Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

1
BAB II

PEMBAHASAN

Fraktur

A. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan
yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung. Dimana trauma langsung
menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke
daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini
biasanya jaringan lunak tetap utuh (Sjamsuhidajat, 2005).
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan
dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri
sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. luka pada kulit dapat berupa
tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau dari luar oleh
karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung (chairuddin
rasjad,2008).
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang
memerlukan penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi.
selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan
restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal yang penting untuk dilakukan
dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan
dengan segera, secara hati-hati, debrideman yang berulang-ulang,
stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang dini serta
pemberian antibiotik yang adekuat (chairuddin rasjad,2008).
Patah tulang terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang
yang bersangkutan sedang atau pernah berhubungan dunia luar (PDT
ortopedi,2008)
B. Anatomi & Fisiologi
a) Histologi Tulang
Secara histologinya, pertumbuhan tulang dibagi
dalam 2 jenis (Arif Musstaqin, 2008) yaitu :
1. Tulang imatur, terbentuk pada
perkembangan embrional dan tidak terlihat
lagi pada usia satu tahun. Tulang imatur
mengandung jaringan kolagen.

2
2. Tulang matur, ada 2 jenis yaitu tulang
kortikal dan tulang trabekular.

b) Komponen penyusun tulang

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun


atas tiga jenis sel :
1) Osteoblas membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid
melalui suatu proses yang disebut osifikasi
ketika sedang aktif menghasilkan jaringan
osteoid, osteoblas menyekresi sejumlah
besar fosfatase alkali yang memegang
peranan penting dalam mengendapkan
kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Sebagai fosfatase dari alkali akan memasuki
aliran darah sehingga kadar fosfatase alkali
dalam darah dapat menjadi indicator yang
baik tentang tingkat pembentukan tulang
setelah mengalami patah tulang.
2) Osteosit adalah sel tulang dewasa yang
bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang
padat.
3) Osteoklas adalah sel besar yang berinti
banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang diabsorpsi. Tidak seperti
osteoblast dan osteosit, osteoklas mengikis
tulang. Sel ini menghasilkan proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam
yang melarutkan mineral tulang sehingga
kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran
darah (Arif Musstaqin, 2008).
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang
lebih 25% berat badan dan otot menyusun kurang lebih
50%.Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap
organ vital, termasuk otak, jantung dan paru.Kerangka
tulang meruoakan kerangka yang kuat untuk menyangga
struktur tubuh. Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat
dalam tulang, sumsum tulang merah yang terletak dalam

3
rongga tulang menghasilkan sel darah merah dan putih
dalam proses yang dinamakan hematopoiesis. Kontraksi
otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan
maupun produksi panas untuk mempertahankan
temperature tubuh (Brunner & Suddarth, 2002).
c) Fungsi utama tulang
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik
dan mempunyai fungsi utama yaitu :
1. Membentuk rangka tubuh
2. Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi
dan mempertahankan alat-alat dalam (seperti
otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan
paru-paru).
4. Sebagai tempat mengatur dan deposit
kalsium, fosfat, magnesium, dan garam.
5. Ruang ditengah tulang tertentu sebagai
organ yang mempunyai fungsi tambahan
lain, yaitu sebagai jaringan hemopoletik
untuk memproduksi sel darah merah, sel
darah putih, dan trombosit.
C. Etiologi
Menurut Appley & Solomon (1995) yang dapat menyebabkan
fraktur adalah sebagai berikut:
1. Cedera Traumatik.
Cedera traumatic dapat disebabkan oleh:
a) Cedera langsung, berartipukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan.
b) Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada
jauh dari lokasi benturan.
c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
dari otot yang kuat.
2. Fraktur patologik, dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses
penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan
fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut:
a) Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan
baru yang tidak terkendali dan progresif.
b) Infeksi seperti osteomyelitis: dapat terjadi sebagai akibat
infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses
yang progresif, lambat dan sakit.

4
c) Rakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh
defisiensi vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan
skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorpsi vitamin
D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas
dikemiliteran.
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.Setelah
terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam konteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medula tulang.Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah.Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang .
E. Manifestasi Klinis
a) Deformitas.
Deformitas (perubahan bentuk atau struktur) yaitu akibat adanya
pergeseran fragmen tulang.
b) Bengkak/edema.
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstrafaksasi darah
dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
c) Echimosis (memar).
Dari perdarahan subculaneous.

d) Spasme otot.

Spasme involunters dekat fraktur.

e) Nyeri.

Mungkin disebabkan leh spasme otot berpindah tulang dari


tempatnya dan kerusakan stuktur di daerah yang berdekatan.

f) Kurang/ hilang sensasi.

Mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/ perdarahan.

5
g) Krepitasi.

Pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik


tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu
dengan lainnya.

h) Pergerakan abnormal.

Pergerakan abnormal terjadi karena pergeseran fragmen tulang.

F. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifkasi penyebab, jenis,
klinis, dan radiologis.
1) Klasifikasi penyebab
a) Fraktur traumatik
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang
dengan kekuatan yang besar.Tulang tidak mampu menahan
trauma tersebut sehingga terjadi fraktur.
b) Fraktur patologis
Disebabkan oleh kelemahann tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi
pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah karena
tumor atau proses patologis lainnya. Tulag sering kali
mnunjukkan penurunan densitas.Penyebab yang paling
sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor, baik
primer maupun metastasis.
c) Fraktur stress
Disebabkan oleh trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu.

2) Klasifikasi jenis

Berbagai jenis fraktur adalah sebagai berikut:

a) Fraktur terbuka

b) Fraktur tertutup

c) Fraktur kompresi

d) Fraktur stress

e) Fraktur avulsi

f) Greenstick Fracture (fraktur lentuk atau salah satu tulang


patah sedang sisi lainnya membengkok).

6
g) Fraktur transversal

h) Fraktur komunitif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen)

i) Fraktor impaksi (sebagian fragmen tulang masuk ke dalam


tulang lainnya).

3) Klasifikasi klinis

Manifestasi dari kelainan akibat trauma pada tulang bervariasi.


Klinis yang didapatkan akan memberikan gambaran pada kelainan
tulang. Seara umum keadaan patah tulang secara klinis dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

a Fraktur tertutup (close fracture)

Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus


oleh fragmen tulang sehinga lokasi fraktur tidak tercemar
oleh lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan
dunia luar.

b Fraktur terbuka (open fracture)

Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan


dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan
lunak, dapat berbentuk dari dalam (from within) atau dari
luar (from without).

c Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai


dengan komplikasi misalnya mal union, delayed union, no
union, serta infeksi tulang.

4) Klasifikasi radiologis

Klasifikasi fraktur berdasarkan penilaian radiologis yaitu penilaian


lokalisasi/letak fraktur, meliputi: diafisial, metafisial, intraartikular,
dan fraktur dengan dislokasi. Estimasi penilaian pada konfigurasi
atau sudut patah dari suatu fraktur dapat dibedakan sesuai dengan
table di bawah ini:

7
Jenis Deskripsi
Fraktur transversal Faktor tranversal adalah fraktur yang garis
patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang. Pda fraktur semacam ini,
segmen-segmen tulang yang patah
direposisi atau direduksi kembali ke
tempatnya semula, maka segmen-segmen
itu akan stabil, dan biasanya dikontrol
dengan bidai gips.
Fraktur kominutif Fraktur kuminutif adalah serpihan-
serpihan atau terputusnya keutuhan
jaringan di mana terdapat lebih dari dua
fragmen tulang.
Fraktur oblik Fraktur oblik adalah fraktur yang garis
patahnya membentuk sudut terhadap
tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit
diperbaiki.
Fraktur segmental Fraktur segmental adalah 2 fraktur
berdekatan pada satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral
dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini
sulit ditangani. Biasanya, satu ujung yang
tidak memiliki pembuluh darah akan sulit
sembuh dan mungkin memerlukan
pengobatan secara bedah.
Fraktur impaksi Fraktur impaksi atau fraktur kompresi.
Faktur kompresi terjadi ketika 2 tulang
menumbuk tulang yang berada
diantaranya, seperi satu vertebra dengan 2
vertebra lainnya (sering disebut dengan
brust fracture). Fraktur pada korpus
vertebra ini dapat didiagnosis dengan

8
radiogram. Pandangan lateral dari tulang
punggung menunjukkan pengurangan
tinggi vertical dan sedikit membentuk
sudut pada satu atau beberapa vertebra.
Fraktur spiral Fraktur spiral timbul akibat torsi pada
ekstremitas. Fraktur-fraktur ini khas pada
cedera terputar sampai tulang patah. Yang
menarik adalah baha jenis fraktur rendah
energy ini hanya menimbulkan sedikit
kerusakan jaringan lunak dan cemderung
cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi

9
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran
tiga dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka
diperlukan dua proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam
keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada
indikasi untuk memperlihatkan patologi yang dicari karena adanya
superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas
dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya
dibaca sesuai dengan permintaan.
Hal yang harus dibaca pada x-ray adalah sebagai beikut :
a) Bayangan jaringan lunak
b) Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum
atau biomekanik atau juga rotasi
c) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction
d) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi
Selain foto polos x-ray , mungkin perlu teknik lain khususnya
seperti :
a) Tomografi : menggambarkan tidak satu sruktur saja tapi
sruktur yang lain yang tertutup yang sulit divisualisasi.
Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang
kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada
struktur lain juga yang mengalaminya.
b) Myelografi : menggambarkan cabang-cabang saraf spinal
dan pembuluh darah diruang tulang vertebrae yang
mengalami kerusakan akibat trauma.
c) Computed Tomografi-Scanning : menggambarkan
potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan
suatu struktur tulang yang rusak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a) Kalsium serum dan fostor serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang
b) Alkalin fostat meningkat pada kerusakan tulang dan
menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk
tulang
c) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase
(LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase
yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang
3. Pemeriksaan Lain-lain
a) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensivitas :
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi
b) Biopsi tulang dan otot : pada intinya pemeriksaan ini sama
dengan periksaan diatas tapi lebih diindikasikan bila terjadi
infeksi
c) Elektromyografi : terdapat kerusakan konduksi saraf yang
diakibatkan fraktur

10
d) Arthroscopy : didapatkan jaringan ikat yang rusak atau
sobek karena trauma yang berlebihan
e) Indium Imaging : pada pemeriksaan ini didapatkan adanya
infeksi pada tulang
f) MRI : menggambarkan semua kerusakan tulang akibat
fraktur.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan fraktur adalah sebagai berikut :
a. Terapi non farmakologi, terdiri dari :
1) Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan
baik. Mobilisasi saja tanpa reposisi,
misalnya pemasangan gips pada fraktur
inkomplet dan fraktur tanpa kedudukan baik.
2) Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips.
Reposisi dapat dalam anestesi umum atau
lokal.
3) Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.
b. Terapi farmakologi, terdiri dari :
1) Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.
2) Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti
interial.
Terapi ini dengan reposisi anatomi
diikuti dengan fiksasi internal. Tindakan
pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat
mungkin, penundaan waktu dapat
mengakibatkan komplikasi. Waktu yang
optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam
berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) /
tetanus hama globidin. Berikan antibiotik
untuk kuman gram positif dan negatif
dengan dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan
kultur dan resistensi kuman dari dasar luka
fraktur terbuka.
I. Penyembuhan Fraktur
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.
Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah
dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang.
Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada 5 stadium
penyembuhan luka yaitu:
1) Stadium 1 pembentukan hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma
disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin
guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat
tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini
berlangsung 24-48 jam dan perdarahan berhenti sama
sekali.

11
2) Stadium 2 proliferasi seluler
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi
sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,
endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami
trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk
ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast
beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam
beberapa hari terbentuklah tulang baru yang
menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini
berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai,
tergantung frakturnya.
3) Stadium 3 pemebentukan kallus
Sel-sel berkembang memiliki potensi yang
kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang
tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga
kartilago.Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan
osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan
mengabsorpsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang
tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk
kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal.
Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang) menjadi
lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang
pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4) Stadium 4 konsolidasi
Bila aktivitas osteoklast dan osteoblast berlanjut,
anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini
sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast
menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat
dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa
diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah
proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan
sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
5) Stadium 5 remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suau manset tulang
yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan
kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan
pembentukan tulang yang terus menerus. Lamellae yang
lebih tebal diletakkan pada tempat yang tekanannya lebih
tinggi dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga
sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang
mirip dengan normalnya.

12
J. Komplikasi
Secara umum komplikasi fraktur terdiri atas komplikasi awal dan
komplikasi lama.
1. Komplikasi Awal
a Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi.Hal ini biasanya
terjadi pada fraktur.Pada beberapa kondisi tertentu, syok
neurogenik sering terjadi pada fraktur femur karena rasa
sakit yang hebat pada pasien.
b Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh tidak
adanya nadi , CRT menurun, sianosis bagian distal,
hematoma yang lebar, serta dingin pada ekstermitas yang
disebabkan oleh tindakan emergensi pembid aian,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
c Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut akibat suatu pembengkakan dari edema atau
perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah.Kondisi kompartemen akibat komplikasi fraktur
hanya terjadi pada fraktur yang dekat dengan persendian
dan jarang terjadi pada bagian tengah tulang. Tanda khas
untuk sindrom kompartemen adalah 5P yaitu :Pain (nyeri
lokal), Paralysis (kelumpuhan tungkai), Pallor (pucat
bagian distal), Parestesia (tidak ada sensasi) dan
Pulsesesness (tidak ada denyut nadi,perubahan nadi, perfusi
yang tidak baik, dan CRT >3 detik pada bagian distal kaki).

13
d Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan.Pada trauma ortopedik infeksi dimulai pada kulit
(superfisisal) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi
pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin
(ORIF dan OREF) atau plat.
e Avaskular nekrosis
Avaskular nekrosis (AVN) terjadi karena aliran drah ke
tulang rusak atau terganggu Yng bisa menyebabkan
nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s
Ischemia.
f Sindrom emboli lemak
Sindrom emboli lemak adalah komplikasi yang serius yang
sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang.Sindrom
emboli lemak terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan
sumsum tulang kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang
ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi,
takipnea, dan demam.
2. Komplikasi Lama
a) Delayed union
Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk sembuh atau
tersambung dengan baik.Ini disebabkan karena penurunan
suplai darah ke tulang. Delayed union adalah fraktur yang
tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan
untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota
gerak bawah).
b) Non-union
Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam
waktu antara 6-8 bulan dan tidak terjadi konsolidasi
sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu).
Psedoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga
terjadi bersama infeksi yang disebut sebagai infected
pseudoarthrosis.
c) Mal-union
Mal-union adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada
saatnya, tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi,
varu/valgus, pemendekan, atau menyilang, misalnya pada
fraktur radius-ulna.

K. Pengkajian
1. 11 pola gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Data subjektif : -

14
Data objektif : Tampak deformitas panggul dan fragmen
tulang
b. Pola nutrisi dan metabolik
Data subjektif : -
Data objektif : Tampak pucat
c. Pola eliminasi
Data subjektif : konstipasi
Data objektif : kaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau
d. Pola aktivitas dan latihan
Data subjektif : keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian
yang terkena
Data objektif : imobilisasi, edema
e. Pola tidur dan istirahat
Data subjektif : -
Data objektif : ekspresi wajah meringis, nyeri
f. Pola persepsi kognitif
Data subjektif : -
Data objektif : spasme otot, kelemahan
g. Pola persepsi dan konsep diri
Data subjektif : akibat fraktur, rasa ketidak mampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal
Data objektif : rasa cemas
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Data subjektif : -
Data objektif : hambatan dalam berinteraksi
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Data subjektif : -
Data objektif : keterbatasan gerak
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Data subjektif : timbulnya rasa cemas
Data objektif : kecemasan
k. Pola sistem nilai kepercayaan
Data subjektif : -
Data objektif : -
L. Diagnosa Keperawatan
I. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kurang pengetahuan terhadap faktor pemberat
II. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang perlindungan integritas jaringan
III. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
IV. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi diri
V. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko kurang
pengetahuan untuk menghindari pajanan patogen
VI. Ketidak efektifan pola nafas berhungan dengan gangguan
muskuloskeletal

15
M. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA NOC NIC


Ketidakefektifa Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan:
n perfusi keperawatan 3 × 24 jam, a. Monitor status
jaringan perifer diharapkan perfusi jaringan hidrasi (misalnya,
b/d kurang perifer: membran mukosa
pengetahuan a. Pengisian kapiler lembab, denyut
terhadap faktor jari nadi adekuat, dan
pemberat b. Pengisian kapiler tekanan darah
jari kaki ortostatik)
c. Suhu kulit ujung b. Monitor status
kaki dan tangan hemodinamik,
d. Kekuatan denyut termasuk CVP,
nadi karotis (kanan) MAP, PAP dan
PCWP, jika ada
c. Monitor tanda-
tanda vital pasien
d. Berikan terapi IV,
seperti yang
ditentukan
e. Monitor reaksi
pasien terhadap
terapi elektrolit
yang diberikan
f. Konsultasi dengan
dokter jika tanda-
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan menetap
atau memburuk

16
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan luka
integritas kulit keperawatan 3 × 24 jam, Definisi: pencegahan
b/d kurang diharapkan integritas komplikasi luka dan
pengetahuan jaringan kulit dan membran peningkatan
tentang mukosa: penyembuhan luka
perlindungan a. Suhu kulit a. Monitor
integritas b. Sensasi karakteristik luka,
jaringan c. hidrasi termasuk drainase,
d. Integritas kulit warna, ukuran, dan
bau
b. Posisikan untuk
menghindari
menempatkan
ketegangan pada
luka, dengan tepat
c. Oleskan saleb yang
sesuai dengan
kulit/lesi
d. Berikan balutan
yang sesuai dengan
jenis luka
e. Anjurkan pasien
dan keluarga untuk
mengenal tanda
dan gejala infeksi
2. Manajeman nutrisi
Definisi: menyediakan
dan meningkatkan
intake nutrisi
seimbang.
a. Identifikasi

17
(adanya) alergi
atau intoleransi
makanan yang
dimiliki pasien
b. Berikan pilihan
makanan sambil
menawarkan
bimbingan
terhadap pilihan
(makanan) yang
lebih sehat, jika
diperlukan
c. Anjurkan pasien
untuk duduk pada
posisi tegak di
kursi, jika
memungkinkan
d. Berikan obat-
obatan sebelum
makan (misalnya,
pengilang rasa
sakit, antiemetik),
jika diperlukan
e. Monitor
kecenderungan
terjadinya
penurunan dan
kenaikan berat
badan
Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Pengaturan posisi:
mobilitas fisik keperawatan 3 × 24 jam, kursi roda

18
b/d gangguan diharapkan hambatan Definisi: pengaturan
muskuloskeleta mobilitas fisik teratasi posisi pasien dengan
l dengan kriteria outcome: tepat pada kursi roda
1. Ambulasi: kursi roda: untuk meningkatkan
a. Berpindah ke dan kenyamana,
dari kursi roda meningkatkan
b. Menjalankan kursi integritas kulit dan
roda dengan aman mendorong
c. Menjalankan kursi kemandirian.
roda dalam jarak a. Pilih kursi roda
dekat yang sesuai untuk
d. Menjalankan kursi pasien (misalnya,
roda dalam jarak standar dewasa,
sedang setengah
e. Menjalankan kursi berbaring,
roda damalam jarak berbaring penuh,
jauh diamputasi, ekstra
lebar, dalam)
b. Gunakan (prinsip
penggunaan)
mekanik tubuh
yang tepat ketika
memposisikan
pasien
c. Monitor efek dari
duduk yang terlalu
lama (misalnya,
dekubitus, robekan
kulit, memar,
kontraktur,
ketidaknyamanan,

19
inko tenensia,
isolasi sosial, jatuh
d. Berikan modifikasi
atau peralatan pada
kursi roda untuk
memperbaiki
masalah pasien
atau kelemahan
otot
e. Instruksikan pasien
mengenai
bagaimana cara
berpindah dari
tempat tidur ke
kursi roda,
berdasarkan status
kesehatan
Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan 1. Peningkatan citra
tubuh b/d keperawatan 3 × 24 jam, tubuh
perubahan diharapkan: Definisi:
persepsi diri 1. Adaptasi terhadap meningkatkan persepsi
disabilitas fisik dan sikap pasien baik
a. Menyampaikan yang disadari maupun
secara lisan tidak disadari terhadap
kemampuan untuk tubuhnya.
menyesusaikan a. Tentukan harapan
terhada disabilitas citra diri pasien
b. Beradaptasi didasarkan pada
terhadap tahap
keterbatasan secara perkembangan
fungsional b. Bantu pasien untuk

20
c. Mengidentifikasi mendiskusikan
cara-cara untuk perubahan-
beradaptasi dengan perubahan (bagian
perubahan hidup tubuh) disebabkan
d. Menerima adanya penyakit
kebutuhan akan atau pembedahan,
bantuan fisik dnegan cara yang
tepat
c. Monitor frkuensi
dari pernyataan
mengkritisi diri
d. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
tindakan-tindakan
yang akan
meningkatkan
penampilan
e. Fasilitasi kontak
dengan individu
yang mengalami
perubahan yang
sama dalam hal
citra tubuh
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kontrol infeksi
b/d faktor 3 × 24 jam diharapkan Definisi:
resiko kurang keparahan infeksi dapat meminimalkan
pengetahuan teratasi dengan kriteria penerimaan dan
untuk outcome: transmisi agen infeksi.
menghindari 1. Kontrol resiko: proses a. Batasi jumlah
pajanan infeksi pengunjung
patogen a. Mencari informasi b. Pastikan teknik

21
terkait kontrol perawatan luka
infeksi yang tepat
b. Mengidentifikasi c. Tingkat intake
faktor resiko infeksi nutrisi yang tepat
c. Mengenali faktor d. Berikan terapi
resiko individu antibiotik yang
terkait infeksi sesuai
d. Mengidentifikasi e. Dorong pasien
resiko indeksi untuk beristirahat
dalam aktivitas f. Ajarkan dan
sehari-hari anggota keluarga
mengenai
bagaiman
menghindari
infeksi
Ketidak 1. Tingkat kelelahan 1. Terapi oksigen
efektifan pola a. Kelelahan a. Batasi
nafas b/d b. Kelesuan (aktivitas)
gangguan c. Kehilangan merokok
muskuloskeleta selera makan b. Bersihkan
l d. Penurunan mulut, hidung,
motivasi dan sekresi
e. Tingkat stres trakea dengan
tepat
c. Monitor
kerusakan kulit
terhadap
adanya
gesekan
perangkat
oksigen

22
d. Konsultasi
dengan tenaga
kesehatan lain
mengenai
penggunaan
oksigen
tambahan
selama
kegiatan
dan/atau tidur
e. Atur dan
anjurkan
pasien
mengenai
penggunaan
oksigen
dirumah

N. Discharge Planning
1) Anjurkan pada pasien untuk check up secara teratur di tempta
pelayanan kesehatan.
2) Anjurkan pada pasien untuk makan makanan yang bergizi dan
banyak mengandung serat seperti: nasi ditambah lau pauk dan
susu.
3) Minum obat sesuai dengan instruksi dokter.
4) Saat berjalan gunakan tumpuan lebih banyak pda kaki yang tidak
sakit.
5) Melatih ujung kaki untuk digerakkan 1-3 kali dalam setengah jam.
6) Menjaga kebersihan luka dan segera laporkan ke tenaga kesehatan
bila ada bau yang tidak enak, ada rembesan darah keluar dan
demam tinggi.
7) Anjurkan untuk banyak minum 2-3 liter/hari.
8) Jelaskan penyebab dari fraktur, pengobatan dan komplikasi.

23
24

Anda mungkin juga menyukai