Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

TUGAS KELOMPOK

DISUSUN OLEH:
NAILIS SANGADAH FIDDARAINI (I1F020001)
SIWI KURNIASARI (I1F020002)
IAN RIZKY VANDANI (I1F020003)
AGATA SEKAR RUMARAS (I1F020004)
MUTMAINAH (I1F020005)
AGUS DWI PUTRA SETIAWAN (I1F020006)
IKA KARTINI ANDRIYANI (I1F020007)
SIDIK PRIYANTO (I1F020008)
SUTINAH (I1F020009)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2020

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

A. RINGKASAN SITUASI PEMBELAJARAN........................................... 1

B. PEMBAHASAN

1. Definisi Kejadian................................................................................ 3

2. Gambaran Tingkat Kejadian...............................................................5

3. Faktor Risiko......................................................................................10

4. Akibat.................................................................................................10

5. Penanganan dan Pencegahan..............................................................11

C. PENUTUP.................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
A. RINGKASAN SITUASI PEMBELAJARAN

Film ini berjudul “Amour”, dalam bahasa Prancis berarti cinta. Amour
termasuk film bergenre drama romantis. Film yang diproduksi pada 2012 ini
disutradarai cum penulis skenario oleh Michael Haneke. Aktor yang terlibat
antara lain Jean-Louis Trintignant, Emmanuelle Riva, dan Isabelle Huppert.
Amour ditayangkan secara perdana pada festival film paling bergengsi di
Perancis, yaitu Festival Film Cannes pada 20 Mei 20121. Film berdurasi dua
jam itu mendapat banyak apresiasi positif dari para sineas dan kritikus karena
mampu menyuguhkan fenomena psikososial dan hubungan keluarga dalam
tatanan kehidupan urban2.

Plot mundur3 digunakan Michael Haneke untuk film ini. Pada bagian
awal, penonton disuguhi situasi para penghuni gedung apartemen yang
mengeluhkan bau aneh dari salah satu apartemen di Paris. Lalu, polisi dan
petugas keamanan datang mendobrak pintu apartemen, mereka menemukan
mayat Anne Laurent yang terbaring di tempat tidur.

Setelah itu, sutradara mengajak penonton masuk dalam kehidupan


Anne dan suaminya, Georges Laurent, pada beberapa bulan sebelum kejadian
itu. Anne dan Goerges merupakan pasangan lansia berusia 80 tahunan. Di
masa mudanya, Anne bekerja sebagai guru piano dan muridnya banyak
menjadi musisi bertalenta di Prancis. Suatu malam, pasangan itu menonton
sebuah pertunjukkan musik salah seorang mantan murid Anne, yaitu
Alexandre, yang berlangsung sangat meriah.

1 Usai rilis perdana, film dapat dinikmati di bioskop-bioskop, seperti Jerman, Prancis, dan
Amerika Serikat. Film Amour sempat menempati posisi ke-37 di daftar box office. Total
pendapatan yang dihasilkan oleh film ini mencapai $ 36,787,044, melebihi anggaran produksi film
yang hanya $ 8.9 juta. Lihat Wikipedia Indonesia dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Amour_(film_2012)
2 Berdasarkan Rotten Tomatoes, film ini memiliki rating 93%, berdasarkan 207 ulasan, dengan
rating rata-rata 8.7/10. Berdasarkan Metacritic, film ini mendapatkan skor 94 dari 100,
berdasarkan 44 kritik, menunjukkan "pengakuan universal"., Lihat, ibid
3 Plot merupakan alur cerita yang dibuat untuk menciptakan deretan peristiwa secara kronologis,
saling berkaitan, dan bersifat kausalitas. Plot mundur adalah suatu alur yang ceritanya dimulai
dengan penyelesaian.

iii
Keesokan harinya, saat mereka sedang sarapan pagi, Anne mendadak
menderita stroke. Ia duduk dalam kondisi katatonik dan tidak menanggapi
rangsangan Georges. Anne mengalami demensia sesaat dimana dia tidak
mampu mengingat apapun yang terjadi. Bahkan, tangan Anne tidak mampu
menuang minuman. Lalu, Anne menjalani operasi pembuluh darah yang
tersumbat di kepalanya. Operasi ini mengakibatkan hemiparese sehingga
mobilisasi Anne dibantu dengan kursi roda.

Di sini, sutradara mulai membangun dialog batin dengan


penontonnya. Anne mengalami gangguan kecemasan sehingga mudah
tersinggung, ketakutan, dan putus asa. Penonton dapat merasakan efek dari
gangguan kesehatan mental itu melalui tatapan Anne yang kosong, bahkan
ada adegan Anne yang memberitahu Georges bahwa dirinya tidak ingin
meneruskan hidup.

Lalu ada adegan, Alexandre yang berkunjung ke apartemen.


Kunjungan itu membuat Anne bersemangat kembali, terlihat dengan
keceriaannya menggerakkan kursi roda dan mau berlatih untuk berjalan.
Sayang, keceriaan itu tak berlangsung lama karena Anne mendapat serangan
stroke yang kedua. Stroke kali ini mengakibatkan Anne berbicara pelo dan
tidak jelas, disosiasi berpikir, dan disfungsi secara fisik secara drastis.

Untuk merawat Anne, Georges mempekerjakan seorang perawat yang


bekerja tiga hari dalam seminggu. Meski sekilas, film ini menunjukkan pola
asuhan keperawatan pasien lanjut usia, seperti membersihkan tubuh,
mengganti popok, memotivasi pasien, dan memenuhi kebutuhan fisiologi
lainnya (baca: makan dan minum).

Suatu hari, Georges menceritakan kisah masa kecilnya pada Anne.


Georges mengakhiri ceritanya, sembari mengangkat bantal dan mencium
Anne. Anne meninggal dunia, dia mengalami kondisi sulit bernafas akibat
wajahnya ditindih bantal. Setelah itu, Georges pulang ke rumah dengan
membawa bunga, yang kemudian ia cuci dan potong. Ia mengambil baju dari
lemari Anne dan menulis surat panjang.

iv
Pada bagian akhir, ada scene Georges menulis surat. Ada adegan flash
Anne sedang mencuci piring di dapur, membersihkan rumah, dan bersiap
untuk menonton pertunjukan musik. Film ini diakhiri dengan kelanjutan
adegan pembuka, dimana Eva duduk di ruang tamu setelah berkeliling di
dalam apartemen yang sudah kosong.

B. PEMBAHASAN
1. Definisi Kejadian

Selama menonton dan menganalisis film Amour, ada sejumlah


situasi, gejala, dan kejadian yang dapat dipelajari sebagai learning
situation untuk memahami pola keperawatan gerontik atau lanjut usia,
yaitu:

a. Status Kesehatan Usia Lanjut

Smeltzer4 berpendapat definisi usia lanjut sangat tergantung


pada kerangka pandang individu dan masyarakat, contohnya
Amerika menerima usia 65-74 tahun sebagai awal usia lanjut
(young-old) dan usia 75 tahun ke atas semua usia lanjut (old-old).
Meski sebagian besar individu lansia menganggap dirinya sehat,
namun sebagian besar dari mereka menderita paling tidak satu
penyakit kronis5. Pada fase usia lanjut, pertambahan usia akan
meningkatkan ketergantungan lansia akibat penyakit kronis,
penurunan fungsi dan keseimbangan tubuh, serta risiko jatuh6.

4 Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi
8. Jakarta: EGC hlm 168.
5 National Center for Health Statistics (1990) melaporkan sepuluh besar kondisi kronik individu
usia 65+ yaitu artristik, hipertensi, kerusakan pendengaran, penyakit jantung, katarak,
deformitasi/ortopedik, sinusitis kronik, diabetes, kerusakan penglihatan, dan varises vena. Lihat,
ibid hlm 170.
6 Kiik, S.M., Sahar, J., Permatasari, H. 2018. Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia (Lansia) di
Kota Depok dengan Latihan Keseimbangan. Jurnal Keperawatan Indonesia, XXI (2) : 109-116

v
b. Stroke

Stroke merupakan serangan otak yang biasanya disertai dengan


kelumpuhan7. Secara klinis, stroke didefinisikan sebagai gejala-
gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit
pembuluh darah otak8. Besar kecilnya defisit neurologi tergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat). Stroke
ditandai dengan kehilangan fungsi motorik, kehilangan komunikasi
(disartria atau kesulitan berbicara), dan disfasia atau afasia (bicara
defektif atau kehilangan bicara). Stroke juga menimbulkan disfungsi
kognitif, seperti sulit paham, lupa, dan kurang motivasi sehingga
menyebabkan frustasi pada pasien.

c. Gangguan kecemasan (anxiety disorder)

Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan


(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau
kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA,
masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami
keretakan kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Sohat, 2014)9.

d. Gangguan Muskuloskeletal

7 Tim Penyusun KBBI. 2001.Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3, Jakarta: Balai
Pustaka
8 Hidayat, A.A..(2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data. Jakarta : Salemba
Medika
9 Sohat, F ., Bidjuni, H., Kallo, V (2014). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Insomnia Pada Lansia Di Balai Penyantunan Lanjut Usia Senja Cerah Paniki
Kecamatan Mapanget Manado. Universitas Sam Ratulangi, tahun 2014 hal 1-7
(diakses pada tanggal 2 Oktober 2020 https://media.neliti.com/)

vi
Muskuloskeletal adalah sistem penting yang terdapat pada
tubuh manusia terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang yang
membentuk susunan kerangka (skelet). Gangguan muskuloskeletal
sering terjadi pada usia lanjut, seperti fraktur akut pelvis, vertebra,
radius bagian distal, serta osteoartritis panggul, lutut, kaki, tangan
dan lainnya. Gangguan muskuloskeletal dapat memberikan dampak
imobilitas fisik pada lansia10.

e. Terapi

Tujuan terapi stroke adalah mengurangi kerusakan syaraf,


menurunkan mortalitas dan kecacatan jangka panjang, mencegah
komplikasi sekunder pada imobilitas dan disfungsi syaraf, serta
mencegah stroke yang berulang.11

2. Gambaran Tingkat Kejadian

a. Status Kesehatan Usia Lanjut

Film Amour mengambil topik kehidupan pasangan lanjut usia,


Anne dan Georges, sebuah keluarga kelas menengah di Kota Paris.
Sebagai lansia, Anne dan Goerges tampil dengan raut wajah yang
mulai keriput, rambut semakin tipis, gerakan yang lambat, dan
menurunnya kemampuan untuk membawa beban. Hal itu sesuai
dengan teori penuaan, dimana sebagian besar lansia akan mengalami
perubahan postur, penurunan rentang gerak, dan gerakan yang
lambat.

Perubahan fungsi fisik yang terjadi pada pemenuhan untuk


aktivitas hidup sehari-hari (AHS) sangat nampak jelas dan membuat
lansia semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan aktivitas hidup

10 Ayu dan Warsito.2012.Pemberian Intervensi Senam Lansia pada Lansia dengan


Nyeri Lutut dipublikasikan dalam Jurnal Nursing Studies, Volume 1, Nomor 1 Tahun
2012, halaman 64
11
Karuniawati, H., Ikawati, Z & Gofir, A. 2015. Pencegahan Sekunder untuk Menurunkan
Kejadian Stroke Berulang pada Stroke Iskemik. Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Farmasi. Vol 5, No 1 Tahun 2015

vii
dasarnya (Indahsari, 2013). Pada film Amour, Anne mengalami
stroke sangat nampak jelas bahwa Anne tidak dapat memenuhi
kebutuhan aktivitas hidupnya sehari-hari. Goerges membantu Anne
mulai dari makan, mandi, berpindah tempat dan berjalan. Perubahan
fungsi fisik pada lansia dengan stroke sebagian besar berjalan
dengan bantuan hal ini terjadi karena lansia mengalami perubahan
pada muskuloskeletal. Lansia makin lama makin menurun
kemampuan jantung, paru, ginjal dan harus menyesuaikan diri atau
beradaptasi pada perubahan tersebut agar bisa mempertahankan
kehidupannya. Akibat dari perubahan muskuloskeletal adalah nyeri
pada sendi, kelemahan otot, gerakan terbatas, dan resiko terjadinya
fraktur.(Indahsari, 2013)

Tahap ketergantungan lansia dimulai dari kelemahan,


keterbatasan fungsional, ketidakmampuan, dan keterlambatan yang
akan dialami bersamaan akibat proses penuaan.11

b. Stroke

Pada film Amoer, kejadian stroke muncul pada menit ke 9-15.


Pada scene ini digambarkan situasi sarapan pagi di meja makan.
Anne tiba-tiba duduk diam tak bergerak dan tidak menunjukkan
ekspresi apapun. Goerges kaget melihat fenomena itu, lalu dia
mencoba memberikan rangsangan dengan suara (menyapa), sentuhan
(memegang badan), dan memberikan kompres air dingin dengan
handuk. Anne tidak memberikan respon apapun sehingga Goerges
berinisiatif untuk mencari pertolongan, namun saat dia berganti
mantel di kamar, dia dikagetkan dengan suara kran yang dimatikan.
Lalu, Goerges kembali ke meja makan. Goerges menanyakan apa
yang terjadi, kenapa Anne diam saja? Anne mengaku tidak ingat
apapun, sehingga membuat Goerges menuduhnya melakukan lelucon
yang tidak lucu. Namun, setelah dicek dengan sejumlah pertanyaan,
11 Kurnianto, D. (2015). Menjaga Kesehatan di Usia Lanjut. Jurnal Olahraga, Vol. 11, No. 2,
hlm 19-30.

viii
Goerges mulai menyadari sesuatu telah terjadi, terlebih saat Anne
menuangkan teh dengan tangan kanan yang gemetar.

Gambaran di atas menunjukkan gejala stroke. Stroke ditandai


dengan kematian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak akibat penyakit pembuluh darah
otak (Wardhani & Martini, 2014). Hal itu ditunjukkan dengan Anne
yang mendadak diam terpaku dan tidak mampu memberikan respon
pada rangsangan-rangsangan yang diberikan padanya. Secara klinis,
pada saat itu sebagian saraf motorik

Lansia dengan stroke mengalami gangguan pada


muskuloskeletal. Lansia dengan stroke mengalami masalah gemetar
pada tangan (tremor), kepala berputar (vertigo), ketidakmampuan
untuk menelan (disfagia), gangguan motorik pada lidah, mulut,
rahang dan pita suara sehingga pasien sulit bicara (disatria),
kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara
lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan
daya ingat terhadap lingkungan (disorientasi), gangguan penglihatan,
seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola mata yang
tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis),
kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada
belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim),
gangguan pendengaran, rasa kaku di wajah, mulut atau lidah
(Indahsari, 2013)

Pada film ini ditunjukkan pada scene menit 21-27. Anne


pulang ke apartemen dengan kursi roda, tangan kanannya menekuk
dan tidak dapat digerakkan.Salah satu akibat dari serangan stroke
adalah hemiplegia dan hemiparesis. Hemiplegia adalah kondisi
kelumpuhan atau hilangnya kemampuan otot untuk bergerak yang
terjadi pada salah satu sisi tubuh, sementara hemiparesis dipahami

ix
sebagai kondisi dimana salah satu sisi tubuh mengalami kelemahan
sehingga sulit untuk digerakan.

Anne meminta bantuan Goerges untuk memindahkannya dari


kursi roda ke kursi baca. Terlihat, bagian kanan dari tubuh Anne
sudah tidak berfungsi atau mengalami kelumpuhan. Akibat
kelumpuhan itu, Anne membutuhkan bantuan untuk aktivitas
apapun, seperti tidur, mandi, dan mengambil barang.

Disfungsi fisik sering terjadi akibat serangan stroke, termasuk


kelumpuhan. Pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien dengan
gangguan sistem neurologi: Stroke, salah satunya Kebutuhan
aktivitas gerak: Mobilisasi dan Imobilisasi Pergerakan adalah proses
yang kompleks yang membutuhkan adanya koordinasi antara sistem
muskuloskeletal dan saraf. Mekanisme tubuh adalah istilah yang
digunakan untuk mendeskripsikan antara sistem muskuloskeletal
dengan sistem persyarafan. Pada pasien dengan gangguan
neurologis: Stroke, terjadi masalah aktivitas gerak: mobilisasi
diakibatkan karena terjadinya kelemahan pada salah satu sisi anggota
gerak pasien (Black&Hawk, 2014).

Saat bangun tidur, Goerges yang membantu Anne bangun dari


tempat tidurnya melihat bahwa Anne mengompol di tempat tidur
tanpa disadari oleh Anne. Setelah stroke, pasien sering mengalami
inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, maupun ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal.

c. Gangguan Kecemasan

Gambaran gangguan kecemasan terlihat dalam film ini pada


menit ke 25-45. Anne meminta Goerges untuk membantunya
pindah dari kursi roda ke kursi. Lalu, Anne meminta Goerges untuk
berjanji tidak membawanya ke rumah sakit lagi. Georges ingin
memberikan penjelasan, namun Anne memintanya untuk menuruti

x
tanpa alasan apapun. Lalu, Anne dibantu berbaring di tempat tidur.
Terlihat Anne dengan tatapan kosong dan tidak ada semangat
hidup. Anne meminta Goerges pergi dari kamar, dan memintanya
untuk tidak mengawasi. Anne merasa hidupnya tidak perlu
membebani suaminya, bahkan saat suaminya pulang dari upacara
pemakaman temannya, Anne melontarkan sejumlah pernyataan
bahwa kematian lebih baik daripada melanjutkan hidup. Anne sulit
menerima pendapat orang lain atau malas berdiskusi. Dia selalu
mengeluh lelah dan ingin tidur.

Deskripsi di atas menunjukkan menurunnya semangat hidup


pada diri Anne akibat kelumpuhan yang dialami setelah
mendapatkan tindakan operasi di rumah sakit. Secara psikologis,
gangguan kecemasan ditandai oleh rasa tidak aman, tidak matang,
dan kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas,
kesulitan dan tekanan dalam kehidupan sehari-hari (Syamsu Yusuf,
2009)

Pada lansia menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus


asa dan kecemasan menjadi masalah psikologis yang penting pada
lansia, khususnya lansia yang mengalami penyakit kronis. Perilaku
cemas pada lansia dapat disebabkan oleh penyakit medis fisiologi
yang sulit diatasi, kehilangan pasangan hidup, pekerjaan, keluarga,
dukungan sosial, respons yang berlebihan terhadap kejadian hidup,
pemikiran akan datangnya kematian (Sohat, 2014).

Smeltzer (2002: 203) menjelaskan orang dengan lanjut usia


sering takut atau menghindari layanan kesehatan dari rumah sakit.
Kekhawatiran mengenai keuangan dan ketakutan menjadi beban
bagi keluarga sering mengakibatkan ansietas berlebihan pada
lansia.

3. Faktor Risiko

xi
Beberapa contoh perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya :
terdapat pada penurunan massa tulang yang menyebabkan tulang menjadi
rapuh; mengalami penurunan tinggi badan; regenerasi jaringan otot
berjalan lambat dan massa otot berkurang; otot lengan dan betis mengecil
dan bergelambir; otot kehilangan fleksibilitas dan ketahanannya; sendi
mengalami keterbatasan rentang gerak; kartilago menipis sehingga sendi
menjadi kaki, nyeri, dan mengalami inflamasi.

Penurunan massa otot merupakan proses gradual, dan mayoritas


lansia dapat beradaptasi dengan keadaan ini. Aktivitas olahraga telah
terbukti mampu menurunkan laju pengeroposan tulang, meningkatkan
kekuatan otot, meningkatkan fleksibilitas dan koordinasi otot.
Sebaliknya, inaktivitas dan gaya hidup sedentari dapat menurunkan
ukuran dan kekuatan otot.

Penurunan massa otot dan densitas tulang menyebabkan


osteoporosis, tulang keropos dan rapuh sehingga beresiko mengalami
fraktur. Hal ini terjadi karena defisiensi estrogen dan penurunan kadar
kalsium dalam darah. Perubahan yang disebabkan oleh osteoporosis,
menurunnya pergerakan sendi, serta menurunnya kekuatan dan
ketahanan otot dapat berpengaruh terhadap kemampuan fungsional
lansia. Program latihan efektif dibarengi dengan intake nutrisi adekuat
dan pandangan hidup sehat mandiri dan aktif dapat memperlambat proses
penuaan pada lansia.

4. Akibat

Akibat dari stroke yang di derita oleh Anne adalah Anne


mengalami kelumpuhan. Salah satu akibat dari serangan stroke adalah
hemiplegia dan hemiparesis. Hemiplegia adalah kondisi kelumpuhan atau
hilangnya kemampuan otot untuk bergerak yang terjadi pada salah satu sisi
tubuh, sementara hemiparesis dipahami sebagai kondisi dimana salah satu
sisi tubuh mengalami kelemahan sehingga sulit untuk digerakan. Tampak
jelas juga bahwa Anne tidak dapat memenuhi kebutuhan aktivitas

xii
hidupnya sehari-hari. Goerges membantu Anne mulai dari makan, mandi,
berpindah tempat dan berjalan. Terdapat gangguan motorik pada lidah,
mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien sulit bicara (disatria).

Anne merasa cemas karena kondisinya sekarang yang sudah tidak


bisa menjalankan aktivitas sehari-hari. Anne menderita gangguan
kecemasan yang diakibatkan karena anne terkena stoke merasa lebih baik
mati saja dibandingkan harus menjalankan hidupnya saat ini. Kecemasan
atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan
dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek
ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas wajar dapat
dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila
intensitasnya tinggi dan bersifat negatif dapat menimbulkan kerugian dan
dapat mengganggu keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan tidak selalu berdasar atas kenyataan, tetapi dapat juga hanya
berdasarkan imajinasi individu. Kecemasan yang tidak rasional ini
biasanya disebabkan oleh ketakutan individu akan ketidakmampuan diri
sendiri (Putri, 2019)

5. Penanganan dan Pencegahan

Untuk penanganan dalam keterbatasan gerak Anne diberikan


latihan Range of Motion (ROM). ROM dapat diartikan sebagai pergerakan
maksimal yang dimungkinkan pada sebuah persendian. Rentang
pergerakan sendi bervariasi dari individu ke individu lain dan ditentukan
oleh jenis kelamin, usia, ada atau tidaknya penyakit, dan jumlah aktivitas
fisik yang normalnya dilakukan seseorang (Kozier et al, 2004 dalam
Adriana & Sari, 2019).

Kecemasan yang dialami Anne dapat diatasi dengan adanya


dukungan dari keluarga, karena dengan adanya dukungan keluarga bisa
meningkatkan hilangnya rasa kecemasan yang dialami. Jika kecemasan
pada lanjut usia tidak segera diatasi maka akan mengganggu kegiatan

xiii
sehari-hari sehingga perlu adanya peran keluarga dan peran sosial
(Nindiawati, 2011).

Gangguan Kecemasan

Dalam pengasuhan pasien lansia dengan gangguan kecemasan, Smeltzer


(2002:203) menyarankan perawat harus mengetahui dan memahami implikasi rasa
takut, ansietas, dan ketergantungan pada pasien. Otonomi dan pengambilan
keputusan mandiri harus didukung. Sikap perawat dan keluarga yang positif dan
percaya diri akan membantu meningkatkan penampilan mental lansia. Selain
ansietas dan ketakutan, individu lansia beresiko tinggi mengalami disorientasi,
konfusi, perubahan tingkat kesadaran dan gejala lain dari delirium jika mereka
dimasukkan ke rumah sakit.

Secara psikologi, gangguan kecemasan bisa diatasi dengan terapi kognitif


dan perilaku (cognitive and behavior therapy atau CBT). Pada film Amour,
mencul sejumlah scene dimana Goerges memberikan buku bacaan atau
membacakan buku/surat untuk membantu Anne menenangkan pikiran. Buku atau
bahan bacaan memang dapat membantu pasien yang mengalami gangguan
kecemasan. Teknik ini populer disebut dengan biblioterapi. Jachna dalam Suparyo
(2010) menjelaskan biblioterapi sebagai bentuk dukungan psikoterapi melalui
bahan bacaan untuk membantu seseorang yang mengalami permasalahan
personal. Metode terapi ini sangat dianjurkan, terutama bagi penderita gangguan
kecemasan yang sulit mengungkapkan permasalahannya secara verbal. Buku
menjadi media katarsis dan asosiasi bagi pasien sehingga memberikan efek
terapeutik.

C. PENUTUP

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan


waktu. Usia tua merupakan fase akhir dari rentang kehidupan manusia. Pada fase
usia, setiap orang, menderita paling tidak satu penyakit kronis.

xiv
xv
DAFTAR PUSTAKA

Adriani & Sari, N. (2019). Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Aktif
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah Lansia.
Real in Nursing Journal (RNJ), Vol 2, No 3
(https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/article/view/564/149 diakses
pada tanggal 2 Oktober 2020)

Ayu, Afifka Dyah dan Bambang Edi Warsito.2012. Pemberian Intervensi Senam
Lansia pada Lansia dengan Nyeri Lutut dipublikasikan dalam Jurnal
Nursing Studies, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, halaman 60-65

Hawari, H.D. 2013. Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: FK UI

Indahsari, N. P., Agusman, F., Ekowati, S. I. (2013). Hubungan Perubahan Fisik


Terhadap Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada Lansia
dengan Stroke (Studi pada Unit Rehabilitas Sosial Kota Semarang.
Jurnal Keperawatan Komunitas, Vol. 1, No. 1, Hal. 24-32 diunduh
melalui http://103.97.100.145/index.php/ pada tanggal 30 September
2020)

Karuniawati, H., Ikawati, Z & Gofir, A. (2015). Pencegahan Sekunder untuk


Menurunkan Kejadian Stroke Berulang pada Stroke Iskemik. Jurnal
Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Vol 5, No 1
(https://dev.jurnal.ugm.ac.id/ diakses pada tanggal 2 Oktober 2020)

Kiik, S.M., Sahar, J., Permatasari, H. 2018. Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut
Usia (Lansia) di Kota Depok dengan Latihan Keseimbangan. Jurnal
Keperawatan Indonesia, XXI (2) : 109-116

Kurnianto, D. (2015). Menjaga Kesehatan di Usia Lanjut. Jurnal Olahraga, Vol.


11, No. 2, hlm 19-30.

xvi
Nindiawati, R. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan pada
Lansia di Dusun Bibis Lumbungrejo Tempel Sleman Yogyakarta.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta
(http://digilib.unisayogya.ac.id/1190/ diakses pada tanggal 2 Oktober
2020)

Putri, F (2019). Efektivitas Terapi Musik Klasik Pada Lansia Yang Mengalami
Kecemasan Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorders). Program
Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945.
Hal : 110-116 (http://fppsi.um.ac.id/wp-
content/uploads/2019/07/Frisca-Putri.pdf diakses pada tanggal 2
Oktober 2020)

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan


Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC

Sohat, F ., Bidjuni, H., Kallo, V (2014). Hubungan Tingkat


Kecemasan Dengan Insomnia Pada Lansia Di Balai Penyantunan
Lanjut Usia Senja Cerah Paniki Kecamatan Mapanget Manado.
Universitas Sam Ratulangi, tahun 2014 hal 1-7 (diakses pada tanggal
2 Oktober 2020 https://media.neliti.com/)

Suparyo, Yossy. 2010. Biblioterapi, Kekuatan Penyembuhan Lewat Buku diunduh


pada https://pelosokdesa.wordpress.com/2010/03/04/biblioterapi-
kekuatan-penyembuhan-lewat-buku/ pada 1 Oktober 2020

Tim Penyusun KBBI. 2001.Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3, Jakarta: Balai
Pustaka

Wardhani, N. R ., Martini, S . 2014. Faktor yang Berhubungan dengan


Pengetahuan Tentang Stroke pada Pekerja Institusi Pendidikan Tinggi.
Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 1, tahun 2014 hal 13-23

xvii
xviii

Anda mungkin juga menyukai