Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MATERNITAS II

MAKALAH ABORTUS DAN KET

OLEH :

KELOMPOK 2/A12-A

GUSTI AYU MADE LISKA WARDANI 18.321.2830

I DEWA AYU AGUNG EGITA DEWAYANTI 18.321.2831

I GUSTI AGUNG DIANA RATRI ASTUTI 18.321.2832

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca supaya kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepanya dapat lebih baik lagi dan semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi pendidikan. Makalah ini kami sadari masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 28 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Abortus................................................................................................................. 3
2.2 KET...................................................................................................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 17
3.2 Saran.................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.


Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang
terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III
disebut perdarahan atepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada
kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan
kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang
peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah
abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram.
Pada kehamilan dalam keadaan normal, kehamilan intauterin, nidasi terjadi pada
endometrium korpus uteri. Namun, bila kehamilan dalam keadaan abnormal implantasi
hasil konsepsi terjadi diluar endometrium rahim, disebut kehamilan ekstrauterin.
(Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)
Kehamilan ekstrauterin tidaklah identik dengan kehamilan ektopik. Kehamilan
pada pars interstisial tuba dan kehamilan pada kanalis servikalis masih terdapat dalam
rahim, namun jelas sifatnya abnormal dan ektopik. Dalam pembicaraan selanjutnya
keduanya dimasukkan kedalan kehamilan ektopik. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian abortus dan kehamilan ektopik terganggu?


2. Apa saja penyebab abortus dan kehamilan ektopik terganggu ?
3. Bagaimana patofisiologi abortus dan kehamilan ektopik terganggu?

1
4. Apa saja macam-macam abortus?
5. Apa saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda?
6. Bagaimana komplikasi akibat abortus ?
7. Bagaimankah penanganan terhadap kehamilan ektopik terganggu?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian abortus dan kehamilan ektopik ternganggu.
2. Menjelaskan penyebab abortus dan kehamilan ektopik ternganggu.
3. Menjelaskan patofisiologi abortus dan kehamilan ektopik ternganggu.
4. Menyebutkan macam-macam abortus.
5. Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda.
6. Menjelaskan komplikasi akibat abortus.
7. Menjelaskan penanganan terhadap kehamilan ektopik terganggu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Abortus

2.1.1 Pengertian Abortus


Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat-obatan
atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus.Anak
baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang
kurang dari 500 gram. Jika anak  yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga dengan
immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).

2.1.2 Penyebab Abortus


1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan
hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda.
Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini
dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering

3
ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula
kelainan kromosom seks.
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium
belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang
karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi
maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan
pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan
lainnya.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi. Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus.
Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi
virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar.
nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada
metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan
kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu
proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus
dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui

4
plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi
abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko
terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi
abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan
terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital,
prolapsus atau retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal
dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks
inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks
postpartum.
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan
riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta
mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.
8. Penyebab dari segi Maternal
a. Penyebab secara umum:
1) Infeksi

5
- Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
- Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
- Parasit, misalnya malaria.
2) Infeksi kronis
- Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
- Tuberkulosis paru aktif.
- Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
- Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum
- Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
- Trauma fisik.
b. Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4.Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.
9. Penyebab dari segi Janin
1. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2. Mola hidatidosa.
3. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
4. Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada
70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi
pada tubuh janin.
5. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
6. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi
dengan adekuat.

2.1.3 Patofisiologi

6
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan
terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir
mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

2.1.4 Macam-macam Abortus


1. Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan
tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung beberapa
hari dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang
mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi.
Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalu janin mengalamin
gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut.
Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi. Pada abortus
ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan
kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau dipertahankan.
Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit, sedangkan
sisanya kehamilan akan berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan bahwa abortus
ini terdapatadanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan
dalam rahim.
2. Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

7
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat, kontraksi
uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri berlangsung
dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak
dapat dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam
saja.
3. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus berkaitan dengan retensi
sebagian produk pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas
pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan
tidak segera berkurang sementar serviks tetap terbuka.
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi telah lahir
atau teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa jaringan yang
tertinggal (biasanya jaringan plasenta).
4. Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)
Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri.
Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya
dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam massa ini luka rahim telah
sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan – janin, selaput
ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti,
serviks menutup dan uterus mengalami involusi.
5. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus spontan.
Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap
antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau
tidak ada akan mengalami abortus.
6. Missed abortion

8
Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau
lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar kematian janin kadang-kadang
ada perdarahan per vaginam sedikit hingga menimbulkan gambaran abortus imminens.
Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang kurangnya terjadi
pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan
pemasangan laminaria stift.

7. Abortus infeksiosa, abortus septik


Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan
abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke
dalam peredaran darah atau peritoneum.
Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis.
Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada abortus
legal tetapi dengan frekuensi yang jauh lebih kecil.
Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis, peritonitis,
endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus septik di Parkland Hospital, bahkan darah
posotif pada seperempatnya. Hampir dua pertiga adalah bakteria anaerob sedangkan
koliform juga sering dijumpai. Organisme lain yang dilaporkan menjadi penyebab
abortus septik antara lain adalah haemophilus influenzae, campylobacter jejuni, dan
streptokokus grup A. Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi segera produk konsepsi
disertai anti mikroba spektrum luas secara intravena. Apabila timbul sepsis dan syok,
perlu diberikan terapi suportif. Abortus septik juga pernah dilaporkan menyebabkan
koagulopati intravaskular diseminata.
8. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
80 % dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus adalah pengakhiran
kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan.
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat
kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

9
2.1.5 Komplikasi Akibat Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
3. Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetusmerupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama
dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti
bahwa toxoplasma gondii  menyebabkan abortus pada manusia kurang
meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia
trachomatis menyebabkan abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan
berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada
awal kehamilan. Abortus spontan secara independen berkaitan dengan antibodi virus
imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan
kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.
4. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank karena
infeksi berat (syok endoseptik).

10
2.2 Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

2.2.1 Definisi KET

Kehamilan ektopik, adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berinflantasi diluar


endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET), adalah kehamilan ektopik yang
terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah, dan membahayakan wanita tersebut. . (Pranoto,
Ibnu, dkk 2013 : 100)

Kehamilan heretropik, adalah kehamilan intrauterine yang terjadi dalam waktu yang
berdekatan dengan kehamilan ektopik. Sedangkan kehamilan ektopik kombinasi, adalah
kehamilan intrauterin yang terjadi pada waktu bersamaan dengan kehamilan ekstrauterin.
Dan kehamilan ektopik rangkap, adalah kehamilan intrauterin dengan kehamilan
ekkstrauterin yang lebih dulu terjadi, tapi janin sudah mati dan menjadi litopendion.
(Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)

2.2.2 Klasifikasi  

Menurut tinus, klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya kehamilan adalah sebagai


berikut:

1. kehamilan tuba, dibagi atas :

a)      Interstisial (2 %)

b)      Istmus (25 %)

11
c)      Ampulla (55%)

d)     Fimbriae (17 %)

2. kehamilan ovarial (0,5%)

3. kehamilan abdominal (0,1%) dibagi atas :

a)      Primer

b)      Sekunder

4. kehamilan tubo-ovarial

5. kehamilan intraligamenter

6. kehamilan servikal dan

7. kehamilan kornu rudimenter (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)

2.2.3 Etiologi

Terdapat sejumlah faktor predisposisi yang dapat meneyababkan kerusakan tuba dan
disfungsi tuba. Riwayat ooperasi tuba sebelumnya apakah, apakah untuk mempebaiki potensi
tuba ataupun utnuk sterislisasi, meningkatkanrisiko terjadinya penyempitn lumen. Riwayat
salpingitis merupakan risiko yang umum ditemukan. (Prawirohardjo, Sarwono, 2011 : 203)

Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak, atau belum
diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik.

1) Faktor uterus
Berdasarkan etiologinya, diketahui bahwa faktor uterus dapat menyebabkan
kehamilan ektopik. Faktor uterus penyebab kehamilan ektopik adalah :

1.      Tumor yang menekan tuba, dan

2.      Hipoplassitis (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 101)

2)      Faktor tuba

Beberapa penyebab kehamilan ektopik, disebabkan oleh faktor tuba sebagai berikut :

12
1.      Penyempitan lumen tuba karena infeksi endosalping

2.      Tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk

3.      Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba

4.      Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna

5.      Endometriosis tuba

6.      Striktur tuba

7.      Divertikel tuba dan kelainan congenital lainnya

8.      Perlekatan peritubal dan lekukan tuba

9.      Tumor lain menekan tuba, dan

10.  Lumen kembar dan sempit. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 101)

3)      Faktor ovum

Faktor ovum yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik adalah :

1.      Migrasi eksternal dari ovum

2.      Perlekatan membrane granulosa

3.      Rapid cell devision dan

4.      Migrasi internal ovum

2.2.4 Kehamilan tuba

Dinding tuba merupakan lapisan luar. Sedangkan kapsularis merupakan lapisan dalam
dari hasil konsepsi. Karena tuba tidak dan bukan merupakan tempat normal bagi kehamilan,
maka sebagian besar kehamilan tuba kan tergantung pada umur 6-10 minggu kehamilan.
Nasib dari hasil konsepsi biasanya mati dan kemudian direbsorpsi, yaitu: terjadi abortus tuba
(65%), mengalami keguguran, hasil konsepsi terlepas dari dinding tuba, kemudian terjadi
perdarahan yang bias sedikit atau banyak. Hasil konsepsi dan perdarahan bias keluar menuju
kavum uteri, dan dikeluarkan pervaginam. Hasil konsepsi juga dapat dikelularkan ke arah
kavum abdominal sehingga bertumpuk dibelakang rahim. Hal ini disebut hematoma
13
retrouterina atau disebut juga masa pelvis (pelvikmass) terjadi rupture tuba (35%). Bila
robekan kecil, hasil konsepsi tetap tinggal dalam tuba. Dari robekan akan terjadi perdarahan
yang banyak. Bila robekan besar, maka hasil konsepsi keluar dan masuk dalam rongga perut.
Nasib hasil konsepsi ini bias berupa hal-hal sebagai berikut :

1. Mati dan bersama darah berkumpul di retrouterina


2. Litopedion
Bila janin agak besar dan mati, akan menjadi litopedion dalam rongga perut.
3. Janin keluar dari tuba
Janin yang keluar daru tuba diselubungi kantong amnion dan plasenta yang utuh.
Janin kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut dan terjadi kehamilan
abdominal sekunder. Plasenta akan melebar mencari kebutuhan makanan janin pada
usus, ligamentum latum, dan organ-organ disekitarnya. Selanjutnya janin dapat
tumbuh terus, bahkan sampai atterm. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 102)
4. Kehamilan intramuralis
Kehamilan intramuralis disebebkan karena dinding rahim agak tebal, sehingga dapat
menahan kehamilan sampai 4 bulan atau lebih, kadang kala sampai atterm. Kalu
pecah, dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan keluarnya janin dalam
rongga perut.
5. Kehamilan isthmus
Kehamilan isthmus karena dinding tuba lebih tipis, biasanya pada kehamilan dua
sampai tiga bulan sudah pecah.
6. Kehamilan ampula dan fimbriae
Pada kehamilan ampula dan fimbriae dapat terjadi abortus atau rupture pada
kehamilan 1-2 bula. Nasib hasil konsepsi sama seperti pada kehamilan isthsmus.
7. Perubahan pada uterus
Hormone-hormon kehamilan akan memberikan reaksi pada uterus seperti pada
kehamilan biasa. Maka tetap ditemui uterus yang bertambah besar dari biasa serta
melunak, suplai darah yang bertambah, dan terbentuknya desidua. (Pranoto, Ibnu, dkk
2013 : 103)

14
      Bila hasil konsepsi dalam tuba mati, maka desidua mengalami degenerasi, terkelupas
dan berdarah kemudian keluar pervagina yang disebut desidua cast dan biasanya dilakukan
kuretase.

Diagnosis dan gejala klinik anamnesis adalah :

a. Terjadi amenoroe, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari bahkan beberapa bulan
haid tidak teratur.
b. Nyeri abdomen dan sakit tiba-tiba seperti diiris disertai muntah
c. Keluar darah pervagina
d. Defance muscular perut rasa mengeras
e. Muntah, gelisah, pucat.
f. Nadi kecil dan halus serta cepat
g. Pada pemeriksaan dalam, jika digerakkan nyeri pada serviks dan portio.
h. Douglas crise adalah rasa nyeri hebat pada kavum doglasi
i. Kavum doglasi teraba menonjol karena adanya kumpulan darah
j. Adanya pelepasan desidua post cost, dan
k. Pada perkusi abdomen : Shifting dullness adalah adanya perdarahan intra abdominal.
(Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 103)

2.2.5 Pemeriksaan laboratorium


1. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilkaukan adalah :
2. Pemeriksaan HB menunjukkan adanya penurunan, dan
3. Adanya leukositosis

2.2.6 Pemeriksaan tambahan


Kuldosintesis untuk mengetahui apakah ada perdarahan pada kavum douglasi.
Jika ditemukan butiran darah warna kecoklatan berarti positif dibrinasi yang
menunjukkan adanya hematoma retrouterina. Namun jika ditemukan darah segar berarti
negative sebab dara berasal dari arteri dan vena.

2.2.7 Penanganan

15
Penanganan yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah
1. Pasien tersangka KET sebaiknya dirawat
2. Jika datang dalam keadaan syok perbaiki keadaan umum dengan memberikan infus
NaCl dan dextrose
3. Jika tersangka KET dirujuk ke dokter obgin untuk dilaparatomi
4. Sisa darah dikeluarkan dan
5. Beri antibiotic dan anti inflamasi. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 104)

Setelah diagnose ditagakkan, segera mungkin dilakukan laparatomi. Anak dikeluarkan


dan tali pusat dipotong spendek mungkin, plasenta dibuarkan berada dlam rongga perutkarena
untuk mencegah perdarahan. Bila selamat, biasanya uri akan direbsorpsi kembali selama
beberapa bulan. (Mochtar, Rustam. 1998 : 236)

2.2.8 Komplikasi
1. Pada pengobatan konservatif, yaitu jika rupture telah lama berlangsung (4-6 minggu),
terjadi perdarahan ulang. Ini merupakan indikasi operasi.
2. Infeksi
3. Sub illeus karena masa pelvis.
4. Sterilitas. (Mochtar, Rustam. 1998 : 234)

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram.
Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan hasil konsepsi,
kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia, trauma, faktor-faktor
hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab dari janin, dan lain-lain
Kehamilan ektopik, adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berinflantasi diluar
endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET), adalah kehamilan ektopik
yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah, dan membahayakan wanita tersebut.
. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100)

3.2 Saran
Berhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus waspada terhadap setiap
komplikasi yang terjadi.

17
Setelah diagnose ditagakkan, segera mungkin dilakukan laparatomi. Anak
dikeluarkan dan tali pusat dipotong spendek mungkin, plasenta dibuarkan berada
dlam rongga perutkarena untuk mencegah perdarahan. Bila selamat, biasanya uri akan
direbsorpsi kembali selama beberapa bulan. (Mochtar, Rustam. 1998 : 236). Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI. Jakarta: Media
Aesculapius.
Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.

Budiansyah, Tengku, (2013). Ask The Master UKDI. Tangerang Selatan. BINAPURA


AKSARA Pubhliser.

Ayu, Ida Chandranita Manuaba, dkk. (2009). Kesehatan reproduksi Wanita. Jakarta. EGC

Prawirohaedjo, sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. BINA PUSTAKA SARWONO


PRAWIROHARDJO.

Prawirohaedjo, sarwono. (2011). Ilmu Kandungan Edisi ketiga. Jakarta : PT. BINA PUSTAKA


SARWONO PRAWIROHARDJO.

18
Pranoto, Ibnu, (2013). Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

Mochtar, Rustam. (1998). Sunopsis Obstetri. Jakarta : EGC

19

Anda mungkin juga menyukai