Rahmatullah
Dinas Sosial Kota Serang, Provinsi Banten
Email: kk.mamato@gmail.com
Abstrak
Artikel ini membahas kemitraan antara Pemerintah Kota dengan Perusahaan di wilayah Kota Cilegon
dalam melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) melalui Lembaga Cilegon
Corporate Social Responsibility (CCSR). Jenis kajian ini deskriptif, menggunakan pendekatan kualitatif.
Hasil kajian ini menyarankan agar status hukum CCSR ditingkatkan dari Peraturan Walikota (Perwal)
menjadi Peraturan Daerah (Perda), lembaga CCSR perlu memaksimalkan sosialisasi, agar bertambahnya
jumlah perusahaan yang menjadi anggota CCSR, CCSR perlu membuat basis data dan memiliki program
prioritas sendiri, serta perlunya pelibatan masyarakat dalam seluruh tahapan program.
Abstract
This article is about partnership between local government and companies in Cilegon City in the
implementation of corporate social responsibility program. The research is descriptive using qualitative.
These results suggest that enhanced CCSR legal status of Major Regulation to Local Government
Regulation, more socialization and information about CCSR to grab new members, CCSR must make
its own data base and have program priorities and citizens should be involved more in all phases of the
program.
PENDAhuluAN Tabel 1.
Kota Cilegon merupakan salah satu Klasifikasi Penanaman Modal di Kota Cilegon
kota industri penting di Indonesia, karena No. Penanaman Modal Jumlah
terkategorikan kedalam kawasan andalan 1. Penanaman Modal Asing (PMA) 75
industri nasional. Berdasarkan data Badan 2. Penanaman Modal Dalam Negeri 34
Koordinasi Penanaman Modal Daerah (PMDN)
(BKPMD), di Kota Cilegon, terdapat industri 3. Badan Usaha Milik Swasta 4
berskala besar meliputi investasi Penanaman 4. Badan Usaha Milik daerah 2
Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Sumber : BKPMD Kota Cilegon, 2010
Negeri (PMDN), Badan Usaha Milik Swasta Kota Cilegon juga merupakan simpul
(BUMS), dan Badan Usaha Milik Negara sistem jaringan utilitas dan pergerakan jawa-
(BUMN). sumatera, melalui posisi ini Kota Cilegon turut
menentukan pertumbuhan dan perkembangan
wilayah di kedua pulau besar tersebut. Selain Selain itu sejak sembilan bulan didirikan, baru
itu Kota Cilegon sebagai potensi inlet-outlet sepuluh perusahaan yang menjadi anggota
terhadap lokasi pasar dunia, secara geografis CCSR, padahal berdasarkan data BKPMD
Kota Cilegon memiliki akses langsung terhadap Kota Cilegon, terdapat 115 perusahaan berskala
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I yang besar yang berinvestasi di Kota Cilegon.
didukung oleh keberadaan 21 pelabuhan umum Dalam advertorial Harian Kabar Banten (13
dan khusus. Januari, 2011), Walikota Cilegon memberikan
Berbagai potensi diatas belum berkorelasi bantuan beasiswa dan pengobatan gratis melalui
langsung pada meningkatnya kesejahteraan lembaga CCSR pada saat 100 hari pemerintahan
masyarakat, karena saat ini jumlah keluarga Walikota, peristiwa tersebut seakan menyiratkan
miskin di Kota Cilegon mencapai 15.961 Kepala bahwa CCSR telah menjadi bagian dari agenda
Keluarga (KK) atau 14,38%, dari 110.922 KK, pemerintah walaupun dalam Perwal disebutkan
dan angka pengangguran mencapai 35.286 jiwa bahwa CCSR merupakan lembaga non
atau 18,26%. Memahami besarnya potensi dan pemerintah.
aneka permasalahan yang ada, Pemkot Cilegon Terkait pentingnya tanggungjawab sosial
berupaya melibatkan pihak perusahaan dengan perusahaan dalam mendukung program
mensinergikan program yang beririsan, melalui pemerintah, dikemukakan oleh Supranoto
lembaga CCSR sebagai pengelola kegiatan, (2007) , bahwa CSR memiliki pengaruh yang
sehingga diharapkan akselerasi peningkatan luas dalam membantu pemerintah meringankan
kesejahteraan masyarakat dapat segera tercapai. upaya penanggulangan kemiskinan, serta
Kemitraan antara program CSR perusahaan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Alokasi
dengan program pembangunan pemerintah, dana pemerintah untuk penanggulangan
yang ditetapkan berdasarkan Peraturan kemiskinan masih terbatas, dengan kondisi
Walikota Cilegon Nomor 3 tahun 2011, tentang tersebut memerlukan dukungan dan keterlibatan
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Cilegon aktif dunia usaha. Kegiatan CSR tentunya dapat
Corporate Social Responsibility (CCSR) di Kota membidik kelompok masyarakat yang belum
Cilegon. CCSR merupakan lembaga independen tersentuh program penanggulangan kemiskinan,
non pemerintah yang mensinkronisasikan sehingga kualitas hidup yang lebih baik dapat
dan mengintegrasikan program dan kegiatan dirasakan masyarakat secara merata.
CSR dengan Rencana Pembangunan Jangka Kelompok masyarakat atau pihak yang terkait
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Cilegon. dampak operasional perusahaan dikenal dengan
Saat ini baru terdapat 10 (sepuluh) perusahaan istilah stakeholders. Menurut Freeman (1984)
yang telah mensinergikan program CSR melalui definisi stakeholders merupakan individu atau
lembaga CCSR, diantaranya: PT. Buana Centra kelompok yang bisa mempengaruhi dan/ atau
Swakarsa (BCS), PT. Krakatau Steel (KS), PT. dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak
Chandra Asri, PT. BNI 46, PT. Amoco Mitsui dari aktivitas-aktivitasnya. Menurut Utama
Indonesia, PD. Pelabuhan Cigading Mandiri (2010), tanggung jawab perusahaan tidak hanya
(PCM), PT. Bayer Indonesia, PT. Oil Tanking terhadap pemiliknya atau pemegang saham
Merak, PT. Indonesia Power, dan PT. Bank saja, tetapi juga terhadap stakeholders yang
Jabar Banten (BJB). terkait dan/atau terkena dampak operasional
perusahaan. Keberadaan perusahaan selain
Penetapan CCSR melalui Peraturan untuk memaksimumkan kekayaan pemilik
Walikota (Perwal), menjadi kajian mengenai perusahaan/pemegang saham, namun juga untuk
alasan penggunaan payung hukum tersebut, melayani kepentingan stakeholders perusahaan,
mengingat lembaga CCSR merupakan seperti karyawan, pemasok, pemerintah, dan
representasi dari perusahaan yang ada di Kota masyarakat.
Cilegon, memiliki kedudukan yang independen.
Agar terwujudnya CSR yang terintegrasi, Kota Cilegon ( Harian Kabar Banten, 13 Januari
diperlukan komitmen dalam bentuk kemitraan 2011).
antar stakeholders, khususnya antara pemerintah Berdasarkan latar belakang di atas, kajian ini
dan perusahaan. Sebagaimana diungkapkan mencoba membahas tiga tema utama yaitu;Latar
Tenyson dalam Utama (2010), kemitraan belakang kemitraan antara pemerintah dan
merupakan kesepakatan antar sektor dimana perusahaan di wilayah Kota Cilegon melalui
individu, kelompok atau organisasi sepakat lembaga CCSR, proses dan pelaksanaan
bekerjasama untuk memenuhi sebuah kewajiban kemitraan dalam lembaga CCSR, dan membahas
atau melaksanakan kegiatan tertentu, bersama- Faktor pendorong dan penghambat kemitraan
sama menanggung resiko maupun keuntungan antara pemerintah dan perusahaan melalui
dan secara berkala meninjau kembali hubungan lembaga CCSR.
kerjasama.
Dalam proses kemitraan, terdapat prinsip Tinjauan Pustaka
dasar yang harus dilaksanakan, sebagaimana
dikemukakan Wibisono (2007, hal.103), prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam proses kemitraan, meliputi: Pertama, Corporate Social Responsibility (CSR)
kesetaraan atau keseimbangan (equity). merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh
Pendekatannya bukan top down atau bottom dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan
up, bukan juga berdasarkan kekuasaan semata, kontribusi kepada pengembangan ekonomi
namun hubungan yang saling menghormati, dari komunitas setempat ataupun masyarakat
saling menghargai dan saling percaya. luas, bersaman dengan peningkatan taraf hidup
Kedua, Transparansi, hal ini diperlukan untuk pekerja beserta keluarganya (Wibisono, 2007).
menghindari rasa saling curiga antar mitra kerja. Suharto (2006) menyatakan bahwa CSR adalah
Ketiga, saling menguntungkan, suatu kemitraan operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya
harus membawa manfaat bagi semua pihak yang untuk meningkatkan keuntungan perusahaan
terlibat. secara finansial, melainkan pula untuk
membangun sosial-ekonomi kawasan secara
Penetapan CCSR melalui Peraturan
holistik, melembaga dan berkelanjutan
Walikota (Perwal), menarik untuk dikaji
karena menggunakan paying hukum tersebut Terdapat manfaat yang didapatkan
sebagai landasan penetapan CCSR,Selain itu dari pelaksanaan tanggunggjawab sosial
karena lembaga CCSR merupakan representasi perusahaan, baik bagi perusahaan, masyarakat,
dari perusahaan yang ada di Kota Cilegon, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya,
memiliki kedudukan yang independen. Selain sebagaimana dikemukakan Wibisono (2007, hal
itu sejak sembilan bulan didirikan, baru 99):
sepuluh perusahaan yang menjadi anggota 1. Bagi Perusahaan. Terdapat empat
CCSR. Kesepuluhperusahaan tersebut telah manfaat yang diperoleh dengan
mensinergikan program CSR melalui lembaga mengimplementasikan CSR. Pertama,
CCSR, diantaranya: PT. Buana Centra Swakarsa keberadaan perusahaan dapat tumbuh
(BCS), PT. Krakatau Steel (KS), PT. Chandra dan berkelanjutan, serta mendapatkan
Asri, PT. BNI 46, PT. Amoco Mitsui Indonesia, citra positif dari masyarakat luas. Kedua,
PD. Pelabuhan Cigading Mandiri (PCM), PT. perusahaan lebih mudah memperoleh akses
Bayer Indonesia, PT. Oil Tanking Merak, PT. terhadap modal. Ketiga, perusahaan dapat
Indonesia Power, dan PT. Bank Jabar Banten mempertahankan sumber daya manusia
(BJB). Hal ini sangat kontradiktif mengingat yang berkualitas. Keempat, perusahaan
dapat meningkatkan pengambilan keputusan
data data BKPMD Kota Cilegon, terdapat 115
pada hal-hal yang kritis dan mempermudah
perusahaan berskala besar yang berinvestasi di
pengelolaan manajemen risiko.
2. Bagi masyarakat, Keberadaan perusahaan penyuapan pada aparat negara atau aparat
di suatu daerah akan menyerap tenaga kerja, hukum yang memicu korupsi.
dan meningkatkan kualitas sosial di daerah
Keterlibatan perusahaan dalam program
tersebut.
CSR dilatarbelakangi beberapa kepentingan.
3. Bagi lingkungan, praktik CSR akan Menurut Mulyadi (2003, hal 4), setidaknya bisa
mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber diidentifikasi tiga motif keterlibatan perusahaan,
daya alam, dan menjaga kualitas lingkungan. yaitu: motif menjaga keamanan fasilitas
4. Bagi negara, praktik CSR yang baik akan produksi, motif mematuhi kesepakatan kontrak
mencegah apa yang disebut Corporate kerja, dan motif moral untuk memberikan
Misconduct atau malpraktik bisnis seperti pelayanan sosial pada masyarakat lokal.
Tabel 2.
Motif Perusahaan dalam Menjalankan Program CSR
Motif memenuhi
Motif Keamanan Komitmen Moral
Kewajiban Kontraktual
Program dilakukan setelah ada tuntutan Pertanggungjawaban program CSR Wacana CSR
masyarakat yang biasanya diwujudkan kepada pemerintah daerah dan
melalui demonstrasi pemerintah pusat
Program tidak dilakukan setelah kontrak Propaganda kegiatan CSR melalui Propaganda kegiatan
ditandatangani. Kecenderungan program media massa. CSR melakukan media
dilakukan ketika kebebasan masyarakat sipil massa.
semakin besar paska desentralisasi
Sumber : Mulyadi (2003, hal 4)
mendukung program prioritas CCSR melalalui Dunia usaha membantu pemerintah dalam
bantuan buku paket bagi pelajar SMP, dan memutar roda perekonomian dan menggerakkan
SMA sederajat se-Kota Cilegon dengan nilai pembangunan.
bantuan Rp.475 juta. Sedangkan PT. Krakatau Bila dikaitkan dengan motif melaksanakan
steel (PT.KS) dan PT. Chandra Asri, memililki CSR, perusahaan yang mensinergikan
kebijakan, mensinkronkan programnya dengan programnya dengan pemerintah, menginginkan
CCSR terkait program kesehatan, dengan terwujudnya harapan, sebagaimana
mendanai pembangunan 140 jamban keluarga diungkapkan Wibisono, diantaranya:
senilai Rp 350 juta. Sinkronisasi yang dilakukan mempertahankan dan mendongkrak reputasi
merupakan upaya mengikuti aturan pemerintah perusahaan, memperbaiki hubungan dengan
dalam hal ini Perwal No. 3 dan mewujudkan stakeholders, dan memperbaiki hubungan
harapan masyarakat. dengan regulator. Bank Jabar Banten (BJB)
Peran pemerintah dan perusahaan dalam mengakui bahwa salah satu keuntungan yang
mensinergikan program yang beririsan, sesuai didapatkan dalam mensponsori penerbitan buku
dengan pendapat Utama, bahwa perlunya adalah digunakannya logo BJB dalam setiap
pemerintah duduk bersama dengan pelaku usaha, eksemplar buku, menjadikan BJB lebih dikenal
untuk mengkomunikasikan apa yang dibutuhkan kepeduliannya oleh masyarakat. Sedangkan
masyarakat secara bersama, memberikan PT. KS yang memiliki aset perusahaan tersebar
gambaran rencana kerja pemerintah yang terkait mengharapkan adanya hubungan yang baik
dengan kepentingan publik. Dengan demikian dengan masyarakat, agar aset perusahaan tetap
ada komunikasi dua arah, sehingga kemungkinan aman dan terjaga.
adanya kerjasama antara pemerintah dengan
perusahaan menjadi semakin terbuka, sehingga Proses Dan Pelaksanaan Kemitraan Dalam
tidak terjadi overlapping program antara Lembaga CCSR
pemerintah dan perusahaan. Pembentukan lembaga CCSR yang diinisasi
Tujuan didirikannya lembaga CCSR adalah pemerintah Kota Cilegon merupakan bentuk
tercapainya target MDG’s pada tahun 2015, penghargaan atas potensi CSR yang dimiliki
yaitu berkurangnya angka keluarga miskin di perusahaan. Pemerintah berupaya membuat
Kota Cilegon dari 15.961 Kepala Keluarga koridor agar potensi sosial yang dimiliki
(KK), berkurang setengahnya menjadi 8.000 perusahaan bisa dirasakan manfaatnya bagi
KK. Upaya mewujudkan target tersebut masyarakat. Bentuk saling menghargai lainnya,
perlu melibatkan multi pihak khususnya pemerintah menjaga independensi perusahaan,
perusahaan agar akselerasi pengurangan dimana kepengurusan CCSR sepenuhnya
angka kemiskinan dapat tercapai. Pemerintah berasal dari perwakilan perusahaan. Sedangkan
memiliki pertimbangan tersendiri, mengapa bentuk penghargaan perusahaan terhadap
mengikutsertakan pihak perusahaan untuk pemerintah, yaitu dengan mendukung Rencana
bermitra, karena perusahaan memiliki program Pembangunan Jangka Menengah Daerah
CSR, yang jika disinergikan dengan program (RPJMD) Kota Cilegon, turut aktif dalam
pemerintah akan menjadi potensi yang besar pendirian lembaga CCSR dan mensinergikan
untuk mewujudkan tujuan tersebut. Pandangan program CSR melalui lembaga CCSR.
diatas menggambarkan pentingnya hubungan Walaupun dalam kepengurusan CCSR
antara perusahaan dengan pemerintah, pemerintah tidak terlibat, namun pemerintah
sebagaimana dikemukakan Wibisono, bahwa memiliki kewajiban dalam membiayai
dunia usaha merupakan mitra pemerintah operasional lembaga CCSR melalui APBD
untuk mengelola sumber daya yang mustahil sebesar Rp 197 juta. Bentuk kewajiban ini
bila seluruhnya bisa dikelola oleh pemerintah. merupakan salah satu jawaban atas skeptisme
beberapa perusahaan yang berasumsi bahwa penuh atas pengelolan CCSR. Sedangkan
pemkot memanfaatkan perusahaan dengan ikatan pemerintah adalah menjadi dewan
mengalihkan beban tanggungjawabnya dalam penasihat bersama stakeholders lain yaitu tokoh
mensejahterakan masyarakat. Sedangkan masyarakat, dan akademisi dalam membantu
perusahaan yang telah menjadi anggota memberikan arahan, nasehat, gagasan, dan
CCSR berkewajiban dalam mengintegrasikan saran kepada CCSR.
programnya. Selama kurun Bulan Maret Jika dilihat dalam aspek politik, ditetapkannya
hingga November Tahun 2011, nilai kontribusi CCSR melalui Perwal, pelantikan pengurus oleh
perusahaan melalui program CSR yang dikelola walikota dan posisi pemerintah dalam struktur
lembaga CCSR mencapai Rp.9,8 miliar. organisasi CCSR sebagai dewan penasihat,
Baik pemerintah maupun perusahaan seakan menunjukkan kedudukan CCSR yang
memiliki komitmen terhadap lembaga CCSR. tidak independen dimana pemerintah berada
Bentuk komitmen pemerintah adalah dengan dalam posisi superordinat. Kondisi tersebut
memberikan kemudahan dalam perizinan terjadi dikarenakan belum meningkatnya status
kegiatan, fasilitasi tempat dan melakukan peraturan hukum CCSR dari Perwal menjadi
pengawasan jalannya kegiatan CCSR. Perda sehingga dalam keputusan-keputusannya
Kedudukan pemerintah sebagai dewan ditetapkan oleh walikota. Secara operasional
pengawas berfungsi menjalankan monitoring dalam kedudukannya sebagai dewan penasihat,
walaupun tidak memiliki hak dalam memberikan Pemda tidak memiliki hak dalam memberikan
hukuman terhadap pengurus CCSR. Pemerintah intervensi dalam bentuk apapun terhadap
hanya mengawal agar tujuan ideal dibentuknya CCSR, melainkan sekedar memberikan saran
lembaga CCSR dapat terwujud. Perusahaan dan masukan. Hal tersebut dikemukakan oleh
memiliki komitmen dengan mensinergikan informan perusahaan anggota CCSR, bahwa
program yang betul-betul disesuaikan dengan masing-masing pihak menghargai peran
prioritas pemerintah, sehingga tujuan akselerasi dan kedudukannya, dan selama satu tahun
berkurangnya keluarga miskin di akhir tahun berjalan tidak ada intervensi antar kedua belah
2015 dapat tercapai. pihak, melainkan melakukan bekerjasama
Dalam kurun waktu 9 bulan kepengurusan mensinergikan potensi yang ada.
CCSR terbentuk, telah dilaksanakan dua Lembaga CCSR tidak melakukan proses
program prioritas yaitu bantuan buku sebanyak kajian kebutuhan dalam menentukan prioritas
129.450 eksemplar dan pembangunan 140 programnya. 5 (lima) program prioritas,
unit jamban keluarga, beserta 13 program non yaitu: pemberian bantuan buku paket sekolah,
prioritas. Implementasi CSR yang dilakukan pembuatan jamban keluarga, pemugaran Rumah
perusahaan dipengaruhi faktor regulasi dan Tidak Layak Huni (RTLH), Pemberdayaan
sistem perpajakan. Semakin kondusif regulasi, Ekonomi Masyarakat (1 miliar per kecamatan),
akan lebih berpotensi memberi semangat dan listrik masuk desa, merupakan hasil
kepada perusahaan untuk berkontribusi adopsi dari RPJMD Kota Cilegon tahun
kepada masyarakat, hal tersebut dikemukakan 2010-2015. CCSR menggunakan program
Wibisono. prioritas yang dibuat oleh pemerintah, karena
Dasar ikatan antara pemerintah dengan merupakan hasil kajian dalam Musyawarah
perusahaan adalah diterbitkannya Perwal Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang
nomor 3 tahun 2011, tentang Pembentukan kemudian dipetakan oleh Badan Perencanaan
Organisasi dan Tata Kerja Cilegon Corporate Pembangunan Daerah (BAPPEDA) menjadi
Social Responsibility (CCSR). Bentuk ikatan program prioritas.
perusahaan, dengan manjadi pengurus CCSR Akan tetapi program prioritas yang lahir
yang berwenang dan bertanggungjawab dari Musrenbang hanyalah bentuk akumulasi
yang belum tentu tiap wilayah memiliki Perencanaan program berbasis masyarakat
permasalahan yang sama, sehingga penentuan pada dasarnya berada dalam model ketiga,
5 prioritas belum tentu mewakili kebutuhan dimana metode perencanaan dari bawah
masyarakat pada wilayah lainnya. Hal tersebut dilaksanakan, masyarakat merumuskan kegiatan
tidak sesuai dengan konsep kajian kebutuhan apa yang mereka butuhkan, yang kemudian
menurut Hurairah yaitu proses mengidentifikasi disampaikan kepada lembaga CCSR, dan
masalah terkait kebutuhan masyarakat, dan ditindak lanjuti oleh perusahaan yang mampu
juga sumber daya yang dimiliki sasaran. merealisasikannya kepada masyarakat. Model
Dalam kajian kebutuhan, idealnya masyarakat ketiga menjamin adanya keterlibatan masyarakat
dilibatkan secara aktif agar dapat merasakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
bahwa permasalahan yang dibicarakan benar- memelihara program yang telah terlaksana.
benar permasalahan yang keluar dari pandangan
masyarakat sendiri. Faktor Pendukung Dan Penghambat
Kemitraan
Basis data yang saat ini digunakan CCSR
juga merupakan hasil kajian dari dinas terkait. Terdapat beberapa faktor pendukung
Sebagai contoh data kebutuhan buku bagi dalam melaksanakan sinergi program antara
pelajar, CCSR dapatkan dari Dinas Pendidikan, pemerintah dengan perusahaan, diantaranya:
data menganai masyarakat yang belum memilki komitmen pemerintah dalam mengurangi angka
jamban, didapatkan dari Dinas Kesehatan, data kemiskinan dan pengangguran yang di dukung
mengenai Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) oleh perusahaan. Perusahaan diuntungkan dari
didapatkan dari Dinas Sosial, data mengenai adanya kerjasama dengan pemerintah, dimana
usaha kecil yang membutuhkan permodalan program CSR lebih tepat sasaran, pencitraan
didapatkan dari BPMKP dan dinas Koperasi juga didapatkan, selain itu perusahaan merasa
Usaha Kecil Menengah, data mengenai rumah terbantu dalam melaksanakan CSR-nya.
tanpa sambungan listrik, didapatkan dari Kontribusi masing-masing pihak yang
BAPPEDA. bermitra, menjadi pendorong bagi berjalannya
Terdapat 3 (tiga) model program dalam roda organisasi dan program-program CCSR.
lembaga CCSR, diantaranya: Pertama, Pemerintah memiliki komitmen dalam
perusahaan memiliki program yang secara membiayai operasional lembaga CCSR, dengan
langsung dilaksanakan di masyarakat tanpa menganggarkan melalui APBD, sedangkan
keterlibatan perencanaan masyarakat, peran perusahaan membiayai program CSR yang
CCSR hanyalah mencatat dan mempublikasikan. disinergikan.
Kedua, perusahaan menitipkan programnya Faktor-faktor pendukung kemitraan
melalui CCSR, kemudian CCSR memfasilitasi menunjukkan pola kemitraan dalam lembaga
dan melaksanakan di masyarakat. Ketiga, CCSR mengarah pada kemitraan produktif,
masyarakat mengusulkan program kepada dimana perusahaan mempunyai kepedulian
CCSR, kemudian CCSR mengajukannya sosial dan lingkungan yang tinggi, sedangkan
kepada perusahaan, lalu CCSR memfasilitasi pemerintah memberikan iklim yang kondusif
terlaksananya program. bagi berjalannya kerjasama.
Model yang saat ini dijalankan lembaga Faktor-faktor penghambat yang muncul,
CCSR adalah model pertama dan kedua. Bentuk diantaranya: status CCSR yang ditetapkan
sinergi antara perusahaan dengan pemerintah melalui Perwal, seharusnya ditingkatkan
berada di model kedua, dimana perusahaan menjadi Perda, agar memiliki kekuatan hukum
menitipkan dana, barang maupun kegiatan, yang yang lebih mengikat, menjadi dasar bagi
kemudian CCSR mendesain program sesuai perusahaan lain untuk menjadi anggota CCSR,
prioritas yang sudah ada. serta kelembagaan CCSR tetap berkelanjutan