Abstrak.
Pendahuluan.
Di Indonesia khususnya di wilayah gresik tingkat pengusaha industry rumah itu masih
tergolong kecil terutama produksi hasil pertanian baik biji-bijian, bunga, sayuran dan lain
-lainnya. Pengolahan bunga rosella di gresik sudah dilakukan beberapa pengusaha kecil tetapi
semua masih dalam bentuk serbuk adapun yang dalam bentuk utuh dengan tamapilan kelopak
bunga rosella utuh hanya di lakukan industry rumah NAQ CO FACTORY. Gresik adalah salah
satu kota padat industri di wilayah jawa timur tetapi terbalik dengan jumlah pengusaha home
indutri yang masih sangat minim, ini artinya para pemilik saham perusahaan yang ada di kota
Gresik rata-rata adalah para pendatang. Teh rosela banyak di jadikan menu minuman segar di
café dan warung-warung yang ada di Gresik dengan kisaran harga yang sama dengan minuman
es jeruk. Dengan dilakukan pengemasan bunga rosella ini maka akan mengangkat harga dari
produk itu sendiri.
Rosella sendiri di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1992 dengan nama latinya
hibiscus sabdariffa lin dan dalam kenyataanya di Indonesia sendiri memiliki banyak nama sesuai
dengan daerahnya masing-masing seperti asam kumbang, asam susur, asam paya (kbbi.web.id).
Selain sebagai minuman segar rosella juga memiliki banyak fungsi bagi kesehatan tubuh dan ini
sudah terbukti dari uji lab kesehatan. Pemberian ekstrak kelopak rosela yang mengandung 9,6
miligram anthocyanin setiap hari selama 4 minggu, mampu menurunkan tekanan darah yang
hampir sama dengan pemberian captopril 50 mg/hari. Rosela terstandar tersebut dibuat dari 10
gram kelopak kering dan 0,52 liter air (Herrera-Arellano, 2004).
Dari semua jenis bunga rosella yang di pakai untuk produk teh celup ini adalah yang
brejenis warna ungu dengan kualitas lebih bagus dan harga lebih mahal sedikit dari yang
berwarna merah. Terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11,2 % dan tekanan
diastolik sebesar 10,7% setelah diberi terapi teh rosela selama 12 hari pada 31
penderita hipertensi sedang (Haji Faraji, 1999).
Daftar isi
1Penamaan
2Produksi
3Khasiat
o 3.1Sebagai Terapi Hipertensi
o 3.2Asam Urat dan Kesehatan Ginjal
o 3.3Khasiat Lebih jauh
4Pengolahan dan Pemanfaatan
o 4.1Teh
o 4.2Selai
o 4.3Sayuran
o 4.4Obat
o 4.5Tepung Non Terigu
5Fitokimia (senyawa pada tumbuhan)
6Galeri
7Penjelasan lebih lanjut
8Referensi
9Pranala luar
Penamaan[sunting | sunting sumber]
Artikel ini mengandung karakter Asia
Timur (Hanzi, Kanji, Katakana, Hiragana, Hangeul
, Hanja dan Chu Nom).
Tanpa sokongan karakter multibahasa, Anda mungkin
melihat tanda tanya, kotak, atau lambang selain dari
karakter yang dimaksud.
Produksi[sunting | sunting sumber]
Cina dan Thailand merupakan produsen terbesar yang mengendalikan sebagian dari pasokan
dunia[4]. Thailand berani berinvestasi dalam memproduksi rosela dan produk rosela mereka
adalah termasuk ke dalam produk yang berkualitas unggul. Sedangkan produk rosela di China
tampaknya agak kurang unggul, kurang terkontrol, kurang handal dan terpercaya dibandingkan
dengan Thailand[4]. Namun produksi rosela terbaik berasal dari Sudan, tetapi dengan kuantitas
yang masih rendah dan pengolahan produk yang buruk menghambat kualitas sehingga masih
kurang maksimal. Rosela juga diproduksi secara umum
di Meksiko, Mesir, Senegal, Tanzania, Mali dan Jamaika yang juga termasuk dalam pemasok
penting, tetapi akan tetapi produksi tersebut masih dikonsumsi oleh penduduk dalam negeri.[4]
Di anak benua India khususnya di wilayah Delta Sungai Gangga, rosela banyak dibudidayakan
sebagai serat nabati. Rosela oleh masyarakat lokal disebut Meśta di wilayah tersebut
(atau meshta, karakter 'ś' menunjukkan suara sh/sy seperti pada kata she dalam bahasa Inggris
dan syukur dalam bahasa Indonesia). Sebagian besar produksi serat yang dihasilkan dari rosella
dikonsumsi secara lokal. Namun serat (serta stek atau puntung) dari tanaman rosella memiliki
permintaan besar di berbagai serat alami dalam dunia industri.
Rosela atau asam paya[3] merupakan tanaman yang relatif baru dalam dunia industri di Malaysia.
Rosela diperkenalkan pada awal 1990-an dan penanaman komersial pertama kali dipromosikan
pada tahun 1993 oleh Departemen Pertanian di Terengganu. Areal yang ditanami adalah sekitar
12,8 ha (30 hektaree) pada tahun 1993, tetapi dapat terus meningkat menjadi 506 ha pada (1.000
hektaree) pada tahun 2000. Areal yang ditanami sekarang kurang dari 150 ha (400 hektare) per
tahun, di Malaysia umumnya rosela ditanam dengan dua varietas utama. Terengganu adalah
wilayah yang pertama dan dipersiapkan untuk menjadi produsen terbesar di Malaysia, tetapi
produksi rosela sekarang telah menyebar ke wilayah-wilayah lain di Malaysia. Walaupun luas
lahan semakin berkurang selama satu dekade terakhir atau lebih, rosela menjadi semakin dikenal
oleh masyarakat luas sebagai minuman kesehatan yang penting di Malaysia. Untuk sebagian
kecil, rosela juga diolah menjadi acar manis, jeli dan juga selai.
Khasiat[sunting | sunting sumber]
Khasiat rosela antara lain untuk menurunkan asam urat, Hipertensi, Diabetes mellitus,
memperbaiki metabolisme tubuh, melangsingkan Tubuh, menghambat sel kanker,
mencegah sariawan dan panas dalam, menambah vitalitas, meredakan batuk,
mencegah flu, antioksidan, antihipertensi, antikanker, antidepresi, antibiotik, aprodisiak, diuretik
(peluruh kencing), sedatif, tonik, dan menurunkan absorpsi alkohol.
Pemanfaatan kelopak bunga Rosela sudah dikenal dan diteliti baik oleh pakar kesehatan modern
maupun pakar kesehatan tradisional di berbagai negara di dunia. Kelopak bunga tersebut
diketahui mengandung zat-zat penting yang diperlukan oleh tubuh, seperti vitamin C, vitamin A,
protein esensial, kalsium, dan 18 jenis asam amino, termasuk arginina dan legnin yang berperan
dalam proses peremajaan sel tubuh.
Secara tradisional, ekstrak kelopak rosela berkhasiat sebagai antibiotik, aprodisiak
(meningkatkan gairah seksual), diuretik (melancarkan buang air kecil), pelarut, sedativ
(penenang), dan tonik. Sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan Chung San Medical
University di Taiwan, Chau-Jong Wang, konsumsi rosela digunakan sebagai salah satu cara baru
untuk mengurangi risiko penyakit jantung. Flora ini terbukti secara klinis mampu mengurangi
jumlah plak yang menempel pada dinding pembuluh darah. Tidak hanya itu, rosela juga
memiliki potensi untuk mengurangi kadar kolesterol jahat yang disebut LDL dan lemak dalam
tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa rosela juga bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi (tekanan darah tinggi), membantu program diet bagi penderita
kegemukan (obesitas), melancarkan peredaran darah, menurunkan demam umum, melancarkan
dahak bagi batuk berdahak, dan dapat dimanfaatkan untuk melancarkan buang air besar.
Ditinjau menurut sudut pandang medis modern (kedokteran), mengonsumsi olahan kelopak
bunga rosela secara teratur menunjukkan kesetaraan hasil dengan pengobatan modern
(farmakologis) pada beberapa penyakit berikut ini:
Sebagai Terapi Hipertensi[sunting | sunting sumber]
Pemberian ekstrak kelopak rosela yang mengandung 9,6 miligram anthocyanin setiap hari
selama 4 minggu, mampu menurunkan tekanan darah yang hampir sama dengan
pemberian captopril 50 mg/hari. Rosela terstandar tersebut dibuat dari 10 gram kelopak kering
dan 0,52 liter air (Herrera-Arellano, 2004). Terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar
11,2 % dan tekanan diastolik sebesar 10,7% setelah diberi terapi teh rosela selama 12 hari pada
31 penderita hipertensi sedang (Haji Faraji, 1999).
Asam Urat dan Kesehatan Ginjal[sunting | sunting sumber]
Tingginya kadar asam urat, kalsium dan natrium dalam darah secara mekanisme normal tubuh
akan dikurangi dengan membuang kelebihan unsur tersebut melalui ginjal. Jika kondisi demikian
dibiarkan berlangsung lama akan memberatkan kerja ginjal sebagai penyaring darah dalam
tubuh. Kondisi ini dapat memicu kesakitan pada ginjal. Dengan mengonsumsi rosela, ditemukan
penurunan kreatinin, asam urat, sitrat, tartrat, kalsium, natrium, dan fosfat dalam urin pada 36
pria yang mengonsumsi jus rosela sebanyak 16-24 g/dl/hari (Kirdpon, 1994).
Khasiat Lebih jauh[sunting | sunting sumber]
Rosela diketahui memiliki kandungan senyawa fenolik yang berfungsi
sebagai antioksidan sebanyak 23,10 mg dalam setiap gram bobot kering kelopak rosela.
Sejumlah antioksidan yang dikandung rosela tersebut memiliki aktivitas 4 kali lebih tinggi
dibanding bubuk kumis kucing. Penelitian yang dilakukan oleh Ir Didah Nur Faridah MSi,
periset Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, menunjukkan bahwa
kandungan antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosela terdiri atas senyawa gossipetin,
antosianin, dan glukosida hibiscin yang mampu memberikan perlindungan terhadap berbagai
penyakit degeneratif (akibat proses penuaan) seperti jantung koroner, kanker, diabetes melitus,
dan katarak.
Peneliti Faculty of Agriculture, Kagoshima University, De-Xing Hou menemukan adanya
kandungan delphinidin 3-sambubioside dan cyanidin 3-sambubioside, antosianin pada rosela
yang ampuh mengatasi kanker darah alias leukeimia. Cara kerjanya adalah dengan menghambat
terjadinya kehilangan membran mitokondrial dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke
sitosol. Jika molekul mengandung elektron seperti guanin DNA terserang, kesalahan
replikasi DNA mudah terjadi. Kerusakan DNA memicu oksidasi LDL, kolesterol, dan lipid yang
berujung pada penyakit ganas seperti kanker dan jantung koroner. Namun, antioksidan yang
dikandung rosela meredam aksi radikal bebas yang menyerang molekul tubuh yang mengandung
elektron. Secara singkat, adanya mekanisme tersebut menjelaskan bagaimana antioksidan yang
terdapat dalam kelopak rosela menghambat pertumbuhan sel kanker dan kejadian penyakit
jantung koroner.
Selain hal-hal yang dikemukakan di atas, rosela juga terbukti dapat menurunkan kadar
trigliserida dan LDL-kolesterol dalam darah. Penelitian terhadap efek kerabat bunga sepatu itu
terhadap kegemukan juga dilakukan oleh Sayago-Ayerdi SG dari Department of Nutrition,
Universidad Complutense de Madrid, Spanyol. Menurut Sayago rosela mengandung 33,9% serat
larut yang membantu meluruhkan lemak. Kendati demikian,kadar keasaman (pH) seduhan rosela
mencapai 3,14 sehingga perlu diwaspadai reaksi lambung untuk pengidap maag, karena
kemungkinan memiliki efek merugikan.
Galeri[sunting | sunting sumber]
Beberapa jenis rosella yang dikembangkan melalui UKM.
Chau, J. W.; Jin, M. W.; Wea, L. L.; Chia, Y. C.; Fen, P. C.;
Tsui, H. T. (2000). "Protective effect of Hibiscus anthocyanins
against tert-butyl hydroperoxide-induced hepatic toxicity in
rats". Food and Chemical Toxicology. 38 (5): 411–
416. doi:10.1016/S0278-6915(00)00011-9. PMID 10762726.
Mohamad, O., Mohd. Nazir, B., Abdul Rahman, M. and Herman,
S. (2002). Roselle: A new crop in Malaysia. Buletin PGM Dec
2002, p. 12-13.
Mohamad, O., Mohd. Nazir, B., Azhar, M., Gandhi, R.,
Shamsudin, S., Arbayana, A., Mohammad Feroz, K., Liew, S. K.,
Sam, C. W., Nooreliza, C. E. and Herman, S. (2002). Roselle
improvement through conventional and mutation breeding. Proc.
Intern. Nuclear Conf. 2002, 15-18 Oct 2002, Kuala Lumpur. 19
pp.
Mohamad, O., Ramadan, G., Herman, S., Halimaton Saadiah, O.,
Noor Baiti, A. A., Ahmad Bachtiar, B., Aminah, A., Mamot, S.,
and Jalifah, A. L. (2008). A promising mutant line for roselle
industry in Malaysia. FAO Plant Breeding News, Edition 195.
Available
at http://www.fao.org/ag/AGp/agpc/doc/services/pbn/pbn-
195.htm
Pau, L. T.; Salmah, Y.; Suhaila, M. (2002). "Antioxidative
properties of roselle (Hibiscus sabdariffa L.) in linoleic acid
model system". Nutrition & Food Science. 32 (1): 17–
20. doi:10.1108/00346650210413951.
Vaidya, K. R. (2000). "Natural cross-pollination in
roselle, Hibiscus sabdariffa L. (Malvaceae)". Genetics and
Molecular Biology. 23 (3): 667–669.
Referensi[sunting | sunting sumber]