Konsep Paliative Care 2020
Konsep Paliative Care 2020
(Henny Pongantung )
STIK Stella Maris Makassar
PENDAHULUAN
Kanker merupakan masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Kanker
cenderung meningkat dari waktu ke waktu. WHO (2012) memperkirakan tahun 2030 akan ada 26
juta orang akan menderita kanker dan 17 juta diantaranya diperkirakan akan meninggal. Di
Indonesia, prevalensi kanker tercatat 1,4 per 1000 peduduk (Riskesdas, 2013). Nyeri adalah keluhan
yang paling banyak dialami dan paling ditakuti oleh pasien kanker. Sekitar 40% pasien kanker
mengalami nyeri ketika didiagno-sis, sedangkan pada stadium terminal hal tersebut dirasakan oleh
70-90% pasien. Dari pasien kanker tersebut, 60% nya mengalami nyeri derajat sedang sampai berat
sehingga memerlukan opioid. Nyeri yang tidak mendapat penatalaksanaan yang baik menimbul-kan
penderitaan yang akan sangat mempengaruhi kualitas hidup.
Kondisi saat ini, hampir sebagian penyakit kanker ditemukan pada stadium lanjut, sehingga angka
kesembuhan dan angka harapan hidup pasien kanker belum seperti yang diharapkan meskipun tata
laksana kanker telah berkembang dengan pesat. Pasien dengan kondisi tersebut mengalami
penderitaan yang memerlukan pendekatan terintegrasi berbagai disipilin ilmu agar pasien tersebut
memiliki kualitas hidup yang baik dan pada akhir hayatnya mening-gal secara bermartabat. Paliatif
membantu seorang penderita kanker untuk hidup lebih nyaman sehingga memiliki kualitas hidup
yang lebih baik. Hal ini merupakan kebutuhan penting bagi kemanu-siaan terutama untuk para
penderita kanker.
Integrasi program paliatif ke dalam tata laksana kanker terpadu telah lama dianjurkan oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) seiring dengan meningkatnya jumlah pasien kanker dan angka kematian
akibat kanker. Paliatif berasal dari kata palliate yang berarti mengurangi keparahan tanpa
menghilangkan penyebab, sehingga dapat dikatakan bahwa paliatif merupakan suatu cara untuk
meringankan atau mengurangi penderitaan. Program paliatif merupakan kebu- tuhan manusiawi
dan merupakan hak azasi bagi penderita penyakit yang sulit disembuhkan atau pada stadium lanjut.
Program Paliatif merupakan bentuk layanan kesehatan yang perlu terus dikembangkan, sehingga
penatalaksanaan pasien kanker menjadi efektif dan efisien. Buku ini diharapkan mampu
memberikan pengertian tentang prinsip Program Paliatif dan sistem yang berlaku dalam
menjalankan program tersebut.
Program Paliatif dimulai sejak diagnosis kanker ditegakkan serta bila didapatkan satu atau lebih
kondisi di bawah ini :
1. Melakukan penilaian aspek fisik, psikologis, sosial dan kultural, dan spiritual.
2. Menentukan pengertian dan harapan pasien dan keluarga.
3. Menentukan tujuan perawatan pasien.
4. Memberikan informasi dan edukasi perawatan pasien.
5. Melakukan tata laksana gejala, dukungan psikologis, sosial dan kultural, dan spiritual.
6. Memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila wasiat belum dibuat,
misalnya: penghentian atau tidak memberikan pengobatan yang memperpanjang proses
menuju kematian (resusitasi, ventilator, cairan, dan lain-lain).
7. Membantu pasien dalam membuat Advanced Care Planning (wasiat atau keingingan
terakhir).
8. Pelayanan terhadap pasien dengan stadium terminal.
Tim Paliatif
Tim paliatif dibentuk berdasarkan ketersediaan sumber daya pada tempat layanan
paliatif. Dalam mencapai tujuan program paliatif pasien kanker, yaitu mengurangi penderitaan
pasien, beban keluarga, serta mencapai kualitas hidup yang lebih baik, diperlukan sebuah tim
yang bekerja secara terpadu, termasuk keluarga. Menggunakan prinsip interdisipliner
(koordinasi antar bidang ilmu dalam menentukan tujuan yang akan dicapai dan tindakan yang
akan dilakukan guna mencapai tujuan), tim paliatif secara berkala melakukan diskusi untuk
melakukan penilaian dan diagnosis bersama pasien dan keluarga untuk membuat tujuan dan
rencana Program Paliatif pasien kanker serta melakukan monitoring dan evaluasi.
Kepemimpinan yang kuat dan manajemen program secara keseluruhan harus
memastikan bahwa manajer lokal dan penyedia layanan kesehatan bekerja sebagai tim
interdisiplin dalam sistem kesehatan dan berkoordinasi erat dengan tokoh masyarakat dan
organisasi yang terlibat dalam program ini untuk mencapai tujuan bersama. *) Tidak berlaku
pada pasien kanker anak.
A. Dokter
1) Dokter umum: Dokter umum memiliki peranan penting terutama pada perawatan pasien
terminal di tingkat layanan primer (di puskesmas dan di rumah pasien) sehingga tata laksana
gejala fisik dan kebutuhan psikososial dan spiritual dapat berjalan baik.
3) Dokter Spesialis
B. Perawat Paliatif
a. Menyiapkan pelaksanaan program paliatif, baik rawat jalan, rawat inap atau rawat
rumah.
b. Menyiapkan peralatan medis yang diperlukan.
c. Mendistribusikan dan menghubungi tenaga pelaksana kepada anggota tim atau ke
unit layanan lain.
d. Menyusun jadwal kunjungan dan tenaga paliatif yang diperlukan.
e. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program paliatif.
3) Perawat Homecare:
a. Melakukan atau membantu pasien melakukan perawatan diri dan kegiatan sehari
hari (memandikan, memberi makan, beraktifitas sesuai kemampuan pasien, dll)
b. Memberikan obat dan tindakan keperawatan sesuai anjuran dokter
c. Melaporkan kondisi pasien kepada perawat
d. Mengidentifikasi dan melaporkan gejala fisik dan gejala lain kepada perawat
C. Apoteker
Terapi obat merupakan komponen utama dari penatalak- sanaan gejala dalam pelayanan paliatif.
Apoteker memastikan bahwa pasien dan keluarga memiliki akses penting terhadap obat-obatan
untuk pelayanan paliatif. Keahlian apoteker dibutuhkan untuk memberikan informasi yang tepat
mengenai dosis, cara pemberian, efek samping dan interaksi obat-obatan kanker, morfin dan anti
nyeri lainnya yang diberikan kepada pasien untuk menjalani terapi paliatifnya.
D . Pekerja sosial
Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah pribadi dan sosial akibat
kanker, dan kecacatan, serta memberikan dukungan emosional selama perjalanan penyakit dan
proses berkabung.
F. Psikolog
1) Menerima permintaan penanganan psikologi
2) Menganalisa dan menegakkan diagnosa gangguan psikologi
3) Melakukan pendekatan psikologi sesuai kebutuhan pasien dan keluarga
4) Melakukan evaluasi pendekatan yang telah diberikan
5) berkoordinasi dengan anggota tim paliatif
G. Rohaniawan
H. Terapis
1) Melakukan program rehabilitasi medis sesuai anjuran dokter spesialis rehabilitasi medik.
2) Berkoordinasi dengan dokter spesialis rehabilitasi medik dan anggota tim paliatif lainnya,
mengatasi keterbatasan fisik untuk melakukan kegiatan sehari – hari sesuai kemampuan
pasien dan mengatasi gejala fisik yang timbul akibat penyakit dan terapi kanker yang
dijalankan.
G. Relawan
Peran relawan dalam tim perawatan paliatif bervariasi sesuai dengan keperluan. Relawan
dapat terlibat dalam perawatan di rumah sakit, atau di rumah. Relawan berasal dari semua
sektor masyarakat, diharapkan menjembatani antara institusi layanan kesehatan dan pasien.
Dengan pelatihan dan dukungan yang tepat, relawan dapat memberikan pelayanan langsung
kepada pasien dan keluarga, membantu tugas-tugas administratif, atau bahkan bekerja
sebagai konselor. Selain itu, dapat berperan membantu meningkatkan kesadaran,
memberikan pendidikan kesehatan, menggalang bantuan dana, membantu rehabilitasi, atau
bahkan memberikan beberapa jenis perawatan medis.
a. RumahSakit
1) Pasien dengan gejala dan tanda yang belum teratasi. Pasien stadium terminal dan
keluarga pasien menghen- daki perawatan di rumah sakit.Pasien kanker yang
memerlukan tindakan medis seperti pungsi peritoneum, pungsi pleura dll.
2) Pasien yang memerlukan perawatan respite karena keluarga tidak sanggup (kelelahan)
melakukan perawatan di rumah dalam jangka waktu tertentu (1-3 hari).
3) Pasien dengan krisis psikososial yang harus segera ditangani.Pasien yang dirujuk untuk
persiapan perawatan di rumah.
4) MasyarakatProgram Paliatif di masyarakat dilaksanakan dalam supervisi puskesmas dan
atau rumah sakit.
Praktik keperawatan profesional didasarkan pada filosofi bahwa keperawatan bersifat interpersonal
dan holistik. Ini menyiratkan bahwa perawat menggunakan hubungan perawat-pasien sebagai
landasan untuk mengatasi kebutuhan fisiologis, emosional, psikososial, spiritual, dan praktis pasien.
Pencapaian hubungan perawat-pasien yang efektif melibatkan sikap dan perilaku penting tertentu
pada pihak perawat. Sikap dan perilaku ini memungkinkan perawat berempati dengan pasien dan
menjadi peka terhadap kebutuhan pasien tanpa menjadi terlalu terikat dalam situasi pasien.
Peran perawat dalam perawatan paliatif mencakup banyak dimensi yang saling terkait.
Dimensi-dimensi ini meliputi: penilaian; menemukan makna; memberdayakan; menghubungkan;
lakukan untuk; dan menjaga integritas diri dan orang lain (Davies & Oberle, 1990, seperti dikutip
dalam CHPCA, 2002).
Sementara beberapa dimensi ini lebih berorientasi pada tugas, yang lain sebagian besar adalah sikap
dan mencerminkan sifat interpersonal dan holistik keperawatan. Mereka menyiratkan bahwa
perawat sebagai profesional tidak dapat dipisahkan dari perawat sebagai pribadi, jika hubungan
perawat-pasien terapeutik ingin dicapai.
Inti dari ini adalah dimensi Value (nilai) Berikut ini uraian dimensi peran perawat:
a. Manusia memiliki Nilai bahwa perawat memiliki keyakinan dasar pada nilai yang melekat
pada semua manusia, terlepas dari karakteristik khusus dari setiap individu. Memiliki Nilai
kemanusian, artinya perawat untuk dapat terus menghormati/menghargai dan memberikan
pelayanan/perawatan kepada pasien, bahkan dalam kondisi yang merugikan (Davies &
Oberle, 1990).
b. Menemukan makna berarti bahwa perawat dapat membantu pasien untuk menemukan
makna dalam situasi mereka. Ini termasuk membantu pasien untuk fokus pada kehidupan
sampai mereka mati, membantu mereka untuk membuat yang terbaik dari situasi mereka,
menawarkan harapan, mendorong refleksi pada kehidupan mereka, membantu mereka
untuk memenuhi kebutuhan spiritual, dan mengakui kematian dengan berbicara secara
terbuka tentang kematian ketika pasien dan keluarga siap untuk diajak berdiskusi (Davies &
Oberle, 1990).
c. Empowerment yaitu melibatkan pasien dan keluarga dalam kegiatan keperawatan,
memfasilitasi kebutuhan pasien dan keluarga, memberi motivasi ketika pasien putus asa,
menurunkan beban pikiran dan emosi yang yang berlebihan, memperbaiki, dan memberikan
informasi tentang perawatan dan pengobatan serta kemungkinan kondisi penyakit saat ini.
d. Memfasilitasi /membangun kekuatan pasien dan keluarga. Perawat memfasilitasi dengan
melibatkan pasien dan keluarga dalam strategi perencanaan, menawarkan saran,
menjelaskan opsi, dan memberikan informasi. Melalui tindakan ini perawat menunjukkan
rasa hormat terhadap hak dan kemampuan pasien dan keluarga untuk membuat keputusan.
Perawat juga mengakui keterbatasan dan membantu mereka bekerja menuju hasil yang
lebih positif.
e. Memberi motivasi adalah ketika perawat mengakui kemampuan pasien dan keluarga,
mendukung pilihan, dan mendorong pasien dan keluarga untuk melakukan apa yang mereka
pilih. Meredakan adalah membantu pasien atau keluarga untuk mengatasi perasaan negatif
mereka dan memberi mereka izin untuk mengungkapkannya. Dengan mendengarkan secara
terbuka dan tidak bertindak defensif, perawat memungkinkan orang tersebut untuk
melampiaskan amarah mereka.
f. Fasilitator berarti perawat membantu memfasilitasi penyembuhan di antara anggota
keluarga dengan menafsirkan perilaku dan memungkinkan individu untuk melihat sudut
pandang satu sama lain. Memberi informasi berkaitan dengan pengajaran perawat dan
menjelaskan tentang obat-obatan, perubahan, dan rasa sakit dan gejala lainnya. Ini
memperkuat kapasitas pasien dan keluarga untuk mengelola sendiri (Davies & Oberle, 1990).
g. Menghubungkan mengacu pada perawat yang melakukan kontak dengan pasien dan
menjalin hubungan terapeutik. Ini melibatkan perkenalan, membangun kredensial,
menjelaskan peran, mengumpulkan informasi dasar, dan menjelaskan bagaimana
menghubungi perawat (Davies & Oberle, 1990).
h. Melakukan untuk difokuskan pada perawatan fisik pasien. Ini melibatkan mengendalikan rasa
sakit dan gejala, membuat pengaturan seperti perencanaan pemulangan dan membantu
keluarga untuk mengakses peralatan, dan membantu dengan perawatan langsung.
Kolaborasi tim juga merupakan komponen untuk melakukannya. Kolaborasi tim melibatkan
negosiasi sistem atas nama pasien dan keluarga, konsultasi dengan anggota tim lain, berbagi
informasi, berfungsi sebagai penghubung antara berbagai lembaga dan program, mediasi
atas nama keluarga dan sering menjelaskan, mendorong dan memohon untuk kepentingan
pasien dan keluarga (Davies & Oberle, 1990).
Kompetensi Umum
4. Praktik sesuai dengan Kode Etik dan Standar untuk Praktik Keperawatan.
5. Menunjukkan niat dalam praktik, Niat didefinisikan sebagai kesamaan antara pengetahuan, nilai-
nilai, dan keyakinan yang dianut dan yang digunakan dalam praktik (Doannedan Varcoe, 2005).
6. Menjalin hubungan dengan keluarga dan pasien (Doane & Varcoe, 2005).
7. Memanfaatkan praktik berbasis bukti (hasil penelitian), sebagai pendekatan untuk pengambilan
keputusan dokter menggunakan bukti terbaik yang tersedia, dalam konsultasi dengan pasien dan
keluarga untuk memutuskan tindakan mana yang paling tepat.
9. Perawat sebagai advokasi didefinisikan sebagai: “proses di mana perawat, yang mengetahui
konteks sosial-politik, bertindak atas nama pasien atau profesi keperawatan untuk memastikan
perawatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan standar praktik profesional. Keterampilan
advokasi termasuk mediasi, koordinasi, klarifikasi, menyelesaikan konflik, dan membantu pasien
untuk mendapatkan, menafsirkan, dan memanfaatkan informasi perawatan kesehatan. "(Beth-El
College of Nursing & Health Sciences ,2001)
Kompetensi Spesifik
1. Memiliki kesadaran diri akan prilaku, kepercayaan, dan nilai-nilai pribadi tentang kematian . Ini
termasuk kepedulian diri, memahami kebutuhan sendiri, mengembangkan dukungan sendiri dan
kemampuan pengetahuan, bersikap terbuka untuk belajar, dan mengetahui bagaimana menghadapi
penderitaan.
2. Menunjukkan keterampilan dalam melakukan penilaian individu dan keluarga secara menyeluruh,
tidak terbatas pada rasa sakit, dispnea, mual, muntah, dan gejala lainnya. Tetapi perlu juga mengkaji
masalah psikososial, emosional, dan spiritual yang relevan dengan situasi paliatif dan kondisi
menjelang ajal.
4. Memiliki keterampilan komunikasi yang diperlukan dan kemampuan untuk terlibat dalam
menjelang ajal, pengambilan keputusan dan perencanaan, dan menegosiasikan model perawatan
secara berkelanjutan sementara menghormati klien dan tetap terbuka terhadap potensi perubahan.
5. Memiliki pengetahuan tentang masalah budaya dan spiritual yang berdampak pada perawatan
menjelang ajal/ terminal dan kemampuan untuk mengenali dan merasakan dengan orang-orang
yang pengalamani penderitaan.
6. Menunjukkan kemampuan untuk menilai dan memperhatikan psikososial individu / keluarga dan
masalah-masalah praktis seperti perencanaan pemulangan kematian di rumah, pengaturan
pemakaman,dan merencanakan hidup tanpa orang yang mereka cintai.
7. Memiliki dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan etika yang tepat dalam bertindak yang
terbaik minat pasien dan keluarga sambil mengakui dan memperhatikan moral seseorang kesusahan
dan dilema sehubungan dengan pengambilan keputusan akhir kehidupan.
8. Mengenali dan merespons kebutuhan akhir hidup yang unik dari populasi khusus (masyarakat)
membantu mereka untuk mewujudkan kualitas hidup yang optimal, yaitu orangtua lanjut usia, anak-
anak, mereka yang memiliki gangguan kognitif, mereka yang di daerah pedesaan dan terpencil,
mereka yang menderita penyakit kronis, penyakit mental dan kecanduan, dan populasi unik dan
terpinggirkan lainnya.
9. Menunjukkan pengetahuan tentang kesedihan dan berkabung dan kemampuan untuk mendukung
mereka.
10. Peragakan diri sendiri sambil mendukung orang lain dalam kesedihan dan kepedihan mereka.
Belas kasih yang nyata membangkitkan semangat dan berkontribusi pada pertumbuhan pribadi;
kesedihan yang tidak terselesaikan menyebabkan rasa sakit, yang dapat menyebabkan kelelahan.
Perawat mengakui keterbatasannya, dan masalah yang dapat menyebabkan kelelahan emosional.
11. Menentukan rangkaian lengkap dan kontinum layanan perawatan paliatif dan akhir ajal dan
menyaiapkan pasien untuk mennerima kondisi ajal (mis. Perawatan di rumah). Memfasilitasi akses
ke perawatan paliatif dan akhir hidup yang tepat waktu, komprehensif, berkualitas tinggi di setiap
proses menjelang ajal.
12. Memiliki kemampuan untuk: mendidik dan membimbing pasien dan anggota keluarga tentang
kebutuhan perawatan akhir hidup, mengidentifikasi kebutuhan untuk istirahat bagi anggota
keluarga, dan dengan aman dan tepat mendelegasikan perawatan kepada pengasuh lain (misalnya
pekerja perawatan pribadi) (CHPCA, 2006).