Anda di halaman 1dari 11

Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

SUDDEN DEAFNESS

Oleh:

Septiriani Aryetti 1840312679


Dini Reswari 1840312682

Preseptor :
dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL (K) FICS

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK


BEDAH KEPALA DAN LEHER
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

kranial. Membran Reisnner memiliki komplians yang


Case Report Session

SUDDEN DEAFNESS
Septiriani Aryetti, Dini Reswari

PENDAHULUAN
Tuli mendadak atau Sudden deafness merupakan sangat tinggi sehingga perubahan tekanan yang sangat
salah satu kegawatdaruratan di bidang THT-KL yang kecil sekalipun dapat menyebabkan perubahan volume
memerlukan penanganan segera, efektif dan tepat. 1 yang besar pada ruang endolimfe. Gangguan
Sudden deafness didefinisikan sebagai penurunan keseimbangan tekanan pada kedua sistem tersebut akan
pendengaran tipe sensorineural yang terjadi secara menyebabkan gangguan pendengaran dan
tiba-tiba / mendadak dengan penurunan 30dB atau keseimbangan.5
lebih, paling sedikit tiga frekuensi berturut-turur pada Organon Corti terletak pada membran basiler dan
pemeriksaan audiometri dan berlangsung dalam waktu banyak mengandung sel sensori, sel rambut luar maupun
kurang dari 3 hari.2 sel rambut dalam. Diantara barisan sel rambut luar dan
Sudden deafness diderita oleh 5 sampai 30 kasus sel rambut dalam terdapat suatu saluran Corti. Sel
per 100.000 penduduk, dengan peningkatan sekitar rambut luar berbentuk silindris sedangkan sel rambut
4000 kasus per tahun di Amerika Serikat. Di Jerman dalam berbentuk seperti labu. Sel rambut luar pada
didapatkan prevalensi sudden deafness sebanyak 160 apeks koklea memiliki ukuran lebih panjang dibandingkan
kasus per 100.000 penduduk per tahunnya. Di Italia pada bagian basal. Stereosilia sel rambut dalam pada
dilaporkan antara 5 sampai 20 kasus per 100.000 basal koklea berukuran lebih pendek dibandingkan
penduduk.3,4 Insiden sudden deafness di poli THT-KL dengan apeks koklea. Stria vaskularis beradadiantara
RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010 - 2013 ruang perilimfe dan endolimfe di sepanjang dinding
ialah sebanyak 110 kasus. Kisaran umur penderita koklea. Stria vaskularis banyak mengandung pembuluh
antara 8 – 79 tahun dengan kelompok umur terbanyak darah dan mitokondria pada selnya yang
ialah pada rentang 40 - 60 tahun.3 Sudden diefness mengindikasikan terlibatnya aktivitas metabolik. 5
biasanya terjadi unilateral, hanya 1-5% kasus yang
terjadi secara bilateral.1 Tidak ada perbedaan
prevalensi sudden diefness pada perempuan dan laki-
laki.3,4,5
Etiologi sudden diefness hingga saat ini masih
belum diketahui secara pasti, kebanyakn bersifat
idiopatik. Penyakit infeksi, penyakit telinga (seperti
penyakit meniere, otosklerosis, penyakit autoimun
telinga bagian dalam, operasi telinga atau dasar otak),
trauma, vaskular dan hematologik, dan neoplasma
kemungkinan ikut berperan dalam kejadian sudden Membran basiler berukuran panjang sekitar 150 μm
deafness.1 di basal koklea dan lebar 450 μm di apeks, mengandung
Diagnosis sudden diefness ditegakkan melalui jaringan ikat dan membentuk basal skala media. Pada
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan bagian basal, membran basiler mempunyai struktur yang
penunjang. Pasien biasanya datang dengan keluhan lebih kaku dibandingkan apeks. Perubahan struktur
tinitus dan atau vertigo.5 Derajat ketulian yang secara gradual ini menyebabkan suara yang mencapai
ditimbulkan dapat bervariasi mulai dari ringan, sedang, telinga menghasilkan gelombang pada membran basiler
sedang berat, berat dan sangat berat. yang berjalan dari basal menuju ke apeks koklea.5
Penatalaksanaan tuli mendadak meliputi terapi Koklea diinervasi oleh serat saraf aferen auditoris,
konservatif dengan beberapa modalitas. Penanganan eferen dan autonomik. Koklea
harus dilakukan sedini mungkin karena penanganan diperdarahi oleh arteri labirintin yang berasal dari arteri
yang terlambat akan menyebabkan tuli yang serebelum anterior inferior dan berjalan mengikuti nervus
permanen.1 kranialis VIII pada meatus akustikus internus. Arteri
labirintin merupakan arteri terminal dan hanya
TINJAUAN PUSTAKA mengandung sedikit bahkan tidak ada suplai pembuluh
A. Anatomi dan Fisiologi Pendengaran darah kolateral ke koklea.5
1. Anatomi Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea dan organ 2. Fisiologi Pendengaran
vestibuler yang berada pada tulang temporal. Koklea Proses mendengar dimulai dengan ditangkapnya
merupakan tabung yang mengandung organ sensori energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang
untuk pendengaran. Koklea memiliki tiga buah kanal yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
yang mengandung cairan yaitu skala vestibuli, skala Setelah memasuki meatus eksterna, bunyi akan
timpani dan skala media. Skala media berada di koklea menggetarkan membran timpani selanjutnya dirambatkan
bagian tengah, dipisahkan dari skala vestibuli oleh melalui osikula auditiva. Tulang pendengaran akan
membran Reissner dan dari skala timpani oleh mengamplifikasi getaran melalui gaya ungkit tulang
membran basilaris. Skala vestibuli dan skala timpani pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran
berisi cairan perilimfe sedangkan skala media berisi timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
cairan endolimfe.5 diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan
Cairan perilimfe pada telinga dalam berhubungan menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada
dengan cairan serebrospinal skala vestibuli bergerak. Gerakan diteruskan melalui
pada kavum kranii melalui akuaduktus koklearis, yang membran Reissner yang mendorong endolimfe, sehingga
menghubungkan ruang perilimfe dengan ruang cairan akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

dan membran tektorial. Proses ini merupakan 2. Epidemiologi


rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya Sudden deafness diderita oleh 5 sampai 30
defleksi stereosilia sel–sel rambut, sehingga kanal ion kasus per 100.000 penduduk, dengan peningkatan
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari sekitar 4000 kasus per tahun di Amerika Serikat. Di
badan sel. Keadaan ini akan menimbulkan depolarisasi Jerman didapatkan prevalensi sudden deafness
sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke sebanyak 160 kasus per 100.000 penduduk per
dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi tahunnya. Di Italia dilaporkan antara 5 sampai 20
pada saraf auditorius sampai ke korteks pendengaran kasus per 100.000 penduduk.3,4 Banyak kasus yang
pada area 39-40 di lobus temporalis.6 tidak dilaporkan, sehingga sangat besar kemungkinan
Selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale angka tersebut bisa lebih tinggi.7 Hal ini dikarenakan
tuli mendadak dapat teratasi secara spontan (32-70%)
yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala sebelum pasien tersebut mengunjungi tempat
vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran pelayanan kesehatan.1,7
Reissner yang mendorong endolimfe dan membran Belum ada data pasti mengenai prevalensi
basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala sudden deafness di Indonesia. Berdasarkan penelitian
timpani akan bergerak sehingga foramen rotundum yang pernah dilakukan, dikethaui insiden sudden
terdorong ke arah luar. Pada waktu istirahat, ujung deafness di poli THT-KL RSUP. Dr. M. Djamil Padang
pada tahun 2010 - 2013 ialah sebanyak 110 kasus.3
sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya
Sudden deafness dapat mengenai semua golongan
membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. usia, tetapi lebih sedikit kasus yang dilaporkan terjadi
Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan pada anak-anak dan usia lanjut. Puncak kejadian
listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan sudden deafness terjadi pada rentang umur 40 - 60
Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang N. VIII, tahun.3,7 Sudden diefness biasanya terjadi unilateral,
kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat hanya 1-5% kasus yang terjadi secara bilateral. 1 Tidak
sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat ada perbedaan prevalensi sudden diefness pada
perempuan dan laki-laki.3,4,5
yang ada di lobus temporalis.1

B. Sudden Deafness 3. Etiologi


Etiologi sudden deafness hingga saat ini belum
1. Definisi diketahui dengan pasti, namun terdapat beberapa
Tuli mendadak atau Sudden deafness kemungkinan penyebab, yaitu idiopatik (71%), penyakit
merupakan salah satu kegawatdaruratan di bidang infeksi (12,8%), penyakit telinga (4,7%) seperti penyakit
THT-KL yang memerlukan penanganan segera, Meniere, otosklerosis, penyakit autoimun telinga bagian
1
efektif dan tepat. Sudden deafness didefinisikan dalam, operasi telinga atau dasar otak, trauma (4,2%),
sebagai penurunan pendengaran tipe sensorineural vaskular dan hematologik (2,8%), neoplasma (2,3%),
yang terjadi secara tiba-tiba / mendadak dengan serta penyebab lainnya (2,2%).1
penurunan 30dB atau lebih, paling sedikit tiga Beberapa kondisi klinis yang berhubungan dengan tuli
frekuensi berturut-turur pada pemeriksaan mendadak dapat dilihat dalam Tebal 1:7
audiometri dan berlangsung dalam waktu kurang
dari 3 hari.2
Tabel 1. Kondisi yang berhubungan dengan sudden deafness
Infeksi: Autoimun:
- Meningococcal meningitis - Autoimmune inner ear disease (AIED)
- Herpesvirus (simplex, zoster, varicella, - Ulcerative colitis
cytomegalovirus) - Relapsing polychondritis
- Mumps - Lupus erythematosus
- Human immunodeficiency virus - Polyarteritis nodosa
- Lassa fever - Cogan’s syndrome
- Mycoplasma - Wegener’s granulomatosis
- Cryptococcal meningitis
- Toxoplasmosis
- Syphilis
- Rubeola
- Rubella
- Human spumaretrovirus
Trauma Vaskular
- Perilymph fistula - Vascular disease/alteration of microcirculation
- Inner ear decompression sickness - Vascular disease associated with
- Temporal bone fracture mitochondriopathy
- Inner ear concussion - Vertebrobasilar insufficiency
- Otologic surgery (stapedectomy) - Red blood cell deformability
- Surgical complication of nonotologic surgery - Sickle cell disease
- Cardiopulmonary bypass
Neurologic Neoplastic
- Multiple sclerosis - Acoustic neuroma
- Focal pontine ischemia - Leukemia
- Migraine - Myeloma
- Metastasis to internal auditory canal
- Meningeal carcinomatosis
- Contralateral deafness after acoustic neuroma
surgery
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

4. Patofisiologi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti tes


Hipotesis penyebab sudden deafness idiopatik garputala dan audiometri. Penanganan tuli konduksi dan
yang paling banyak diterima adalah kelainan vaskular, tuli sensorineural sangat berbeda misalnya pada tuli
ruptur membran intrakoklear dan proses infeksi virus.8,9 konduksi akibat sumbatan serumen, terapi bisa diberikan
Kelainan vaskular secara efektif dan prognosis baik.14
Aliran darah koklea berasal dari 2 arteri terminal. Anamnesis yang harus ditanyakan adalah adanya
Kecilnya diameter pembuluh darah arteri dan tanpa riwayat trauma, nyeri pada telinga luar dan saluran
ada pembuluh darah kolateral menyebabkan koklea telinga, drainase telinga, demam dan gejala sistemik
rentan terhadap cedera yang melibatkan pembuluh lainnya. Pasien sudden deafness biasanya melaporkan
darah. Kelainan vaskular sebagai penyebab sudden adanya tinnitus, rasa penuh pada telinga atau vertigo.
deafness bisa juga terjadi akibat adanya perdarahan Pemeriksaan saluran telinga dan membran timpani
vaskular akut, oklusi emboli dan penyakit vaskular, penting untuk membedakan tuli sensorineural dan tuli
vasospasme atau akibat perubahan viskositas konduksi. Penyebab tuli konduksi antara lain adanya
darah.8,10 sumbatan serumen, otitis media, benda asing,
Ruptur membran intrakoklea otosklerosis, trauma dan kolesteatoma. Anamnesis
Trauma pada koklea dengan robekan atau ruptur lainnya adalah adanya riwayat kehilangan pendengaran
pada membran telinga dalam menyebabkan keluhan unilateral atau bilateral yang bersifat episodik, adanya
kehilangan pendengaran mendadak disertai dengan vertigo dan gejala neurologi fokal. Pasien tuli
sensasi “pop” yang terjadi saat aktivitas berat atau sensorineural dengan riwayat kehilangan pendengaran
peningkatan tekanan intrakranial. Akibat dari ruptur yang bersifat fluktuatif harus dievaluasi kemungkinan
membran intrakoklear terjadi percampuran cairan penyebabnya adalah penyakit Meniere, kelainan
perilimfe dan endolimfe. Pemeriksaan histopatologi autoimun, sindrom Cogan dan sindrom hiperviskositas.
postmortem pada tulang temporal pasien sudden Penyakit Meniere merupakan penyebab paling sering
deafness idiopatik menyokong teori ruptur membran kehilangan pendengaran fluktuatif yang unilateral.
sebagai patofisologi SNHL idiopatik.8,11 Penyakit telinga tengah autoimun dan sindrom Cogan
Infeksi virus biasanya melibatkan telinga bilateral. Semua kondisi
Infeksi atau reaktivasi virus pada telinga dalam tersebut menyebabkan penurunan pendengaran yang
menyebabkan terjadinya inflamasi koklea dan bertahap dan fluktuatif, namun kadang muncul mendadak
kerusakan struktur telinga dalam. Data klinis, studi sebagai tuli sensorineural.14
hewan invitro dan studi histopatologi pada tulang Tuli mendadak disertai dengan gejala dan tanda
temporal pasien sudden deafness menyokong etiologi neurologis fokal mengindikasikan keterlibatan sistem
ini. Peningkatan signifikan kadar serum antibodi saraf pusat. Oklusi arteri auditorik interna paling sering
antiviral termasuk antibodi terhadap sitomegalovirus, terlibat dalam mekanisme tuli mendadak unilateral akibat
herpes simplek tipe 1, herpes zoster, influenza B, stroke. Arteri auditorik interna mendapatkan suplai dari
mumps, enterovirus dan rubeola berhasil diisolasi dari arteri serebelar inferior anterior (AICA). Area yang
serum pasien sudden deafness idopatik. Tulang terkena biasanya adalah pedunkulus serebelum media
temporal pasien sudden deafness idiopatik dan pons lateral. Hampir sebagian besar infark labirin
menunjukkan pola histologis yang sama dengan terkait distribusi AICA dihubungkan dengan hilangnya
labirintitis viral yaitu atropi pada organ korti, membran pendengaran unilateral dan gangguan vestibular akut.
tektorial, stria vaskularis dan end organ vestibular.8 Tuli mendadak unilateral bisa merupakan manifestasi dari
sudden deafness bilateral sangat jarang terjadi dan Transient Ischemic Attack pada distribusi AICA. Gejala
merupakan kondisi sistemik serius dengan morbiditas yang menyertai tuli mendadak akibat oklusi AICA antara
dan mortalitas yang tinggi. Mekanisme penyebab lain sindrom horner ipsilateral (paresis okulosimpatetik
umum sudden deafness bilateral adalah toksik, yang terdiri dari miosis, ptosis dan anhidrosis), diplopia,
autoimun, neoplastik dan vaskular. sudden deafness nistagmus, kelemahan wajah ipsilateral dan kesemutan,
bilateral merupakan kondisi emergensi yang ataksia, vertigo, slurred speech, kekakuan ektremitas
membutuhkan penanganan segera untuk unilateral, kehilangan kontrol nyeri dan suhu
menyingkirkan kondisi yang mengancam jiwa atau kontralateral.14
kondisi-kondisi yang reversibel.12 Apabila pasien
dengan dugaan sudden deafness yang disertai Pemeriksaan Fisik
penyakit dasar seperti gangguan sistemik, penyakit Pada pemeriksaan fisik otoskopi tidak ditemukan
autoimun, kelainan metabolik, penyakit Meniere kelainan pada telinga yang sakit. Tes Penala didapatkan:
bilateral atau disertai kelainan neurologi tertentu, Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang sehat,
kemungkinan pasien tersebut bukan sudden Schwabach memendek. Kesan tuli sensorineural.13
deafness.11
A. Pemeriksaan Penunjang
5. Diagnosis Pada pemeriksaan pendengaran (audiologi)
Anamnesis lainnya yang dapat dilakukan diantaranya ialah
audiometri nada murni. Pada audiometri nada murni
Anamnesis yang teliti mengenai proses terjadinya
dapat ditemukan sebagai tuli sensorineural ringan sampai
ketulian, gejala yang menyertai, serta faktor
predisposisi penting untuk mengarahkan diagnosis.13 berat (Tabel 2). Pemeriksaan audiometri nada murni
Berdasarkan pedoman klinis tuli sensorineural (pure tone audiometry) wajib dikerjakan untuk diagnosis
mendadak dari American Academy of Otolaryngology– pasti SSNHL karena dapat membedakan CHL dengan
Head and Neck Surgery Foundation (AAO-HNSF) pada SNHL dan menetapkan frekuensi ambang pendengaran.
Pasien memerlukan pemeriksaan serial audiometri untuk
tahun 2013, langkah pertama dari penegakan
menilai adanya pemulihan pendengaran, memonitor
diagnosis tuli mendadak adalah klinisi harus mampu
terapi, menentukan perlunya rehabilitasi auditorik,
membedakan sudden deafness yang merupakan tuli
skrining adanya relaps dan menyingkirkan adanya
sensorineural dengan tuli konduksi karena sangat
ketulian pada telinga kontralateral. Pemeriksaan
penting untuk menentukan terapi dan prognosis.
garputala Weber dan Rinne test penting dilakukan untuk
Keduanya bisa dibedakan dari anamnesis,
mengkonfirmasi hasil pemeriksaan audiometri atau pada
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

kondisi tidak tersedianya pemeriksaan audiometri.8,11


6. Tatalaksana
Tabel 2. Kriteria Tuli Mendadak
Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain
pemberian kortikosteroid sistemik, kortikosteroid
intratimpani, terapi oksigen hiperbarik.
Kortikosteroid Sistemik
Saat sekarang ini, standar pengobatan tuli
mendadak adalah dengan tapering off kortikosteroid oral.
Sebuah studi RCT (randomized controlled trial)
membandingkan terapi steroid oral dengan plasebo pada
67 pasien, menunjukkan hasil perbaikan lebih signifikan
pada kelompok pasien dengan terapi steroid oral
dibandingkan kelompok pasien dengan plasebo (61% vs.
32%, p <0,05). Untuk hasil pengobatan yang maksimal,
Pemeriksaan Auditory Brainsteam Response dosis terapi prednison oral yang direkomendasikan
(ABR) digunakan untuk menyingkirkan adanya lesi adalah 1 mg/kgbb/hari dosis tunggal dengan dosis
pada serebelopontin angle (CPA) atau kanal auditorik maksimum 60 mg/hari selama 10-14 hari. Dosis
internal (IAC) sebagai penyebab tuli unilateral. ABR ekuivalen prednison 60 mg setara dengan
sangat berguna pada kondisi tidak tersedianya MRI metilprednisolon 48 mg dan deksametason 10 mg.
atau kontra indikasi dilakukan MRI. Sensitivitas Sebuah data yang representatif menggunakan regimen
pemeriksaan ABR untuk mendiagnosis tumor lebih pengobatan dengan dosis maksimum selama 4 hari
rendah dibandingkan dengan MRI yaitu 88% diikuti tapering off 10 mg setiap dua hari. Efek samping
dibandingkan dengan 99%. Namun pada tumor yang prednison meliputi insomnia, dizziness, kenaikan berat
ukurannya <1 cm, pemeriksaan ABR memiliki badan, berkeringat, gastritis, perubahan mood,
sensitivitas yang lebih tinggi sekitar 95% dengan fotosensitif, dan hiperglikemia.
spesifisitas sampai 88% dibandingkan dengan MRI. 8,11 Kortikosteroid Intratimpani
Pemeriksaan MRI kepala dilakukan untuk Steroid intratimpani yang biasa diberikan adalah
mendeteksi kelainan retrokoklea yaitu lesi struktural deksametason atau metilprednisolon. Konsentrasi
pada nervus vestibulokoklear, batang otak dan otak. kortikosteroid yang digunakan bervariasi, sebagian besar
Adanya kelainan pada ABR dan audiometri merupakan studi menganjurkan deksametason 10-24 mg/mL dan
indikasi dilakukan pemeriksaan MRI untuk penilaian metilprednisolon 30 mg/mL atau lebih. Efek samping
lebih lanjut. Pemeriksaan CT scan tidak tepat terapi intratimpani yang harus diantisipasi adalah efek
digunakan untuk penilaian awal pasien dengan dugaan lokal, seperti otalgia, dizziness, vertigo, perforasi
tuli sensorineural karena tidak memperoleh informasi membran timpani, atau infeksi (otitis media).
untuk meningkatkan penanganan awal pasien. Kecuali Terapi Oksigen Hiperbarik
pada pasien dengan defisit neurologi fokal, adanya Terapi ini memberikan oksigen 100% dengan
riwayat trauma dan penyakit telinga kronis, serta pada tekanan lebih dari 1 ATA (atmosphere absolute). Terapi
kondisi yang tidak memungkinkan dilakukan MRI ini bertujuan untuk meningkatkan oksigenasi koklea dan
seperti pasien menggunakan pace maker, perilimfe, sehingga diharapkan dapat menghantarkan
klaustropobia atau ada masalah pembiayaan.8,11 oksigen dengan tekanan parsial yang lebih tinggi ke
Tes Tone Decay atau reflex kelelahan negatif jaringan, terutama koklea yang sangat peka terhadap
kemungkinan akan ditemukan kesan bukan tuli keadaan iskemik. Terapi oksigen hiperbarik diperkirakan
retrokoklea. Audiometri tutur dapat memberikan hasil memiliki efek yang kompleks pada imunitas tubuh,
SDS (Speech Discrimination Score) kurang dari 100 transpor oksigen dan hemodinamik, peningkatkan
dengan kesan tuli sensorineural. Pemeriksaan respons normal pejamu terhadap infeksi dan iskemia,
audiometri impedans bisa didapatkan timpanometri serta mengurangi hipoksia dan edema. Menurut guideline
Tipe A (normal), refleks stapedius ipsilateral negatif AAO-HNS, terapi oksigen hiperbarik sebaiknya dilakukan
atau positif, sedangkan kontralateral positif dengan dalam 2 minggu hingga 3 bulan dari saat diagnosis tuli
kesan akhir tuli sensorineural. Tes BERA dapat mendadak. Pasien usia muda memberikan respons lebih
dilakukan pada anak dan biasanya menunjukkan tuli baik dibandingkan pasien yang lebih tua (usia bervariasi
sensorineural ringan sampai berat. Pemeriksaan ENG antara 50-60 tahun). Terapi ini memiliki efek samping
(elektronistagmografi) mungkin terdapat paresis berupa kerusakan pada telinga, sinus dan paru akibat
kanal.13 perubahan tekanan, miopi yang memburuk sementara,
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak diperlukan klaustrofobia, dan keracunan oksigen.13
untuk mendiagnosis SSNHL idiopatik karena berkaitan Evaluasi fungsi pendengaran dilakukan setiap satu
dengan pembiayaan dan potensial terjadi bias positif minggu selama satu bulan. Kallinen et al (1977)
palsu. Pemeriksaan laboratorium spesifik berguna mendefinisikan perbaikan pendengaran pada tuli
untuk mengidentifikasi penyebab potential yang mendadak adalah sebagai berikut:13
spesifik seperti pemeriksaan marker inflamasi dan  Sangat baik, apabila perbaikan lebih dari 30 dB pada 5
pemeriksaan infeksi yang spesifik seperti ELISA untuk frekuensi.
penyakit Lyme yang kemudian dikonfirmasi dengan  Sembuh, apabila perbaikan ambang pendengaran
Western Blot, pemeriksaan cairan likuor otak untuk kurang dari 30 dB pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz,
infeksi meningitis, pemeriksaan VDRL untuk penyakit 1000 Hz, 2000 Hz dan di bawah 25 dB pada frekuensi
sifilis. Pemeriksaan serologi pada dugaan penyakit 4000 Hz.
autoimun dilakukan pemeriksaan antinuclear antibody  Baik, apabila bila rerata perbaikan 10-30 dB pada 5
(ANA test) dan faktor rheumatoid. Apabila penyakit frekuensi.
dasar dicurigai akibat faktor vaskular maka dilakukan  Tidak ada perbaikan, apabila terdapat perbaikan
pemeriksaan sesuai dengan faktor resiko vaskular kurang dari 10 dB pada 5 frekuensi.
seperti lipid profil dan serum glukosa. Pasien dengan Bila gangguan pendengaran tidak sembuh dengan
penyakit metabolik seperti tiroid bisa dilakukan pengobatan di atas, dapat dipertimbangkan pemasangan
pemeriksaan TSH, T3 dan free T4.8 alat bantu dengar (hearing aid). Apabila dengan alat
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

bantu dengar masih belum dapat berkomunikasi secara ● Batuk sejak 1 hari yang lalu, pilek tidak ada. Riwayat
adekuat maka perlu dilakukan psikoterapi dengan batuk dan pilek hilang timbul ada.
tujuan agar pasien dapat menerima keadaan.13 ● Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
● Riwayat telinga terasa penuh tidak ada.
7. Prognosis ● Riwayat menderita parotitis sebelumnya tidak ada
Prognosis sudden deafness tergantung pada ● Riwayat menderita cacar air sebelumnya tidak ada
beberapa faktor antara lain usia pasien, adanya vertigo ● Riwayat mengidap penyakit herpes zoster
saat onset, derajat gangguan pendengaran, sebelumnya tidak ada
● Riwayat trauma kepala tidak ada.
karakteristik awal audiometri, waktu antara onset
● Riwayat trauma bising tidak ada.
gangguan pendengaran dengan dimulainya terapi. ● Mengalami perubahan tekanan udara yang besar
Direkomendasikan untuk melakukan follow up jangka dan mendadak tidak ada.
panjang sehingga dapat mengidentifikasi penyebab ● Penggunaan obat ototoksik tidak ada.
sudden deafness yang mungkin belum ditemukan saat ● Riwayat kemasukan sesuatu pada telinga tidak ada
penanganan awal. Pasien dengan sudden deafness ● Penurunan berat badan yang signifikan dalam 3
idiopatik sangat penting melakukan follow up bulan terakhir tidak ada.
● Riwayat hidung berdarah tidak ada
audiometri yang menentukan keberhasilan terapi.
● Riwayat penurunan berat badan yang cepat tidak
Follow up pada 156 pasien yang didiagnosis sudden ada
deafness idiopatik 54,5% menunjukkan perbaikan ● Riwayat penggunaan obat-obatan dalam jangka
dalam 10 hari meskipun belum komplit. Perbaikan final waktu lama tidak ada
dicapai dalam 1 bulan pada 78% pasien, 3 bulan pada
97 pasien dan hanya 0,6% yang perbaikannya Riwayat Penyakit Dahulu :
mencapai 6 bulan. Sehingga disarankan untuk ● Riwayat Hipertensi tidak ada.
● Riwayat Diabetes tidak ada.
melakukan follow up audiometri hingga 6 bulan. Pasien
● Riwayat terkena penyakit infeksi
tuli mendadak yang telah mendapat pengobatan
sebelumnya tidak ada
namun ketulian tetap bersifat permanen dan
● Riwayat stroke tidak ada
menimbulkan kecacatan maka dibutuhkan rehabilitasi
auditorik.14
Riwayat Penyakit Keluarga :
● Riwayat keluarga dengan hipertensi tidak ada
LAPORAN KASUS
● Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus
Identitas Pasien
tidak ada
Nama : Tn. Nofia Indra
● Riwayat keluarga yang menderita
Jenis Kelamin : Laki-laki
keganasan tidak ada
Usia : 41 tahun
Alamat : Koto Malintang, Baso Riwayat Kebiasaan, Sosial, Ekonomi:
Suku Bangsa : Minangkabau Pasien adalah seorang buruh bangunan, riwayat
mengorek telinga tidak ada, pasien ex-smoker (IB sedang
Keluhan Utama :
Pendengaran telinga kiri berkurang secara tiba-tiba Status Generalisata
sejak 3 hari yang lalu Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran : Composmentis cooperatif
Riwayat Penyakit Sekarang :
● Pendengaran telinga kiri berkurang secara tiba- Tekanan darah : 110/80 mmHg
tiba sejak 3 hari yang lalu pada saa bangun tidur. Frekuensi nadi : 82x/menit
● Telinga terasa berdenging sejak 3 hari yang lalu Suhu : Afebris
dan menetap. Pernapasan : 18x/menit
● Pusing serasa berputar sejak 3 hari yang lalu.
Sianosis : Tidak ada
Pusing menetap dan tidak dipicu dengan
perubahan posisi kepala. Edema : Tidak ada
● Riwayat muntah ada sejak 3 hari yang lalu Anemis : Tidak ada
● Riwayat demam tinggi sejak 2 minggu yang lalu Ikterus : Tidak ada
● Riwayat telinga berdenging pada telinga kiri sejak
1 minggu yang lalu. Pasien berobat ke Pemeriksaan Sistemik
puskesmas dan diberikan obat makan sekaligus Kepala: Normocepal Mata
untuk demam yang sudah dideritanya semenjak 1 Konjungtiva: Tidak anemis
minggu sebelumnya. Pasien diberikan obat
Sklera: tidak ikterik
demam dan anti nyeri. Setelah 5 hari minum obat,
keluhan telinga berdenging pasien tidak kunjung
membaik dan tiba-tiba pada pagi hari pasien Thoraks
merasakan telinganya yang sakit mengalami Jantung:
penurunan pendengaran. Karenanya pasien Inspeksi :Iktus kordis tidak terlihat
berobat ke praktek pribadi Sp.THT-KL dan Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS
diberikan obat anti vertigo. Pasien disarankan ke Perkusi : Redup
RSAM apabila dalam 3 hari keluhan telinga masih Auskultasi : S1 & S2 reguler, bising (-) gallop (-)
dirasakan. 3 hari kemudian pasien datang ke
RSAM dengan tidak ada perbaikan gejala dari
sebelumnya.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Paru: Sikatrik - -
Inspeksi : Pergerakkan simetris, Nyeri Tekan - -
dinding dada kiri sama Nyeri Ketok - -
dengan kanan
Palpasi : Fremitus kanan = kiri
Tes Garpu Rinne + +
Perkusi : sonor
Tala
Auskultasi : Vesikuler rh-/- wh -/- Weber Laterali sasi
ke kanan
Abdomen :
Inspeksi : Tidak membuncit Schwabach Memendek
Palpasi : Supel, hepatomegali (-),
Splenomegali (-)
Gangguan
Perkusi : Timpani Kesimpulan pendengaran
Auskultasi : Bising Usus 12 x/ sensorineural
menit

Ekstremitas : akral hangat, udem (-


) Audiometri Derajat ketulian AD: 21.25 AD:
dbHL 87.5
Status Lokalis THT-KL Telinga
(telnga kanan dbHL
Pemeriks Kelainan Dextra Sinistra normal) (telinga
aan kiri tuli
SN
Telinga berat)
Timpanom Tidak Tidak
Daun Kelainan - - etri dilakukan dilakuk
Telinga Kongenital an
Trauma - -
Radang - - HIDUNG
Kelainan Metabolik - -
Nyeri Tarik - -
- - Pemeri Kelainan Dextra Sinistra
Nyeri Tekan Tragus
ksaan
Liang dan Cukup Lapang Iya Iya
Hidung Deformitas - -
Dinding Sempit - -
Luar Kelainan - -
Telinga Hiperemis - -
Kongenital - -
Edema - -
Trauma - -
Massa - -
Radang/Mass - -
Sekret/Ser Bau - -
Warna - - A
umen
Jumlah - -
Sinus Deformitas - -
Jenis - -
Parana Nyeri Tekan - -
sal Nyeri Ketok - -

Membran Timpani
Rinoskopi Anterior
Utuh Warna Putih Putih
Refleks (+), arah jam 5 (+)
Cahaya arah Vestibu Vibrise Sedikit Sedikit
- jam 7 lum Radang - -
Bulging - - Kavum Normal/Cukup Cukup lapang Cukup
Retraksi - - Nasi Lapang -
Atrofi - Sempit iya -
Perforasi Jumlah - - Lapang -
perforasi - -
Jenis - - Sekret Lokasi -
-
Kuadran - - Jenis -
-
Pinggir Jumlah -
-
Mastoid Tanda Radang - - Bau -
-
Fistel - -

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Permukaan Licin Licin Oral Cavity dan Orofaring


Edema - -
Pemeriksaan Kelain Dextra Sinistra
Konka Ukuran Eut Eut an
Media Warna merah merah Trismus - -
muda muda Uvula - Ditengah Ditengah
Permukaan Licin Licin Palatum Mole Simetri Simetris Simetris
Edema - -
+ Arkus Faring s/tidak Merah Merah
Septum Cukup Cukup Cukup
Warna muda muda
Lurus/Deviasi lurus lurus
Permukaan - - Edema - -
Warna - - Bercak/ - -
Spina - - eksudat
Krista - -
Dinding Faring Warna Merah Merah
Abses - -
muda muda
Perforasi - -
Permuk - -
Massa Lokasi - - aan
Bentuk - -
Tonsil Ukuran T1 T1
Ukuran - -
Warna Merah Merah
Permukaan - -
muda muda
Warna - -
Permuk Licin Licin
Konsistensi - -
aan
Mudah - -
Muara - -
Digoyang
kripti - -
Pengaruh - -
Detritus - -
Vasokonstriksi
Eksuda
t
Rinoskopi Posterior
Peritonsil Warna Merah Merah
Koana Cukup
Lapang Lapang muda muda
Lapang/Norma Edema - -
l - - Abses - -
Sempit - - Perleng - -
Massa ketan
Mukosa Warna Merah Merah
Tumor Lokasi
muda muda
Bentuk
Edema - -
Ukuran Tidak ada
Jaringan - -
Permuk
Granulasi
aan
Konsist
Konka Ukuran
Eutrofi edema ensi
Inferior Warna
Merah Merah Gigi Karies/r - -
muda adiks
Permukaan normal normal
Licin Licin Kesan
- - Lidah Warna Merah Merah
Edema
muda muda
Adenoi Ada/tidak
- - Bentuk Tidak Tidak ada
d
ada kelainan
Muara Tertutup - -
kelainan
Tuba Sekret -
Deviasi -
Eustac Edema - - - -
Massa
hius Mukosa
Massa Lokasi - -
Ukuran - -
Bentuk - -
Permukaan
Post Ada/Tidak - -
Nasal Jenis - -
Drip
Konka Ukuran Eutrofi Merah Edema
Inferior Warna muda Merah
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Rata/Tidak - -
Diagnosis Utama :
Massa
Sudden Deafness AS
Pemeriksaan Anjuran :
Aritenoid Warna Merah Merah  Laboratorium Darah , Faal hemostasis.
muda muda  Audiometri Nada Murni
Edema - -  Tes SISI (short increment sensitivity index)
Massa - -  Tes Tone decay , refleks kelelahan negatif.
Gerakan - -  Audiometri tutur ( Speech Audiometry)
Plika Warna - -  Audiometri impedans
Vokalis
Gerakan - - Terapi :
Pinggir -
 Bed Rest Total
Medial -
 Prednison 4x10mg (2 tablet) tappering off / 3 hari
Massa -
 Vitamin C 500mg 1x1 tablet
Sinus Massa - -
 Vitamen E 1x1 tablet
Piriformis Sekret - -
 Neurobion 3x1 tablet
 Terapi hiperbarik oksigen
Valekulae Massa - -
Sekret/Jeni Prognosis :
snya - Quo ad vitam : Bonam
- Quo ad sanam : Dubia ad Bonam

Pemeriksa Kelainan Dextra Sinistra DISKUSI


an Pasien ialah seorang laki-laki berusia 41 tahun,
Epiglotis Bentuk normal normal datang dengan keluhan pendengaran telinga kiri berkurang
Warna merah merah secara tiba-tiba sejak 3 hari yang lalu pada saat bangun tidur
muda muda di pagi hari. Hilangnya pendengaran mendadak atau sudden
Edema - - deafness menurut para ahli adalah keadaan penurunan
Pinggir - - pendegaran seseorang 30db atau lebih paling tidak pada 3
frekuensi berturut-turut.2
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher Penurunan pendengaran mendadak ini dapat
Inspeksi disebabkan oleh beberapa penyakit seperti presbikusis,
1) Lokasi : Tidak iskemia koklea, infeksi virus, trauma kepala, truma bising yng
ada pembesaran KGB keras, perubahan atmosfir, autoimun, obat ototoksik, penyakit
2) Bentuk : Tidak meniere, dan neuroma akustik. 13 Noise induced hearing loss
ada pembesaran KGB dan tinnitus yang berdasarkan teori dipicu oleh kerusakan
3) Soliter / Multiple : Tidak koklea dan merupakan suatu kegawatdarurtan. 1,2
ada pembesaran KGB Presbikusis merupakan sebuah gangguan
pendengaran akibat perubahan patologik pada organ auditori
Palpasi
akibat proses degenerasi pada usia lanjut. Pada pasien ini
1) Bentuk : Tidak ada
kemungkinan diagnosis presbikusis dapat disingkirkan
pembesaran KGB
Tidak ada karena pada umumnya presbikusis terjadi pada usia 65 tahun
2) Ukuran :
sedangkan pasien ini masih berusia 41 tahun. Diagnosis
pembesaran KGB
gangguan pendengaran akibat penyakit ototoksik juga dapat
3) Konsistensi : Tidak ada
disingkirkan karena pada saat anamnesis pasien tidak ada
riwayat pemakaian obat ototoksi dan vestibulotoksik dalam
4) Mobilitas : Tidak ada
jangka waktu yang lama.13
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
Resume
tidak adanya riwayat stroke ataupun gangguan neurologis
Status lokalis THT :
yang sedang berlangsung, dengan ini kita dapat
 Telinga RADS : Fistula (-), Pus (-),
menyingkirkan keterlibatan sistem saraf pusat. Riwayat
Hiperemis (-)
LT lap/lap, MT utuh/utuh, RC +/+, sekret -/-, trauma mekanik tidak ada pada pasien ini, namun untuk
serumen -/- trauma bising dengan suara keras mungkin saja terjadi
Pennala : Rinne +/+, webber lateralisasi ke mengenang pasien adalah seorang buruh bangunan dan
kanan, swabach memendek . tidak menggunakan APD yang melindungi telinga dari bunyi
ks/ tuli SN. bising disaat bekerja selama ini. 9
 Hidung KNDS: KN lap/lcukup, KI Diagnosis penyakit meniere pada pasien ini juga
eut/edema, KM eut/eut, sekret -/-, SD -/-, semetara dapat disingkirkan meskipun pasien ini memiliki
massa -/-
trias penyakit meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli
 Tenggorok: arkus faring simetris, uvula
ditengah, tonsil T1 – T1 tenang, dinding sensorineural. Penurunan pendengaran pada penyakit
posterior faring tenang, PND ( - ) meniere biasanya berlangsung perlahan dan fluktuatif
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019
Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

dengan onset umur lebih banyak terjadi pasa usia


lanjut.2 DAFTAR PUSTAKA
Adanya keganasan berupa Karsinoma 1. Putra RM, Munilson J, Edward Y, Warto N, Rosalinda R.
nasofaring pada pasien ini juga dapat disingkirkan. Injeksi Kortikosteroid Intratimpani sebagai Salvage
Therapy pada Pasien Tuli Mendadak. JKA. 2018; 7(3): 96-
Karena pada pasien ini tidak terdapat tanda-tanda
103
keganasan seperti penurunan berat badan yang masif 2. Bashiruddin J, Soetirto I. Tuli Mendadak. Dalam: Soepardi
dalam waktu yang singkat, selain itu pasien denga AA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
karsinoma nasofaring juga akan mengeluhkan Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.
mengalami epistaksis dan keluhan ini tidak dirasakan Badan Penerbit FKUI. 2012:39-41
oleh pasien. 3. Hidayat H, Edward Y, Hibertina N. Gambaran Pasien Tuli
Riwayat demam tinggi dan lama pada pasien Mendadak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang.
JKA. 2016; 5(2): 416-20
ini turut mengangkat kecurigaan penulis terhadap 4. Stachler RJ, Archer SM, Schwartz SR, Brown SR, Ganiats
etiologi sudden deafness pada pasien. Infeksi virus TG, Lewandowski CA, et al. Clinical Practice Guideline:
biasanya menimbulkan gejala unlteral, tinnitus dan Sudden Hearing Loss. Otolaryngology - Head and Neck
vertigo. Adapun etiologi dari beberapa infeksi virus Surgery. 2012; 146(1S): S1-27
seperti virus parotis, campak, influenza B, dan 5. Putra AE, Pradiptha PY. ENT Update Publikasi Ilmiah
mononukleosis dapat menyebabkan kerusakan pada Program Studi THT-KL FK Udayana. Percetakan Bali.
2017; 1(1): 1-24
organ corti, membrana tektorika dan selubung myelin
6. Nugroho PS, Wiyadi HMS. Anatomi dan Fisiologi
saraf akustik. Ketulian yang terjadi biasanya berat Pendengaran Perifer. Jurnal THT-KL. 2009; 2(2): 76-85
terutama pada nada frekuensi sedang dan tinggi. 2 7. Satriana BT. Tuli Mendadak [Referat]. Universitas
Sudden deafness ditegakkan pada pasien ini Mataram. Mataram; 2013
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, 8. Kuhn, M, Heman-Ackah, SE, Shaikh, JA, Roehm, PC.
pemeriksaan khusus telinga dan audiometri. Biasanya Sudden sensorineural hearing loss: a review of diagnosis,
pada otoskopi tidak ditemukan kelainan karena treatment, and prognosis. Trends Amplif. 2011; 15(3): 91-
105.
merupakan permasalahan di telinga dalam.2
9. Chau, JK, Lin, JR, Atashband, S, Irvine, RA, Westerberg,
Berdasarkan anamnesis sudden deafness BD. Systematic review of the evidence for the etiology of
pada pasien karena onsetnya mendadak yaitu kurang adult sudden sensorineural hearing loss. Laryngo- scope.
dari 72 jam, penurunan ambang dengar lebih dari 30 2010; 120(5): 1011-21.
dB berdasarkan hasil audiometri. Dan jenis ketulian 10. Lin, RJ, Krall, R, Westerberg, BD, Chadha, NK, Chau, JK.
pasien merupakan sensorineural unilateral. Pasien ini Systematic review and metaanalysis of the risk fac- tors for
sudden sensorineural hearing loss in adults.
juga mengeluhkan adanya telinga berdenging dimana
Laryngoscope. 2012; 122(3): 624-35.
keluhan ini mengarah ke gejala tambahan yang 11. Stachler RJ, Chandrasekhar SS, Archer SM, Rosenfeld
dirasakan pasien. Tinnitus merupakan suatu gejala RM, Schwartz SR, Barrs DM, et al. Clinical practice
klinis penyakit telinga yang biasanya diikuti dengan guideline sudden hearing loss: Recommendations of the
penyakit penyerta. Literatur menyebutkan bahwa American Academy of Otolaryngology-Head and Neck
terdapatnya tinnitus pada sudden deafnesss akan Surgery. Otolaryngol Head Neck Surg. 2012; 146: S1.
mengarah kepada prognosis yang baik. 14 12. Sara SA, Teh BM, Friedland P. Bilateral sudden sensori-
neural hearing loss: review. J Laryngol Otol. 2014;128
Sudden deafness ini penyebabnya belum
Suppl 1:8-15.
diketahui secara pasti tetapi secara literatur beberapa 13. Subramaniam A. Kriteria Diagnosis dan Diagnosis
pengobatan yang digunakan berupa pemberian Banding Sudden Deafness (SSNHL). ISM. 2015; 5(1): 31-5
kortikosteroid sistemik, kortikosteroid intratimpani, 14. Wittig J, Wittekindt C, Kiehntopf M, Guntinas-Lichius O.
terapi oksigen hiperbarik. Pada pasien ini penulis Prognostic impact of standard laboratory values on
menganjurkan Bed Rest Total minimal 2 minggu outcome in patients with sudden sensorineural hearing
sambil mencari penyebab dari peurunan pendegaran loss. BMC Ear Nose Throat Disord. 2014 Jul;14:6.
dan menstabilkan fisik dan mental sebab adanya
stress pada pasien akan bersar pengaruhnya terhadap
neurovaskular. Prednison 4x10mg (2 tablet) tappering
off per 3 hari dan penggunaan prednison harus
diperhatikan pada pasien dengan diabetes mellitus,
Vitamin C 500mg 1x1 tablet. Vitamen E 1x1 tablet.
Pasien juga diberikan Neurotonik (Neurobion) 3x1
tablet per hati. Anjuran diet rendah garam dan rendah
kolesterol , Inhalasi O2 2liter per menit 4 x 15 menit.
Serta kombinasi terapi hiperbarik oksigen. 2,8

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus-September 2019 11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lampiran audiometri:

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019

Anda mungkin juga menyukai