Bab 3 Hal Yang Di Larang Dalam Pernikahan Dan Poligami
Bab 3 Hal Yang Di Larang Dalam Pernikahan Dan Poligami
1. Mahram Ta’bid adalah orang-orang yang selamanya haram dikawin. Larangan tersebut
terdapat 3 yaitu :
a. Nasab (keturunan)
Wanita-wanita yang haram dinikahi karena pertalian nasab adalah :1) ibu kandung,
perempuan yang ada hubungan darah dalam garis keturunan garis keatas yaitu ibu, nenek (baik
dari pihak ayah maupun ibu dan seterusnya), 2) anak perempuan kandung, wanita yang
mempunyai hubungan darah dalam garis lurus kebawah yakni anak perempuan, cucu perempuan,
aik dari anak laki-lai maupun perempuan dan seterusnya, 3) saudara perempuan, baik seayah
seibu, seayah saja atau seibu saja, 4) bibi adalah saudara perempuan ayah atau ibu baik saudara
sekandung ayah atau ibu dan seterusnya, 5) kemenakan (keponakan) perempuan yaitu anak
perempuan saudara laki-laki atau perempuan dan seterusnya.
b. Persusuan (radha’ah)
Menurut pandangan para ulama, bahwa larangan kawin karena hubungan sesusuan adalah
sampainya air susu wanita ke dalam perut anak yang belum mencapai usia dua tahun . Wanita
atau laki-laki yang mempunyai mahram dari jalur susu mempunyai keistimewaan dan kekebalan
hokum sebagaimana mahram yang terbentuk dari jalur nasab, yaitu antara laki-laki dan wanita
yang terikat dalam mahram rada’ tidak boleh saling mengawini. Hubungan sesusuan yang
dharamkan adalah : 1) ibu susuan, yaitu ibu yang menyusui, maksudnya seorang wanita yang
pernah menyusui seorang anak, dipandang sebagai ibu bagi anak yang disusui itu sehingga
haram melakukan perkawinan.2) nenek susuan, yaitu ibu dari yang pernah menyusui atau ibu
dari suami yang menyusui itu, suami dari ibu yang menyusui itu dipandang seperti ayah bagi
anak susuan sehingga haram melakukan perkawinan.3) bibi susuan yakni ibu susuan atau
saudara perempuan suami dari ibu susuan. 4) kemenakan susuan, anak perempuan saudara ibu
susuan. 5) saudara susuan perempuan, saudara seayah kandung maupun seibu.
c. Wanita yang haram dinikahi karena hubungan musaharah atau perkawinan kerabat semenda
keharaman ini disebutkan dalam surat al-nisa ayat 23. Jika diperinci 1) mertua
perempuan, nenek perempuan istri dan seterusnya baik dari garis ibu atau ayah. 2) anak tiri,
dengan syarat kalau telah terjadi hubungan kelamin dengan ibu anak tersebut. 3) menantu, yakni
istri anak, istri cucu dan seterusnya kebawah.
Selain bentuk larangan di atas, juga terdapat larangan dalam perkawinan yaitu
sebagai berikut :
a. Zina (perzinaan)
Kawin dengan pezina, baik antara laki-laki baik-baik dengan perempuan pelacur atau
perempuan baik-baik dengan laki-laki pezina, tidak dihalalkan kecuali setelah masing-
masing mengatakan bertaubat.
b. Sumpah li’an
Li’an yaitu perceraian yang terjadi karena tuduh menuduh antara suami istri tentang zina
dimana suami mengatakan bahwa istrinya berzina dan anak yang dalam kandungannya
terjadi karena zina, sedangkan istrinya menolak tuduhan tersebut dan keduanya tetap
berpegang pada pendiriannya, dimana suami menguatkan tuduhannya sedangkan istri
menguatkan bantahannya.
2. Haram Gairu Ta’bid
Maksudnya adalah orang yang haram dikawin untuk masa tertentu (selama masih ada hal-
hal yang mengharamkannya) dan saat hal yang menjadi penghalang sudah tidak ada, maka halal
untuk dikawini. Berikut ini wanita-wanita yang haram dinikahi tidak untuk selamanya
(sementara) :
a. Halangan bilangan
Yaitu mengawini wanita lebih dari empat. Apabila ada orang yang baru masuk islam,
mempunyai istri lebih dari empat orang, maka harus memilih empat orang diantara mereka untuk
dijadikan istri tetapnya. Jika diantara istri-istri ada yang bersaudara (kakak adik) maka harus
menceraikan salah satunya, demikian menurut pendapat Imam Maliki, Imam Syafi’I dan Imam
Hanbali.
b. Halangan mengumpulkan
Yaitu dua orang perempuan bersaudara haram dikawini oleh seorang laki-laki dalam
waktu bersamaan. Maksudnya nereka haram dimadu dalam waktu yang bersamaan. Apabila
mengawini mereka berganti-ganti, seperti seorang laki-laki mengawini seorang wanita kemudian
wanita tersebut meninggal atau dicerai maka laki-laki itu boleh mengawini adik atau kakak
perempuan dari wanita yang telah meninggal dunia tersebut.
c. Halangan kafir
Yaitu wanita musyrik haram dinikahi. Maksud wanita musyrik ialah yang menyembah
selain allah. Tidak halal bagi seorang muslim dan tidak sah pernikahannya atas orang kafir dan
orang murtad karena ia telah keluar pada aqidah dan petunjuk yang benar. KHI juga menjelaskan
dengan tegas bahwa seorang laki-laki muslim dilarang menikah dengan wanita non muslim.
d. Halangan iddah
Yaitu wanita yang sedang dalam iddah baik iddah cerai maupun iddah ditinggal mati.
e. Halangan perceraian tiga kali
Yaitu wanita yang ditalak tiga haram kawin lagi dengan bekas suaminya, kecuali kalau
sudah kawin lagi dengan orang lain dan telah berhubungan badan sertas dicerai oleh suami
terakhir itu dan telah habis masa iddahnya.
f. Halangan peristrian
Yaitu wanita yang terikat perkawinan dengan laki-laki lain (wanita yang terpelihara atau
wanita yang memiliki suami), maka haram dinikahi. Kecuali jika wanita tersebut sudah
menjadi janda atau sudah habis masa iddahnya maka boleh untuk dinikahi.
B. Poligami
1. Pengertian Poligami
Kata poligami terdiri dari dua suku kata, poli dan gami. Poli berarti banyak dan gami
berarti istri. Secara terminologi, berarti poligami adalah seorang laki-laki yang memiliki banyak
istri.Poligami berarti ikatan perkawinan yang salah satu pihak (suami) mengawini beberapa lebih
dari satu istri dalam waktu yang bersamaan, bukan saat ijab qabul melainkan dalam menjalani
hidup berkeluarga, sedangkan monogami berarti perkawinan yang hanya membolehkan suami
mempunyai satu istri pada jangka waktu tertentu.
ِدلُواAAْث َو ُربَا َع ۖ فَإِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَاَّل تَع
َ اب لَ ُك ْم ِمنَ النِّ َسا ِء َم ْثن َٰى َوثُاَل
َ َ فِي ْاليَتَا َم ٰى فَا ْن ِكحُوا َما طAَوإِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَاَّل تُ ْق ِسطُوا
َ ِت أَ ْي َمانُ ُك ْم ۚ ٰ َذل
Aك أَ ْدن َٰى أَاَّل تَعُولُوا ْ فَ َوا ِح َدةً أَوْ َما َملَ َك
Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita
(lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.
Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(Q.S. An-Nisa:3)
Perkawinan asalnya adalah seorang suami untuk seorang istri, sedangkan poligami bukan
asal dan bukan pokok, tetapi keluarbiasaan atau ketidakwajaran yang dapat dilakukan karena
kondisi darurat. Maksud dari darurat adalah adanya alasan-alasan logis yang secara normatif
dapat dibenarkan. Dalam syariat islam poligami disebabkan oleh beberapa hal yang wajar, yaitu: