Anda di halaman 1dari 12

MODEL KEMITRAAN PEMERINTAH DENGAN PERUSAHAAN

DALAM MENGELOLA CSR: STUDI KASUS DI KOTA CILEGON


(Model with government partnerships in managing its CSR:
A case study in the City Cilegon)

Rahmatullah
Dinas Sosial Kota Serang, Provinsi Banten
Email: kk.mamato@gmail.com

Abstrak

Artikel ini membahas kemitraan antara Pemerintah Kota dengan Perusahaan di wilayah Kota Cilegon
dalam melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) melalui Lembaga Cilegon
Corporate Social Responsibility (CCSR). Jenis kajian ini deskriptif, menggunakan pendekatan kualitatif.
Hasil kajian ini menyarankan agar status hukum CCSR ditingkatkan dari Peraturan Walikota (Perwal)
menjadi Peraturan Daerah (Perda), lembaga CCSR perlu memaksimalkan sosialisasi, agar bertambahnya
jumlah perusahaan yang menjadi anggota CCSR, CCSR perlu membuat basis data dan memiliki program
prioritas sendiri, serta perlunya pelibatan masyarakat dalam seluruh tahapan program.

Kata kunci: Kemitraan, pemerintah kota, perusahaan, corporate social responsibility

Abstract

This article is about partnership between local government and companies in Cilegon City in the
implementation of corporate social responsibility program. The research is descriptive using qualitative.
These results suggest that enhanced CCSR legal status of Major Regulation to Local Government
Regulation, more socialization and information about CCSR to grab new members, CCSR must make
its own data base and have program priorities and citizens should be involved more in all phases of the
program.

Key words: Partnership, local government, company, corporate social responsibility

PENDAhuluAN Tabel 1.
Kota Cilegon merupakan salah satu Klasifikasi Penanaman Modal di Kota Cilegon
kota industri penting di Indonesia, karena No. Penanaman Modal Jumlah
terkategorikan kedalam kawasan andalan 1. Penanaman Modal Asing (PMA) 75
industri nasional. Berdasarkan data Badan 2. Penanaman Modal Dalam Negeri 34
Koordinasi Penanaman Modal Daerah (PMDN)
(BKPMD), di Kota Cilegon, terdapat industri 3. Badan Usaha Milik Swasta 4
berskala besar meliputi investasi Penanaman 4. Badan Usaha Milik daerah 2
Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Sumber : BKPMD Kota Cilegon, 2010
Negeri (PMDN), Badan Usaha Milik Swasta Kota Cilegon juga merupakan simpul
(BUMS), dan Badan Usaha Milik Negara sistem jaringan utilitas dan pergerakan jawa-
(BUMN). sumatera, melalui posisi ini Kota Cilegon turut
menentukan pertumbuhan dan perkembangan

36 Informasi, Vol. 17, No. 01 Tahun 2012


Model Kemitraan Pemerintah dengan Perusahaan Dalam Mengelola CSR; Studi Kasus di Kota Cilegon

wilayah di kedua pulau besar tersebut. Selain Selain itu sejak sembilan bulan didirikan, baru
itu Kota Cilegon sebagai potensi inlet-outlet sepuluh perusahaan yang menjadi anggota
terhadap lokasi pasar dunia, secara geografis CCSR, padahal berdasarkan data BKPMD
Kota Cilegon memiliki akses langsung terhadap Kota Cilegon, terdapat 115 perusahaan berskala
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I yang besar yang berinvestasi di Kota Cilegon.
didukung oleh keberadaan 21 pelabuhan umum Dalam advertorial Harian Kabar Banten (13
dan khusus. Januari, 2011), Walikota Cilegon memberikan
Berbagai potensi diatas belum berkorelasi bantuan beasiswa dan pengobatan gratis melalui
langsung pada meningkatnya kesejahteraan lembaga CCSR pada saat 100 hari pemerintahan
masyarakat, karena saat ini jumlah keluarga Walikota, peristiwa tersebut seakan menyiratkan
miskin di Kota Cilegon mencapai 15.961 Kepala bahwa CCSR telah menjadi bagian dari agenda
Keluarga (KK) atau 14,38%, dari 110.922 KK, pemerintah walaupun dalam Perwal disebutkan
dan angka pengangguran mencapai 35.286 jiwa bahwa CCSR merupakan lembaga non
atau 18,26%. Memahami besarnya potensi dan pemerintah.
aneka permasalahan yang ada, Pemkot Cilegon Terkait pentingnya tanggungjawab sosial
berupaya melibatkan pihak perusahaan dengan perusahaan dalam mendukung program
mensinergikan program yang beririsan, melalui pemerintah, dikemukakan oleh Supranoto
lembaga CCSR sebagai pengelola kegiatan, (2007) , bahwa CSR memiliki pengaruh yang
sehingga diharapkan akselerasi peningkatan luas dalam membantu pemerintah meringankan
kesejahteraan masyarakat dapat segera tercapai. upaya penanggulangan kemiskinan, serta
Kemitraan antara program CSR perusahaan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Alokasi
dengan program pembangunan pemerintah, dana pemerintah untuk penanggulangan
yang ditetapkan berdasarkan Peraturan kemiskinan masih terbatas, dengan kondisi
Walikota Cilegon Nomor 3 tahun 2011, tentang tersebut memerlukan dukungan dan keterlibatan
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Cilegon aktif dunia usaha. Kegiatan CSR tentunya dapat
Corporate Social Responsibility (CCSR) di Kota membidik kelompok masyarakat yang belum
Cilegon. CCSR merupakan lembaga independen tersentuh program penanggulangan kemiskinan,
non pemerintah yang mensinkronisasikan sehingga kualitas hidup yang lebih baik dapat
dan mengintegrasikan program dan kegiatan dirasakan masyarakat secara merata.
CSR dengan Rencana Pembangunan Jangka Kelompok masyarakat atau pihak yang terkait
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Cilegon. dampak operasional perusahaan dikenal dengan
Saat ini baru terdapat 10 (sepuluh) perusahaan istilah stakeholders. Menurut Freeman (1984)
yang telah mensinergikan program CSR melalui definisi stakeholders merupakan individu atau
lembaga CCSR, diantaranya: PT. Buana Centra kelompok yang bisa mempengaruhi dan/ atau
Swakarsa (BCS), PT. Krakatau Steel (KS), PT. dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak
Chandra Asri, PT. BNI 46, PT. Amoco Mitsui dari aktivitas-aktivitasnya. Menurut Utama
Indonesia, PD. Pelabuhan Cigading Mandiri (2010), tanggung jawab perusahaan tidak hanya
(PCM), PT. Bayer Indonesia, PT. Oil Tanking terhadap pemiliknya atau pemegang saham
Merak, PT. Indonesia Power, dan PT. Bank saja, tetapi juga terhadap stakeholders yang
Jabar Banten (BJB). terkait dan/atau terkena dampak operasional
perusahaan. Keberadaan perusahaan selain
Penetapan CCSR melalui Peraturan untuk memaksimumkan kekayaan pemilik
Walikota (Perwal), menjadi kajian mengenai perusahaan/pemegang saham, namun juga untuk
alasan penggunaan payung hukum tersebut, melayani kepentingan stakeholders perusahaan,
mengingat lembaga CCSR merupakan seperti karyawan, pemasok, pemerintah, dan
representasi dari perusahaan yang ada di Kota masyarakat.
Cilegon, memiliki kedudukan yang independen.

Informasi, Vol. 17, No. 01 Tahun 2012 37


Model Kemitraan Pemerintah dengan Perusahaan Dalam Mengelola CSR; Studi Kasus di Kota Cilegon

Agar terwujudnya CSR yang terintegrasi, Kota Cilegon ( Harian Kabar Banten, 13 Januari
diperlukan komitmen dalam bentuk kemitraan 2011).
antar stakeholders, khususnya antara pemerintah Berdasarkan latar belakang di atas, kajian ini
dan perusahaan. Sebagaimana diungkapkan mencoba membahas tiga tema utama yaitu;Latar
Tenyson dalam Utama (2010), kemitraan belakang kemitraan antara pemerintah dan
merupakan kesepakatan antar sektor dimana perusahaan di wilayah Kota Cilegon melalui
individu, kelompok atau organisasi sepakat lembaga CCSR, proses dan pelaksanaan
bekerjasama untuk memenuhi sebuah kewajiban kemitraan dalam lembaga CCSR, dan membahas
atau melaksanakan kegiatan tertentu, bersama- Faktor pendorong dan penghambat kemitraan
sama menanggung resiko maupun keuntungan antara pemerintah dan perusahaan melalui
dan secara berkala meninjau kembali hubungan lembaga CCSR.
kerjasama.
Dalam proses kemitraan, terdapat prinsip Tinjauan Pustaka
dasar yang harus dilaksanakan, sebagaimana
dikemukakan Wibisono (2007, hal.103), prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam proses kemitraan, meliputi: Pertama, Corporate Social Responsibility (CSR)
kesetaraan atau keseimbangan (equity). merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh
Pendekatannya bukan top down atau bottom dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan
up, bukan juga berdasarkan kekuasaan semata, kontribusi kepada pengembangan ekonomi
namun hubungan yang saling menghormati, dari komunitas setempat ataupun masyarakat
saling menghargai dan saling percaya. luas, bersaman dengan peningkatan taraf hidup
Kedua, Transparansi, hal ini diperlukan untuk pekerja beserta keluarganya (Wibisono, 2007).
menghindari rasa saling curiga antar mitra kerja. Suharto (2006) menyatakan bahwa CSR adalah
Ketiga, saling menguntungkan, suatu kemitraan operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya
harus membawa manfaat bagi semua pihak yang untuk meningkatkan keuntungan perusahaan
terlibat. secara finansial, melainkan pula untuk
membangun sosial-ekonomi kawasan secara
Penetapan CCSR melalui Peraturan
holistik, melembaga dan berkelanjutan
Walikota (Perwal), menarik untuk dikaji
karena menggunakan paying hukum tersebut Terdapat manfaat yang didapatkan
sebagai landasan penetapan CCSR,Selain itu dari pelaksanaan tanggunggjawab sosial
karena lembaga CCSR merupakan representasi perusahaan, baik bagi perusahaan, masyarakat,
dari perusahaan yang ada di Kota Cilegon, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya,
memiliki kedudukan yang independen. Selain sebagaimana dikemukakan Wibisono (2007, hal
itu sejak sembilan bulan didirikan, baru 99):
sepuluh perusahaan yang menjadi anggota 1. Bagi Perusahaan. Terdapat empat
CCSR. Kesepuluhperusahaan tersebut telah manfaat yang diperoleh dengan
mensinergikan program CSR melalui lembaga mengimplementasikan CSR. Pertama,
CCSR, diantaranya: PT. Buana Centra Swakarsa keberadaan perusahaan dapat tumbuh
(BCS), PT. Krakatau Steel (KS), PT. Chandra dan berkelanjutan, serta mendapatkan
Asri, PT. BNI 46, PT. Amoco Mitsui Indonesia, citra positif dari masyarakat luas. Kedua,
PD. Pelabuhan Cigading Mandiri (PCM), PT. perusahaan lebih mudah memperoleh akses
Bayer Indonesia, PT. Oil Tanking Merak, PT. terhadap modal. Ketiga, perusahaan dapat
Indonesia Power, dan PT. Bank Jabar Banten mempertahankan sumber daya manusia
(BJB). Hal ini sangat kontradiktif mengingat yang berkualitas. Keempat, perusahaan
dapat meningkatkan pengambilan keputusan
data data BKPMD Kota Cilegon, terdapat 115
pada hal-hal yang kritis dan mempermudah
perusahaan berskala besar yang berinvestasi di
pengelolaan manajemen risiko.

38 Informasi, Vol. 17, No. 01 Tahun 2012


Model Kemitraan Pemerintah dengan Perusahaan Dalam Mengelola CSR; Studi Kasus di Kota Cilegon

2. Bagi masyarakat, Keberadaan perusahaan penyuapan pada aparat negara atau aparat
di suatu daerah akan menyerap tenaga kerja, hukum yang memicu korupsi.
dan meningkatkan kualitas sosial di daerah
Keterlibatan perusahaan dalam program
tersebut.
CSR dilatarbelakangi beberapa kepentingan.
3. Bagi lingkungan, praktik CSR akan Menurut Mulyadi (2003, hal 4), setidaknya bisa
mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber diidentifikasi tiga motif keterlibatan perusahaan,
daya alam, dan menjaga kualitas lingkungan. yaitu: motif menjaga keamanan fasilitas
4. Bagi negara, praktik CSR yang baik akan produksi, motif mematuhi kesepakatan kontrak
mencegah apa yang disebut Corporate kerja, dan motif moral untuk memberikan
Misconduct atau malpraktik bisnis seperti pelayanan sosial pada masyarakat lokal.
Tabel 2.
Motif Perusahaan dalam Menjalankan Program CSR
Motif memenuhi
Motif Keamanan Komitmen Moral
Kewajiban Kontraktual
Program dilakukan setelah ada tuntutan Pertanggungjawaban program CSR Wacana CSR
masyarakat yang biasanya diwujudkan kepada pemerintah daerah dan
melalui demonstrasi pemerintah pusat

Program tidak dilakukan setelah kontrak Propaganda kegiatan CSR melalui Propaganda kegiatan
ditandatangani. Kecenderungan program media massa. CSR melakukan media
dilakukan ketika kebebasan masyarakat sipil massa.
semakin besar paska desentralisasi
Sumber : Mulyadi (2003, hal 4)

Peraturan Hukum Terkait CSR 2. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor


Terdapat 4 (empat) peraturan yang 40 Tahun 2007
mewajibkan perusahaan tertentu untuk Selain BUMN, saat ini Perseroan Terbatas
menjalankan tanggungjawab sosial perusahaan (PT) yang mengelola atau operasionalnya
dan satu acuan (guidance) ISO 26000 sebagai terkait dengan Sumber Daya Alam (SDA)
diwajibkan melaksanakan program CSR,
referensi dalam menjalankan CSR, sebagaimana
sebagaimana diatur dalam UU Perseroan
diuraikan Rahmatullah (2011, hal.14)
Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, pasal 74.
1. Keputusan Menteri BUMN tentang Program
3. Undang-Undang Penanaman Modal Nomor
Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).
25 Tahun 2007
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Dalam Pasal 15 (b) dinyatakan bahwa setiap
BUMN, Per-05/MBU/2007 Pasal 1 ayat
penanam modal berkewajiban melaksanakan
(6) dijelaskan bahwa Program Kemitraan
tanggung jawab sosial perusahaan.
BUMN dengan Usaha Kecil, yang
selanjutnya disebut Program Kemitraan, 4. Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi
adalah program untuk meningkatkan Nomor 22 Tahun 2001
kemampuan usaha kecil agar menjadi Khusus bagi perusahaan yang operasionalnya
tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan mengelola minyak dan gas bumi, terikat oleh
dana dari bagian laba BUMN. Sedangkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001,
pada pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa tentang Minyak dan Gas Bumi, disebutkan
Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya dalam Pasal 13 ayat 3 (p).
disebut Program BL, adalah program
5. Guidance ISO 26000
pemberdayaan kondisi sosial masyarakat
oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari ISO 26000 merupakan standar dan
bagian laba BUMN. panduan, tidak menggunakan mekanisme
sertifikasi, dan tidak hanya diperuntukkan

Informasi, Vol. 17, No. 01 Tahun 2012 39


Model Kemitraan Pemerintah dengan Perusahaan Dalam Mengelola CSR; Studi Kasus di Kota Cilegon

bagi Corporate (perusahaan) melainkan untuk kepentingannya sendiri namun harus


juga untuk semua sektor publik dan privat. memberikan manfaat bagi stakeholders-nya.
Tanggung jawab sosial dapat dilakukan oleh Mengacu pada pengertian diatas, maka dapat
institusi pemerintah, Non governmental ditarik suatu penjelasan bahwa dalam suatu
Organisation (NGO) dan tentunya sektor aktivitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor-
bisnis, hal itu dikarenakan setiap organisasi faktor dari luar dan dari dalam, yang kesemuanya
dapat memberikan akibat bagi lingkungan
dapat disebut sebagai stakeholders. Menurut Hill
sosial maupun alam. ISO 26000 membantu
(1996, hal 129), Stakeholders dalam pelayanan
organisasi dalam pelaksanaan Social
Responsibility, dengan cara memberikan sosial meliputi negara, sektor privat, Lembaga
pedoman praktis, serta memperluas Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat,
pemahaman publik. dalam kasus program CSR keseluruhan entitas
tersebut terlibat secara bersama-sama.
Tahapan Pelaksanaan CSR Menurut Utama (2010), tanggung sosial
Menurut Hurairah (2008), terdapat 6 (enam) jawab perusahaan tidak hanya terhadap
tahapan dalam pengembangan masyarakat, pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga
yaitu: assessment, plan of treatment, treatment terhadap para stakeholders yang terkait dan/atau
action, monitoring and evaluation, termination terkena dampak dari keberadaan perusahaan.
dan after care. Dari keenam tahapan tersebut, Dalam menetapkan dan menjalankan strategi
kajian ini hanya membahas tiga tahapan awal, bisnisnya, perusahaan yang menjalankan CSR
dikarenakan lembaga CCSR baru berdiri satu akan memperhatikan dampaknya terhadap
tahun, meliputi: kondisi sosial dan lingkungan, dan berupaya
1. Asssessment. Proses mengidentifikasi agar memberikan dampak positif.
masalah (kebutuhan yang dirasakan
atau felt needs) ataupun kebutuhan yang Kemitraan Pemerintah Dan Dunia Usaha
diekspresikan (ekspressed needs) dan juga Menurut Tenyson dalam Utama (2010),
sumber daya yang dimiliki komunitas kemitraan adalah kesepakatan antar sektor
sasaran. dimana individu, kelompok atau organisasi
2. Plant of Treatment. Merupakan rencana sepakat bekerjasama untuk memenuhi sebuah
tindakan yang dirumuskan seharusnya, kewajiban atau melaksanakan kegiatan tertentu,
berkenaan dengan upaya pemenuhan bersama-sama menanggung resiko maupun
kebutuhan-kebutuhan dan penanganan- keuntungan dan secara berkala meninjau
penanganan masalah yang dirasakan kembali hubungan kerjasama.
masyarakat.
Kemitraan memiliki prinsip-prinsip dalam
3. Treatment action. Tahap pelaksanaan pelaksanaannya. Wibisono (2007, hal. 103)
merupakan fase paling krusial dalam merumuskan tiga prinsip penting dalam
kegiatan CSR. kemitraan, yaitu:

Stakeholders 1. Kesetaraan atau keseimbangan (equity).


Pendekatannya bukan top down atau bottom
Stakeholders menurut Freeman (1984) up, bukan juga berdasarkan kekuasaan
merupakan individu atau kelompok yang bisa semata, namun hubungan yang saling
mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh menghormati, saling menghargai dan saling
organisasi sebagai dampak dari aktivitas- percaya.
aktivitasnya. Sedangkan Chariri dan Ghazali 2. Transparansi. Transparansi diperlukan untuk
(2007, hal.32) mengatakan bahwa perusahaan menghindari rasa saling curiga antar mitra
bukanlah entitas yang hanya beroperasi kerja. Meliputi transparansi pengelolaan
informasi dan pengelolaan keuangan.

40 Informasi, Vol. 17, No. 01 Tahun 2012


Model Kemitraan Pemerintah dengan Perusahaan Dalam Mengelola CSR; Studi Kasus di Kota Cilegon

3. Saling menguntungkan. Kemitraan harus kepemimpinan walikota yang memiliki gagasan


bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. sinkronisasi program, maupun pemimpin
Dalam implementasinya, kemitraan yang perusahaan yang mendukung gagasan tersebut.
dijalankan tidak selamanya ideal, karena Gambar 1.
terkadang didasarkan pada kepentingan pihak Alur Proses Sinergi Program
yang bermitra. Menurut Wibisono (2007,
hal.104), Kemitraan yang dilakukan antara
perusahaan dengan pemerintah maupun
komunitas/masyarakat dapat mengarah pada
tiga sekenario, diantaranya:
1. Pola kemitraan kontra produktif. Hal ini
terjadi jika perusahaan masih berpijak pada
pola konvensional, hanya mengutamakan
kepentingan shareholders atau mengejar
profit sebesar-besarnya.
2. Pola Kemitraan Semiproduktif. Pemerintah
dan komunitas atau masyarakat dianggap
sebagai obyek dan masalah diluar
perusahaan. Sumber: Gambar diolah sendiri

3. Pola Kemitraan Produktif. Menempatkan Pemerintah mengakui adanya kendala


mitra sebagai subyek, dan terlaksananya dalam menangani dua masalah tersebut, yaitu
simbiosis mutualisme. Perusahaan keterbatasan dalam anggaran. Dilain pihak,
mempunyai kepedulian sosial dan perusahaan dinilai memiliki potensi dalam
lingkungan yang tinggi, pemerintah membantu pemerintah, melalui program
memberikan iklim yang kondusif bagi tanggungjawab sosial perusahaan atau CSR.
dunia usaha dan masyarakat memberikan
Bila dikaitkan dengan definisi CSR menurut
dukungan positif kepada perusahaan.
Suharto, maka perusahaan diharapkan dapat
berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan
hASIl DAN PEmbAhASAN
keuntungan perusahaan secara finansial,
Latar Belakang Kemitraan Antara melainkan juga membangun sosial ekonomi
Pemerintah dan Perusahaan di Wilayah kawasan secara holistik, melembaga dan
Kota Cilegon berkelanjutan.
Lahirnya lembaga Cilegon Corporate Social Pemkot menganggap sinkronisasi program
Responsibility (CCSR) berawal dari gagasan sebagai bagian penting, dikarenakan dalam
Walikota Cilegon pada saat memaparkan melakukan pembangunan perlu adanya kerjasama
Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan partisipasi berbagai pihak, khususnya
Daerah (RPJMD) 2010-2015 di depan pimpinan swasta. Pemerintah selaku penanggungjawab
perusahaan se Kota Cilegon, mengenai program pembangunan, perlu mengatur bagaimana
prioritas pemerintah dalam mengurangi angka sinkronisasi program bisa berjalan dengan baik,
kemiskinan dan pengangguran, sesuai target tertib, dikelola profesional, dan berangkat dari
MDG’s sebesar 50% di akhir tahun 2015. Bila basis data yang menggambarkan kebutuhan
dikaitkan dengan konsep implementasi CSR masyarakat. Bila dikaitkan dengan konsep
yang dikemukakan Wibisono bahwa faktor stakeholders menurut Chariri dan Ghazali,
yang mempengaruhi berjalannya CSR salah bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya
satunya adalah faktor kepemimpinan. Faktor beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun
kepemimpinan dalam hal ini, baik dalam harus memberikan manfaat bagi stakeholders-

Informasi, Vol. 17, No. 01 Tahun 2012 41


Model Kemitraan Pemerintah dengan Perusahaan Dalam Mengelola CSR; Studi Kasus di Kota Cilegon

nya (shareholders, kreditor, konsumen, diantaranya: Pertama, bagi Badan Usaha


supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan Milik Negara (BUMN) diatur dalam Peraturan
pihak lain). Pemkot Cilegon memiliki harapan Menteri Negara BUMN, Per-05/MBU/2007
agar perusahaan yang ada di Kota Cilegon Pasal 1. Kedua, bagi Perseroan Terbatas (PT)
berpartisipasi dalam mensukseskan program yang mengelola atau operasionalnya terkait
pemerintah, dengan memberikan manfaat dengan Sumber Daya Alam, diatur dalam
kepada masyarakat melalui sinergi program Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40
CSR. Tahun 2007, pasal 74. Ketiga, bagi perusahaan
Konsep kemitraan antara perusahaan Penanaman Modal, diatur dalam Undang-
dengan pemerintah merupakan upaya Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun
pelayanan terhadap masyarakat dalam rangka 2007, pasal 15 (b). Keempat, bagi perusahaan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengelola minyak dan gas bumi, diatur dalam
dilakukan secara bersama antara pemerintah Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor
dengan perusahaan melalui sinergi program 22 Tahun 2001, Pasal 13 ayat 3 (p).
yang beririsan. Sebagaimana pandangan Hill Dengan demikian, CSR tidak wajib pada
bahwa Stakeholders dalam pelayanan sosial perusahaan yang tidak terkategorikan dalam
meliputi negara, sektor privat, Lembaga peraturan diatas. Wajar jika ada perusahaan
Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat, di Kota Cilegon menolak berdirinya lembaga
dalam kasus program CSR keseluruhan entitas CCSR. Bagi perusahaan yang tidak terkategori
tersebut terlibat secara bersama-sama. dalam regulasi pemerintah, bisa menjadikan ISO
Penetapan CCSR melalui Peraturan Walikota 26000 sebagai acuan. ISO 26000 merupakan
(Perwal) Nomor 3 tahun 2011, menjadi tonggak standar atau panduan, yang tidak hanya
legalitas kemitraan pemerintah Kota Cilegon diperuntukkan bagi perusahaan melainkan juga
dan Perusahaan di wilayah Kota Cilegon melalui untuk semua sektor publik dan privat dalam
wadah CCSR. Namun, kedudukan hukum melaksanakan Social Responsibility.
Perwal memiliki kelemahan, karena dianggap Bagi perusahaan yang telah menjadi anggota
hanya mewakili kepentingan pemerintah dalam CCSR, memiliki pandangan berbeda, bahwa
hal ini walikota, bukan atas mandat masyarakat perusahaan mendukung sinkronisasi program,
yang ditetapkan DPRD melalui Peraturan karena pihak yang mengetahui dan memiliki
Daerah (Perda). Jika periode pemerintahan data mengenai kondisi masyarakat adalah
walikota selesai, Perwal bisa dibatalkan oleh pemerintah, serta yang mengetahui apa yang
Walikota terpilih berikutnya, kondisi tersebut menjadi prioritas juga pemerintah. Dengan
bisa berpengaruh pada keberlanjutan lembaga sinkronisasi, bantuan yang ada di perusahaan
CCSR itu sendiri. baik dalam bentuk uang, barang maupun
Dalam pembentukan lembaga CCSR terdapat program bisa tepat sasaran dan menjawab
perusahaan yang tidak sepakat dibentuknya kebutuhan masyarakat.
lembaga CCSR, berdasarkan data sekretariat Perusahaan yang mensinkronisasikan
CCSR baru 10 perusahaan yang menjadi program CSR-nya dengan program pemerintah,
anggota CCSR dari 115 perusahaan skala besar sejalan dengan definisi CSR menurut Moseley,
di Kota Cilegon. Salah satu alasannya, peraturan yaitu manajemen perusahaan menyusun
hukum CSR yang ada saat ini, baru wajib pada kebijakan dan membuat keputusan mengikuti
BUMN dan perusahaan pengelola Sumber Daya atau sejalan dengan hukum serta nilai yang
Alam (SDA). Asumsi tersebut berdasarkan berlaku dalam suatu masyarakat. Sebagai
pada peraturan hukum mengenai CSR di contoh, Bank Jabar Banten (BJB) Cabang
Indonesia yang wajib pada perusahaan tertentu, Kota Cilegon yang memiliki fokus CSR
sebagaimana dikemukakan Rahmatullah, dalam bidang pendidikan, membuat kebijakan

42 Informasi, Vol. 17, No. 01 Tahun 2012


Model Kemitraan Pemerintah dengan Perusahaan Dalam Mengelola CSR; Studi Kasus di Kota Cilegon

mendukung program prioritas CCSR melalalui Dunia usaha membantu pemerintah dalam
bantuan buku paket bagi pelajar SMP, dan memutar roda perekonomian dan menggerakkan
SMA sederajat se-Kota Cilegon dengan nilai pembangunan.
bantuan Rp.475 juta. Sedangkan PT. Krakatau Bila dikaitkan dengan motif melaksanakan
steel (PT.KS) dan PT. Chandra Asri, memililki CSR, perusahaan yang mensinergikan
kebijakan, mensinkronkan programnya dengan programnya dengan pemerintah, menginginkan
CCSR terkait program kesehatan, dengan terwujudnya harapan, sebagaimana
mendanai pembangunan 140 jamban keluarga diungkapkan Wibisono, diantaranya:
senilai Rp 350 juta. Sinkronisasi yang dilakukan mempertahankan dan mendongkrak reputasi
merupakan upaya mengikuti aturan pemerintah perusahaan, memperbaiki hubungan dengan
dalam hal ini Perwal No. 3 dan mewujudkan stakeholders, dan memperbaiki hubungan
harapan masyarakat. dengan regulator. Bank Jabar Banten (BJB)
Peran pemerintah dan perusahaan dalam mengakui bahwa salah satu keuntungan yang
mensinergikan program yang beririsan, sesuai didapatkan dalam mensponsori penerbitan buku
dengan pendapat Utama, bahwa perlunya adalah digunakannya logo BJB dalam setiap
pemerintah duduk bersama dengan pelaku usaha, eksemplar buku, menjadikan BJB lebih dikenal
untuk mengkomunikasikan apa yang dibutuhkan kepeduliannya oleh masyarakat. Sedangkan
masyarakat secara bersama, memberikan PT. KS yang memiliki aset perusahaan tersebar
gambaran rencana kerja pemerintah yang terkait mengharapkan adanya hubungan yang baik
dengan kepentingan publik. Dengan demikian dengan masyarakat, agar aset perusahaan tetap
ada komunikasi dua arah, sehingga kemungkinan aman dan terjaga.
adanya kerjasama antara pemerintah dengan
perusahaan menjadi semakin terbuka, sehingga Proses Dan Pelaksanaan Kemitraan Dalam
tidak terjadi overlapping program antara Lembaga CCSR
pemerintah dan perusahaan. Pembentukan lembaga CCSR yang diinisasi
Tujuan didirikannya lembaga CCSR adalah pemerintah Kota Cilegon merupakan bentuk
tercapainya target MDG’s pada tahun 2015, penghargaan atas potensi CSR yang dimiliki
yaitu berkurangnya angka keluarga miskin di perusahaan. Pemerintah berupaya membuat
Kota Cilegon dari 15.961 Kepala Keluarga koridor agar potensi sosial yang dimiliki
(KK), berkurang setengahnya menjadi 8.000 perusahaan bisa dirasakan manfaatnya bagi
KK. Upaya mewujudkan target tersebut masyarakat. Bentuk saling menghargai lainnya,
perlu melibatkan multi pihak khususnya pemerintah menjaga independensi perusahaan,
perusahaan agar akselerasi pengurangan dimana kepengurusan CCSR sepenuhnya
angka kemiskinan dapat tercapai. Pemerintah berasal dari perwakilan perusahaan. Sedangkan
memiliki pertimbangan tersendiri, mengapa bentuk penghargaan perusahaan terhadap
mengikutsertakan pihak perusahaan untuk pemerintah, yaitu dengan mendukung Rencana
bermitra, karena perusahaan memiliki program Pembangunan Jangka Menengah Daerah
CSR, yang jika disinergikan dengan program (RPJMD) Kota Cilegon, turut aktif dalam
pemerintah akan menjadi potensi yang besar pendirian lembaga CCSR dan mensinergikan
untuk mewujudkan tujuan tersebut. Pandangan program CSR melalui lembaga CCSR.
diatas menggambarkan pentingnya hubungan Walaupun dalam kepengurusan CCSR
antara perusahaan dengan pemerintah, pemerintah tidak terlibat, namun pemerintah
sebagaimana dikemukakan Wibisono, bahwa memiliki kewajiban dalam membiayai
dunia usaha merupakan mitra pemerintah operasional lembaga CCSR melalui APBD
untuk mengelola sumber daya yang mustahil sebesar Rp 197 juta. Bentuk kewajiban ini
bila seluruhnya bisa dikelola oleh pemerintah. merupakan salah satu jawaban atas skeptisme

Informasi, Vol. 17, No. 01 Tahun 2012 43


Model Kemitraan Pemerintah dengan Perusahaan Dalam Mengelola CSR; Studi Kasus di Kota Cilegon

beberapa perusahaan yang berasumsi bahwa penuh atas pengelolan CCSR. Sedangkan
pemkot memanfaatkan perusahaan dengan ikatan pemerintah adalah menjadi dewan
mengalihkan beban tanggungjawabnya dalam penasihat bersama stakeholders lain yaitu tokoh
mensejahterakan masyarakat. Sedangkan masyarakat, dan akademisi dalam membantu
perusahaan yang telah menjadi anggota memberikan arahan, nasehat, gagasan, dan
CCSR berkewajiban dalam mengintegrasikan saran kepada CCSR.
programnya. Selama kurun Bulan Maret Jika dilihat dalam aspek politik, ditetapkannya
hingga November Tahun 2011, nilai kontribusi CCSR melalui Perwal, pelantikan pengurus oleh
perusahaan melalui program CSR yang dikelola walikota dan posisi pemerintah dalam struktur
lembaga CCSR mencapai Rp.9,8 miliar. organisasi CCSR sebagai dewan penasihat,
Baik pemerintah maupun perusahaan seakan menunjukkan kedudukan CCSR yang
memiliki komitmen terhadap lembaga CCSR. tidak independen dimana pemerintah berada
Bentuk komitmen pemerintah adalah dengan dalam posisi superordinat. Kondisi tersebut
memberikan kemudahan dalam perizinan terjadi dikarenakan belum meningkatnya status
kegiatan, fasilitasi tempat dan melakukan peraturan hukum CCSR dari Perwal menjadi
pengawasan jalannya kegiatan CCSR. Perda sehingga dalam keputusan-keputusannya
Kedudukan pemerintah sebagai dewan ditetapkan oleh walikota. Secara operasional
pengawas berfungsi menjalankan monitoring dalam kedudukannya sebagai dewan penasihat,
walaupun tidak memiliki hak dalam memberikan Pemda tidak memiliki hak dalam memberikan
hukuman terhadap pengurus CCSR. Pemerintah intervensi dalam bentuk apapun terhadap
hanya mengawal agar tujuan ideal dibentuknya CCSR, melainkan sekedar memberikan saran
lembaga CCSR dapat terwujud. Perusahaan dan masukan. Hal tersebut dikemukakan oleh
memiliki komitmen dengan mensinergikan informan perusahaan anggota CCSR, bahwa
program yang betul-betul disesuaikan dengan masing-masing pihak menghargai peran
prioritas pemerintah, sehingga tujuan akselerasi dan kedudukannya, dan selama satu tahun
berkurangnya keluarga miskin di akhir tahun berjalan tidak ada intervensi antar kedua belah
2015 dapat tercapai. pihak, melainkan melakukan bekerjasama
Dalam kurun waktu 9 bulan kepengurusan mensinergikan potensi yang ada.
CCSR terbentuk, telah dilaksanakan dua Lembaga CCSR tidak melakukan proses
program prioritas yaitu bantuan buku sebanyak kajian kebutuhan dalam menentukan prioritas
129.450 eksemplar dan pembangunan 140 programnya. 5 (lima) program prioritas,
unit jamban keluarga, beserta 13 program non yaitu: pemberian bantuan buku paket sekolah,
prioritas. Implementasi CSR yang dilakukan pembuatan jamban keluarga, pemugaran Rumah
perusahaan dipengaruhi faktor regulasi dan Tidak Layak Huni (RTLH), Pemberdayaan
sistem perpajakan. Semakin kondusif regulasi, Ekonomi Masyarakat (1 miliar per kecamatan),
akan lebih berpotensi memberi semangat dan listrik masuk desa, merupakan hasil
kepada perusahaan untuk berkontribusi adopsi dari RPJMD Kota Cilegon tahun
kepada masyarakat, hal tersebut dikemukakan 2010-2015. CCSR menggunakan program
Wibisono. prioritas yang dibuat oleh pemerintah, karena
Dasar ikatan antara pemerintah dengan merupakan hasil kajian dalam Musyawarah
perusahaan adalah diterbitkannya Perwal Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang
nomor 3 tahun 2011, tentang Pembentukan kemudian dipetakan oleh Badan Perencanaan
Organisasi dan Tata Kerja Cilegon Corporate Pembangunan Daerah (BAPPEDA) menjadi
Social Responsibility (CCSR). Bentuk ikatan program prioritas.
perusahaan, dengan manjadi pengurus CCSR Akan tetapi program prioritas yang lahir
yang berwenang dan bertanggungjawab dari Musrenbang hanyalah bentuk akumulasi

44 Informasi, Vol. 17, No. 01 Tahun 2012


Model Kemitraan Pemerintah dengan Perusahaan Dalam Mengelola CSR; Studi Kasus di Kota Cilegon

yang belum tentu tiap wilayah memiliki Perencanaan program berbasis masyarakat
permasalahan yang sama, sehingga penentuan pada dasarnya berada dalam model ketiga,
5 prioritas belum tentu mewakili kebutuhan dimana metode perencanaan dari bawah
masyarakat pada wilayah lainnya. Hal tersebut dilaksanakan, masyarakat merumuskan kegiatan
tidak sesuai dengan konsep kajian kebutuhan apa yang mereka butuhkan, yang kemudian
menurut Hurairah yaitu proses mengidentifikasi disampaikan kepada lembaga CCSR, dan
masalah terkait kebutuhan masyarakat, dan ditindak lanjuti oleh perusahaan yang mampu
juga sumber daya yang dimiliki sasaran. merealisasikannya kepada masyarakat. Model
Dalam kajian kebutuhan, idealnya masyarakat ketiga menjamin adanya keterlibatan masyarakat
dilibatkan secara aktif agar dapat merasakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
bahwa permasalahan yang dibicarakan benar- memelihara program yang telah terlaksana.
benar permasalahan yang keluar dari pandangan
masyarakat sendiri. Faktor Pendukung Dan Penghambat
Kemitraan
Basis data yang saat ini digunakan CCSR
juga merupakan hasil kajian dari dinas terkait. Terdapat beberapa faktor pendukung
Sebagai contoh data kebutuhan buku bagi dalam melaksanakan sinergi program antara
pelajar, CCSR dapatkan dari Dinas Pendidikan, pemerintah dengan perusahaan, diantaranya:
data menganai masyarakat yang belum memilki komitmen pemerintah dalam mengurangi angka
jamban, didapatkan dari Dinas Kesehatan, data kemiskinan dan pengangguran yang di dukung
mengenai Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) oleh perusahaan. Perusahaan diuntungkan dari
didapatkan dari Dinas Sosial, data mengenai adanya kerjasama dengan pemerintah, dimana
usaha kecil yang membutuhkan permodalan program CSR lebih tepat sasaran, pencitraan
didapatkan dari BPMKP dan dinas Koperasi juga didapatkan, selain itu perusahaan merasa
Usaha Kecil Menengah, data mengenai rumah terbantu dalam melaksanakan CSR-nya.
tanpa sambungan listrik, didapatkan dari Kontribusi masing-masing pihak yang
BAPPEDA. bermitra, menjadi pendorong bagi berjalannya
Terdapat 3 (tiga) model program dalam roda organisasi dan program-program CCSR.
lembaga CCSR, diantaranya: Pertama, Pemerintah memiliki komitmen dalam
perusahaan memiliki program yang secara membiayai operasional lembaga CCSR, dengan
langsung dilaksanakan di masyarakat tanpa menganggarkan melalui APBD, sedangkan
keterlibatan perencanaan masyarakat, peran perusahaan membiayai program CSR yang
CCSR hanyalah mencatat dan mempublikasikan. disinergikan.
Kedua, perusahaan menitipkan programnya Faktor-faktor pendukung kemitraan
melalui CCSR, kemudian CCSR memfasilitasi menunjukkan pola kemitraan dalam lembaga
dan melaksanakan di masyarakat. Ketiga, CCSR mengarah pada kemitraan produktif,
masyarakat mengusulkan program kepada dimana perusahaan mempunyai kepedulian
CCSR, kemudian CCSR mengajukannya sosial dan lingkungan yang tinggi, sedangkan
kepada perusahaan, lalu CCSR memfasilitasi pemerintah memberikan iklim yang kondusif
terlaksananya program. bagi berjalannya kerjasama.
Model yang saat ini dijalankan lembaga Faktor-faktor penghambat yang muncul,
CCSR adalah model pertama dan kedua. Bentuk diantaranya: status CCSR yang ditetapkan
sinergi antara perusahaan dengan pemerintah melalui Perwal, seharusnya ditingkatkan
berada di model kedua, dimana perusahaan menjadi Perda, agar memiliki kekuatan hukum
menitipkan dana, barang maupun kegiatan, yang yang lebih mengikat, menjadi dasar bagi
kemudian CCSR mendesain program sesuai perusahaan lain untuk menjadi anggota CCSR,
prioritas yang sudah ada. serta kelembagaan CCSR tetap berkelanjutan

Informasi, Vol. 17, No. 01 Tahun 2012 45


Model Kemitraan Pemerintah dengan Perusahaan Dalam Mengelola CSR; Studi Kasus di Kota Cilegon

walaupun kedepannya terjadi pergantian transparansi dan saling menguntungkan.


walikota. Dalam aspek kesetaraan, meliputi adanya
Sedangkan hambatan menurut pandangan rasa menghargai antara pemerintah dengan
perusahaan yang belum menjadi anggota perusahaan sebagai pihak yang bermitra, adanya
CCSR, dikarenakan asumsi perusahaan bahwa kewajiban yang dijalankan baik oleh pemerintah
tanggungjawab pembangunan dan peningkatan maupun perusahaan. Selain itu baik pemerintah
kesejahteraan merupakan tanggungjawab maupun perusahaan memiliki komitmen dalam
pemerintah, bukan perusahaan. Selain juga mensukseskan program-program CCSR.
perusahaan merasa sudah berkontribusi kepada Aspek lain kesetaraan adalah adanya ikatan
daerah melalui pajak dan retribusi. diantara pemerintah dengan perusahaan dalam
mengawal tercapainya tujuan CCSR yaitu
KESImPulAN DAN SARAN menuju terwujudnya akselerasi kesejahteraan
masyarakat Cilegon.
Dari hasil kajian ditemukan beberapa hal
antara lain: Keempat, dalam aspek transparansi, baik
pemerintah maupun perusahaan memaparkan
Pertama, mengenai latar belakang berdirinya secara terbuka dana yang di kelola melalui
lembaga CCSR, menunjukkan bahwa CCSR lahir lembaga CCSR dan mempublikasikan kegiatan
atas prakarsa pemerintah yang menginginkan yang akan, sedang dan telah dilaksanakan
adanya sinergi antara RPJMD dengan program melalui media massa lokal. Dalam aspek
CSR perusahaan yang ada di Kota Cilegon, keuntungan, kedua belah pihak mendapatkan
ditetapkan melalui Peraturan Walikota Nomor keuntungan dari kemitraan melalui lembaga
3 tahun 2011. Perwal menjadi tonggak legalitas CCSR. Bagi pemerintah dari kemitraan
kemitraan pemerintah Kota Cilegon dan adalah berkurangnya angka kemiskinan dan
Perusahaan di wilayah Kota Cilegon melalui pengangguran. Bagi perusahaan, adanya
wadah CCSR. Dasar keanggotaan CCSR adalah lembaga CCSR, telah memberikan kemudahan,
sukarela, tidak ada paksaan atau intervensi bagi karena teknis pelaksanaan program sepenuhnya
perusahaan untuk mensinergikan program. dikerjakan oleh lembaga CCSR.
Kedua, dalam pembentukan lembaga CCSR Kelima, sinkronisasi program CSR, secara
terdapat dinamika antara perusahaan yang kuantitatif telah memberikan hasil signifikan,
sepakat dan tidak sepakat. Bagi perusahaan dalam kurun waktu antara Bulan Maret
yang tidak sepakat dibentuknya lembaga hingga November 2011, telah terdistribusikan
pengelola CSR, dengan alasan peraturan hukum 129.450 eksemplar buku untuk pelajar SMP
CSR yang ada, baru wajib pada perusahaan dan SMA sederajat se-Kota Cilegon bantuan
tertentu. Bagi perusahaan yang menjadi anggota dari Bank Jabar Banten (BJB), PT. Krakatau
CCSR, memiliki pandangan, bahwa perusahaan Steel, PT.Chandra Asri, dan Forum BUMD.
mendukung sinkronisasi program, karena yang Dibangunnya 140 unit jamban keluarga bantuan
mengetahui dan memiliki data mengenai kondisi dari PT. Krakatau Steel dan PT.Chandra Asri,
masyarakat adalah pemerintah serta program lain senilai Rp 9,860 miliar.
Ketiga, proses kemitraan yang meliputi: Keenam, terdapat kekurangan dalam
kesepakatan, kerjasama, kewajiban, menanggung implementasi pelaksanaan program
keuntungan/ resiko, dan mengevaluasi hubungan CCSR,diantaranya: 1) lembaga CCSR belum
kerjasama telah dijalankan dengan baik oleh memiliki konsep kajian kebutuhan, karena
pemerintah maupun perusahaan dalam lembaga lima program prioritas yang ada merupakan
CCSR. Selain itu, kemitraan yang dijalankan hasil adopsi dari RPJMD Kota Cilegon melalui
lembaga CCSR sudah memenuhi tiga prinsip, proses Musrenbang. Sedangkan program
dasar, yaitu: kesetaraan atau keseimbangan, prioritas yang lahir dari Musrenbang hanyalah

46 Informasi, Vol. 17, No. 01 Tahun 2012


Model Kemitraan Pemerintah dengan Perusahaan Dalam Mengelola CSR; Studi Kasus di Kota Cilegon

bentuk akumulasi yang belum tentu tiap DAFTAR PuSTAKA


wilayah memiliki permasalahan yang sama. Badan Pusat Statistik. (Mei, 2011). Berita Resmi
2) CCSR belum memiliki basis data mengenai Statistik.
kondisi masyarakat, karena basis data yang saat
ini digunakan CCSR merupakan hasil kajian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
dari dinas terkait, CCSR hanya mengadopsi (BAPPEDA) Kota Cilegon. 2011. Rencana
data yang dimiliki dari dinas. 3) Dalam Pembangunan Jangka Menengah Daerah
perencanaan pembuatan program, masih belum (RPJMD) Kota Cilegon Tahun 2011.
diikutsertakannya masyarakat, dikarenakan Chariri, A.,& Ghazali, I. (2007). Teori Akuntansi,
program prioritas lebih mengarah pada pola Semarang: Badan Penerbit UNDIP
program yang sudah ditentukan sebelumnya
Freeman, R. E., (1984). Strategic Management:
Berdasarkan temuan diatas, terdapat A Stakeholder Approach, Boston: Pitman
beberapa saran sebagai bahan pertimbangan Publishing
bagi pihak terkait, dalam hal ini lembaga CCSR,
Gagas CSR, Dongkrak Pendidikan. Harian
Pemerintah Kota Cilegon, dan Perusahaan di
Kabar Banten, 13 Januari 2011
wilayah Kota Cilegon, diantaranya:
Hurairah, Abu. (2008). Pengorganisasian dan
• Penetapan CCSR perlu ditingkatkan menjadi
Peraturan Daerah (Perda). Kedudukan Perda Pengembangan Masyarakat. Bandung:
lebih tinggi dari Perwal, yang ditetapkan Humaniora
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Rahmatullah & Kurniati, Trianita. (2011).
(DPRD). Selain itu Perda menjadi dasar Panduan Praktis Pengelolaan CSR
yang kuat bagi perusahaan lainnya untuk (Corporate Social Responsibility).
menjadi anggota CCSR. Yogyakarta: Samudra Biru.
• Mendorong pemerintah pusat segera
Sekretaris Daerah Kota Cilegon (Januari 2011).
menerbitkan Peraturan Pemerintah Tentang
Peraturan Walikota Cilegon Nomor 3 Tahun
Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Untuk
saat ini dasar yang bisa digunakan agar 2011, Tentang Pembentukan Organisasi
perusahaan mensinergikan program melalui dan Tata Kerja Cilegon Corporate Social
ISO 26000. Responsibility (CCSR) di Kota Cilegon.
• Perlu dilaksanakan sosialisasi mengenai Suharto, Edi. (2006). Membangun Masyarakat
kelembagaan CCSR yang intensif kepada Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
perusahaan dan forum perusahaan yang Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan
belum menjadi anggota CCSR, dengan Pekerjaan Sosial. Bandung : Aditama.
memaparkan program CCSR, aspek
Supranoto. Semua Untung. Majalah Bisnis dan
transparansi, dan signifikasi keberhasilan
CSR. Edisi Oktober 2007
melalui kemitraan CCSR.
• CCSR perlu melaksanakan kajian Wibisono, Yusuf.(2007) Membedah Konsep dan
kebutuhan, agar CCSR memiliki dasar Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing.
dalam menentukan program prioritas. Mulyadi (2003): Pengelolan Program Corporate
• CCSR perlu memiliki basis data sendiri, Social Responsibility: Pendekatan,
tujuannya sebagai pembanding dalam Keberpihakan dan Keberlanjutannya.
mengoreksi data pemerintah. Center for Populaton Studies, UGM
*** Utama, Sidharta (2010). Evaluasi Infrastruktur
Pendukung Pelaporan Tanggungjawab
Sosial dan Lingkungan di Indonesia.

Informasi, Vol. 17, No. 01 Tahun 2012 47

Anda mungkin juga menyukai