antikanker’.


Indonesian Journal of Cancer. Vol. 4. 157-160.

Robi, Nur Hidayati. 2019. Pemanfaatan ekstrak tauge kacang hijau (Phaseolus radiatus)
sebagai pupuk untuk meningkatkan populasi Spirulina sp. Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai