Pendahuluan
2. Metodelogi
2.1 Bahan Penelitian dan alat yang digunakan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkang kerrang batik yang didapat dari tempat
makan yang menjual olahan kerang tersebut di daerah Sleman, DIY. Sedangkan untuk bahan bahan
lain seperti Aquadest, Pb(NO3)2, H2SO4, NaOH di beli di Toko Progo Mulyo dan Chem-Mix Pratama
Yogyakarta. Untuk alat yang digunakan
(C 0−C e )V
qe=
W
dimana kapasitas penjerapan qe (mg/g) adalah banyaknya ion Pb(II) yang terjerap pada tiap gram
adsorbent pada kesetimbangan, co dan ce (mg/l) adalah konsentrasi logam Pb(II) mula-mula dan pada
kesetimbangan. V (liter) adalah volume larutan Pb(II) keseluruhan pada stirrer dan W (gram) adalah
massa adsorbent. Untuk menentukan efisiensi menggunakan rumus berikut :
(C 0−C e )
R %= x 100 %
C0
2.2.3. Pengaruh waktu perendaman terhadap kapasitas penjerapan
Membuat larutan Pb2+ 20 ppm sebanyak 500 ml dengan pH 5. Mengambil 10 ml sampel
larutan sebelum dimasukkan adsorben. Memasukkan 2,5 gram serbuk cangkang kerrang kedalam 500
ml larutan Pb2+ 20 ppm. Kemudian melakukan pengadukan dengan variasi waktu 10, 20, 30, 50, 90,
120 dan 1440 menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm. Pada variable waktu yang
ditentukan diambil sampel sebanyak 10 ml. sehingga total sampel yang didapat adalah 9 sampel.
Kemudian dilakukan anailisis menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry).
Pada penelitian ini menggunakan logam Pb 2+ sebagai adsorbat dan serbuk cangkang kerrang ( paphia
undulata) batik sebagai adsorben. Hasil percobaan dari penelitian sudah dianalisis menggunakan AAS ( Atomic
Absorption Spectrophotometry )
Tabel 1 Hasil Uji Pengaruh pH Terhadap Kapasitas Penjerapan
0 0 0
10 3,5062 96,02
30 3,5584 97,45
50 3,5624 97,56
70 3,5628 97,57
90 3,5220 96,45
Penjerapan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik Serbuk cangkang kerrang batik sebagai
adsorben dalam kemungkinan menjerap ion logam berat di lautan. Pada percobaan ini dilakukan penghitungan
kapasitas penjerapan yang paling baik pada beberapa variable modifikasi yaitu pH, waktu, dan konsentrasi.
1.6
Kapasitas penjerapan (mg/g)
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
2 3 4 5 6
pH
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan penjerapan pada pH 2 – 5 sedangkan
pada pH 6 mengalami penurunan. Pada pH 2-4 rendahnya efisiensi penjerapan dapat dipengaruhi oleh
beberapa kemungkinan Kemungkinan pertama yaitu terjadinya persaingan antara ion H + dengan Pb2+
untuk berikatan dengan gugus fungsional pada permukaan serbuk cangkang kerang, kemungkinan
kedua yaitu ion H+ yang mengelilingi gugus fungsional pada permukaan serbuk cangkang kerang
sehingga mencegah adanya interaksi antara ion Pb2+ dengan gugus fungsi pada permukaan serbuk
cangkang kerrang (Tumin dkk, 2011) dan kemungkinan yang ketiga ialah terjadinya penolakan secara
elektrostatik terhadap ion Pb2+ karena permukaan serbuk cangkang kerang yang bermuatan negative
(Sharma dkk, 2009). Pada pH optimum yaitu pH 5, terjadi pengurangan ion H+ dalam larutan dan
efisiensi penjerapan meningkat, berkurangnya ion H+ menyebabkan permukaan serbuk cangkang
kerang terionisasi dan melepas ion H+ sehingga muatan permukaan serbuk cangkang kerang menjadi
negatif. Namun terjadi penurunan efisiensi penjerapan pada pH 6, hal ini disebabkan oleh
terhidrolisisnya timbal sehingga terjadi pengurangan muatan positif menjadi +1 yang penyebabkan
berkurangnya interaksi dengan permukaan serbuk cangkang kerang.
50
45
40
35
30
Co (mg/g) 25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
qe (mg/g)
Gambar 2 grafik hubungan antara konsentrasi mula – mula larutan Pb(II) (Co ) dengan
kapasitas penjerapan
Pada Gambar 2, yaitu grafik hubungan antara konsentrasi mula – mula larutan Pb(II) (Co ) dengan
kapasitas penjerapan oleh bioadsorbent menunjukkan bahwa daya adsorpsi serbuk cangkang kerang batik
meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi awal ion Pb2+ Hal ini disebabkan karena makin
tinggi konsentrasi ion Pb(II), berarti jumlah ion Pb(II) yang terlarut juga makin besar sehingga semakin
banyak pula jumlah ion Pb(II) yang terjerap oleh situs-situs aktif pada serbuk cangkang kerang. Hasil ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi larutan, semakin banyak jumlah
zat terlarut yang dapat dijerap sehingga tercapai keseimbangan tertentu.
3.5
Kapasitas Penjeapan (mg/g)
2.5
1.5
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu ( menit)
Gambar 3 dapat dilihat bahwa daya adsorpsi limbah Pb 2+ oleh serbuk cangkang kerang batik terus
mengalami kenaikan secara berturut turut pada menit 0 sampai menit 70 . Akan tetapi pada menit 90 daya
adsorpsi sedikit menurun menjadi dan kembali terjadi kenaikan hingga menit ke 1440 yaitu. Hal dikarenakan
adanya waktu kontak yang lama antara adsorben dengan adsorbat sehingga semakin banyak partikel logam Pb
yang terjerap oleh serbuk cangkang kerang batik. Pada awal penyerapan sejumlah besar sisi aktif yang kosong
tersedia untuk terjadinya proses penyerapan. Semakin lama interaksi antara larutan dengan biosorben maka
semakin banyak jumlah ion logam yang terserap pada serbuk cangkang kerang batik, sehingga sisi aktif yang
tadi tersedia cukup banyak menjadi berkurang. Menurunnya jumlah ion logam yang terserap diakibatkan oleh
ketidakstabilan ikatan antara biosorben dengan ion logam sehingga sebagian kecil dari ion logam akan terlepas
kembali (Raju et al. 2013).
Kinetika adsorpsi pada penelitian ini ditentukan dengan model kinetika lagergren orde satu (1) dan dua (2).
ln (qe-qt) = lnqe – k1t (1)
t 1 1
= + t (2)
qt k 2 q e qt
2
Dengan k1 adalah konstanta laju adsorpsi pseudo orde satu, k 2 adalah konstanta laju adsorpsi pseudo orde
dua, qe adalah banyaknya ion yang teradsorpsi pada saat kesetimbangan , dan q t adalah banyaknya ion yang
teradsorpsi pada saat t.
Table 1 Nilai parameter model kinetika lagergren orde satu dan orde dua penjerapan ion Pb(II) dalam serbuk
cangkang kerang bambu
Adsorbent Orde satu Orde dua
Pada model kinetika orde dua diperoleh nilai R2=1, SSE (Sum Squared Error) = 1,291821.bahwa SSE semakin
kecil maka pemodelan makin dapat mewakili data percobaan atau makin mendekati kenyataan, jika SSE makin
besar maka eror/kesalahan makin besar pula
Gambar 1 Plotting antara orde 1, orde 2 dan data percobaan
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa data percobaan sangat mendekati garis hasil pemodelan orde dua
dibanding dengan garis hasil pemodelan orde satu, dengan demikian kinetika penjerapan pada penelitian ini
lebih sesuai diwakili oleh pemodelan Langergren orde dua.
Untuk analisis FTIR digunakan sampel Adsorben yang belum berinteraksi dan bioadsorben yang sudah
berinteraksi dengan limbah logam cair logam Pb2+.
60
50
40
30
20
10
Keterangan :
Gambar 2 4 Spektrum FTIR dari serbuk cangkang kerang batik sebelum di rendam dan setelah di rendam
dengan larutan logam berat
Berdasarkan Gambar 4.6 untuk serbuk cangkang kerang batik yang sebelum di rendam puncak
gelombang terdapat dibawah sehingga diketahui persentase transmittenya rendah maka semakin kuat gugus
fungsi tersebut dalam menjerap ion logam, sedangkan untuk serbuk cangkang kerang batik setelah direndam
pada limbah logam Pb(II) puncak gelombang terdapat diatas sehingga diketahui persentase transmittenya tinggi
maka semakin lemah gugus fungsi tersebut dalam menjerap ion logam.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang di dapatkan bahwa pH optimum untuk penjerapan ion Pb(II) menggunakan serbuk
cangkang kerang batik adalah pH 5 dengan kapasitas penjerapan sebesar 1,492 mg/g. Semakin lama waktu
kontak, semakin besar kapasitas penjerapan adsorbent. Penjerapan maksimum terjadi pada waktu ke 1440 menit.
Pemodelan kinetika Lagergreen orde dua lebih mewakili hasil penelitian yang di dapatkan karena nilai SSE nya
lebih kecil di banding orde satu. Dari hasil penilitian ini menunjukan bahwa biosorben serbuk cangkang kerang
batik potensial di gunakan untuk menyerap ion Pb(II) dalam larutan.
Daftar Pustaka
Brass, G.M. and W. Strauss. 1981. Air Pollution Control. John Willey & Sons. New York.
Harahap. 2007. Jurnal - Pengaruh Pencemaran terhadap Pertumbuhan Kerang hijau (Pernaviridis) sebagai
satu telaah Studi Baku Mutu Lingkungan Perairan Laut. Jakarta : Bulletin Pen.
Manzoor, Q. Nadeem, R.,Iqbal, M., Saaed, R., & Ansari, T.M.(2013). Organic acids pre-treatment effect on
Rosa bourboniaphyto, biomass for removal of Pb(II) and Cu(II) from aqueous media. Bioresources
Technology . 132, 446-452.
Moyo, M., Guyo, U., Mawenyiyo, G., Zinyama, N.P. & Nyamunda, B.C. (2015). Marula seed husk
(Sclerocarya birrea) biomass as a low cost biosorbent for removal of Pb (II) and Cu (II) from aqueous
solution. Journal of Industrial and Engineering Chemistry, 27: 126-132
Patterson, J., Passino, R. 1987. Metal speciation, separation, and recovery. Lewis publisher, inc., Chelsea, MI,
USA
Rahayu LH dan Purnavita, 2007. Pembuatan Kitosan dari Kitin Limbah Cangkang Rajungan (Portunus
pelagicus) untuk Adsorben Ion Logam Merkuri. Jurnal Reaktor, 11 (1): 45-49.
Raju, D.S.S.R., Kiran, G.R. & Rao, D.V. (2013). Comparison studies on biosorption of lead (II) from an
aqueous solution using anacardium occidentale and carica papaya leaves powder. Journal of Emerging
Trends In Engineering and Development, 3: 273-28
Sharma, Y. C., Uma, & Upadhyay, S. N. (2009). Removal of a cationic dye from wastewater by adsorption on
activated carbon developed from coconut coir. Energy and Fuels. (23), 2983-2988.
Tumin, N. D., Chuah, A. L., Zawani, Z., Rashid, S. A. (2008). Adsorption of copper from aqueous solution by
elais guineensis kernel activated carbon. Journal of Engineering Science and Technology, 3(2), 180-
189.