Formulasi Teknologi
Sediaan Semi Solid
Liquida
DISUSUN OLEH :
Tim Penyusun
Menyetujui,
Ketua Program Studi,
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, tegur sapa dan koreksi diharapkan untuk perbaikan petunjuk
praktikum ini. Semoga modul praktikum ini dapat memberikan manfaat besar
bagi para mahasiswa. Aamiin.
Penyusun
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID LIQUIDA
iv
9. Praktikan diharuskan bekerja secara terencana, hati – hati dan teliti. Setelah
selesai praktikum, alat – alat maupun bahan yang digunakan harus
dikembalikan dalam kondisi bersih dan utuh.
10. Semua praktikan bertanggung jawab terhadap ketenangan, kebersihan dan
keamanan ruang praktikum, serta alat – alat yang digunakan.
11. Praktikan yang memecahkan, merusak dan atau menghilangkan alat
diharuskan melapor ke dosen/ asisten jaga dan mengganti alat tersebut
secepatnya.
12. Setelah selesai pelaksanaan dan pengamatan praktikum, praktikan wajib
membuat data hasil praktikum yang akan dikoreksi oleh dosen/ asisten jaga.
Data hasil praktikum yang sudah disetujui bisa langsung dibawa pulang dan
dibuat pembahasan, kesimpulannya.
13. Pengamatan praktikum yang dilakukan diluar jam praktikum harus
didampingi oleh asisten. Praktikan bisa membuat kesepakatan dengan asisten
sesuai kebutuhan dan waktu yang diperlukan.
14. Buatlah catatan lengkap (termasuk gambar – gambar) dari setiap acara
praktikum yang telah dilakukan.
15. Untuk mengikuti praktikum selanjutnya diharuskan sudah menyelesaikan
pembahasan, kesimpulan dan disertai pustaka yang diacu. Bila pada saat itu
belum menyelesaikannya maka nilai laporan sama dengan NOL.
16. Bila praktikan berhalangan dan tidak dapat mengikuti acara praktikum yang
menyebabkan nilai – nilainya kosong, maka nilai akhir adalah seluruh nilai
yang ada dan kemudian dikonversikan berdasarkan standar nilai yang telah
ditetapkan.
v
EVALUASI PRAKTIKUM
Evaluasi praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida merupakan 30% dari total
nilai mata kuliah Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida. Evaluasi praktikum Formulasi
Sediaan Semi Solid Liquida memiliki 4 komponen penilaian, yaitu:
1. Skill Lab : (Nilai maksimal : 90)
(25%) • Kesiapan praktikan (tidak terlambat, menggunakan jas dan alat
pelindung). (Bobot nilai : 15)
• Praktikan mengumpulkan laporan sementara (Lampiran 1) dengan
benar dan mengumpulkan tepat waktu (sebelum praktikum dimulai)
(Bobot nilai : 20)
• Praktikan mengerjakan sendiri semua acara/percobaan dan apakah
aktivitasnya seimbang dengan patner dalam kelompok. Praktikan
mengerjakan praktikum secara lengkap (persiapan, pelaksanaan
percobaan, merapikan, membersihkan dan memberesi alat dan
bahan setelah praktikum berakhir). (Bobot nilai : 40)
• Praktikan menyelesaikan praktikum sesuai waktu yang ditentukan.
(Bobot nilai : 15)
2. Pretest/ : (Nilai maksimal : 100)
postest Praktikan mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan.
(15%)
3. Laporan : (Nilai maksismal : 90)
(20%) • Laporan sementara ditulis dengan lengkap (tujuan, dasar teori, alat
dan bahan, skema kerja ditulis skematis/ sistematis) (Lampiran 1)
(Bobot nilai : 30)
• Data hasil kegiatan pengamatan dan gambar sudah selesai semua
dalam satu acara praktikum (Bobot nilai : 20)
• Pembahasan disusun dengan lengkap dan tajam, dengan diperkuat
literatur/ teori, jurnal atau penelitian yang berkaitan (Bobot nilai :
30)
• Kesimpulan sesuai dengan hasil praktikum dan mengarah kepada
tujuan praktikum (Bobot : 5)
• Daftar pustaka minimal 3 dan tata penulisan benar (Bobot : 5)
4. Responsi : (Nilai maksimal : 100)
(40%) Praktikan mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .................................................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ................................................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................................................ iii
Tata Tertib Praktikum.................................................................................................................. iv
Evaluasi Praktikum........................................................................................................................ vi
Daftar Isi ............................................................................................................................................. viii
Daftar Tabel ....................................................................................................................................... ix
Percobaan 1. Pengaruh basis terhadap sifat fisik sediaan supositoria ...................... 1
Percobaan 2. Pengaruh Basis Terhadap Sifat Sediaan Salap ................................... 5
Percobaan 3. Formulasi gel aminofilin dengan hpmc, na. Cmc dan carbopol sebagai
bahan pembentuk gel ...................................................................................................................... 9
Percobaan 4. Pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi …….…………......................... 12
Percobaan 5. Floculating agent terhadap sifat fisik suspense ...................................... 16
Percobaan 6. Formulasi Saturasi .......................................................................................... 23
Daftar Pustaka
Lampiran 1. Contoh Cover Laporan Sementara
Lampiran 2. Contoh Cover Laporan Akhir
Lampiran 3. Format Laporan
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Format Data Pengamatan ...................................................................................... 7
Tabel 2. Format Data Pengamatan ...................................................................................... 8
Tabel 3. Format Data Pengamatan ......................................................................... ……15
viii
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018
PERCOBAAN 1
A. Tujuan
1. Mempelajari cara pembuatan suppositoria
2. Mempelajari cara evaluasi suppositoria dengan penetapan waktu hancur dan
waktu lelehnya
3. Mempelajari pengaruh penambahan basis terhadap sifat fisik sediaan
suppositoria
B. Dasar Teori
Supioitoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya
berbentuk torpedo, dapat rne1arut atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar harus
larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Sebagai bahan dasar digunakan lemak
coklat, polietilenglikol berbobot molekul tinggi, lemak atau bahan lain yang cocok,
kecuali dinyatakan lain digunakan lemak coklat. Bobot supposiroria kalau tidak
dinyatakan lain adalah 3gram untuk orang dewasa dan 2gram untuk anak.
Bentuk suppositoria, dapat digunakan melalui :
1) Rectal yang disebut rectal suppos, berbentuk torpedo.
2) Vagina yang disebut pessaries berbentuk ovula.
Oleum cacao merupakan bahan dasar suppos yang paling banyak digunakan.
Oleum cacao merupakan Trigliserida dan asam oleat, stearat dan palmitat dengan
warna putih kekuningan. Meleleh pada suhu antara 30 o – 35o C. Oleum cacao dapat
menunjukkan polimorfisme dan bentuk kristalnya karena pemanasan yang tinggi
diatas titik leburnya Penambahan 3 % menyebabkan titik lebur lebih rendah daripada
titik lebur oleum cacao sendiri tetapi dengan penambahan 6% cera dapat menaikkan
titik leburnya sampai 37o C.
Polyetilenglikol ( PEG ) merupakan senyawa organik dengan bobot molekul
200 - 20.000, dengan bentuk cair dan padat. PEG padat mempunyai titik lebur antara
37o- 63° C. PEG tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi
tubuh.
Pembuatan Suppositoria.
Formula
FORMULA A B
Na. Salisilat 0,1 g 0,1 g
PEG 6000 - 2,35 g
PEG 400 - 0,58 g
Ol. Cacao 2,78 g -
Cera Flava 0,12 g -
D. Prosedur Kerja
1. Masing-masing bahan ditimbang (untuk 12 formula )
2. Gerus Na salisilat dalam mortir + 2/3 ol.cacao, aduk sampai homogen
3. Lelehkan cera flava dengan 1/3 ol. Cacao dalam cawan porselin diatas PA
4. Masukkan lelehan cera flava kedalam mortir yang berisi Na salisilat, aduk
5. Selagi panas masukkan kedalam cetakan supositoria yang telah diberi
pelumas , biarkan sebentar lalu masukkan kedalam lemari es
6. Setelah kira-kira 3 jam lepaskan suppositoria dari cetakan
7. Simpan suppositoria dalam lemari es
1) Masing-masing bahan ditimbang sesuai jumlah yang diperlukan
2) Gerus halus Na salisilat dalam mortir dan PEG 400, aduk dengan stamper
sampai homogen
3) Lelehkan PEG 6000 dalam cawan porselin diatas PA
4) Masukkan lelehan PEG kedalam mortir, aduk sampai homogen
5) Selagi panas masukkan kedalam cetakan suppositoria, biarkan sebentar
kemudian masukkan kedalam lemari es
6) Setelah kira-kira 3 jam,lepaskan suppositoria dari cetakan suppositoria
7) Simpan suppositoria dalam lemari es.
E. EVALUASI
Penetapan Waktu Hancur
1. Siapkan suppositoria yang akan ditetapkan waktu hancurnya
2. Letakkan suppositoria pada tempat pemeriksaan (jangan dibebani apapun)
3. Siapkan stopwatch, mulailah memberi beban (600 g) suppositoria dan pada
saat yang sama jalankan stopwatch
4. Tambahkan beban 200 g tiap interval 1 menit selama suppositoria belum
hancur
5. Hentikan stopwatch bila suppositoria sudah hancur
Catat waktu dan beban yang diperlukan sehingga suppositoria tersebut hancu
Pembacaan beban sbb :
Antara 0-20 detik : beban tambahan dianggap tidak ada
Antara 21-40 detik : beban tambahan dihitung setengahnya
Antara 40-60 detik : beban tambahan dihitung penuh
Lakukan percobaan tersebut untuk masing-masing suppositoria sebanyak 3
kali
Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada etiketnya.
Peralatan yang digunakan untuk uji penetapan kadar ialah peralatan
volumetrik seperti: buret, gelas ukur, pipet, termometer, serta timbangan yang sesuai
yang telah dikalibrasi. Penetapan kadar zat aktif dapat dilakukan dengan metode
titrimetri dengan terlebih dahulu melelehkan suppositoria. Untuk hasil kadar yang
diperoleh harus sama dengan yang tertera pada etiket. Apabila tidak sama atau pun
sama sekali tidak mendekati maka suppositoria tersebut harus diulang.
Uji terhadap titik leburnya, terutama jika menggunakan bahan Oleum cacao.
Dalam farmakope, titik lebur, jarak lebur, dan suhu lebur zat didefinisikan
sebagai rentang suhu atau suhu pada saat zat padat menyatu dan melebur sempurna.
Alat penetapan suhu lebur adalah wadah gelas untuk tangas cairan transparan, alat
pengaduk yang sesuai, termometer yang akurat, dan sumber panas yang terkendali.
Cairan dalam tangas memiliki kedalaman yang cukup sehingga termometer
dapat tercelup dengan pencadang raksa tetap berada lebih kurang 2 cm di atas dasar
tangas. Panas didapat dari api bebas atau listrik. Pipa kapiler berukuran panjang lebih
kurang 10 cm dan dalam diameter 0,8 mm sampai 1,2 mm dengan ketebalan dinding
0,2 mm sampai 0,3 mm.
Metode pengerjaan ialah dengan pertama-tama menggerus suppositoria
sampai halus. Mengisi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup dengan
suppositoria tadi secukupnya hingga membentuk kolom didasar tabung dengan
tinggi 2,5 mm hingga 3,5 mm setelah diisi semampat mungkin. Kemudian
memanaskan tangas hingga suhu lebih kurang 10º dibawah suhu yang diperkirakan,
dan menaikkan suhu dengan kecepatan 1º sampai 0,5º per menit. Letakkan
termometer sampai suhu-suhu tersebut kemudian diangkat dan menempelkan tabung
kapiler untuk membasahinya dengan cairan dari tangas
Bila suhu mencapai 5º dibawah suhu temperatur yang diperkirakan,
dilanjutkan pemanasan hingga melebur sempurna. Metode ini dilakukan berulang
dengan pengadukan tetap pada tangas. Suhu pada saat kolom suppositoria yang
diamati terlepas sempurna dari dinding kapiler didefinisikan sebagai permulaan
melebur, dan suhu pada saat suppositoria melebur seluruhnya didefinisikan sebagai
akhir peleburan atau suhu lebur.
Untuk Oleum cacao karena merupakan bahan dasar yang titik leburnya dapat
turun atau naik jika ditambahkan bahan tertentu maka pemeriksaannya lebih
diutamakan. Oleum cacao nomal biasanya meleleh pada 31º-34ºC. Oleum cacao
dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan tinggi. Di
atas titik leburnya, Oleum cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan
kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali.
Untuk Oleum cacao karena merupakan bahan dasar yang titik leburnya dapat
turun atau naik jika ditambahkan bahan tertentu maka pemeriksaannya lebih
diutamakan. Oleum cacao nomal biasanya meleleh pada 31º-34ºC. Oleum cacao
dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan tinggi. Di
atas titik leburnya, Oleum cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan
kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali.
Untuk bahan dasar PEG maka suppositoria harus meleleh pada suhu tubuh
sekitar 37ºC, untuk titik lebur PEG pada keadaan normal adalah 35º-63ºC.
Untuk bahan dasar gelatin, tween, polietilen glikol, serta surfaktan juga
harus meleleh pada suhu tubuh. Apabila terjadi penyimpangan titik lebur maka
suppositoria harus diulang.
Uji waktu hancur, untuk PEG 1000 15 menit, sedangkan untuk Oleum cacao dingin
3 menit.
Uji waktu hancur untuk suppositoria dan adalah untuk menetapkan waktu
hancur atau menjadi lunaknya suatu sediaan suppositoria dalam waktu yang
ditetapkan apabila dimasukkan dalam suatu cairan media pada suatu kondisi
percobaan yang ditetapkan.
Alat yang digunakan ialah:
(a) suatu batang yang transparan yang terbuat dari kaca atau plastik yang sesuai
dengan tinggi 60 mm, diameter dalam 52 mm dan tebal dinding yang sesuai;
(b) suatu alat logam yang terdiri atas dua cakram logam tahan karat, masing-masing
cakram memiliki 39 lubang dengan diameter 4 mm dan tersebar sedemikian rupa.
Diameter dari cakram hampir sama dengan diameter dalam dari tabung transparan.
Cakram diletakkan terpisah pada jarak lebih kurang 30 mm dari cakram lainnya. Alat
logam tersebut dilekatkan pada bagian luar tabung transparan dengan tiga alat
pengait berjarak sama.
Cara kerjanya ialah dengan pertama-tama meletakkan satu suppositoria
pada cakram berlubang bawah dari alat logam dan memasukkan alat logam itu ke
dalam tabung transparan dan mengaitkan pada tabung. Mengulangi lebih lanjut
dengan dua suppositoria dengan alat logam dan tabung transparan. Menempatkan
alat dalam wadah berisi paling sedikit 4 liter air. Tiga alat tersebut semua dapat
ditempatkan bersama-sama dalam satu wadah berisi paling sedikit 12 liter air,
bersuhu antara 36º hingga 37º, dilengkapi dengan suatu pengaduk lambat dan alat
penopang agar bagian atas alat berjarak 90 mm di bawah permukaan air. Setelah tiap
10 menit, alat dibalikkan tanpa mengeluarkannya dari cairan.
Uji homogenitas.
PERCOBAAN 2
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Pengujian salap tentang: daya menyebar, daya melekat, dan kemampuan
proteksi.
2. Mempelajari pelepasan obat dari sediaan salap.
3. Mempelajari pengaruh basis terhadap sifat fisik dan pelepasan obat salep
B. DASAR TEORI
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain
kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotika adalah 10
% (FI ed IV)
Penggolongan Salep
1. Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi :
a. Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga
b. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit.
Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian
kulit yang diberi.
d. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi
lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
e. Gelones Spumae : (Jelly) adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya
cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada
membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran
sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah.
Formula salap
D. CARA KERJA
Pembuatan Formula
Kemampuan Proteksi
1. Ambillah sepotong kertas saring (10x10 cm). Basahilah dengan larutan
fenolftalein untuk indikator. Setelah itu kertas dikeringkan (no.1)
2. Olesi kertas tsb pd no.1 dg salap yg akan dicoba (satu muka) spt lazim orng
menggunakan salap (no.2)
3. Pada kertas saring yg lain , buatlah suatu areal (2,5x2,5 cm) dg parafin padat yg
dilelehkan. Setelah dingin/kering didapat areal yg dibatasi dg parafin padat (no.3)
4. Pada kertas saring yg lain , buatlah suatu areal (2,5x2,5 cm) dg parafin padat yg
dilelehkan. Setelah dingin/kering didapat areal yg dibatasi dg parafin padat (no.3)
5. Teteskan/basahi areal tsb dengan larutan KOH 0,1 N
6. Lihatlah sebelah kertas yg dibasahi dengan lart.fenolftalein pd T 15, 30, 45, 60
detik, 3&5 menit. Apakah ada noda merah/kemerahan pd krtas tsb?
7. Jika ada noda= salap dpt memberikan proteksi thdp cairan (lart.KOH)
8. Lakukan percobaan salap lain.
Tes/Uji pH salap
Sediaan kulit hendaknya memiliki pH yang kurang lebih mirip dengan pH kulit
sehingga tidak mudah mengiritasi kulit. Pengujian pH sediaan dilakukan dengan cara
menyiapkan larutan homogen salep 10% w/v, kemudian larutan tersebut dihitung
pH-nya dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter (Mehta. dkk,
2013).
1. pH stick dicelupkan ke dalam sediaan gel, sesuaikan
dengan indikator
2. replikasi 3x tiap formulasi
PERCOBAAN 3
A. Tujuan
Mempelajari formulasi gel aminofilin dalam berbagai bahan pembentuk gel.
B. Dasar Teori
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV,hal 7).
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari
zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-
masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan(Formularium Nasional, hal
315).
A. Berdasarkan sifat pelarut :
✓ Hidrogel (pelarut air).
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik
yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti
interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel
mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel mempunyai
tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan
sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel; hidrogel
menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan
berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga meminimalkan
iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya. Kekurangan
hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah setelah
mengembang.Contoh : bentonit magma, gelatin
✓ Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik).
Contoh : plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut
dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi
logam stearat dalam minyak.
✓ Xerogel.
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui
sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga
sisa – sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada
keadaan semula dengan penambahan agen yang mengimbibisi, dan
mengembangkan matriks gel. Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan
acacia tears, dan sellulosa kering dan polystyrene.
B. Berdasarkan bentuk struktur gel:
• Kumparan acak
• Heliks
• Batang
• Bangunan kartu
C. Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel):
▪ Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba
sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan
antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat
dibuat dari makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam
(misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa kontinu
▪ Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai
magma.Partikel anorganik tidak larut, hampir secara keseluruhan
terdispersi pada fasa kontinu.
Formula gel
Jumlah (%)
bahan
FI FII FIII
aminofilin 2 2 2
HPMC 4000 2 - -
Na. CMC - 4 -
Carbopol - - 0,5
propilen glikol 10 10 10
metil paraben 0,2 0,2 0,2
TEA - - 2
aquadest ad 100 ad 100 ad 100
D. Prosedur Kerja
1. Bahan pembentuk gel (HPMC, Na.CMC, Carbopol) dikembangkan dlm air panas
2. Aduk dalam mortir shg terdispersi sempuna dan terbentuk basis gel
3. Metil paraben dilarutkan dlm propilen glikol, campur ke dlm basis gel aduk
homogen
4. Aminofilin yg tlh dilarutkan air panas dimasukkan, aduk homogeny
E. Evaluasi
Pengamatan organoleptis
1. meliputi pengamatan bentuk, warna, dan bau
Pengukuran pH
1. pH stick dicelupkan ke dalam sediaan gel, sesuaikan dengan indikator
2. replikasi 3x tiap formulasi
Pengukuran viskositas gel
1. sediaan sebanyak 150 g dimasukkan dlm cup, pasang spindel dan rotor
dijalankan
2. catat hasil stlh viskometer menunjukkan angka stabil
Tes daya menyebar Gel
1. Timbanglah 0,5 g gel. Letakkan ditengah alat tersebut (kaca bulat)
2. Timbanglah kaca yang satunya. Letakkan kaca tersebut diatas masa salep dan
biarkan selama 1 menit
3. Ukurlah berapa diameter gel yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-
rata diameter dari beberapa sisi)
4. Tambahkan 50 g beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catatlah diameter
gel yang menyebar seperti sebelumnya
5. Teruskanlah dengan menambah tiap kali dengan beban tambahan 50 g dan catat
diameter gel yang menyebar, setelah satu menit
6. Gambarkanlah dalam grafik hubungan antara beban dan luas gel yang menyebar
7. Ulangilah masing-masing 3 kali untuk tiap gel yang diperiksa
6. Lakukan tes untuk formula salap yang lain dengan masing-masing 3 kali
percobaan
Kemampuan Proteksi
1. Ambillah sepotong kertas saring (10x10 cm). Basahilah dengan larutan
fenolftalein untuk indikator. Setelah itu kertas dikeringkan (no.1)
2. Olesi kertas tsb pd no.1 dg salap yg akan dicoba (satu muka) spt lazim orng
menggunakan salap (no.2)
3. Pada kertas saring yg lain , buatlah suatu areal (2,5x2,5 cm) dg parafin padat yg
dilelehkan. Setelah dingin/kering didapat areal yg dibatasi dg parafin padat (no.3)
4. Pada kertas saring yg lain , buatlah suatu areal (2,5x2,5 cm) dg parafin padat yg
dilelehkan. Setelah dingin/kering didapat areal yg dibatasi dg parafin padat (no.3)
5. Teteskan/basahi areal tsb dengan larutan KOH 0,1 N
6. Lihatlah sebelah kertas yg dibasahi dengan lart.fenolftalein pd T 15, 30, 45, 60
detik, 3&5 menit. Apakah ada noda merah/kemerahan pd krtas tsb?
7. Jika ada noda= salap dpt memberikan proteksi thdp cairan (lart.KOH)
8. Lakukan percobaan salap lain.
PERCOBAAN 4
A. Tujuan
Mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi.
B. Dasar Teori
Emulsi adalah sistem (sediaan) heterogen yang terdiri atas 2 cairan tidak
tercampur (secara konvensi dinyatakan sebagai minyak dan air), salah satunya
terdispersi sebagai tetesan halus secara uniform pada fasa lainnya. Emulsi yang
secara termodinamika tidak stabil akan kembali memisah menjadi fasa air dan
fasa minyak bila dipanaskan atau mengalami koalesensi tetesan, kecuali jika
secara kinetika distabilkan dengan komponen ketiga, yaitu agen pengemulsi. Fasa
yang berada dalam bentuk tetesan halus dinamakan fasa terdispersi atau fasa
internal, dan cairan di sekitar dikenal sebagai fasa kontinu atau fasa luar.
Sediaan berbentuk emulsi merupakan pendekatan yang efektif untuk
mengatasi banyak masalah dalam sistem penghantaran obat. Sediaan berbentuk
emulsi se tnenunjukkan manfaat dan keuntungan yang berbeda dari bentuk
sediaan lain melalui peningkatan ketersediaan hayati dan/atau mengurangi efek
samping yang merugikan. Di samping keuntungan dan manfaat sediaan
berbentuk emulsi tersebut bentuk sediaan emulsi tidak digunakan secara luas
untuk sediaan oral atau parenteral karena masalah yang sangat mendasar, yaitu
ketidakstabilan emulsi yang dapat menimbulkan masalah dalam profil pelepasan
obat dan masalah terkait toksisitas. Potensi pengembangan sediaan farmasi
berbentuk emulsi ini sudah dipertimbangkan sampai diperoleh sediaan berbentuk
emulsi yang stabil secara fisika dan kimia. Emulsi multipel jauh lebih sulit untuk
distabilkan dan di karakterisasi, walaupun sangat potensial untuk diaplikasikan
pada sistem penghantaran obat, dan sampai saat ini belum ada sediaan emulsi
multipel yang beredar dan dikomersialkan.
C. Bahan
1. Oleum Arachidis
2. Tween 80
3. Span 80
4. Aquqdest
Alat
1. Mortir+Stamfer
2. Seperangkat alat gelas
3. Alat uji viskositas
4. Piknometer
5. Alat Sentrifugasi
Formulasi
R/ Oleum arachidis 10 g
Tween 80 + Span 80 2,5 g
Aquadest ad 50 g
Formula I II III
Tween 80 75 50 25
Span 80 25 50 75
D. Prosedur Kerja
1. Ol. Arachidis ditambah span 80, panaskan diatas penangas air suhu 70° C
2. Siapkan air yg dipanasi 70° C tambah tween 80
3. Tuangkan bagian air ke bagian minyak porsi per porsi sambil diaduk
4. Masukkan cairan ke dlm mortir, aduk selama 1 menit
5. Masukkan ke dlm beker glas sambil diaduk sampai dingin
E. Evaluasi sediaan emulsi
1. Uji bobot jenis
Bobot jenis diukur menggunakan piknometer pd suhu 25ºC
2. Uji pH
Dengan pH meter atau pH stik
3. Uji stabilitas
Uji stabilitas secara fisik meliputi bau, warna, homogenitas, pH dan viskositas
pada suhu 26-29ºC, temperature tinggi dan rendah
4. Uji sedimentasi
Sediaan dimasukkan kedlm gelas ukur 100mL sebanyak 50mL ,ditutup dg
kertas aluminium foil, diamati sedimen yg terbentuk dan dg mengukur
perbandingan tinggi endapan dg tinggi larutan
5. Uji redispersibilitas
Msukkan sediaan kedalam botol 100ml, sebanyak 100ml sediaan didiamkan 8
minggu, setelah 8 minggu dilakukan redispersi dg cara membalikkan botol dg
sudut 90º, kemudian catat jml pengocokan yg diperlukan sehingga semua
terdispersi dg baik
6. Uji sentrifugasi
Sediaan dimasukkan dlm tabung sentrifugasi kemudian dilakukan sentrifusi
atau perputaran dg kecepatan 3000rpm selama 30menit
7. Uji viskositas
Uji viskositas bisa menggunakan alat viskosimeter
8. Uji tipe emulsi
Ada beberapa metode dalam menentukan tipe emulsi:
a. Metode warna
b. Metode pengenceran
c. Percobaan pencucian
d. Metode cincin
e. Pengukuran daya hantar listrik
PERCOBAAN 5
FLOCULATING AGENT TERHADAP SIFAT FISIK SUSPENSI
A. Tujuan
Mempelajari pengaruh floculating agent terhadap sifat fisik suspensi
B. Dasar Teori
kesulitan dalam mengeluarkan sediaan suspensi parenteral dari jarum suntik. Sifat
menjadi encer pada saat diberikan forsa sangat dibutuhkan. Bila forsa gojok
minimal suspensi sangat kental saat disimpan. Ketika dilakukan agitasi (gojokan
tinggi), sedimentasi melambat dan menunjukkan viskositas yang rendah sehingga
memudahkan penuangan sediaan dari botol.
FORMULA I II III
Sulfadiazin (g) 2 2 2
DSS (mg) 20 20 20
AlCl3 (mg) - 2 4
Akuades ad (ml) 20 20 20
D. Prosedur Kerja
1. Larutkan DSS ke dalam sebagian akuades
2. Serbuk sulfadiazin didispersikan dalam larutan yang mengandung DSS, aduk
sampai semua serbuk terbasahi. Jika perlu tambahkan sedikit akuades
3. Tambahkan larutan AlCl3 secara seksama pada formula B, C dan A
4. Aduk hingga homogen dan terjadii suatu dispersi terflokulasi
5. Dispersi kemudian dituang ke dalam tabung reaksi berskala
PERCOBAAN 6
FORMULASI SATURASI
A. Tujuan
Mampu membuat formulasi saturasi dan uji fisik sediaan
B. Dasar Teori
Adalah sediaan yang digunakan untuk obat dalam. Saturasi dan netra1isasi
adalah larutan garam yang dibuat dengan mereaksikan asam dan basa. Pada
netralisasi gas. CO2 yang terjadi dibiarkan menguap sampai habis, sedangkan
pada aflitasi gas CO2 ditahan atau larutan digunakan dengan gas CO2.
Penambahan zat pada saturasi harus diatur sehingga tidak perlu digojok, misal :
1. Zat-zat netral dimasukkan dalam larutan asam.
2. Tinctur, zat-zat yang mudah menguap, ekstrak dalam jumlah sedikit dan garam
alkaloid dilarutkan dalam bagian asam.
3. Senyawa yang bereaksi alkalis dilarutkan dalam basa.
Zat yang tidak larut tidak boleh dilarutkan dalam saturasi tetap dipisah atau dibuat
serbuk. Wadah atau botol tempat larutan volumenya harus 20 % lebih besar dari
volume larutan dan botol segera ditutup dengan gabus dan diikat dengan benang.
Contoh saturasi adalah Polio Riven sedangkan contoh netralisasi adalah Potio
Magnesici Citratis.
Formulasi:
Larutkanlah : Asam Sitrat 5
Air 50
Vitamin C 5
Sirop Gula 25
Tuangkan zat cair ini perlahan-lahan pada larutan dari :
Natrium hidrogen karbonat 6
Air 110
D. Prosedur Kerja
Penimbangan : sesuaikan dengan jumlah yang diminta
Khasiat : penyegar
Produk rujukan : Soft drink
Cara Kerja:
1. Bic Natric dilarutkan secara Levigatio dengan air basa, masukkan botol yang
sudah siap dengan simpul sampangnye
2. Asam sitrat masukkan gelas beker, larutkan dengan air asam aduk hingga
larut, tambahkan Vitamin C yang sudah dilarutkan air dan sirup simplex
(Larutan sukrosa), essen jeruk, madu aduk hingga homogen.
3. Bagian asam masukkan ke dalam bagian basa (2/3 bagian pelan-pelan melalui
dinding botol sambol digoyangkan, 1/3 bagian masukkan sekaligus melewati
dinding botol langsung tutup rapat-rapat dengan simpul sampanye).
E. Evaluasi
1. Organoleptis sediaan
2. Uji viskositas
Uji viskositas bisa menggunakan alat viskosimeter osword
3. Uji bobot jenis
Bobot jenis diukur menggunakan piknometer pd suhu 25ºC
4. Uji pH
Dengan pH meter atau pH stik
PUSTAKA
Allen, Jr. L. V., Popovich, N. G. and Ansel, H. C., 2005, Disperse Systems, in Ansel's
Pharmaceutical Dosage Farms and Drug Delivery Systems, 8th ed, p. 385 - 442.
Lippincott Williams & Wilkins - Philadelphia, Baltimore, New York, London,
Buenos Aires, Hongkong, Sydney, Tokyo.
Anief, M. 1997 b, Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4, Universitas Indonesia
Press: Jakarta
Crowley, 0. J. and Martini, L. G., 2007, Excipients for Pharmaceutical Dosage Forms, in
Swarbrick, J. (ed.), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd ed., vol. 3, p.
1609 —1621. Katdare, A. and Chaubal, M. V. (eds.), 2006, Excipients Development
for Pharmaceutical, Biotechnology, and Drug Delivery Systems, Informa
Healthcare, New York, London. Nema, S., Brendel, R. J., and Washkuhn, R. W.,
2007, Excipients: Parenteral Dosage Forms and Their Role, in Swarbrick, J. (ed.),
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd ed., vol. 3, p. 1622 — 1645.
Eccleston, G. M., 1992, Emulsion, in Swarbrick, J. and Boylan, J. C. (eds.), Encyclopedia
of Pharmaceutical Technology, vol. 5, p. 137 - 188. Marcel Dekker Inc., New York,
Basel, Hongkong.
Eccleston, G. M., 2007, Emulsion and Microemulsion, in Swarbrick, J. and Boylan, J. C.
(eds.), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd ed., vol. 3, p. 1548 -1565,
Informa Health care, New York, London.
Friberg, S. E., Goldsmith, L. B. and Hilton, M. L., 1988, Theory of Emulsions, in
Liberman, H. A., Rieger, M. M., and Banker, G. S. (eds.), Pharmaceutical Dosage
Forms: Disperse Systems, vol. 1, p. 49 - 91. Marcel Dekker Inc., New York, London.
Idson, B., 1988, Pharmaceutical Emulsions, in Lieberman, H. A., Rieger, M. M. and
Banker, G. S. (eds.), Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems, vol. 1, p. 199
— 243. Marcel Dekker Inc., New York, London.
Lachman L., Liebarman A. H., Kanig L., J., 1994. Teori dan praktik Farmasi Industri,
Edisi III, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, hal 1092-1145 UI Press. Jakarta
Martin, A., Bustamante P., and Chun A.H.C., 1993. Physical Pharmacy: Physical
Ckemical Principles in the Pharmaceutical Sciences, Ed. 4th. 325-332, Lea &
Febiger, Phyladelphia.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and Quinn , M. E. (eds.), 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6 th ed AphAand Pharmaceutical Press, London, Chicago. USP 34 — NF
29. 2011 Page 555. Pharmacopeia' Forum, Vol No: 35 (5) p 1228.
Sherman, P. (ed.)., 1968, Emulsion Science, Academic Press., London and New York.
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID LIQUIDA
PERCOBAAN 1
PENGARUH BASIS TERHADAP SIFAT SEDIAAN SALAP
Disusun oleh :
Nama : Amalul Fasha
NIM / Kelas : 170105005
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID LIQUIDA
PERCOBAAN 1
PENGARUH BASIS TERHADAP SIFAT SEDIAAN SALAP
Disusun oleh:
[Laporan ditulis tangan dengan pulpen warna biru pada kertas ukuran A4, laporan
akhir dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah pelaksanaan praktikum]
A. TUJUAN PRAKTIKUM
[Sesuai tujuan praktikum yang akan dilaksanakan]
B. DASAR TEORI
[Berisi teori yang relevan dengan acara praktikum yang akan dilaksanakan
(minimal 2 halaman)]
C. ALAT DAN BAHAN
[Sesuai kebutuhan praktikum yang akan dilaksanakan]
D. CARA KERJA
[menggunakan kalimat pasif]
Pembuatan larutan ...
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
E. HASIL PERCOBAAN
[Berupa hasil pengamatan, hasil perhitungan, atau yang lainnya]
F. PEMBAHASAN
[Setiap tahap percobaan dan hasil percobaan dibahas sesuai teori yang relevan]
G. KESIMPULAN
[Menjawab tujuan praktikum berdasarkan hasil praktikum]
H. DAFTAR PUSTAKA
[Minimal dari 3 pustaka berbeda]
I. LAMPIRAN
[Jika ada dilampiran hasil foto atau gambar yang merupakan hasil percobaan]