Anda di halaman 1dari 2

4.

Prosedur Dan Teknik Pemeriksaan Laboratorium Coccidioides

a) PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK DENGAN KOH & PEWARNAAN

Pemeriksaan sputum dan pengecatan Kalium Hidroksida sangat penting dalam


idantifikasi jamur. Pemeriksaan ini dapat menemukan hifa jamur atau ragi. Namun harus
berkorelasi dengan kondisi klinis, karena infeksi saprophytic pada saluran orofaringeal atau
beberapa pasien dan mungkin tidak selalu menunjukkan infeksi invasif. Hati-hati transportasi,
proses, dan kultur spesimen yang mungkin terkontaminasi oleh bakteri, ragi mungkin
saprophytic endogen ke rongga mulut, dan mungkin konidia jamur saprofit diudara.
Pemeriksaan spesimen secara langsung maupun dengan pewarnaan harus selalu dilaksanakan
karena dapat mendiagnosis kemungkinan infeksi jamur secara cepat, mudah dan murah,
meskipun nilai diagnostiknya sangat bervariasi (10-90%) bergantung kepada spesies jamur
yang ditemukan. Pemeriksaan mikroskopik langsung dilakukan dengan menambahkan
larutan garam fisiologis, KOH 10% atau tinta India. Pemeriksaan langsung sputum, bilasan
bronkus, BAL, atau spesimen lain dapat mendeteksi elemen jamur secara umumberupa spora
maupun hifa. Teknik pewarnaan dapat dilakukan dengan Giemsa, gomori methenaminsilver
(GMS), calcofluor, maupun deteksi antobodi monoclonal dengan pewarnaan imunoflueresens
yang lebih sensitif dibandingkan dengan pewarnaan biasa. Pemeriksaan langsung cairan
serebrospinal, bilasan bronkus atau BAL dengan tinta India sangat bermanfaat dalam
mendiagnosis kriptokokosis. Pemeriksaan sputum pasien terinfeksi HIV dengan pewarnaan
Giemsa atau GMS menunjukkan sensitivitas 35-60%, sedangkan BAL menunjukkan
sensitivitas 85-95% dalam mendiagnosis PCP

b) PEMERIKSAAN BIAKAN / KULTUR

Pemeriksaan biakan mempunyai nilai diagnostik tinggi bahkan menjadi baku emas
diagnosis infeksi jamur tertentu. Biakan darah merupakan baku emas diagnosis infeksi
Candida dalam darah (kandidemia), namun sebaliknya untuk diagnosis PCP karena P.jiroveci
sampai saat ini belum dapat dibiakkan. Sensitivitas biakan pada histoplasmosis akut hanya
15%, sedang pada histoplasmosis diseminata sensitivitasnya bisa >85%. Meskipun
pemeriksaan biakan jamur membutuhkan waktu beberapa hari sampai minggu, namun perlu
dilakukan untuk identifikasi spesies dan uji kepekaan jamur terhadap obat anti jamur. Kultur
darah dan urine diperlukan untuk mengidentifikasi spesies Candida atau B-dermatitidis jika
terjadi penyebaran hematogen. Kultur jamur urine pada pria untuk mengidentifikasi spesies
Cryptococcus

c) PEMERIKSAAN BIOPSI

Jaringan hasil biopsi mempunyai arti klinik paling tinggi karena penemuan jamur dalam
jaringan dapat memastikan diagnosis mikosis. Spesimen biopsi sebaiknya diambil dari tengah
dan tepi lesi, selanjutnya diletakkan di antara kasa steril yang sedikit dibasahi dengan larutan
garam fisiologis untuk mencegah kekeringan. Jangan diberi bahan pengawet karena akan
emematikan jamur dalam jaringan sehingga tidak dapat dilakukan proses pembiakan serta uji
kepekaan jamur terhadap obat anti jamur. Spesimen darah untuk pemeriksaan serologi
sebanyak 2,5 - 5 ml diambil dengan semprit steril tanpa bahan pengawet lalu dikirim
secepatnya ke laboratorium. Untuk biakan darah saja, diperlukan 5-10 ml darah dan
sebaiknya diberi antikoagulan. Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis mikosis paru
dilakukan dengan tiga metode yaitu mikroskopik, biakan dan serologi1,8. Prosedur
diagnostik berdasarkan deteksi deoxyribonucleic acid (DNA) jamur saat ini sedang
dikembangkan, namun biakan spesimen dan hasil biopsi jaringan masih menjadi baku emas
diagnosis mikosis paru.

DAFTAR PUSTAKA :

Ngurah Rai Ida Bagus, I Gusti Ngurah Bagus Artana. 2006. Workshop on Pnemonia, Deal
the Challenge - Input the Outcome. Denpasar : PT Percetakan Bali

Anda mungkin juga menyukai