Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

STRATEGI BELAJAR DALAM LINGKUNGAN KLINIK

DAN DISCHARGE PLANNING

Dosen Pengampu:

Ns,Dian Eka Putri,M.Kep

Disusun Oleh :

NINA FITRIANI
( 1901012010)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
DHARMASRAYA
2020
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

SAP

Institusi :S1 FIKES UNDHARI


Mata kuliah : Pendidikan dalam Keperawatan
Kode mata kuliah :
Beban sks :2 sks
Semester penempatan :dua (2)
Waktu pertemuan :150 menit
Pertemuan ke :6

1. Deskripsi mata kuliah


1. Mata kuliah ini membahas tentang pentingnya pendidikan kesehatan bagi manusia, terutama
insan kesehatan seperti perawat.setiap perawat dituntut untuk mampu memberikan
pendidikan kesehatan kepada setiap pasien/klien yang mereka rawat, untuk itu setiap
perawat harus memahami tentang pendidikan kesehatan.

2. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang strategi belajar mengajar dalam lingungan klinik
dan discharge planning

3. Pokok bahasan
strategi belajar mengajar dan discharge planning

4. Sub pokok bahasan


strategi belajar mengajar dan discharge planning

5. Kegiatan belajar mengajar


Kegiatan Media dan alat
Tahap Kegaiatan pengajar Softskill
mahasiswa pembelajaran
Pendahuluan  Mengucapkan salam  Menjawab Kedisiplinan -Whiteboard
(10 menit)  Perkenalan Diri salam -Spidol

 Menjelaskan Kontrak  Mendengarkan -Notebook


Perkuliahan  Memperhatikan -LCD
 Menjelaskan capaian
pembelajaran
Pengajian Menjelaskan tentang  Memperhatikan -Whiteboard
1. Strategi belajar  Memberikan -Spidol
mengajar dalam komentar -Notebook
lingkungan klinik:  Memberikan -LCD
 Keunggulan, Pertanyaan
masalah, dan  Menanggapai
tantangan dengan
 Preceptor pertanyaan
2. Pendidikan kesehatan
perencanaan pulang
dalam persiapan
perawatan dirumah:
 Pengertian
 Tujuan
 Manfaat
 Prinsip-prinsip
 Jenis-jenis
 Hal-hal yang harus
diketahui klien
sebelum pulang
 Alur discharge planning
 Memberikan
kesempatan pada
mahasiswa untuk
bertanya
Penutup  Menunjuk beberapa  Menjawab -Whiteboard
mahasiswa secara acak pertanyaan -Spidol
untuk menjelaskan  Menyimpulkan -Notebook
sekilas tentang materi materi -LCD
yang telah diberikan  Menjawab salam
 Menyimpulkan materi
hari ini
 Menutup pelajaran
dengan mengucapkan
salam

6. Evaluasi
a. Memberikan tugas kepada mahasiswa tentang discharge planning
b. Kedisiplinan : Mahasiswa diharapkan disiplin dalam mengikuti perkuliahan dan masuk
tepat waktu.

7. Refernesi
a. Kusnanto.(2004). Pengantar Profesi dan praktek keperawatan professional. EGC :
JakartaZubair
b. Achmad charris,(1990),Kuliah etika,Rajawali pers :Jakarta
c. Ismani Nila.Etika keperawatan.(2001), Widya medika L: Jakarta
d. Potter & perry (2005), Fundamental keperawatan konsep,proses dan praktek edisi
4,EGC:Jakarta

Dharmasraya
Dosen mata kuliah

(Ns. Dian Eka Putri, M. Kep)


MATERI PEMBELAJARAN
STRATEGI BELAJAR DI LINGKUNGAN KLINIK
DAN PERSIAPAN PASIEN PULANG

Strategi belajar di lingkungan klinik


Metode pembelajaran klinik merupakan suatu metode untuk mendidik
mahasiswa di klinik yang memungkinkan dosen/pembimbing klinik untuk
memilih dan menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan dan
(11)
karakteristik individual mahasiswa berdasarkan kerangka konsep pembelajaran.
Menurut Schweek ang Gebbie praktik klinik merupakan “the heart of the total
curriculum plan”. Pendapat ini menunjukkan bahwa unsur penting dalam pendidikan
keperawatan adalah bagaimana proses pembelajaran di klinik. Proses pembelajaran
(12)
dipengaruhi oleh mahasiswa dan dosen.

Pembelajaran klinik merupakan suatu bentuk belajar professional yang


menyokong terjadinya belajar yang berfokus pada pasien dan situasi yang nyata yaitu
interaksi antara pengajar, peserta didik, dan pasien. Sedangkan menurut Swheer,
metode pembelajaran klinik adalah suatu sarana yang dapat memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan teori ke dalam pembelajaran
dengan menerapkan beberapa ketrampilan intelektual dan psikomotor yang
diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas pada pasien.

Tujuan dari pembelajaran klinik tersebut antara lain:

a. Meningkatkan pemahaman peserta didik tentang ilmu pengetahuan dan


masalah keperawatan.
b. Menumbuhkan dan membina sikap serta ketrampilan professional sebagai
perawat.

c. Mengadakan adaptasi atau penyesuaian profesional di lingkungan di mana


mereka kelak akan bekerja.

Pengalaman belajar lapangan dan pengalaman belajar klinik bukan


mempekerjakan mahasiswa di Rumah Sakit atau lapangan akan tetapi menjadikannya
sebagai pengalaman belajar dalam pengertian sebagai bagian dari proses pendidikan.
Pengalaman tersebut antara lain mahasiswa akan berhadapan dengan pasien dan
penyakitnya langsung, memberikan tindakan keperawatan dan melaporkan hasil
kelolaan kasus kepada pembimbing klinik yang merupakan rutinitas sehari-hari saat
praktek klinik. Selain pengalaman-pengalaman tersebut mahasiswa yang pertama
kali praktek klinik kadang-kadang juga merasa takut dan sering beranggapan bahwa
perawat senior bersifat galak dan suka menyuruh.

(14)
Anggapan tersebut akan hilang setelah praktek klinik yang selanjutnya.

Dalam menentukan pembelajaran klinik, maka harus memenuhi syarat


(15)
sebagai berikut:

a. Metode harus sesuai dengan kemampuan pengalaman dan karakteristik


peserta

b. Metode harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirancang c.


Metode harus sesui dengan kemampuan pembimbing terhadap

kerangka konsep proses pembelajaran.

d. Metode harus sesuai dengan sumber-sumber dan keterbatasan lahan


praktek.

e. Metode harus sesuai dengan filosofi keperawatan

Preceptorship

Metode Preceptorship didasarkan pada konsep modeling. Mahasiswa


memperoleh atau memodifikasi perilaku dengan cara mengobservasi sendiri suatu
model yang memiliki perilaku yang dibutuhkan mahasiswa dan mereka juga
memperoleh kesempatan untuk mempraktikkan prilaku tersebut. Pembimbing klinik
membimbing mahasiswa untuk mempermudah transisi peran mahasiswa yang

akan lulus dan mempermudah jalan masuk kelingkungan kerja.(18)

Kriteria preceptorship antara lain harus berpengalaman dalam bidangnya,


profesional, berjiwa pemimpin, memahami konsep dan asuhan keperawatan.
Selain itu, seorang preceptorship juga harus mampu mengadakan
perubahan, mampu menjadi role model, berminat dalam bidang keperawatan.(11)

Pembimbing klinik berperan memberikan bimbingan mahasiswa dalam


memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk perawatan
klien dan mempelajari peran dan tanggung jawab perawat di lahan praktik,
memperbaiki kemampuan mahasiswa jika melakukan kesalahan untuk
mendukung perencanaan dan tindakan keperawatan, melakukan orientasi dan
sosialisasi terkait tentang prosedur-prosedur dan kebijakan di lahan klinik,
melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa selama di
lahan klinik, memberikan pendelegasian untuk menjaga hal-hal yang tidak

(12)
diinginkan selama tidak mendampingi mahasiswa selama pengajaran klinik.

Metode preceptorship mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa


kelebihan metode preceptorship yaitu mahasiswa dapat menunjukkan prilaku
menjadi teladan serta pembimbing klinik memberikan pengaruh yang positif
kepada mahasiswa sehingga prilaku yang negatif dapat dibatasi. Sedangkan
Beberapa kelemahan metode preceptorship adalah pembimbing klinik yang tidak
menunjukkan perilaku teladan akan menimbulkan konflik dalam diri mahasiswa
dan mahasiswa sering melakukan metode ini secara subjektif bukan objektif.
(18)

persiapan pasien pulang

1. Pengertian Discharge Planning

Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan


aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang
kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan
(Potter & Perry, 2005:1106).
Menurut Kozier (2004), discharge planning didefenisikan sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di
dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.

Program discharge planning (perencanaan pulang) pada dasarnya merupakan program


pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang meliputi
nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit
pasien (Potter & Perry, 2005 dalam Herniyatun dkk, 2009:128). Informasi diberikan
kepada pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga
medis. Sebelum pemulangan, pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana
cara manajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam
memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan untuk
mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak siap menghadapi
pemulangan) dapat menyebabkan meningkatknya komplikasi yang terjadi pada pasien
(Potter & Perry, 2006)

2. Tujuan Discharge Planning

Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk


mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Carpenito,
1999 dalam Rahmi, 2011:10). Tindakan ini juga bertujuan memberikan
pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit
dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge Planning
Association, 2008 dalam Siahaan, 2009:12).

Secara lebih terperinci The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan
(2009:12-13) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning adalah: a.
Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk

di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui.

b. Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan
untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan.

c. Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua


fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima
pasien.

d. Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan


keluarga dengan menyediakan serta memandirikan aktivitas perawatan diri.
3. Manfaat Discharge Planning

Menurut Spath (2003) dalam Nursalam & Efendi (2008:229), perencanaan


pulang mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien yang


dimulai dari rumah sakit

b. Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk


menjamin kontinuitas perawatan pasien

c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan


pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru

d. Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan di


rumah

Wulandari (2011:11) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa manfaat dari


pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission)

b. Mengantispasi terjadinya kegawatdaruratan seletah kembali ke rumah c.


Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit

d. Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan e.


Menghemat biaya selama proses perawatan

f. Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau di


masyarakat karena perencanaan yang matang.

g. Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.

4. Jenis Discharge Planning

Menurut Chesca (1982) dalam Nursalam & Efendi (2008:229), discharge


planning dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge). Keadaaan pulang ini


dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi. Klien
untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah
sakit atau Puskesmas terdekat.

b. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge). Cara ini merupakan akhir dari
hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat kembali,
maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.

c. Pulang paksa (judicial discharge). Kondisi ini klien diperbolehkan pulang


walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus
dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Discharge Planning

Menurut Potter & Perry (2005) dalam Herniyatun (2009:128), program


perencanaan pulang (discharge planning) pada dasarnya merupakan program
pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien. Keberhasilan dalam pemberian
pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari perawat dan
juga dari pasien. Menurut Notoadmodjo (2003) dalam Waluyo (2010:17-18), faktor
yang berasal dari perawat yang mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian
pendidikan kesehatan adalah sikap, emosi, pengetahuan dan pengalaman masa
lalu.

a. Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan mempengaruhi penyampaian informasi
kepada pasien, sehingga informasi akan lebih jelas untuk dapat dimengerti
pasien.

b. Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan faktor yang mempengaruhi


pelaksanaan pendidikan kesehatan. Pengendalian emosi yang baik akan
mengarahkan perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-hati dan telaten. Dengan
demikian informasi yang disampaikan lebih mudah diterima pasien.

c. Pengetahuan adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan. Perawat harus


memiliki pengetahuan yang cukup untuk memberikan pendidikan kesehatan.
Pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan perawat pada kegiatan
pembelajaran pasien. Pasien akan semakin banyak menerima informasi dan
informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Pengalaman masa lalu perawat berpengaruh terhadap gaya perawat dalam
memberikan informasi sehingga informasi yang diberikan akan lebih terarah sesuai
dengan kebutuhan pasien. Perawat juga lebih dapat membaca situasi pasien
berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.

Sedangkan faktor yang berasal dari pasien yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pemberian pendidikan kesehatan, menurut Potter & Perry (1997), Suliha dkk (2002) dan
Machfoedz dkk (2005) yang dikutip oleh Waluyo (2010:18-19) adalah motivasi, sikap,
rasa cemas/emosi, kesehatan fisik, tahap perkembangan dan pengetahuan
sebelumnya, kemampuan dalam belajar, serta tingkat pendidikan

6. Prinsip Discharge Planning


Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan
yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan.

Menurut Nursalam & Efendi (2008:229), prinsip-prinsip yang diterapkan dalam


perencanaan pulang adalah sebagai berikut:

a. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan
dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.

b. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang
mungkin muncul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah
yang muncul di rumah dapat segera di antisipasi.

c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan


pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.

d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.

Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di
masyarakat.

e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap


pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaaan pulang harus dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai