Hubungan separasi
Hubungan Kordinasi
Hubungan yang tidak saling mengatasi atau membawahi, tetapi tidak dipisahkan secara mutlak.
Agama dan negara diakui sebagai yang memiliki otonomi, tetapi otonomi yang terbatas. Keduanya
disubordinasikan dibawah hukum, yang mengatur tata hubungan keduanya sehingga bisa saling
mendukung.
Hubungan Subordinasi
posisi agama berada dibawah bayang-bayang Negara. Disini Negara hampir-hampir menjadi mahkluk
raksasa yang memiliki kewenangan, kekuatan, dan klaim yang hampir tak terbatas.
Ketika berdiri, Indonesia memilih Pancasila sebagai dasar dan bentuk negaranya. (Ini kompromi dari 3
kekuatan besar yang ada sebelum Indonesia merdeka)
Negara Pancasila, menolak hubungan yang subordinatif (bukan negara agama/Islam dan bukan negara
anti agama/komunis). Juga tidak ada yang menjadi “agama negara”.
Tetapi negara Pancasila juga menolak hubungan separasi (bukan negara sekuler)
Menurut pancasila, negara adalah berdasar atas ketuhanan yang mahas esa atas dasar kemanusian adil
beradab. Hal termuat dalam penjelasan pembukaan UUD 1945 yaitu pikiran keempat. Rumusan yang
demikian ini menunjukkan pada kita bahwa negara indonesia yang berdasarkan pancasila adalah
bukan negara sekuler yang memisahkan negara dengan agama, karena hal ini tercantum dalam pasal 29
ayat (1), bahwa negara adalah berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa, hal ini berarti ini berarti bahwa
negara sebagai persekutuan hidup adalah berketuhanan yang Maha Esa. Konsekuensinya segala aspek
dalam pelaksanaan dan penyelenggara negara harus sesuai dengan hakikat nilai nilai yang berasal dari
tuhan. Nilai nilai yang berasal dari tuhan yang pada hakikatnya adalah merupakan Hukum Tuhan adalah
merupakan sumber material bagi segala norma terutama bagi hukum fositif di indonesia.
Dalam negara Pancasila, Negara tidak boleh mencampuri masalah keagamaan, tetapi negara
mempunyai tanggungjawab untuk melindungi kebebasan masing-masing agama, membantu
perkembangannya dan menjaga kerukunan hidup antaragama.
Di lain pihak agama-agama tidak boleh mencampuri secara langsung masalah kenegaraan, tetapi agama-
agama punya tanggungjawab untuk meletakkan landasan etis, moral dan spiritual.
Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme karena hakikatnya manusia berkedudukan kodrat
sebagai mahkluk tuhan
Tidak ada tempat bagi pertetangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama serta
pemeluk agama.
Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan bukan hasil paksaan bagi siapapun juga
Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam
negara
Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai nilai-nilai ketuhanan yang
maha esa terutama norma-norma hukum positif maupun norma moral baik negara maupun moral para
penyelenggara negara.
Negara pada hakikatnya adalah merupakan “berkat nikmat allah yang maha esa