Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fakhria Sabri Otuhu

NIM : 711345318027

Kelas : 3B

Mata Kuliah : Kimia Klinik 3

Materi : Tugas Laporan Praktikum AST

Dosen : Sabrina P.M. Pinontoan,S.Pd,M.Kes

1) Judul Pemeriksaan :
Pemeriksaan ASPARTATE AMINOTRANSFERASE
2) Tujuan :
 Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Aspartate
Aminotransferase
 Mahasiswa mampu mengetahui pra analitik pemeriksaan Aspartate
Aminotransferase
 Mahasiswa mampu mengetahui analitik pemeriksaan Aspartate
Aminotransferase
 Mahasiswa mampu mengetahui pasca analitik pemeriksaan Aspartate
Aminotransferase
3) Prinsip :
Aspartate aminotransferase (AST atau GOT) mengkatalisis transfer gugus
amino dari aspartat menjadi 2-oksoglutarat, membentuk oksalatetat dan
glutamat. Konsentrasi katalitiknya adalah ditentukan dari tingkat penurunan
NADH, diukur pada 340 nm, dengan menggunakan malat dehydrogenase
(MDH) coupled reaction
4) Dasar teori :
Aspartat Aminotransferase (AST) atau yang dulu disebut Glutamat-
oksaloasetat Transaminase (GOT) adalah enzim mitokondria yang
memerantarai reaksi pemindahan gugus amino antara asam aspartat dan asam
alfaketoglutamat membentuk asam glutamat dan oksaloasetat (Price, 2012).
Menurut Asmal, dkk (2012) AST terdapat pada jaringan dengan aktivitas
metabolisme yang tinggi dan mengkatalis konversi bagian nitrogen asam
amino menjadi energi berbentuk ATP dalam siklus krebs (Zaenab,2016).
Sebanyak 20% AST terdapat di sitoplasma dan 80% di mitokondria. AST
terdapat di jantung, hati, otot rangka dan ginjal (Sherlock, 2008). Bila jaringan
tersebut mengalami kerusakan akut, maka kadar AST dalam serum akan
meningkat. Hal ini disebabkan oleh bebasnya enzim intraseluler dari sel yang
rusak ke sirkulasi. Kadar yang sangat meningkat menunjukan adanya nekrosis
hepatoseluler atau infark miokard (Kosasih, 2008).
Kenaikan enzim ini mewakili kerusakan sel-sel hati karena virus, obat-
obatan, karsinoma metastatik, kegagalan jantung dan penyakit hati
granulomatus dan yang disebabkan oleh alkohol. Enzim transaminase yang
mengalami kenaikan kembali atau tetap bertahan nilainya digunakan sebagai
petunjuk perkembangan nekrosis hati (PAPDI, 2009).

Reaksi ini dikatalis oleh enzim Aspartat Aminotransferase (AST) dan


bersifat reversibel karena isoenzim AST terjadi baik di mitokondria dan
sitoplasma. Terdapat 2 isoenzim yaitu SGOT 1 yang merupakan isoenzim
sitosol yang terutama terdapat di sel darah merah dan jantung sedangkan
SGOT 2 merupakan isoenzim mitokondria yang predominan dalam sel hati
(Gaze, 2007). Aktivitas enzim ini mempengaruhi aliran karbon dan nitrogen
dalam sel secara signifikan (McKee, 2015).
Konsentrasi AST / GOT dalam sampel dihitung menggunakan rumus

umum berikut:
Absorbansi molar ( ε) NADH pada 340 nm adalah 6300, lightpath (l)
adalah 1 cm, total volume reaksi (Vt) adalah 1,05 pada 37ºC dan 1,1 pada
30ºC, volume sampel (Vs) adalah 0,05 pada 37ºC dan 0,1 pada 30ºC, dan 1 U /
L adalah 0,0166 µ kat / L. Rumus berikut disimpulkan untuk penghitungan
konsentrasi katalitik:
5) Pra analitik :
A. Persiapan pasien :
1. Hindari latihan fisik yang berat sebelum pengambilan sampel
2. Hindari obat atau zat yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
B. Persiapan alat dan bahan :
1. Mikropipet 1000 µl
2. Mikropipet 50 µl 
3. Yellow tip 
4. Blue tip
5. Tabung reaksi 
6. Kuvet 
7. Spektrofotometri
8. Disposible
9. Tabung darah
10. Kapas alkohol 70%
11. Rak tabung
12. Torniquet
13. Reagen A
14. Reagen B
15. Sampel : serum

C. Persiapan sampel :
1. Prosedur pengambilan darah vena :
1) Dibersihkan bagian lengan yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
70% dan dibiarkan sampai kering.
2) Jika memakai vena dalam fossa cubiti, dipasang ikatan
pembendung pada lengan atas dan diminta pasien untuk
mengepalkan dan membuka tangannya berkali-kali agar vena
terlihat jelas.
3) Ditegangkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri agar vena
tidak dapat bergerak.
4) Ditusuk kulit dengan jarum dan spoit dalam tangan kanan sampai
ujung jarum masuk ke dalam pembuluh vena.
5) Dilepaskan atau diregangkan pembendungan dan perlahanlahanlah
tarik penghisap semprit sampai jumlah darah yang dikehendaki
didapat.
6) Dilepaskan pembendungan jika masih terpasang.
7) Ditaruh kapas diatas jarum dan dicabut spoit dan jarum itu.
8) Diminta kepada pasien agar tempat tusukan itu ditekan selama
beberapa menit dengan kapas tadi.
9) Diangkat atau dilepaskan jarum dari spoit dan darah dialirkan ke
dalam wadah atau tabung yang tersedia melalui dinding
(Gandasoebrata R, 2011).
2. Persiapan sampel :
1) Darah vena di sentrifus untuk memisahkan sel darah merah dengan
serum.
2) Sampel dihindarkan dari halhal yang dapat menyebabkan hemolisis.
3) Serum dikumpulkan dengan prosedur standar.
4) Aspartate aminotransferase dalam serum stabil selama 7 hari pada
suhu 2-8ºC.
D. Persiapan reagen :
I. KOMPOSISI REAGEN
A. Reagen: Tris 121 mmol / L, L-aspartate 362 mmol / L, malate
dehydrogenase> 460 U / L, laktat dehidrogenase> 660 U / L,
Natrium hidroksida 255 mmol / L, pH 7,8.
B. Reagen: NADH 1,3 mmol / L, 2-oksoglutarat 75 mmol / L,
Natrium hidroksida 148 mmol / L, natrium azida 9,5 g / L
II. PERSIAPAN REAGEN
a) Working Reagen: Tuang isi Reagen B ke dalam botol Reagen A.
Aduk dengan lembut. Volume lain dapat dibuat dalam proporsi:
4 mL Reagen A + 1 mL Reagen B. Stabil untuk 2 bulan pada
suhu 2-8ºC.
b) Working Reagen dengan Pyridoxal Phosphate (Catatan 1):
Campurkan sebagai berikut: 10 mL Working Reagent + 0,1 mL
Reagen C (cod 11666). Stabil selama 6 hari pada suhu 2-8ºC.
6) Analitik :
1) Bawa reagen dan instrumen ke suhu ruangan
2) Pipet ke dalam kuvet :

Reaksi suhu 37ºC 30ºC


Reagen 1.0ml 1.0ml
Sampel 50 µL 50 µL
3) Campur dan masukkan kuvet ke dalam fotometer. Mulai stopwatch.
4) Setelah 1 menit (Catatan 1), catat absorbansi awal dan dengan interval 1
menit setelahnya selama 3 menit
5) Hitung selisih antara absorbansi berurutan dan absorbansi rata-rata
perbedaan per menit (∆A / menit).
7) Pasca analitik :
NILAI REFERENSI
KARAKTERISTIK METROLOGI
I. Batas deteksi: 1.1 U/L = 0.018 μkat/L
II. Batas linieritas: 500 U / L = 8,33 µ kat / L. Untuk nilai yang lebih
tinggi encerkan sampel 1/10 dengan distilasi air dan ulangi pengukuran.

III.
IV. Gangguan: Bilirubin (20 mg / dL) tidak mengganggu. Lipemia
(trigliserida 2 g / L) dan hemolisis dapat mempengaruhi hasil. Obat dan
zat lain dapat mengganggu.
KARAKTERISTIK LAIN :
V. Aminotransferase mengkatalisis pembentukan asam glutamat dari 2-
oksoglutarat melalui transfer gugus amino. AST ditemukan dalam
konsentrasi tertinggi di hati dan otot jantung, tetapi juga berlimpah di
otot rangka, ginjal, dan pankreas.
VI. Konsentrasi serum AST meningkat pada hepatitis dan bentuk penyakit
hati lainnya yang berhubungan dengan nekrosis: mononukleosis
menular, kolestasis, sirosis, karsinoma hati metastasis, delirium
tremens, dan setelah pemberian berbagai obat 4,6.
VII. Konsentrasi serum AST juga meningkat setelah infark miokard, pada
penyakit otot sketetal (sebagai distrofi otot progresif), pada pankreatitis
akut atau penyakit hemolitik dan lainnya. 4,6. Diagnosis klinis tidak
boleh dibuat berdasarkan temuan dari satu hasil tes, tetapi harus
mengintegrasikan data klinis dan laboratorium.
8) Kesimpulan :
I. Aspartate aminotransferase (AST atau GOT) mengkatalisis transfer
gugus amino dari aspartat menjadi 2-oksoglutarat, membentuk
oksalatetat dan glutamat. Konsentrasi katalitiknya adalah ditentukan
dari tingkat penurunan NADH, diukur pada 340 nm, dengan
menggunakan malat dehydrogenase (MDH) coupled reaction
II. Pra analitik yang harus diperhatikan :
1. Persiapan pasien : hindari latihan fisik dan hindari obat-obatan yang
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
2. Persiapan alat dan bahan : alat dan bahan untuk pemeriksaan
AST/SGOT dan alat dan bahan untuk persiapan sampel
3. Persiapan sampel : pengambilan darah vena sesuai SOP, lalu
centrifuge untuk mendapatkan serum
4. Persiapan reagen : Reagen A dan Reagen B
III. Analitik :
1. Bawa reagen dan instrumen ke suhu ruangan
2. Pipet ke dalam kuvet :

Reaksi suhu 37ºC 30ºC


Reagen 1.0ml 1.0ml
Sampel 50 µL 50 µL
3. Campur dan masukkan kuvet ke dalam fotometer. Mulai stopwatch.
4. Setelah 1 menit (Catatan 1), catat absorbansi awal dan dengan
interval 1 menit setelahnya selama 3 menit
5. Hitung selisih antara absorbansi berurutan dan absorbansi rata-rata
perbedaan per menit (∆A / menit).
IV. Pasca Analitik :

Anda mungkin juga menyukai