Anda di halaman 1dari 29

Askep Artery Coronary Desease (CAD)

Persiapan Pasien untuk PTCA & CABG

Disusun Oleh :
Kelompok 2 Kelas A
1. Rivaldi Djailani C051117103
2. Anisa Fikratul Inayah C051171001
3. Sulfiani C051171339
4. Nur Fuadi Nisah C051171306
5. Musfirah C051171032
6. Nur Aulia Lestari C061171020
7. Indah Suci Permata Sari C051171504

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat meyelesaikan penulisan makalah
degan judul “Askep pada pasien dengan Artery Coronary Desease(CAD), Persiapan Pasien
untuk PTCA & CABG ” yang merupakan syarat utuk memeuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 1 mahasiswa keperawatan Universitas Hasanuddin. Dalam
penulisan makalah ini kami bekerja sama dengan semua anggota kelompok untuk
menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
kami berharap kepada pembaca agar kiranya memberi kritik dan saran yang membangun
demi kemajuan dan perkembangan pengetahuan. Semga makalah ini bermanfaat dan
menambah wawasan kita semua.

Makassar, 29 Agustus 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Definisi Artery Coronary Desease..................................................................................3
B. Etiologi............................................................................................................................3
C. Faktor-Faktor Resiko Penyakit jantung Koroner............................................................3
D. PATHWAY PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)..............................................6
E. Pemeriksaan Penunujang................................................................................................7
F. Komplikasi Penyakit Jantung Koroner.........................................................................10
G. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Jantung Koroner....................................................11
H. Persiapan Pasien untuk PTCA dan CABG....................................................................21
BAB III.....................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kasus utama penyebab kematian
pada manusia. Meskipun tundakan pencegahn sudah dilakukan seperti diet,
menurunkan kolestrol dan perawatan berat badan, diabetes dan hipertensi, penyakit
jantung koroner tetap menjadi masalah utama kesehatan. Masalah utama pada
penyakit jantung koroner adalah ateroklerosis koroner, merupakan penyakit prgresif
yang terjadi secara bertahap yaitu penebaan dinding arteri koroner. Ateroklerosis
koroner dianggap sebagai proses pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh
kolestrol yang berada di dinding arteri (Yuet Wai Kan, 2010).
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara
maju serta negara berkembang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah
mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner merupakan epidemi modern
dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden
penyakit jantung koroner mencapai nol maka dapat meningkatkan harapan hidup 3%
sampai 9% (Shivaramakhrisna, 2000).
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum
mendapat perhatian mengenai besarnya resiko seseorang, ketidakmampuan, dan pada
saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang sejak konfrensi klinis terakhir oleh
New York Heart Association menyatakan subjek ini, dari sejumlah loka karya telah
mengeluarkan info terbaru yang penting mengenai penyakit ini, cara pencegahan,
dan kontrol. Hal ini dinyatakan dalam besarnya perubahan yang jelas secara klinin
dari PJK dan banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya pasien yang ikut,
kelompok yang akan termasuk dalam semua kasus PJK yang timbul pada populasi
umum dengan karakteristik jelas.

B. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian coronary artery desease
b. Untuk mengetahui etiologi coronary artery desease
c. Untuk mengetahui patofisiologi coronary artery desease
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis coronary artery desease
e. Untuk mengetahui faktor resiko coronary artery desease
f. Untuk mengetahui askep pada pasien coronary artery desease
g. Utntuk mengetahi Persiapan Pasien untuk PTCA & CABG

C. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian coronary artery desease?
b. Apakah etiologi coronary artery desease ?

1
c. Apakah patofisiologi coronary artery desease ?
d. Apakah manifestasi klinis coronary artery desease ?
e. Apakah faktor resiko coronary artery desease ?
f. Apakah askep pada pasien coronary artery desease ?
g. Apakah Persiapan Pasien untuk PTCA & CABG ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Artery Coronary Desease


Penyakit jantung koroner; (PJK); kondisi yang dimulai ketika zat kolesterol keras
(plak) terakumulasi di dalam arteri koroner. Plak dalam arterikoroner itu kemudian pecah
dan menyebabkan pembentukan gumpalan kecil, yang dapat menghambat
aliran darah ke otot jantung, memproduksi gejala dan tanda-tanda PJK yang mungkin
termasuk nyeri dada (angina), serangan jantung atau kematian mendadak karena
gangguan fatal dari irama jantung. Juga dikenal sebagai penyakit arteri koroner (PAK).

B. Etiologi
Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri koronaria yang
paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan
fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh
darah. Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah miokardium. Bila
penyakit ini semkain berlanjut, maka penyempitan lumen akan diikuti peubahan
pembuluh darah yang mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar. Dengan
demikian keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen manjadi tidak stabil
sehingga membahayakan miokardium.
Penyebab kedua dari jantung koroner yaitu adanya trombosis di pembuluh darah.
Endapan lemak dan pengerasan pembuluh darah terganggu dan lama-kelamaan berakibat
robek dinding pembuluh darah. Pada mulanya, gumpalan darah merupakan mekanisme
pertahanan tubuh untuk mencegah perdarahan berlanjut pada saat terjadinya luka.
Berkumpulnya gumpalan darah dibagian robek tersebut, yang kemudian bersatu dengan
keping-keping darah menjadi trombus. Trombsis ini menyebabkan sumbatan di dalam
pembuluh darah jantung, dapat menyebabkan serangan jantung mendadak.

C. Faktor-Faktor Resiko Penyakit jantung Koroner


Sekarang aterosklerosis tidak bagi dianggap timbul akibat proses penuaan saja.
Timbulnya” bercak-bercak lemak” pada dinding arteri koronaria bahkan sejak masa
kanak-kanak sudah merupakan fenomena alamiah dan tidak selalu harus menjadi lesi
aterosklerotik. Sekarang dianggap terdapat banyak faktor yang saling berkaitan dalam
mempercepat proses aterogenik.
Faktor-faktor resiko dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan
tidak dapat dimodifikasi.
1. Tiga faktor resiko biologis yang tidak dapat dimodifikasi :
a. Faktor Usia
Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat seiring
bertambahnya usia. Namun jarang timbul penyakit serius sebelum usia 40 tahun,

3
sedangkan dari usia 40 hingga 60 tahun, insiden Infark miokardium menigkat
lima kali lipat.

b. Faktor Jenis Kelamin


Secara keseluruhan, resiko aterosklerosis koroner lebih besar pada laki-
laki daripada perempuan. Perempuan agaknya relatif kebal terhadap penyakit ini
sampai usia setelah menopouse, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti
pada laki-laki. Efek perlindungan ekstrogen dianggap menjelaskan adanya
imunitas wanita pada usia sebelum menopouse, tetapi pada kedua jenis kelamin
dalam usia 60 hingga 70-an, frekuensi MI menjadi setara.
c. Riwayat Keluarga
Orang-orang yang orangtua atau saudara kandungnya pernah mengalami
penyakit jantung atau stroke memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi untuk
mengidap penyakit jantung koroner. Keturunan dari seseorang penderita
penyakit jantung koroner prematur diketahui menyababkan perubahan dalam
penanda arterosklerosis awal, isalnya reaktifitas arteria brakhialis dan
peningktan tunika intima arteri karotis dan penebalan tunika media. Adanya
hipertensi, seperti peningkatan homositein dan peningkatan lipid, ditentukan
dari individu tertentu. Penelitian yang telah dilakukan mengesankan bahwa
adanya riwayat dalam keluarga mencerminkan suatu predisposisi genetik
terhadap disfungsi endotel dalam arteri koronaria.

2. Faktor Resiko yang Dapat Dimodifikasi


a. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri; sehingga beban kerja jantung bertambah
sebagai akibatknya, terjadi hipertrofi ventrikel untuk menigkatkan kekuatan
kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah
jantung dengan hipertrofi kompensansi akhirnya terlampaui, dan terjadi dilatasi
dan payah jantung. Jantung semakin terancam oleh semakin parahnya
aterosklerosis koroner. Bial proses aterosklerosis berlanjut, penyediaan oksigen
miokardium berkurang. Peningkatan kebutuhan oksigen pada miokardium terjadi
akibat hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung sehingga akhirnya
akan menyebabkan angina atau infark miokardium.
b. Diabetes melitus
Penderita diabetes cenderung memiliki pravalensi prematuritas, dan keparahan
arterosklerosis lebih tinggi. Diabetes mellitus menginduksi hiperkolesterolemia
dan secara bermakna meningkatkan kemungkinan timbulnya arterosklerosis.
Diabetes mellitus juga berkaitan dengan proliferasi sel otot polos dalam
pembuluh darah arteri koroner, sintesis kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid.
Peningkatan kadar LDL dan turunnya kadar HDL juga disebabkan oleh diabetes
milletus. Biasanya penyakit jantung koroner terjadi di usia muda pada penderita
diabetes dibanding non diabetes.

4
c. Merokok
Merokok berperan dalam memperparah penyakit arteri koroner malalui tiga
cara :
1. Menghirup asap akan meningkatkan kadar karbon monoksida (CO) darah.
Hemoglobin, komponen darah yang mengangkut oksigen, lebih mudah
terikat kepada CO dari pada O2. Jadi oksigen yang disuplai ke jantung
menjadi sangat berkurang, membuat jantung bekerja lebih berat untuk
menghasilkan energi yang sama besarnya serta meningkatkan
permiabilitas endotel.
2. Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan katekolamin, yang
menyebabkan konstriksi arteri. Aliran darah dan oksigenasi jaringan
menjadi terganggu.
3. Merokok meingaktifkan trombosit, mengakibatkan kemungkinan
peningkatkan pembentukan trombus dan menstimulasi proliferasi otot
polos ke dinding arteri.
d. Hiperlipidemia
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas
berasal eksogen dari makanan dan endogen dari sintesis lemak. Kolesterol dan
trigliserida adalah dua jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis yang
penting sehubungan dengan arteriogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma tetapi
terikat pada protein sebagai mekanisme transpor dalam serum. Peningkatan
kolesterol LDL, dihubungkan dengan meningkatnya resiko terhadap koronaria,
sementara kadar kolesterol HDL yang tinggi tampaknya berperan sebagai factor
perlindung terhadap penyakit arteri koroneria
e. Obesitas
Kelebihan berat badan memaksa jantung bekerja lebih keras, adanya beban
ekstra bagi jantung. Berat badan yang berlebih menyebabkan bertambahnya
volume darah dan perluasan sistem sirkulasi sehingga berkolerasi terhadap
tekanan darah sistolik.

5
D. PATHWAY PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

Hipertensi Obesitas Diabetes Melitus Hiperlipidemi Merokok


Otot a
Vasokontriksi LemakOtot
tinggi di dalam Zat kimia
pembuluh darah darah beracun (nikotin
dan CO)masuk
kealiran darah
Tekanan darah Bersentuhan dengan dinding
pembuluh darah/endotel
Merusak lapisan
Tekanan endotel arteri
hidrostatik Tautan antara sel endotel
merenggang
Terbentuknya
Cedera dinding jaringan parut
pembuluh darah LDL masuk ke lapisan tunika
intima
Perubahan
struktur & fungsi
Terbentuk migrasi otot polos dari tunika Monosit masuk kemudian
berubah menjadi makrofag Dan pembuluh darah
bercak lemak media ke tunika intima &
proliferasi matriks berubah menjadi sel form
Yang kemudian memakan LDL

Lumen pembuluh darah Pembuluh darah Aktif proses Trombus


menyempit intima robek pembekuan darah
oleh trombosit
Iskemia jaringan di
Kematian sel wilayah yang
PJK Suplai darah koroner
miokard dipasok oleh arteri
kurang dari kebutuhan
tersebut

Aterosklerosis
Metabolisme anaerob
yaitu glikolisis Iritabilitas Miokard

Seluler hipoksia
Distritmia
Timbunan asam
laktat meningkat
Integritas membran sel
berubah

Intoleransi
Angina Kelelahan Otot Gagal jantung
Aktivitas Kontraktilitas turun
Otot

Curah Jantung 6
Kegagalan pompa
Nyeri Akut Penurunan curah jantung
Turun jantung
E. Pemeriksaan Penunujang
1. Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung.
Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P,QRS,
dan T, sesuai dengan peyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem
hantaran dan miokardium. Apa tujuan perekaman EKG? Tujuan dari perekaman
EKG ini adalah untuk memastikan adanya sumbatan (total/sebagian) atau total. Jika
adanya sumbatan sebagian maka pada gambaran EKG akan nampak adanya ST
depresi dan jika sumbatanya total maka akan nampak ST elevasi

2. Latihan tes stres jantung (treadmill)


Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan banyak
digunakan untuk mendiagnosa PJK, ketika melakukan treadmill detak jantung, irama
jantung, dan tekanan darah terus-menerus dipantau, jika arteri koroner mengalami
penyumbatan pada saat melakukan latihan maka ditemukan segmen depresi ST pada
hasil rekaman
3. CT scan (Computerized tomography Coronary angiogram)
Computerized tomography Coronary angiogram/CT Angiografi Koroner
adalah pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu memvisualisasikan
arteri koroner dan suatu zat pewarna kontras disuntikkan melalui intravena selama
CT scan, sehingga dapat menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga disebut
sebagai ultrafast CT scan yang berguna untuk mendeteksi kalsium dalam deposito
lemak yang mempersempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan,
maka memungkinkan terjadinya PJK
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Troponin T : kompleks troponin jantung merupakan komponen
dasar dari miokardium yang terlibat dalam kontraksi dari otot miokardium. Kadar
troponin yang positif dianggap sebagai suatu diagnosis IMA. Troponin T jantung
mirip dengan CK-MB dalam hal sensitivitas dan kadarnya meningkat dalam 3
hingga 6 jam setelah nyeri dimulai. Kadar tetap tinggi selama 14 hingga 21 hari.
Ini berguna dalam mengkonfirmasi IMA yang sudah jauh. Kadar troponin I
jantung meningkat 7 hingga 14 jam setelah IMA. Ini merupakan indikator yang
sangat spesifik dan sensitif dari IMA dan tidak terpengaruh penyakit atau cedera
pada otot lain kecuali otot jantung. Peniggian ini tetap ada selama 5 hingga 7 hari.
b. Pemeriksaan Mioglobin : mioglobin merupakan protein heme yang ditemukan
pada serabut otot lurik. Mioglobin dengan cepat dilepas ketika jaringan otot

7
miokardium mengalami cedera. Oleh karena itu cepatnya pelepasan ini, ia dapat
terdeteksi dalam waktu 2 jam setelah IMA. Mioglobin merupakan indikator IMA
yang sangat sensitiv jika kadar serum berlipat ganda saat sampel kedua diambil
dalam dua jam dari sempel pertama. Sebaliknya, ia tidak reliabel untuk
digunakan menyingkirkan diagnosis IMA jika kadarnya tidak meningkat tiap 2
jam. Rentang diagnostik akan berakhir 24 jam setelah IMA.
c. Pemeriksaan Isoenzim CK-MB : kadar serum dari CK-MB(suatu koenxim CK
yang ditemukan di otot jantung) pemeriksaan ini merupakan tes yang paling
spesifik pada nekrosis otot jantung. Peningkatan konsentrasi enzim ini pasti
menunjukkan adanya infark miokard. Meningkat 3 hingga 6 jam setelah onset
nyeri dada, memuncak dalam 12 hingga 18 jam, dan kembali ke kadar normal
dalam 3 hingga 4 hari.
d. Pemeriksaan Laktat Dehidrogenase : subunit LDH banyak ditemukan di otot
jantung dan dilepaskan ke dalam serum ketika terjadi kerusakan miokardium.
Kadar serum laktat dehidrogenase meningkat 14 hingga 24 jam setelah onset
cedera miokardium memuncak dalam 48 hingga 72 jam dan perlahan kembali
normal dalam 7 hingga 14 hari kemudian
e. Pemeriksaan Hiperlipidemia : adalah salah satu faktor resiko penyakit jantung
koroner. Hampr semua kasus hiperlipoprotein dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan kadar kolestrol dan trigliserida dalam darah. Untuk mendapatkan
hasil terbaik, penderita diharuskan puasa 14 jam sebelum pengambilan sempel
darah.
5. Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan radinuklida akan memberikan informasi adanya
penyakit jantung arteri koroner serta lokasi jaringan iskemik dan infark. Ketika klien
mengalami nyeri dada akut, pencitraan perfusi dengan agen, seperti talium, sestamibi,
dan teboraksim dapat digunakan untuk mengidentifikasi jaringan iskemik dan infark.
Penciraan berfungsi kadang kala disebut sebagai pencitraan “titik dingin” karena
radioisotop dalam aliran darah tidak diamil oleh jaringan iskemik atau infark.
Infark, atau pecitraan “titik panas”, bergunan dalam mengkomfirmasi IMA
pada klien yang datang kerumah sakit beberapa hari setelah IMA. Pirosfosfat yang
dilekatkan Technetium 99-m akan berikatan dengan kalsium pada area nekrosis
miokardium. Area ambilan (titik panas) yang tampak pada pencitraan nuklir
menunjukkan area infark. Oleh karena pengujian ini tidak memberikan hasil yang
positif dalam 24 jam, maka tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi MI akut
stadium awal.
6. Positron Emission Tomography (PET)
PET digunakan untuk mengevaluasi metabolisme jantung dan untuk menilai
perfusi jaringan. PET juga dapa digunakan untuk mendeteksi PJK, menilai
pembalikan aliran arteri koroner, mengukur aliran darah miokardium absolut,
mendeteksi IMA, dan membedakan kardiomiopati iskemik dari noniskemik. PET
juga dapat digunakan untuk menilai visabilitas miokardium untuk menentukan klien
mana yang dapat dilakukan CABG.

8
7. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI membantu mengidentifikasi lokasi dan luas dari MI, menilai efek dari
terapi reperfusi, dan membedakan cedera jaringan yang reversible dna irreversible.
Pengguanannya sebagai alat diagnostik untuk penyakit arteri koroner mekin
meningkat, walaupun MRI tidak dapat digunakan pada klien dengan alat logam
tertanam, seperti pacu jantung atau defibrilator.
8. Ekokardiografi
Ekokardigrafi berguna untuk mengakaji kemampuan dinding jantung
berkontraksi dan berelaksasi. Transduser diletakkan di dada dan gambar akan
dihantarkan ke layar monitor. Gerakkan dinding dada abnormal pada area iskemik
atau infark.
Ekokrdiografi Transesofagus. Ekokardiografi transesofagus (TEE) merupakan
teknikk pencitraan di mana transduser diletakkan pada dinding esofagus. Gambar
dari miokardium akan lebih jelas jika menggunakan lokasi esofagus karena tidak ada
udara dan tulang rusuk antara transduser dengan jantung. Teknik ini sangat berguna
untuk melihat dinding posterior dari jantung.

9
F. Komplikasi Penyakit Jantung Koroner
1. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah suatu kondisi fisiologis ketika jantung tidak dapat
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Gagal
jantung terjadi karena perubahan fungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri. Jantung
mengalami kegagalan karena defek struktural atau penyakit intrinsik, sehingga tidak
dapat menangani jumlah darah yang normal atau pada kondisi tidak ada penyakit,
tidak dapat melakukan toleransi peningkatan volume darah mendadak.
2. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik adalah kondisi medis mengancam jiwa yang terjadi saat
jantung rusak parah sehingga tidak mampu untuk memompa darah yang bagian
tubuh lainnya. Penurunan kemampuan jantung mengakibatkan berkurangnya
pasokan oksigen dan nutrisi ke organ vital, termasuk otak, jantung, dan paru-
paru. Jika aliran darah normal ke tubuh tidak segera kembali, maka sel dan
jaringan akan mulai mati, dan banyak organ akan berhenti berfungsi.
Syok kardiogenik berperan hanya pada 9% kematian akibat IMA, tetapi lebih
dari 70% klien syok meninggal karena sebab ini. Penyebabnya antara lain (1)
penurunan kontraksi miokardium dengan penurunan curah jantung, (2) distrimia tak
terdeteksi dan (3) sepsis.
3. Serangan Jantung
Serangan jantung adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah menuju ke
jantung terhambat. Ini adalah kondisi medis darurat yang biasanya disebabkan oleh
penggumpalan darah atau penumpukan lemak, kolesterol, dan unsur lainnya.
Gangguan aliran darah ke jantung tersebut bisa merusak atau menghancurkan otot
jantung dan bisa berakibat fatal. Dalam dunia medis, serangan jantung disebut juga
sebagai infark miokard
4. Aritmia
Aritmia adalah masalah pada irama jantung ketika organ tersebut berdetak terlalu
cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia terjadi karena impuls elektrik yang
berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik. Jenis-jenis aritmia yang
paling umum dijumpai antara lain:
 Bradikardia. Kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat atau tidak teratur.
 Blok jantung. Kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat dan bisa
menyebabkan seseorang pingsan.
 Takikardia supraventrikular. Kondisi ketika jantung berdenyut cepat secara
tidak normal.
 Fibrilasi atrium. Kondisi ketika jantung berdetak sangat cepat, bahkan pada
saat sedang beristirahat.
 Fibrilasi ventrikel. Jenis aritmia yang dapat menyebabkan penderitanya
kehilangan kesadaran atau kematian mendadak akibat detak jantung yang terlalu
cepat dan tidak teratur

10
G. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Jantung Koroner
a. Pengkajian

1) Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Pasien pjk biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan
skala nyeri 0-10, 0 tidak nyeri dan 10 nyeri palig tinggi. Pengakajian nyeri
secara mendalam menggunakan pendekatan PQRST, meliputi prepitasi dan
penyembuh, kualitas dan kuatitas, intensitas, durasi, lokasi,
radiasi/penyebaran,onset.
3) Riwayat kesehatan lalu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien antara lain
apakah klien pernah menderita hipertensi atau diabetes millitus, infark miokard
atau penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta ditanyakan apakah
pernah MRS sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systom PQRST. Untuk
membantu klien dalam mengutamakan masalah keluannya secara lengkap. Pada
klien PJK umumnya mengalami nyeri dada.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita
penyakit jantung koroner. Riwayat penderita PJK umumnya mewarisi juga
faktor-faktor risiko lainnya, seperti abnormal kadar kolestrol, dan peningkatan
tekanan darah.
6) Riwayat psikososial
Pada klien PJK biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit
jantung koroner adalah menyangkal, takut, cemas, dan marah, ketergantungan,
depresi dan penerimaan realistis.
7) Pola aktivitas dan latihan
Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit jantung
koroner untuk menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan
aktivitas. Pasien penyakit jantung koroner mengalami penurunan kemampuan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
8) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan
klien dilanjutkan mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga diamati
apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma.
Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak
sakit.
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah
180/110 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit,
suhu 36,2 C.

11
Data Diagnosa Outcome Intervensi Rasional
Subjektif : Nyeri akut Kriteria Hasil : Manajemen nyeri Manajemen
Pasien berhubungan a. Tingkat a. Lakukan pengkajian nyeri nyeri
mengeluh dengan Kenyamanan: komprehensif yang meliputi a. Memban
nyeri dada iskemia tingkat persepsi lokasi, karakteristik, onset/durasi, meredak
jaringan positif terhadap frekuensi, kualitas, intensitas atau nyeri dad
Objektif : jantung atau kemudahan fisik beratnya nyeri dan factor dan
Skala nyeri sumbatan pada dan psikologis pencetus evaluasi
8/10 arteri b. Gali pengetahuan dan kemungk
Keringat koronaria b. Pengendalian kepercayaan pasien mengenai kemajua
dingin (domain 4 nyeri: tindakan nyeri menjadi
Pasien kelas 4 : individu untuk c. Evaluasi pengalaman nyeri angina
terlihat respon mengendalikan d. Monitor tingkat nyeri yang stabil (
kesakitan kardiovaskular nyeri dilaporkan stabil bia
Pucat /pulmonal) c. Tingkat nyeri e. Kolaborasi dengan pasien, orang berakhir
TD tinggi keparahan yang terdekat dan tim kesehatan menit
dapat di amati lainnya untuk memilih dan sementar
atau dilaporkan mengimplementasikan tindakan angina
penurun nyeri stabil
f. Ajarkan prinsip-prinsip nyeri lama
dapat be
Setelah dilakukan lebih da
perawatan selama Pemberian analgesic menit)
8 jam, pasien a. Tentukan lokasi, karakteristik,
tidak lagi kualitas dan keparahan nyeri b. Meningk
merasakan nyeri sebelum mengobati pasien. harga di
(skala nyeri 0/10) b. Cek perintah pengobatan semanga
meliputi obat, dosis, dan untuk
frekuensi obat analgetik yang berusaha
diresepkan. menerus
c. Cek adanya riwayat alergi obat
d. Tentuanpilihan obat analgesic c. Nyeri ja
(narkotik, non narkotik atau dapat
NSAID) berdasarkan tipe dan menyeba
keparahan nyeri contoh
e. Monitor tanda vital sebelum dan sering le
sesudah memberikan permuka
analgesiknarkotik pada dipersara
pemberian dosis pertama kali oleh t
atau jika ditemukan tanda-tanda saraf
yang tidak biasanya. yang
f. Berikan kebutuhan kenyamanan Mengeta
dan aktivitas lain yang dapat pengalam
membantu relaksasi untuk nyeri
memfasilitasi penurunan nyeri. rencana
g. Dokumentasikan dengan Dokter selanjutn
apakah obat, dosis, rute
pemberian atau perubahan d. Tingkat
interval dibutuhkan buat yang
rekomendasi khusus berdasarkan dilaporka

12
prinsip analgetik. adalah m
paling
untuk
mrnggam
n inte
nyeri.

e. Untuk
mengura
rasa nyer
pasien
orang
terdekatn
lebih
kooperat
dalam tin
keperawa

f. agar
mengerti
prinsip n

Pemberian
analgesic
a. Nyeri
merupak
pengalam
subyektif
harus
dijelaska
pasien.
Identifika
karakteri
nyeri, k
dan kep
nyeri
merupak
suatu
penting
sebelum
mengoba
pasien.

b. Kesalaha
pemberia
obat
berdamp
pada klie

13
c. Untuk
mengetah
adanya r
alergi
terhadap

d. Menentu
pilihan
analgesic
berdasark
tipe
keparaha
nyeri
Penggun
analgetik
berlebiha
dapat
menutup
gejala d
menyulit
deficit
neurolog
berlanjut

e. Untuk
mengetah
keadaan
sebelum
pemberia
analgesic
sesudah
pemberia

f. memberi
rasa n
pada
agar
bisa
mengura
rasa
yang
memicu

g. melakuka
konsultas
tentang
yang dih
sehingga
keluhan

14
segera te

Subjektif : Intoleran Setelah dilakukan a. Nilai tingkat aktivitas fisik dan a. Memberi
pasien aktifitas tindakan mobilitas pasien. informas
mengeluh berhubungan keperawatan dasar
sesak saat dengan dalam waktu 2x24 b. Kaji persepsi pasien tentang merumus
beraktifitas ketidakefektifa jam pasien penyebab intoleransi aktivitas. tujuan
n antara suplai menunjukkan keperawa
Objektif : dan kebutuhan peningkatan c. Nilai status kardiopulmoner awal selama
Keringat oksigen kemampuan pasien (misalnya, denyut jantung, penetapa
dingin (domain 4 dalam melakukan TD ortostatik) sebelum memulai tujuan.
ketika kelas 4 : aktivitas dengan aktivitas.
beraktifitas respon kriteria hasil : b. Faktor
Peningkata kardiovaskular TD : 120/80 d. Minta pasien melakukan aktivitas penyebab
n TTV saat /pulmonal) P : 80x/menit lebih lambat, dalam waktu yang dapat b
beraktifitas N : 20x/menit lebih lama dengan lebih banyak sementar
istirahat atau jeda, atau dengan permane
bantuan jika perlu. seperti
atau
e. Ajarkan pasien dan untuk psikolog
mengenali tanda-tanda Menentu
overaktivitas fisik atau kelelahan. penyebab
dapat
memban
membim
perawat
selama
intervens
keperawa

c. Pada
dewasa
normal,
tidak
meningk
lebih da
hingga
denyut /
di
beristirah
dengan
kegiatan
Pasien
lebih tua
rentan
terhadap
penuruna
ortostatik
BP d
perubaha

15
posisi.

d. Memban
meningk
toleransi
terhadap
aktivitas.

e. Pengetah
memprom
an kes
untuk
mencega
komplika
dari kele

Subjektif : Peurunan Setelah dilakukan a. Pertahankan posisi tempat tidur atau a. Mengura
Pasien curah jantung tindakan sandaran kursi dalam posisi nyaman kebutuha
mengeluh berhubungan keperawatan selama periode akut. oksigen
lemah, dengan selama 2x24 jam sehingga
sesak menurunnya pasien mampu b. Pantau tanda-tanda vital dan irama mengura
nafas, sulit kontraksi otot berpartisipasi jantung. beban
melakukan untuk mengurangi dan
aktivitas beban kerja c. Auskultasi bunyi napas dan suara dekompe
yang jantung dengan jantung. Dengarkan suara murmur.
berlebih. kriteria hasil : b. Takikard
TD : 120/80 d. Berikan waktu istirahat yang cukup. dapat
Objektif : P : 80x/menit Lakukan kegiatan perawatan diri, karena
TD tinggi N : 20x/menit seperti yang diindikasikan. sakit,
Denyut Tidak sesak nafas kecemas
nadi Suhu kulit tidak e. Tekankan pentingnya menghindari hipoksem
meningkat dingin mengedan, terutama saat buang air dan
Kulit besar. berkuran
dingin curah ja
Frekuensi f. Dorong untuk segera melaporkan Perubaha
pernafasan rasa sakit untuk pemberian obat yang juga
meningkat cepat sesuai indikasi. terjadi
tekanan
g. Pantau dan dokumentasikan efek atau tinggi
respon yang merugikan terhadap (hiperten
obat-obatan, catat TD, denyut atau hipo
jantung, dan irama. karena re
jantung.
h. Kaji tanda dan gejala gagal jantung. Perubaha
EKG
i. Evaluasi status mental, perhatikan mencerm
perkembangan kebingungan, disritmia
disorientasi. mengind
an kebu
j. Perhatikan warna kulit dan kehadiran untuk ev

16
dan kualitas denyutan. tambahan
intervens
k. Berikan oksigen tambahan sesuai terapeuti
indikasi.
c. S3, S4
l. Pantau tekanan oximetry atau ABGs ronki
sesuai indikasi. terjadi d
dekomp
m.Ukur curah jantung dan parameter jantung
fungsional lainnya sesuai indikasi. beberap
(terutam
beta-blo
Mening
a m
dapat
mengun
an pen
katup
nyeri
(stenosi
aorta, st
mitral)
ruptur
papiler.

d. Menghe
energi,
mengur
beban
jantung.

e. Manuve
Valsalv
menyeb
stimulas
vagal,
mengur
denyut
jantung
(bradika
yang
diikuti
rebound
tachyca
keduany
dapat
merusak
curah ja

f. Interve

17
yang
waktu
mengu
konsum
oksigen
beban
miokar
dapat
memin
an
kompli
jantung

g. Efek
diingin
adalah
mengu
kebutu
oksigen
miokar
dengan
mengu
stres
ventrik
Obat d
sifat
inotrop
negatif
menuru
perfusi
miokar
yang
iskemik
Kombi
nitrat
beta-bl
mungk
memili
efek
kumula
pada
jantung

h. Angina
hanya
merupa
gejala
patolog
yang
menye

18
n is
miokar
Penyak
dapat
memba
an
jantung
hingga
dekom
si.

i. Penuru
perfusi
dapat
mengh
n peru
yang
diamat
sensori

j. Sirkula
perifer
berkura
ketika
jantung
menuru
membe
kulit
pucat
abu-ab
(tergan
pada t
hipoks
dan
mengu
kekuat
denyut
perifer.

k. Mening
n o
yang te
untuk
penyer
miokar
untuk
mening
n
kontrak
, meng

19
iskemia
mengu
tingkat
laktat.

l. Menen
kecuku
fungsi
pernap
dan /
terapi O

m. Indeks
jantung
preload
afterloa
kontrak
, dan
jantung
dapat
secara
invasif
melalu
berbag
cara,
termasu
teknik
bioimp
i
toraks
(TEB).
Bergun
dalam
menge
i re
terhada
interve
terapeu
dan
mengid
kasi
kebutu
untuk
perawa
darurat
Catatan
Evalua
peruba
denyut
jantung

20
tekanan
darah,
curah
jantung
membu
n
pertimb
n varia
hemod
k sir
pasien.

H. Persiapan Pasien untuk PTCA dan CABG


1. PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty)
Angioplasti koroner transluminal perkutan adalah usaha untuk memperbaiki
aliran darah arteri koroner dengan memecah plak atau ateroma yang telah tertimbun
dan mengganggu aliran darah ke jantung. Kateter dengan ujung berbentuk balon
dimasukkan kedalam arteri koroner yang mengalami gangguan dan diletakkan
diantara daerah aterosklerotik. Balon kemudian dikembangkan dan dikempiskan
dengan cepat untuk memecah plak.
Kandidat untuk PTCA adalah pasien yang mempunyai lesi yang menyumbat
paling tidak 70% lumen internal arteri koroner besar sehingga banyak daerah
jantung yang beresiko mengalami iskemia. Pasien tersebut juga tidak berespon
terhadap terapi medis, dan memenuhi kriteria untuk dilakukan apabila bedah pintas
arteri koroner.
1) Persiapan pre PTCA meliputi:
a. Pasien yang menjalani kateterisasi jantung diinstruksikan untuk puasa 4-6
jam sebelum prosedur dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya aspirasi isi lambung ke saluran pernafasan bila pasien
mengalami mual dan muntah selama prosedur berlangsung.
b. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium seperti: pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,
Blood Urea Nitrogen, ureum, kreatinin, sedangkan pemeriksaan
diagnostik yang perlu dilakukan adalah treadmill, echocardiogram dan X-
ray. Kadar kalium sangat penting diperhatikan, karena apabila kadarnya
rendah akan mengakibatkan peningkatan sensitifitas dan eksitabilitas
miokard sehingga dapat meningkatkan disritmia ventrikel yang
mengancam pasien. Peningkatan kadar kreatinin serum, Blood Urea
Nitrogen atau keduanya dapat mengindikasikan masalah pada fungsi
ginjal. Fungsi ginjal yang baik sangat dibutuhkan, karena pada prosedur
ini menggunakan zat kontras radioopaque yang bersifat hiperosmotik.
Sehingga ginjal harus menfilter zat tersebut dalam darah dan
mengeluarkannya.
21
c. Pasien akan mendapatkan anestesi lokal sebelum prosedur dimulai.
Obat anestesi lokal bekerja dengan memblok saraf perifer tanpa
menimbulkan efek kehilangan kesadaran. Ada sejumlah obat anastesi
lokal yaitu novocain, lidocaine, propoxycaine, tetracaine, prilocaine and
etidocaine. Efek sampingnya adalah rasa gatal, bengkak dan kemerahan
pada kulit. Anastesi lokal pada prosedur kateterisasi jantung berfungsi
untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman pada area insersi pada saat
kateter dimasukkan.
d. Pasien dengan insufisiensi ginjal harus dilakukan hidrasi dengan baik
sebelum dan selama prosedur, karena zat kontras bersifat nefrotoksik.
e. Hidrasi yang baik dapat dicapai dengan memasang terapi intravena pada
pasien, sehingga setelah prosedur zat kontras dapat segera dikeluarkan
dari dalam tubuh.
f. Pasien harus diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
Persiapan PTCA meliputi:
 Pemeriksaan EKG 12 lead
Penyadapan EKG bertujuan untuk mengetahui adanya kelainan-
kelainan irama jantung (aritmia), infark/iskemia pada otot jantung,
pengaruh atau efek obat-obat jantung serta mengetahui adanya
gangguan elektrolit.
 Premedikasi sedatif ringan biasanya diberikan.
Lorazepam adalah obat-obatan benzodiazepine yang bekerja dalam
waktu singkat. Adapun efek instrinsik benzodiazepine yaitu
anxiolytic, sedatif/hipnotik, anticonvulsant dan muscle relaxation.
Lorazepam telah digunakan sejak tahun 1971 untuk mengatasi gejala
kecemasan dalam waktu jangka pendek. Lorazepam secara intravena
diberikan selambat-lambatnya 10 menit sebelum prosedur.
 Pasien yang mempunyai riwayat alergi terhadap iodine, seafood, atau
zat kontras sebaiknya diberikan zat kontras nonionik dan sebelum
tindakan perlu diberikan steroid, antihistamin (dipenhidramin) dan
H2 bloker (cimetidin atau ranitidin).
 Pemberian antibiotik profilaksis tidak direkomendasikan
 Perhiasan yang dapat mengganggu hasil angiogram, sebaiknya dibuka
sebelum prosedur.

2) Perawatan setelah prosedur PTCA


Setelah dilakukan pemasangan PTCA, klien dianjurkan untuk rawat
inap. Klien yang tidak mengalami komplikasi dapat pulang satu hari
setelahnya. Klien biasanya kembali ke unit dngan kanula vaskuler perifer
besar tetap terpasang. Klien dipantau dengan ketat akan adanya perdarahan.
Kanula baru dilepas bila hasil pemeriksaan bekuan darah klien telah kembali
ke 1,5 sampai 2 kali harga normal laboratorium. Umumnya klien mendapat
heparin dan nitrogliserin intravena pada beberapa waktu setelah prosedur,
untuk mencegah pembetukan bekuan dan spasme arteri. Klien biasanya sudah

22
bisa dibebaskan dari obat-obatan intravena, mampu merawat diri, dan bisa
pulang tanpa bantuan 24 jam setelah prosedur (Mutaqin, 2009).

2. Coronary Artery Bypass Grafting (CABG)


Coronary Artery Bypass Grafting merupakan salah satu penanganan intervensi
dari PJK dengan cara membuat saluran baru melewati arteri koroner yang
mengalami penyempitan atau penyumbatan. Coronary Artery Bypass Grafting
adalah operasi pintas koroner yang dilakukan untuk membuat saluran baru
melewati bagian arteri koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan.
Coronary Artery Bypass Grafting atau Operasi CABG adalah teknik yang
menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk memintas
(melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah ke jantung.
Kandidat CABG biasanya adalah pasien dengan kondisi berikut :
a. Angina yang tidak dapat dikontrol dengan terapi medis
b. Angina yang tidak stabil
c. Uji toleransi latihan positif atau sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan
PTCA.
d. Lesi arteri koroner kiri atau penyumbatan lebih dari 50%
e. Pasien yang mengalami komplikasi kegagalan PTCA
Persiapan sebelum pelaksanaan operasi CABG
1) Persiapan pasien :
a) Informed concern
b) Obat – obatan pra operasi: aspirin, nitrogliserin, nifedipin, diltiazem
c) Pemeriksaan laboratorium lengkap terutama: Hb, Hematokrit, jumlah
leukosit, kadar elektrolit, faal hemotasis, foto thorak, EGC, serta tes
fungsi paru – paru (vital capacity)
d) Persiapan darah 6 – 10 bag sesuai golongan darah pasien
e) Puasa malam10 – 2 jam
f) Cukur area pembedahan
g) Lepaskan perhiasan, kontak lensa, mata palsu, gigi palsu (identifikasi dan
simpan yang aman atau berikan keluarganya)
h) Cek benda – benda asing dalam mulut
2) Persiapan alat dan bahan penunjang operasi:
a) Bahan habis pakai (spuit, masker, jarum, benang, dll)
b) Alat penunjang kamar operasi
c) Linen set (3 set)
d) Instrument dasar (1 set dasar bedah jantung dewasa)
e) Instrumen tambahan (1 set tambahan bedah jantung)
f) Intrumen AV graft (1 set)
g) Instrument mikrocoroner (1 set)
h) Instrument kateter (1 set)

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner; (PJK); kondisi yang dimulai ketika zat kolesterol keras
(plak) terakumulasi di dalam arteri koroner. Plak dalam arterikoroner itu kemudian pecah
dan menyebabkan pembentukan gumpalan kecil, yang dapat menghambat
aliran darah ke otot jantung, memproduksi gejala dan tanda-tanda PJK yang mungkin
termasuk nyeri dada (angina), serangan jantung atau kematian mendadak karena
gangguan fatal dari irama jantung. Juga dikenal sebagai penyakit arteri koroner (PAK)

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

24
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 2, Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Bulechek G. M., dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi Keenam.
Jakarta: EGC

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor
Theather Herdman, Shigemi Komitsuru. Jakarta : EGC.

Reeves J. Charlene, dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Moorhead Sue, dkk. 2013. Nursing Outcmes Classification (NOC) Edisi Kelima. Jakarta:
EGC.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2003. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, E/6, Vol.1. Jakarta: EGC.

https://kamus.farmasi-id.com/glossary/penyakit-jantung-koroner/ (Diakses pada 14


September 2018)

Vera, M. (2016, August 2). Activity Intolerance Nursing Diagnosis. Retrieved October 18,
2018, from Nurseslabs: https://nurseslabs.com/activity-intolerance/

Vera, M. (2013, July 13). 4 Angina Pectoris (Coronary Artery Disease) Nursing Care Plans.
Retrieved October 18, 2018, from Nurseslabs: https://nurseslabs.com/4-angina-
coronary-artery-disease-nursing-care-plans/4/

25

Anda mungkin juga menyukai