Anda di halaman 1dari 12

Beberapa penyebab terjadinya bullying di sekolah yaitu (1) perilaku bullying merupakan

tradisi turun-temurun dari senior (senioritas), (2) balas dendam karena dulu pernah
diperlakukan sama (menurut korban laki-laki), (3) ingin menunjukkan kekuasaan, (4) marah
karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapakan, (5) mendapatkan kepuasan
(menurut korban perempuan), (6) perilaku dianggap tidak sopan menurut ukuran kelompok
tertentu. Ada juga korban yang mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying
karena berpenampilan norak, tidak berperilaku sesuai dengan kelompok/komunitas, perilaku
dianggap tidak sopan dan tidak sesuai dengan tradisi.

3. Penyebab Bullying

a. Lingkungan sekolah yang kurang baik

Lingkungan sekolah bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan bullying. Lingkungan
sekolah yang dapat mendukung terjadinya bullying mencakup lingkungan luar sekolah
maupun lingkungan sekolah itu sendiri. Lingkungan luar sekolah yakni adanya kebiasaan
orang-orang di sekitar sekolah seperti sering berkelahi atau bermusuhan, serta berlaku tidak
sesuai dengan norma yang ada.

b. Senioritas tidak pernah diselesaikan

Senioritas merupakan salah satu penyebab bullying yang cukup dominan. Senioritas yang
tidak terselesaikan hanya akan menyuburkan perilaku bullying di sekolah. Hal ini terkait
dengan bagaimana sekolah dan para guru menaggapi dan menindaklanjuti masalah senioritas
di sekolah.

Mengemukakan bahwa “perilaku bullying diperparah dengan tidak jelasnya tindakan dari
para guru dan pengurus sekolah. Sebagian guru cenderung membiarkan, sementara sebagian
guru lain melarangnya”. Guru seharusnya lebih peduli dengan bullying yang terjadi di
sekolah, akan tetapi tidak semua peduli. Hal tersebut membuat siswa tidak jera dan terus
melakukan bullying.

Guru dan pengurus sekolah seharusnya dapat membedakan antara senioritas yang
dimaksudkan sebagai upaya pendisiplinan atau senioritas sebagai bentuk kesewenang-
wenangan senior terhadap juniornya berdasarkan tatacara atau peraturan sekolah. Guru yang
membenarkan atau bahkan ikut melakukan bullying dengan alasan perbuatan ini untuk
mendisiplinkan siswa, atau memacu murid agar tidak boleh hanya akan mengakibatkan
makin berkembangnya perilaku bullying.

c. Guru memberikan contoh kurang baik pada siswa

Guru sebagai pengajar di sekolah dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya bullying, terutama guru yang memberikan contoh perilaku yang tidak baik.
Mengemukakan bahwa salah satu hal yang mempengaruhi perilaku bullying yaitu:

“guru yang berbuat kasar kepada siswa, guru yang kurang memperhatikan kondisi
anak baik anak baik sosial ekonomi maupun dalam prestasi anak atau perilaku sehari hari
anak di kelas atau di luar kelas bagaimana dia bergaul dengan teman-temannya”.

Perbuatan guru yang kurang baik dapat mendukung siswa melakukan bullying yakni guru
yang berbuat kasar kepada siswa, guru yang kurang memperhatikan kondisi siswa baik dalam
prestasi siswa atau perilaku sehari-hari siswa di kelas atau di luar kelas serta bagaimana dia
bergaul dengan teman-temannya.

d. Ketidakharmonisan di rumah

Keluarga juga berpengaruh terhadap perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa.
Menyatakan bahwa “kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak merupakan faktor
penyebab tindakan bullying”. Selain itu, menyatakan bahwa “Anak anak yang menjadi
bullies seringkali berasal dari lingkungan keluarga kasar dan keras yang selanjutnya
membiarkan mereka mendapat hukuman dan penolakan”.

Keluarga sebagai tempat tumbuh kembang anak sangat mempengaruhi perilaku individu
dalam kesehariannya. Kompleksitas masalah dalam keluarga seperti ketidakhadiran ayah,
kurangnya komunikasi antara orang tua, dan ketidakmampuan sosial ekonomi, merupakan
faktor penyebab tindakan bullyiang yang dilakukan siswa.

e. Karakter anak

Karakter anak yang biasa menjadi pelaku bullying pada umumnya adalah anak yang selalu
berperilaku agresif, baik secara fisikal maupun verbal, menyatakan bahwa faktor penyebab
bullying yakni “karakter anak sebagai pelaku umumnya agresif, baik secara fisikal maupun
verbal dan pendendam”. Anak yang ingin populer, anak yang tiba-tiba sering berbuat onar
atau selalu mencari kesalahan orang lain dengan memusuhi umumnya termasuk dalam
kategori ini.

Anak dengan agresif telah menggunakan kemampuannya untuk mengungkapkan


ketidaksetujuannya pada kondisi tertentu korban, misalnya perbedaan etnis/ras, fisik,
golongan/agama, atau gender. Selain itu, karakter siswa yang pendendam atau iri hati juga
dapat menyebabkan seorang siswa melakukan bullying.

Beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah dalam
mengatasi permasalahan bullying di sekolah sesuai dengan fungsi dari layanan bimbingan
konseling itu sendiri. Langkah-langkah yang dapat dilakukan tersebut antara lain
“pencegahan, pemahaman, pengentasan, dan advokasi”.

a. Langkah I: (Pencegahan)

Dalam langkah ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah bullying di sekolah dan
dalam diri siswa sehingga dapat menghambat perkembangannya. Untuk itu perlu dilakukan
orientasi tentang layanan bimbingan dan konseling kepada setiap siswa. Guru bimbingan dan
konseling juga dapat membuta program-program yang efektif dalam memberantas bullying.

b. Langkah II: (Pemahaman)

Langkah ini dimaksudkan memberikan pemahaman kepada siswa tentang bullying dan segala
hal yang terkait di dalamnya, termasuk konsekuensi yang akan diterima siswa dari sekolah
jika ia terlibat dalam persoalan bullying, sehingga siswa dapat memahami bahayanya.

c. Langkah III: (Pengentasan)

Jika guru bimbingan dan konseling mengetahui ada siswa yang terlibat dalam permasalahan
bullying, maka guru bimbingan dan konseling harus segera menangani permasalahan ini
hingga tuntas. Baik itu penanganan terhadap bully, korban, dan reinforcer yang terlibat
bullying. Termasuk juga pengentasan dalam masalah konsekuensi yang akan diterimanya dari
sekolah, karena melanggar peraturan dan disiplin sekolah.

Setelah pengentasan maka perlu dilakukan pemeliharaan terhadap segala sesuatu yang positif
dari diri siswa, agar tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, serta
mengusahakn agar hal-hal tersebut bertambah lebih baik dan berkembang.
Bagi anak-anak yang sudah terlibat bullying maka sebagai proses rehabilitasi perlu dilakukan
penyaluran minat dan bakat dengan tepat ke dalam berbagai kegiatan-kegiatan ekskul di
sekolah, maupun di luar sekolah. Penyesuaian diri siswa dengan lingkungan sosial serta
pengembangan diri dalam mengembangkan potensi positifnya juga perlu dilakukan dalam
langkah pengentasan. Hal terpenting bagi pelaku bullying adalah perbaikan.

d. Langkah IV: (Advokasi)

Artinya setiap permasalahan yang menyangkut perilaku bullying pada permasalahn tertentu
jika memang perlu untuk dilaporkan ke pihak yang berwajib karena menyangkut masalah
tindak pidana kriminal, maka hal tersebut perlu dilakukan.

Faktor yang mempengaruhi siswa malas belajar

Motivasi sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa, dinyatakan bahwa “motivasi yang
berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil
belajar”

Perhatian adalah cara menggerakkan bentuk umum cara bergaulnya jiwa dengan bahan-bahan
dalam medan tingkah laku. Ditinjau dari segi kepentingan pendidikan dan belajar, pemilihan
jenis perhatian yang efektif untuk memperoleh pengalaman belajar adalah hal yang penting
bagi subjek yang belajar pemilihan cara kerja perhatian oleh anak didik ini dapat dibimbing
oleh pihak pendidik atau lingkungan belajarnya. “salah satu usaha untuk membimbing
perhatian anak didik”.

Perasaan juga dapat mempengaruhi kemauan siswa untuk belajar, jika perasaan siswa sedang
kurang baik, maka akan membuat siswa tersebut malas dalam belajar. “Perasaan dapat
diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan
membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri”.

Siswa yang memilik kemauan yang tinggi, tidak akan malas dalam belajar. Sebaliknya, siswa
yang tidak memilik kemauan, khususnya kemauan dalam belajar, maka siswa tersebut akan
malas belajar. Menurut “kemauan adalah bukan aktivitas ataupun usaha kejiwaan. Kemauan
yang disebut kekuatan, kehendak, dapat diartikan sebagai kekuatan untuk memilih dan
merealisasi suatu tujuan”. Tujuan ini merupakan pilihan diantara berbagai tujuan yang
bertentangan.
Stimuli belajar di sini maksudnya yaitu segala hal diluar individu yang merangsang individu
itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar, stimuli dalam hal ini mencakup materiil,
penegasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus di terima atau di pelajari oleh si
pelajar.

Konsentrasi juga mempengaruhi siswa dalam belajar. Siswa yang susah dalam berkonsentrasi
akan malas dalam belajar sehingga ia tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan
pembelajaran. Mengemukakan “secara garis besar, sebagian besar orang memahami
pengertian konsentrasi sebagai suatu proses pemusatan pikiran kepada suatu objek tertentu”.
Siswa diharapkan mampu berkonsentrasi secara efektif agar kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan baik dan hasil belajar yang didapatkan juga baik.

Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan malas belajar, yaitu dari dalam diri anak
(intrinsik). Rasa malas yang timbul dalam diri anak dapat disebabkan karena tidak adanya
motivasi diri. Motivasi ini kemungkinan belum tumbuh dikarenakan anak belum mengetahui
manfaat dari belajar atau belum ada sesuatu yang ingin dicapainya. Selain itu kelelahan
dalam beraktivitas dapat berakibat menurunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi
psikis. Sebagai contoh, terlalu bermain atau terlalu banyak membantu pekerjaan orang tua di
rumah, merupakan faktor penyebab menurunnya kekuatan fisik pada anak.

Sedangkan faktor dari luar (faktor eksternal) penyebab malas, tidak kalah besar pengaruhnya
terhadap kondisi anak dan remaja. Mengenai faktor eksternal, dapat kita lihat dari kaca mata
teori-teori yang berparadigma lingkungan (ekologi). Teori ini menyatakan bahwa perilaku
seseorang (termasuk perilaku malas belajar pada anak) tidak berdiri sendiri, melainkan
merupakan dampak dari interaksi orang yang bersangkutan dengan lingkungan di luarnya.

Peran Konselor dalam Mengatasi Malas Belajar

Konselor sebagai pemberi layanan BK sangat berperan dalam membantu individu dalam
mengentaskan masalahnya, khususnya bagi siswa yang malas dalam kegiatan belajar.
Mengutip SK Mendikbud No. 025/D/1995, mengartikan bahwa bimbingan dan konseling
adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok
agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar
maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-
norma yang berlaku.
Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi
(on becoming), yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai
kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki
pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupannya.

Mengatakan bahwa “pelayanan bk di sekolah di arahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan


dan tujuan pelaksanaa konseling”. Konselor sebagai pemberi layanan bk membantu individu
untuk menjadi insan yang berguna dalam hidupnya. Tujuan khusus bk di sekolah merupakan
penjabaran tujuan umum tersebut dikaitkan dengan permasalahan yang dialami oleh individu
yang bersangkutan sesuai dengan kompleksitas permasalahan itu.

Bimbingan dalam lingkup lingkungan sekolah tidak lagi dapat di kaitkan sebagai “ditujukan
kepada siapa saja”. Di sini telah lebih di batasi sesuai dengan batasan lingkup sekolah. Fokus
sasarannya sekarang adalah peserta didik yang di didik dalam sekolah oleh orang-orang
dewasa yang relative matang, dengan harapan peserta didik sendiri dapat berkembang
maksimal mencapai dewasa dan matang sehingga ia lebih berdaya guna bagi diri dan
lingkungan sekitarnya.

Guru BK merupakan agen pendidikan yang berfungsi sebagai konselor di sekolah untuk
membantu siswa dalam memecahkan suatu permasalahan. Temuan penelitian terkait peran
guru BK dalam meningkatkan melalui belajar melalui pelayanan bimbingan dan konseling di
SMPN 15 Yogyakarta adalah, sebagai berikut:

1. Memahamkan arti penting belajar/tugas

Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Dengan belajar maka secara bebas manusia dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan
keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Dalam hal tersebut terlihat bahwa belajar
mempunyai arti penting dalam kehidupan. Namun, tidak semua orang memahami arti
pentingnya belajar. Di sekolah guru bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam
memberikan pemahaman mengenai pentingnya belajar tersebut. Maka di SMPN 15 guru
bimbingan dan konseling melakukan cara tertentu untuk memberikan pemahaman terhadap
siswa mengenai pentingnya belajar agar siswa memahami hal tersebut. Cara tersebut adalah
dengan memberikan layanan bimbingan klasikal di kelas yang berisi tentang materi-materi
arti penting belajar. Selain itu pemberian pemahaman tersebut juga dilakukan oleh guru mata
pelajaran ketika memasuki kelas.

Menurut, dalam belajar agar siswa dapat berhasil, salah satunya rajin mengerjakan tugas tepat
waktu akan mengurangi kecemasan pada diri siswa dan siswa tidak takut lagi dimarahin guru.
Maka dengan hal tersebut diharapkan siswa dapat mengatur waktu untuk belajar, agar dapat
menumbuhkan kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas.

2. Meningkatkan Atribusi

Setiap siswa pasti memiliki atribusi, seperti mengapa yang lain berhasil aku tidak, mengapa
nilaiku seperti ini dan sebagainya. Dari atribusi yang telah dimiliki siswa maka peran guru
bimbingan dan konseling menggunakan bimbingan klasikal terhadap siswa memberi motivasi
agar siswa mampu mengembangkan atribusi yang dimilikinya. Akan tetapi untuk sifat
efektifitasnya guru bimbingan dan konseling tidak bisa mengatur namun hampir disetiap
semester ada informasi-informasi mengenai hal ini dan mencari tahu terhadap guru mata
pelajaran.

3. Mengembangkan tujuan belajar dan efikasi diri

Cara untuk mencapai tujuan belajar siswa berbeda-beda, namun sebenarnya semua siswa
ingin tujuan belajar tersebut tercapai dengan baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Di
SMPN 15 memberikan tempat bagi siswa untuk berkarya yaitu melalui ekstrakurikuler dan
organisasi untuk menyalurkan bakat siswa, sehingga siswa mampu mengaktualisasikan
dirinya dengan maksimal. Selain itu ekstrakurikuler juga dijadikan wadah bagi siswa untuk
meningkatkan efikasi diri sehingga siswa bisa mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya dan mengetahui kekurangan apa yang harus siswa perbaiki melalui diskusi
dengan siswa yang lainnya.

4. Cara menghafal, membaca dan mencatat yang efektif

Guru bimbingan dan konseling selalu memberi informasi cara belajar yang efektif terhadap
seluruh siswa, yaitu dengan cara menghafal, membaca, dan mencatat. Kemudian khusus
untuk kelas IX guru bimbingan dan konseling mengundang guru-guru ahli atau dalam bidang
motivator untuk mata pelajaran ujian nasional yang kemudian mereka menyampaikan trik trik
mempelajari mata pelajaranertentu yang diujikan. Contoh SMPN 15 telah mengundang
motivator bahasa inggris yang benar, cara membaca bahasa inggris dan cara menghafal
bahasa inggris. Agar siswa lebih memahami dan mengetahui cara belajar yang benar. Namun
untuk kelas VIII ditangani sendiri oleh pihak sekolah untuk memberi informasi bagaimana
cara membaca, mencatat, dan menghafal dengan baik dan benar. Dan memberi link link
komunitas belajar bagaimana cara belajar yang baik. Karena kalau dilihat diinternet banyak
sekali komunitas belajar sehingga mampu membantu anak anak dalam belajar.

5. Cara mengorganisasi materi pelajaran dan cara menghadapi ujian

Peran guru bimbingan dan konseling dan membantu siswa mengorganisasi materi pelajaran
dan cara menghadapi ujian adalah dengan cara, mengingatkan anak anak untuk memiliki
materi pelajaran yang akan di ujikan, mengingatkan anak anak tentang jadwal ujian,
memberikan informasi tips tips menghadapi ujian diantaranya harus menjaga kesehatan,
menyiapkan materi ujian, dan mengurangi kegiatan-kegiatan yang tidak berguna.

6. Cara meningkatkan kesadaran metakognitif dan cara menyusun jadwal belajar

Cara guru bimbingan dan konseling SMPN 15 dalam meningkatkan kesadaran metakognitif
adalah dengan memberi contoh inspirasi orang-orang sukses yang berkaitan dengan daya
juang bahwa orang itu harus berpikir dan bekerja keras baik itu dalam bentuk bacaan maupun
audio visual seperti film. Selain itu cara guru bimbingan dan konseling SMPN 15 membantu
siswa menyusun jadwal belajar adalah dengan cara siswa di suruh membuat rencana kegiatan
untuk memajukan kegiatannya, melakukan diskusi kemudian hasil tersebut di tempel dikamar
masing-masing sebagai target dan motivasi dalam belajar.

7. Mengembangkan gaya belajar

Gaya belajar yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda-beda seperti gaya belajar siswa yang
cenderung visual dan sebagai siswa cenderung mempunyai gaya belajar yang auditorial.
Sehingga keberhasilan belajar siswa pun berbeda-beda. Dalam permasalahan ini, peran guru
bimbingan dan konseling memiliki banyak teknik yang juga berbeda-beda sesuai dengan
kemampuan dan gaya belajar siswa. Disini guru bimbingan dan konseling akan menganalisis
secara keseluruhan mengenai permasalahan gaya belajar siswa.

Faktor terjadinya pergaulan bebas

1.Pergeseran Budaya
Desa masaloka merupakan daerah pesisir yang kental akan kebudayaan lokal namun zaman
telah berbeda dan kebudayaan lokal mulai bergeser tidak ada batasan dalam bergaul remaja
memiliki pola tersendiri dalam bergaul, hal ini menyebabkan terjadinya pergaulan bebas di
desa masaloka kecamatan kepulauan masaloka raya kabupaten bombana dimana di desa
masaloka semakin berkembangnya zaman nilai-nilai dan norma sosial secara perlahan
semakin memudar dimana para pelajar disana semakin bebas dalam bergaul dan aturan yang
sudah dipercaya secara turun-temurun oleh nenek moyang sampai masyarakat setempat
dianggap kolot dan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang yang serba modern karena
mereka beranggapan kalau kita akan semakin tertinggal jika tidak mengikuti perkembangan
zaman. Deskripsi ini mulai dari profil dan ilustrasi yang dialami dalam proses penelitian dan
merupakan informasi langsung dari informan yang bersangkutan.

2. Kurangnya perhatian orang tua

Dalam penelitian ini menjelaskan tentang pergaulan bebas dimana ayah dan ibu adalah
teladan pertama bagi pembentukan pribadi seseorang. Keyakinan-keyakina, pemikiran dan
perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap
pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan
pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga. Pada pelajar yang ada di
desa masaloka, para pelaku pergaulan bebas merupakan anak anak yang kurang mendapatkan
kasih sayang dari orang tuanya karena sebagian besar mereka tinggal bersama nenek mereka
karena di desa masaloka sebagian besar mata pencahariannya adalah berdagang sehingga
banyak dari masyarakat masaloka pergi beradu nasib di rantau orang karena pendapatan yang
mereka dapatkan cukup menjanjikan. Namun diakibatkan dari hal tersebut menyebabkan
banyak anak yang berperilaku menyimpang, karena salah satu faktor penyebab pergaulan
bebas di kalangan pelajar adalah orang tua.

3. Teman dekat

Pelajar di desa masaloka lebih banyak berada diluar rumah dengan teman sebaya
menghabiskan banyak waktu dengan teman-teman sekolahnya, hal tersebut secara tidak
langsung dapat memperoleh sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Teman
dekat lebih besar pengaruhnya dari pada keluarga, misalnya di desa masaloka jika temannya
mengenakan model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer,
maka kesempatan baginya untuk dapat diterima oleh kelompok menjadi lebih besar demikian
pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, dan merokok, maka pelajar cenderung
mengikuti tanpa memperdulikan akibatnya.

4. Media

Realitas di desa masaloka media sudah menjadi kebutuhan anak muda zaman sekarang,
sehingga dari media yang tersedia dengan berbagai aplikasi memudahkan mereka untuk
mengakses menonton atau melihat hal-hal yang belum pantas untuk ditonton oleh anak-anak,
seperti yang telah dilihat media tidak digunakan secara arif oleh pelajar kareana banyak virus
yang berbau pornografi dapat dengan mudah diakses hal ini akan berakibat buruk, apalagi
jika tidak ada kontrol yang baik terhadap informasi yang sesuai bagi remaja. Dapat kita
ketahui peran sosial media untuk saat ini sudah mulai keluar dari jalannya. Dalam arti banyak
diantaranya menyalahgunakan sosial media dalam melakukan suatu hal keburukan sehingga
hal tersebut menjadi kerugian dari sosial media tersebut.

2. Upaya guru bimbingan konseling

a. Upaya preventif

Upaya preventif adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berencana dan terarah
untuk menjaga agar kenakalan itu tidak timbul. Berbagai upaya preventif dapat dilakukan,
tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian:

1) Di rumah tangga (keluarga)

a) Orang tua menciptakan kehidupan keluarga yang beragama, artinya orang tua
membuat kehidupan rumah tangga yang tagwa kepada Allah di dalam kegiatan sehari-
hari. Hal ini dapat dilakukan dengan sholat berjamaah, mengaji Al-Qur’an bersama,
serta doa-doa tertentu yang di ajarkan kepada anak. Hal ini akan berhasil jika orang
tua memberikan pimpinan serta tauladan setiap harinya.

b) Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis, hal ini berarti dimana hubungan
antara ayah, ibu dan anak tidak terdapat percekcokan atau pertentangan. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan waktu luang untuk sekedar bersenda gurau bersama
atau sekedar makan bersama.

c) Adanya kesamaan norma-norma yang di pegang antara ayah, ibu dan keluarga
lainnya di rumah tangga dalam mendidik anak.
d) Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak, dalam hal ini perlu diingat
bahwa kasih sayang yang sebenarnya bukanlah sebuah materi melainkan perhatian
yang tulus dari orang tua kepada anak.

e) Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak.

f) Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di


lingkungan masyarakat.

2) Di sekolah

a) Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid, dalam hal ini guru
sebaiknya memiliki ilmu-ilmu lainnya yaitu psikologi perkembangan, bimbingan
konseling, serta ilmu mengajar. Dengan ilmu tersebut akan memudahkan guru
memberikan bantuan kepada murid-muridnya.

b) Mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang asli
dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru umum
lainnya.

c) Mengintensifkan bagian bimbingan konseling di sekolah dengan cara mengadakan


tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini.

d) Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru hal ini akan
menimbulkan kekompakan dalam hal membimbing murid.

e) Melengkapi fasilitas pendidikan

f) Perbaikan ekonomi guru

3) Di masyarakat

Masyarakat merupakan tempat pendidikan ketiga sesudah rumah dan sekolah,


ketiganya haruslah memiliki keseragaman dalam mengarahkan anak untuk
tercapainya tujuan pendidikan.

b) Upaya kuratif

Yang dimaksud upaya kuratif dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja ialah
upaya antisipasi terhadap gejala-gejala kenakalan tersebut supaya kenakalan itu tidak
meluas dan merugikan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara masyarakat
berorganisasi dengan baik dalam hal menanggulangi kenakalan remaja.

c) Upaya pembinaan

Upaya ini dilakukan agar anak tidak melakukan lagi kenakalannya dan kembali
menjadi masyarakat yang baik dan bertanggung jawab. Pembinaan dapat diarahkan
dalam beberapa aspek:

a) Pembinaan mental dan kepribadian beragama, hal ini dilakukan dengan terus-
menerus dilakukan pelatihan keagamaan seperti mambaca Al-Qur’an dan membaca
buku-buku keagamaan.

b) Pembinaan mental untuk menjadi warga negara yang baik, hal ini agar melatih
anak supaya menjadi warga negara yang baik yang beridiologikan pancasila.

c) Membina kepribadian yang wajar, yaitu membantu anak agar memiliki


keseimbangan hidup dalam emosi dan rasio.

d) Pembinaan ilmu pengetahuan, hal ini dikaitkan dengan kurikulum sekolah dan
kecerdasan anak.

e) Pembinaan keterampilan khusus dan pembinaan bakat-bakat khusus.

Anda mungkin juga menyukai