Anda di halaman 1dari 31

“Perbandingan Sistem Ekonomi Islam, Sosialis dan Kapitalis”

Diajukan sebagai salah satu tugas pertemuan ke 14 mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Zein Muttaqin, S.E.I., M.A.

Disusun Oleh :

Edi Hidayat 14423078

Randy Bouty 14423199

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok “Perbandingan Sistem
Ekonomi Islam, Sosial dan Kapitalis”.Sholawat dan salam tak lupa penulis haturkan
kepada baginda nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan makalah kali ini penulis dapat mengetahui tentang


pemahaman tentang Ekonomi Islam, sosialis dan kapitalis. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Teman-teman satu kelompok, terimakasih atas kekompakan dalam


penyelesaian tugas makalah ini.
2. Terkhusus untuk dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis menyadari jika makalah yang disajikan ini belumlah sempurna. Untuk
itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca.

Wassalamu alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 11 Desember 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

I.I. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

I.II. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

I.III Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2

BAB II........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

II.I. Pengertian Ekonomi Islam, Sosialis, Kapitalis ............................................................. 3

II.II. Sejarah Ekonomi Islam, Sosialis, Kapitalis .................................................................. 6

II.III.Sistem Ekonomi Islam, Sosalis, Kapitalis. .................................................................. 22

BAB III .................................................................................................................................... 27

PENUTUP ............................................................................................................................... 27

III.I Kesimpulan ................................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Setiap negara memiliki sistem ekonomi yang berbeda-beda. Sistem yang dianut
sebuah negara biasanya sesuai dengan paham ideologi negara tersebut. Misalnya sistem yang
berdasarkan syariah Islam yaitu sistem ekonomi Islam.Yang menganut sistem ini adalah
negara-negara Islam yang ada di dunia, walaupun begitu beberapa negara khususnya
Indonesia telah menerapkan sistem ekonomi Islam di mana dengan hadirnya beberapa
perbankan yang berlabel syariah. Negara yang berideologi komunisme biasanya akan
menerapkan sistem sosialis. Dan jika negara tersebut menganut paham kapitalisme maka
cenderung menganut sistem ekonomi kapittalis.

Sistem-sistem ekonomi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sistem


ekonomi Islam misalnya, mengedepankan kepentingan pribadi dan kepentingan umum
selama tidak bertentangan dengan aturan syariat Islam. Sistem ini disebut juga dengan sistem
ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam memiliki sisi yang hampir sama dengan sistem lain
tetapi di sisi lain sangat berbeda dengan sistem yang ada. Kemudian sistem ekonomi
Kapitalis yang mengedepankan kebebasan setiap individu tanpa ada campur tangan negara.
Setiap orang diperbolehkan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Sedangkan sistem ekonomi sosialis merupakan kebalikan sistem ekonomi kapitalis.Setiap
individu tidak memiliki hak atas kekayaan.Semua dikuasai oleh negara untuk kesejahteraan
bersama.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan menjadi focus kajian dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1
I.II Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Ekonomi Islam, Sosialis dan Kapitalis?


2. Bagaimana sejarah Ekonomi Islam, Sosialis dan Kapitalis?
3. Bagaimana sistem Ekonomi Islam, Sosialis dan Kapitalis?

I.III Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Ekonomi Islam, Sosialis dan Kapitalis


2. Mengetahui bagaimana sejarah Ekonomi Islam, Sosialis dan Kapitalis
3. Mengetahui bagaimana sistem Ekonomi Islam, Sosialis dan Kapitalis

2
BAB II

PEMBAHASAN

II..I Pengertian Ekonomi Islam, Sosialis dan Kapitalis

(Muh, Ahmad & Fatih1999) Menuturkan Banyak beragam pendapat yang


mengutarakan definisi tentang ekonomi Islam. Muhammad Abduh al-Arabi memaknai
ekonomi Islam merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al-
Qur’an dan Hadis dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan atas landasan
dasar-dasar tersebut dengan lingkungan dan masanya. (Ahmad Dahlan, 2008, p.2)

(Abdul Mannan, 1997) memberikan definisi ilmu ekonomi Islam sebagai ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi kerakyatan yang diilhami
oleh nilai-nilai dan ajaran Islam. (Ahmad Dahlan, 2008, p.2)

(Nawab Haedar, 2003) Syed Nawab Husein Naqvi menegaskan ide sentral yang
membatasi ilmu ekonomi Islam dan yang menempatkannya berbeda dengan ilmu ekonomi
positif adalah nilai-nilai etik/agama secara eksplisit dimasukkan dalam frame work analisis
ekonomi secara terpadu. Oleh karena itu, ilmu ekonomi Islam merupakan upaya validitas ide
filosofis (normatif) yang diaplikasikan dan dipadukan dengan klaim validitas objektif
(empiris). (Ahmad Dahlan, 2008, p.2)

(BI Regulation & Policies of Islamic Banking 2006) Menjelaskan dari pengertian
ekonomi Islam di atas, dapat dijelaskan bahwa kajian dan pembahasan ekonomi Islam
berdimensi kerakyatan dengan sistem yang dibangun merupakan representasi dari ajaran dan
nilai-nilai Islam. Adapun kepentingan atau tujuan dari sistem ekonomi Islam merupakan
suatu bentuk “ijtihad” dari penerjemahan ajaran agama (maqâshid syari’ah) pada wilayah
normatif agar dapat dipraktikkan menjadi sistem yang aplikatif pada wilayah sosial
(kerakyatan).

Aplikasi ajaran agama dalam bidang ekonomi Islam paling banyak pada lembaga
perbankkan yang telah berkembang cukup signifikan dalam 3 tahun terakhir dengan indikator
market share terhadap perbankan konvensional telah mencapai 1,8 % dan BI mempunyai
target 5 % pada tahun 2010. (Ahmad Dahlan, 2008, p.2)

(Rivai Wirasasmia 2002) menurutkan bahwa faham kapitalisme berasal dari Inggris
pada abad ke-18, kemudian menyebar ke Eropa Barat dan Amerika Utara. Kehadirannya

3
berawal dari perlawanan terhadap ajaran gereja sehingga tumbuh aliran pemikiran liberalisme
di negara-negara Eropa Barat dan merambah ke segala bidang termasuk bidang ekonomi.
Liberalisasi di bidang ekonomi inilah kemudian melahirkan faham kapitalisme. (Ahmad
Dahlan, 2008, p.2)

(Achyar Eldine 2005) menjelaskan bahwa menurut Milton H. Spencer, penulis buku
Contemporary Economics (1977), menulis bahwa kapitalisme merupakan sistem organisasi
ekonomi yang dicirikan oleh hak milik individu (private ownership) atas alat-alat produksi
dan distribusi (tanah, pabrik-pabrik, jalan-jalan kereta api, dan sebagainya) dan
pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang kompetitif. (Ahmad Dahlan, 2008,
p.2)

(Harun Yahya 2005) Mengatakan Kapitalisme dengan kepemilikan kekayaan yang


tidak terbatas telah menyebabkan investasi dan pembangunan ekonomi berpihak pada pemilik
modal (capital) cenderung monopoli dalam mengatur harga dan produksi sehingga
mengakibatkan ketidakseimbangan dan ketidakmerataan.

Individu dalam kapitalisme mempunyai peran besar dalam penguasaan hak milik,
mengadakan perjanjian kontrak, dan perilaku ekonomi dengan standar yang hanya
mempertimbangkan pasar.

Filosofi demikian telah melahirkan potensi kepemilikan publik yang semestinya


dikuasai oleh negara. Atas nama “kapitalisme” potensi-potensi tersebut kemudian
diprivatisasi dan dikuasai oleh swasta. Negara hanya menerima pajak, sementara manfaat dari
potensi kepemilikan tersebut tidak dinikmati oleh masyarakat.

Sebagaimana yang ditulis oleh Herbert Spencer dalam buku Social Statistics (1850)
bahwa dampak kapitalisme telah melahirkan faham darwinisme-sosial, suatu faham yang
menolak semua sistem bantuan untuk masyarakat yang diusulkan oleh negara, dan antisipasi
bagi perlindungan terhadap kesehatan, sekolah-sekolah negeri, dan vaksinasi wajib. Menurut
faham ini, tatanan masyarakat terbentuk dari prinsip bahwa yang kuat akan tetap bertahan
hidup, sedangkan pemberian bantuan dan pemberdayaan bagi masyarakat lemah sehingga
bertahan hidup merupakan suatu pelanggaran. (Ahmad Dahlan, 2008, p.3)

4
(Yusuf Qardhawi 2000) Mengatakan proporsi hak kepemilikan pribadi yang over dan
darwinisme-sosial merupakan dua citarasa kapitalisme yang berimplikasi terhadap tatanan
investasi dan pasar mengerucut pada penguasaan pribadi-pribadi yang kuat modal. Intrik dan
persaingan bebas menjadi ciri yang selalu dikedepankan untuk meraih keuntungan
maksimum.

Regulasi negara lebih diposisikan pada kondisi dibutuhkan untuk keseimbangan


pasar, bukan pada kebijakan-kebijakan yang bersifat kepentingan umum.
Adapun sosialisme merupakan faham perlawanan terhadap kapitalisme. Sosialisme
bergerak untuk mengkritik fenomena kapitalis yang individualistik dengan paradigma
kolektivitas, yaitu kepemilikan negara merupakan hak tertinggi atas segala hak individu,
kecuali pada hak-hak tertentu yang secara hukum sosialisme dan dengan syarat-syarat
tertentu dapat dimiliki oleh individu.

Implikasi dari faham sosialisme telah menempatkan manusia hanya sebagai mesin
produksi, kemandirian individu terkebiri atas nama kepentingan (kepemilikan) negara.

Antitesis sosialisme terhadap paradigma kapitalisme yang dianggap salah dilakukan


dengan mekanisme kekuasaan sosialisme dalam kebijakan makro sebagaimana di atas,
ternyata sama-sama monopoli. Kapitalisme menciptakan monopoli individual, sedangkan
sosialisme menciptakan monopoli negara pada aspek penguasaan semua sarana produksi
seperti tanah, pabrik, ladang pertambangan, dan sebagainya. Upah, gaji, bunga, laba, dan gaji
para manajer diatur oleh pemerintah. Bahkan dalam sosialisme terdapat jurang perbedaan
dalam soal upah. Sebagai contoh pada pada 1962, gaji para manajer mencapai perbandingan
1:50 atau gaji tertinggi sama dengan lima puluh kali lipat dari gaji kecil di Rusia. (Ahmad
Dahlan, 2008, p.3)

5
II.II Sejarah Ekonomi Islam, Sosialis, Kapitalis

Sejarah ekonomi Islam

(Karim, 2002) Munculnya Islam dengan diangkatnya Muhammad sebagai Rasulullah


merupakan babak baru dalam sejarah dan peradaban manusia. Pada saat di Makkah Rasullah
saw. mengemban tugas menguatkan pondasi akidah kaum muslim. Rasulullah di Makkah
hanya berposisi sebagai pemuka agama. Sedangkan ketika hijrah ke Madinah, saat pertama
kali tiba keadaan Madinah masih kacau. Masyarakat Madinah belum memiliki pemimpin atau
raja yang berdaulat. Yang ada hanya kepala-kepala suku yang menguasai daerahnya masing-
masing. Suku-suku yang terkenal saat itu adalah suku Aus dan Khazraj. Pada saat masih
berupa suku-suku ini kota Madinah belum ada hukum dan pemerintahan. Antar kelompok
masih saling bertikai. Kelompok yang terkaya dan terkuat adalah Analisis Strategi
Mempertahankan Konsumen Toko Zoya Yahudi, namun ekonominya masih lemah dan
bertopang pada bidang pertanian. (Kharidatul Mudiah, 2015, p.194)

(Karim, 2002) Kedatangan Rasulullah di Madinah diterima dengan tangan terbuka


dan penuh antusias oleh masyarakat Madinah. Dalam waktu yang singkat beliau menjadi
pemimpin suatu komunitas yang kecil yang terdiri dari para pengikutnya, namun jumlah hari
demi hari semakin meningkat. Hampir seluru penduduk kota Madinah menerima Nabi
Muhammad menjadi pemimpin di Madinah, tak terkecuali orang-orang Yahudi. Di bawah
kepemimpinannya, Madinah berkembang cepat dan dalam waktu sepuluh tahun telah menjadi
negara yang sangat besar dibandingkan dengan wilayah- wilayah lain di seluruh jazirah
Arab.(Kharidatul Mudiah, 2015, p.195)

(Sudarsono, 2002)Di Madinah, Rasulullah mula-mula mendirikan majelis syura,


majelis ini terdiri dari pemimpin kaum yang sebagian dari mereka bertanggung jawab
mencatat wahyu. Pada tahun 6 Hijriyah Rasulullah mengangkat sekretaris dengan bentuk
sederhana telah dibangun. Rasulullah juga telah mengutus utusan ke pemimpin negara-negara
tetangga. Orang-orang ini mengerjakan tugasnya dengan sukarela dan membiayai hidupnya
dari sumber independen, sedangkan pekerjaan sangat sederhana tidak memerlukan perhatian
penuh.

Pada dasarnya, orang-orang yang ingin bertemu kebanyakan orang-orang miskin.


Mereka diberikan makanan dan juga pakaian. Setelah Makkah telah dikuasai kaum muslimin,
jumlah delegasi yang datang bertambah banyak sehingga tanggung jawab Bilal untuk

6
melayani mereka bertambah. Tentara secara formal juga belum terbentuk. Ketika diseru
untuk berjihad, semua muslim yang mampu dianjurkan untuk menjadi tentara. Mereka tidak
mendapatkan gaji tetap, tetapi mereka diperbolehkan mendapatkan bagian dari rampasan
perang (ghanimah). Rampasan tersebut meliputi senjata, kuda, unta dan barang-barang
bergerak lain yang didapatkan dalam perang (Kharidatul Mudiah, 2015, p.195)

(Karim, 2002) Permasalahan ekonomi yang dibangun Rasulullah di Madinah


dilakukan setelah menyelesaikan urusan politik dan masalah konstitusional. Rasulullah
meletakkan sistem ekonomi dan fiskal negara sesuai dengan ajaran al-Qur’an. Al-Qur’an
telah meletakkan dasar-dasar ekonomi. Prinsip Islam yang dapat dijadikan poros dalam
semua urusan duniawi termasuk masalah ekonomi adalah kekuasan tertinggi hanyalah milik
Allah swt. semata (QS, 3: 26, 15:2, 67:1) dan manusia diciptkan sebagai khalifah-Nya di
muka bumi (QS, 2:30, 4:166, 35:39), sebagai pengganti Allah di muka bumi, Allah
melimpahkan urusan bumi untuk dikelola manusia sebaik-baiknya. Kamakmuran dunia
merupakan pemberian Allah Swt. dan manusia akan dapat mencapai keselamatannya jika ia
dapat menggunakan kemakmuran tersebut dengan baik dan dapat memberikan keuntungan
bagi orang lain(Kharidatul Mudiah, 2015, p.196)

(Karim, 2002)Dalam sistem ekonominya, Islam mengakui kepemilikan pribadi,


Dalam mencari nafkah kaum muslimin berkewajiban mencara nafkah yang halal dan dengan
cara yang adil. Rasulullah pun menganjurkan mencari nafkah yang baik adalah melalui
perniagaan dan jual beli. Dalam berniagaan Rasulullah melarang mencari harta kekayaan
dengan cara-cara yang ilegal dan tidak bermoral. Islam tidak mengakui permbuatan
menimbun kekayaan atau mengambil keuntungan atas kesulitan orang lain. Di sisi lain,
terdapat pula cara-cara perniagaan yang dilarang oleh Islam, misalnya judi, menimbunan
kekayaan, penyelundupan, pasar gelap, korupsi, bunya, riba dan aktivitas-aktivitas yang
sejenisnya.

Pada zaman Rasulullah, sudah mulai ditanamkan larangan pembungaan uang atau
riba, sebagaimana yang biasa oleh orang- orang Yahudi di Madinah. Islam benar-benar
menentang praktik- praktik tidak fair dalam perekonomian tersebut. Karena riba didasarkan
atas pengeluaran orang dan merupakan eksploitasi yang nyata, dan Islam melarang bentuk
eksploitasi apapn “apakah itu dilakukan olehorang-orang kaya terhadap orang-orang miskin,
oleh penjual terhadap pembeli, oleh majikan terhadap budak, oleh laki-laki terhadap wanita,
dan lain sebagainya.” Al-Qur’an pun menyebut, “Dan apa yang kamu berikan sebagai

7
tambahan (riba) untuk menambah kekayaan manusia, maka riba itu tidak menambah di sisi
Allah” (QS, 30: 39). Maka untuk menghilangkan riba ini, al-Qur’an memberi solusi dengan
cara zakat, shodaqah dan sejenisnya. Ini ditandai dengan diwajibkannya shadaqah fitrah pada
tahun kedua hijriyah atau lebih dikenal dengan zakat fitrah setiap bulan ramadhan datang,
yang didistribukan kepada para fakir, miskin, budak, amil (pengurus zakat), muallaf dan lain-
lain. Sebelum diwajibkannya zakat, pemberian sesuatu kepada orang yang membutuhkan
bersifat suka rela dan belum ada peraturan khusu atau ketentuan hukumnya. Peraturan
mengenai pengeluaran zakat di atas muncul pada tahun ke-9 hijrah ketika dasar Islam telah
kokoh, wilayah negera berekspansi dengan cepat dan orang berbondong-bondong masuk
Islam. Peraturan yang disusun Rasulullah saat itu meliputi pengumpulan zakat, barang-barang
yang dikenai zakat, batas-batas dan tingkat persentase zakat untuk barang-barang yang
berbeda- beda (Kharidatul Mudiah, 2015, p.197)

(Sudarsono, 2002) Tatanan ekonomi negera madinah sampai tahun keempat hijrah,
pendapatan dan sumber dayanya masih relatif kecil. Kekayaan pertama datang dari banu
Nadzir, kelompok ini masuk dalam pakta Madinah tetapi mereka melanggar perjanjian,
bahkan berusaha membunuh Rasulullah saw. nabi meminta mereka meninggalkan kota
Madinah, akan tetapi mereka menolaknya, Nabipun mengerahkan tentara untuk mengepung
mereka. Pada akhirnya, mereka menyerah dan setuju meninggalkan kota dengan membawa
barang-barang sebanyak daya angkut unta, kecuali baju baja. Semua milik Banu Nadzir yang
ditinggalkan menjadi milik Rasulullah saw. sebagaimana ketentuan yang sampaikan Allah
dalam al-Qur’an, kaerena mereka mendapatkan tanpa peperangan. Rasulullah pun
membagikan tanah-tanah ini kepada kaum fakir miskin dari golongan anshar dan muhajirin.
Sendangkan bagian Rasulullah diberikan kepada keluarganya untuk memenuhi
kebutuhannya.

Aset pemerintahan Islam Madinah juga didapat dari Khaibar, yang terlah ditaklukkan
pada tahun ke-7 hijrah. Setelah pertempuran satu bulan mereka menyerah dengan syarat tidak
meninggalkan tanah mereka. Mereka mengatakan kepada Rasulullah, bahwa mereka
memiliki kemampuan dan pengalaman khusus dalam bertani dan berkebun kurma. Mereka
meminta izin untuk tetap tinggal di Khaibar. Rasulullah mengabulkan permintaan mereka dan
memberikan kepada mereka setengah bagian hasil panen dari tanah mereka. Sahabat Nabi
bernama Abdullah Rawabah biasanya daang tiap tahun untuk memperkirakan hasil produksi
dan membaginya menjadi dua bagian yang sama banyak. Hal itu terus berlangsung selama

8
masa pemerintahan kepemimpinan Rasulullah saw. dan Abu Bakar al-Shiddiq(Kharidatul
Mudiah, 2015, p.198)

Pada intinya, pada zaman awal-awal Islam pendapatan yang didapatkan oleh negara
Islam Madinah masih sangat kecil. Di antara sumber pendapatan yang masih kecil itu berasal
dari sumber- sumber, diantaranya: rampasan perang (ghanimah),tebusan tawanan perang,
pinjaman dari kaum muslim, khumuz atau rikaz (harta karun temuan pada periode sebelum
Islam), wakaf, nawaib (pajak bagi muslimin kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara
selama masa darurat, amwal fadhla (harta kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris),
zakat fitrah, kaffarat (denda atas kesalahan yang dilakukan seorang mislim pada acara
keagamaan), maupun sedekah dari kaum muslim dan bantuan-bantuan lain dari para shahabat
yang tidak mengikat. (Kharidatul Mudiah, 2015, p.199)

Masa Abu Bakar

(Yatim, 2000) Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin mengangkat Abu Bakar
menjadi khalifah pertama. Abu Bakar mempunyai nama lengkap Abdullah bin Abu Quhafah
al-Tamimi. Masa pemerintahan Abu Bakar tidak berlangsung lama, hanya sekitar dua
tahunan. Dalam kepemimpinannya Abu Bakar banyak menghadapi persoalan dalam
negerinya, di antaranya kelompok murtad, nabi palsu, dan pembangkang membayar zakat.
Berdasarkan musyawarah dengan para sahabat yang lain, ia memutuskan untuk memerangi
kelompok tersebut melalui apa yang disebut sebagai perang Riddah (perang melawan
kemurtadan) (Kharidatul Mudiah, 2015, p.199).

(Al-Usairy, 2006) Sebelum menjadi Khalifah Abu Bakar tinggal di Sikh yang terletak
di pinggiran kota Madinah. Setelah berjalan 6 bulan dari kekhalifahannya, Abu Bakar pindah
ke pusat kota Madinah dan bersamaan dengan itu sebuah Baitul Mal dibangun. Sejak menjadi
khalifah, kebutuhan keluarganya diurus oleh kekayaan dari Baitul Mal ini. Abu Bakar
diperbolehkan mengambil dua setengah atau dua tiga perempat dirham setiap harinya dari
Baitul Mal dengan beberapa waktu. Ternyata tunjangan tersebut kurang mencukupi sehingga
ditetapkan 2000 atau 2500 dirham dan menurut keterangan 6000 dirham per tahun
(Kharidatul Mudiah, 2015, p.199).

(Karim, 2004)Namun di sisi lain, beberapa waktu menjelang wafatnya Abu Bakar, ia
banyak menemui kesulitan dalam mengumpulkan pendapatan negara sehingga ia menayakan
berapa banyak upah atau gaji yang telah diterimanya. Ketika diberitahukan bahwa jumlah

9
tunangannya sebesar 8000 dirham, ia langsung memerintahkan untuk menjual sebagian besar
tanah yang dimilikinya dan seluruh hasil penjualannya diberikan kepada negara. Juga, Abu
bakarr mempertanyakan tentang berapa banyak fasilitas yang telah dinikmatinya selama
menjadi khalifah. Ketika diberitahukan tentang fasilitasnya, ia segera menginstruksikan untuk
mengalihkan semua fasilitas tersebut kepada pemimpin berikutnya nanti (Kharidatul Mudiah,
2015, p.200)

(Karim, 2006) Dalam menjalankan pemerintahan dan roda ekonomi masyarakat


Madinah Abu Bakar sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat. Abu Bakar juga
mengambil langkah-langkah yang strategis dan tegas untuk mengumpulkan zakat dari semua
umat Islam termasuk Badui (a’rabi) yang kembali memperlihatkan tanda-tanda
pembangkangan membayar zakat sepeninggal Rasulullah saw. Dalam kesempatan yang lain
Abu Bakar mengintruksikan pada pada amil yang sama bahwa kekayaan dari orang yang
berbeda tidak dapat digabung, atau kekayaan yang telah digabung tidak dapat dipisahkan. Hal
ini ditakutkan akan terjadi kelebihan pembayaran atau kekurangan penerimaan zakat. Hasil
pengumpulan zakat tersebut dijakan sebagai pendapatan negara dan disimpan dalam Baitul
Mal untuk langsung didistribusikan seluruhnya kepada kaum Muslimin hingga tidak ada yang
tersisa (Kharidatul Mudiah, 2015, p.200).

(Karim, 2006)Prinsip yang digunakan Abu Bakar dalam mendistribusikan harta baitul
mal adalah prinsip kesamarataan, yakni memberikan jumlah yang sama kepada semua
sahabat Rasulullah saw. dan tidak membeda-bedakan antara sahabat yang terlebih dahulu
memeluk Islam dengan sahabat yang kemudian, antara hamba dengan orang merdeka, dan
antara pria dengan wanita. Dengan demikian, selama masa pemerintahan Abu Bakar, harta
Baitul mal tidak pernah menumpuk dalam jangka waktu yang lama karena langsung
didistribusikan kepada seluruh kaum Muslimin, bahkan ketika Abu Bakar wafat, hanya
ditemukan satu dirham dalam perbendaharaan negara. Seluruh kaum Muslimin diberikan
bagian hak yang sama dari hasil pendapatan negara. Apabila pendapatan meningkat, seluruh
kaum muslimin mendapat manfaat yang sama dan tidak ada seorangpun yang dibiarkan
dalam kemiskinan(Kharidatul Mudiah, 2015, p.201)

Masa Umar bin Khattabb

(Yatim, 2000)Umar bin Khattab merupakan pengganti dari Abu Bakar. Untuk
pertama kalinya, pergantian kepimpinan dilakukan melalui penunjukan. Berdasarkan hasil
musyawarah antara pemuka sahabat memutuskan untuk menunjuk Umar bin al-Khattab

10
sebagai khalifah Islam kedua. Keputusan tersebut diterima dengan baik oleh kaum Muslimin.
Setelah diangkat menjadi khalifah, Umar bin Khattab menyebut dirinya sebagai Khalifah
Khalafati Rasulillah (Pengganti dari Pengganti Rasulillah). Umar juga memperkenal istilah
Amir al-Mu’minin (Komandan orang-orang yang beriman) kepada para sahabat pada waktu
itu (Kharidatul Mudiah, 2015, p.201).

(Karim, 2006) Pemerintahan umar berlangsung sepuluh tahun. Banyak kebijakan-


kebijakan yang dilakukan pada masa Umar, termasuk dibidang perekonomian pemerintah.
Pada masa Umar ini banyak daerah-daerah disekitar Arab telah dikuasai Islam, termasuk
daerah Persia dan Romawi (Syiria, Palistina dan Mesir). Atas keberhasilan dan menguasai
wilayah-wilayah yang diluar wilayah jazirah Arabia ini, Umar dijuluki sebagai The Saint
Paul of Islam (Kharidatul Mudiah, 2015, p.201).

(Karim, 2004)Dalam pemerintahannya ini, banyak hal yang menjadi kebijakan Umar
terkait dengan perekonomian masyarakat Muslim pada waktu itu, di antaranya: Pertama,
pendirian Lembaga Baitul Mal. Seiring dengan perluasan daerah dan memenangi banyak
peperangan, pendapatan kaum muslimin mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini
memerlukan perhatian khusus dalam pengelolaannya, agar dapat dimanfaatkan secara benar,
efektif dan efisien. Setelah mengadakan musyawarah dengan para pemuka sahabat, maka
diputuskan untuk tidak menghabiskan harta Baitul Mal sekaligus, akan tetapi dikeluarkan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan masyarakat didasarkan atas musyawarah. Dalam
pemerintahan Khalifah Umar, Baitul Mal berfungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal negara
Islam dan Khalifah merupakan pihak yang berkuasa penuh terhadap harta Baitul Mal. Namu
demikian, Khalifah tidak diperbolehkan menggunakan harta Baitul Mal untuk kepentingan
pribadi. Dalam hal ini, tunjangan Umar sebagai Khalifah untuk setiap tahunnya adalah tetap,
akni sebesar 5000 dirham, dua stel pakaian yang biasa digunakan untuk musim panas (shaif)
dan musim dingin (syita’) serta serta seekor binatang tunggangan untuk menunaikan ibadah
haji.

Pada masa ini harta Baitul Mal dianggap sebagai harta kaum Muslimin, sedangkan
Khalifah dan para amil hanya berperan sebagai pemegang amanah. Dengan demikian, negara
bertanggung jawab untuk menyediakan makanan bagi para janda, anak-anak yatij, serta anak-
anak terlantar; membiayai penguburan orang-orang miskin; membayar utang-utang yang
bangkrut; membayar uang diyat untuk kasus-kasus tertentu, seperti membayar diyat prajurit
Shebani yang membunuh seorang Kristianiuntuk menyelamatkan nyawanya; serta

11
memberikan pinjaman tanpa bunya untuk tujuan komersial, seperti kasus Hind bint Ataba
(Karim, 2004).

Kedua, Pajak Kepemilikan tanah (Kharaj). Pada zaman Khalifah Umar, telah banyak
perkembangan admistrasi dibanding pada masa sebelumnya. Misal, kharaj yang semula
belum banyak di zaman Rasulullah tidak diperlukan suatu sistem administrasi. Sejak Umar
menjadi Khalifah, wilayah kekuasan Islam semakin luas seiring dengan banyaknya daerah-
daerah yang berhasil ditaklukkan, baik melalui peperangan maupun secara damai. Hal ini
menimbulkan berbagai permasalahan baru. Pertanyaan yang paling mendasar dan utama
adalah kebijakan apa yang akan diterapkan negara terhadap kepemilikan tanah-tanah yang
berhasil ditaklukkan tersebut. Para tentara dan beberapa sahabat terkemuka menuntut agar
tanah hasil taklukan tersebut dibagikan kepada mereka yang terlibat dalam peperangan
sementara sebagian kepada mereka yang terlibat dalam peperangan sementara sebagian kaum
Muslimin yang lain menolak pendapat tersebut (Kharidatul Mudiah, 2015, p.202).

(Karim, 2004)Dari berbagai perdebatan dan musyawarah itu akhirnya Umar


memutuskan untuk memperlakukan tanah-tanah tersebut sebagai fai, dan prinsip yang sama
diadopsi untuk kasus-kasus yang akan datang. Sayyidina Ali tidak hadir dalam pertemuan
tersebut karena sedangan menggantikan posisi Umar sebagai Khalifah di Madinah.
Diriwayatkan bahwa Ali tidak sependapat dengan pandangan Umar seluruhnya. Ia juga
berpendirian bahwa seluru pendapatan Baitul Mal harus didistribuskan seluruhnya tanpa
menyisakan sedikitpun sebagai cadangan (Kharidatul Mudiah, 2015, p.203).

(Sudarsono, 2002)Umar bin Khattab menyadari bahwa sektor pertanian sangat


signifikan dalam membangkitkan perekonomian negara. Oleh karena itu, ia mengambil
langkah-langkah pengembangannya dan juga mengembalikan kondisi orang-orang yang
bekerja di bidang itu. Dia menghadiahkan kepada orang-orang yang bekerja dibidang itu.

Tetapi siapa saja yang selama 3 tahun gagal mengolahnya yang bersangkutan akan
kehilangan hak kepemilikannya atas tanah tersebut. Orang-orang yang mengungsi, pada
waktu terjadi invasi dapat dipanggil kembali dan dinyatakan boleh menempati kembali tanah
mereka. Abu Yusuf menceritakan tentang keinginan Khaliah memajukan dan membantu
pengembangan pertanian. Pada waktu invansi ke Syiria seorang tentara Muslim dalam
perjalanan melalui telah merusak tanamannya. Mendengar pengaduan ini, khalifah segera
memberi ganti rugi sebesar 10.000 dirham (Kharidatul Mudiah, 2015, p.203).

12
(Karim, 2006) Ketiga, Zakat. Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, kekayaan
yang dimiliki negara Madinah sudah mulai banyak, berbeda pada awal-awal Islam. Pada
zaman Rasulullah, jumlah kuda yang dimiliki orang Arab masih sedikit, terutama kuda yang
dimiliki oleh Kaum Muslimin. Misalkan, dalam perang badar kaum Muslim hanya
mempunyai dua kuda. Pada saat pengepungan suku Bani Quraizha (5 H), pasukan kaum
Muslimin memiliki 36 Kuda. Pada tahun yang sama, di Hudaybiyah mereka mempunyai
sekitar dua ratus kuda. Karena zakat dibebankan terhadap barang-barang yang memiliki
produktivitas maka seorang buka atau seekor kuda yang dimiliki kaum Muslimin ketika itu
tidak dikenakan zakat (Kharidatul Mudiah, 2015, p.203).

(Karim, 2004) Pada generasi selanjutnya, kuda-kuda sudah mulai banyak, di Syiria
Misalkan, kuda-kuda sudah mulai diternakkan secara besar-besaran di Syiria dan di berbagai
wilayah kekuasan Islam lainnya. Beberapa kuda memiliki nilai jual tinggi, bahkan
diriwayatkan bahwa seekor kuda Arab Tabhlabi diperkirakan bernilai 20.000 dirham dan
orang-orang Islam terlibat dalam perdagangan ini. Karena maraknya perdagangan kuda,
mereka menanyakan kepada Abu Ubaidah, Gubernur Syiria ketika itu, tentang kewajiban
membayar zakat kuda dan budak. Gubernur memberitahukan bahwa tidak ada zakat atas
keduanya. Kemudian mereka menguslkan kepada Khalifah agar ditetapkan kewajiban zakat
atas keduanya tetapi permintaan tersebut tidak dikabulkan. Mereka kemudian mendatangi
kembali Abu Ubaidah dan bersikeras ingin membayar. Akhirnya, Gubernur menulis surat
kepada Khalifah dan Khalifah Umar menanggapinya dengan sebuah instruksi agar Gubernur
menarik zakat dari mereka dan mendistribusikannya kepada para fakir miskin serta budak-
budak. Sejak saat itu, zakat kuda ditetapkan sebesar satu dinar atau atas dasar ad valorem,
sperti satu dirham untuk setiap empah puluh dirham (Kharidatul Mudiah, 2015, p.204).

Masa Utsman bin Affan

(Sudarsono, 2002). Utsman bin Affan merupakan khalifah ketiga setelah wafatnya
Umar bin Khatab. Perluasan daerah kekuasaan Islam yang telah dilakukan secara masif pada
masa Umar bin Khattab diteruskan oleh Utsman bin Affan. Pada enam tahun pertama
kepemimpinannya, banyak negara yang telah dikuasainya, seperti Balkan, Kabul, Grozni,
Kerman dan Sistan. Setelah negera-negara tersebut ditaklukkan, pemerintahan Khalifah
Utsman menata dan mengembangkan sistem ekonomi yang telah diberlakukan oleh Khalifah
Umar. Khalifah Utsman mengadakan empat kontrak dagang dengan negara-negara taklukan
tersebut dalam rangka mengembangkan potensi sumber daya alam. Aliran air digali, jalan

13
dibangun, pohon-pohon, buah-buahan ditanam dan keamanan perdagangan diberikan dengan
cara pembentukan organisasi kepolisian tetap untuk mengamankan jalur perdagangan.
Khalifah Utsman membentuk armada laut kaum Muslimin di bawah komando Muawiyah,
hingga berhasil membangun supremasi kelautannya di wilayah Mediterania (Kharidatul
Mudiah, 2015, p.205).

(Karim, 2004) Khalifah Utsman bin Affan mengambil suatu langkah kebijakan tidak
mengambil upah dari kantornya. Sebaliknya, ia meringankan beban pemerintah dalam hal-hal
yang serius, bahkan menyimpan uangnya di bendahara negara. Hal tersebut menimbulkan
kesalahfahaman dan ketidakcocokan dengan Abdullah bin Arqam, bendahara Baitul Mal.
Konflik ini semakin meruncing ketika ia tidak hanya membuat Abdullah menolak upah dari
pekerjaannya, tetapi juga menolak upah dari pekerjaannya, tetapi juga menolak hadir pada
setiap pertemuan publik yang dihadiri Khalifah. Permasalahan tersebut semakin rumit ketika
muncul berbagai pernyataan kontroversional mengenai pembelanjaan harta Baitul Mal yang
tidak hati-hati (Kharidatul Mudiah, 2015, p.205).

Kebijakan lain yang dilakukan Utsman terkait perekonomian adalah tetap


mempertahankan sistem pemberian bantuan dan santunan serta memberikan sejumlah besar
uang kepada masyarakat yang berbeda-beda. Meskipun meyakini prinsip persamaan dalam
memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, ia memberikan bantuan yang berbeda pada tingkat
yang lebih tinggi. Dalam hal pengeloaan zakat, Utsman mendelegasikan kewenangan
menaksir harta yang dizakati kepada pemiliknya masing-masing. Hal ini dilakukan untuk
mengamankan zakat dari berbagai gangguan dan masalah dalam pemeriksaan kekayaan yang
tidak jelas oleh beberapa oknum zakat. Di sisi lain, Utsman berpendapat bahwa zakat hanya
dikenakan terhadap harta milik seseorang setelah dipotong seluruh utang-utang yang
bersangkutan. Ia juga mengurangi zakat dari dana pensin (Kharidatul Mudiah, 2015, p.205).

(Karim, 2004) Ada perbedaan antara kebijakan fiskal Khalifah Utsman bin Affan
dengan sebelumnya. Utsman tidak memiki kebijakan kontrol harga. Pada khalifah
sebelumnya, ia tidak menyerahkan tingkat harga sepernuhnya kepada pada pengusaha, tetapi
berusaha untuk tetap memperoleh informasi yang akurat tentang kondisi harga di pasaran,
bahkan terhadap harga dari suatu barang yang sulit dijangkau sekalipun. Utsman bin Affan
berusaha mendiskusikan tingkat harga yang sedang berlaku di pasaran dengan seluruh kaum
Muslimin di setiap selesai melaksanakan shalat berjamaah.

14
Memasuki paruh kedua kepemimpinannya yaitu enam tahun kedua masa
pemerintahan Utsman bin Affan, tidak terdapat perubahan situasi ekonomi yang cukup
signifikan. Berbagai kebijakan Khalifah Utsman banyak menguntungkan keluarganya
(terkesan nepotisme) telah menimbulkan benih kekecewaan yang mendalam pada sebagian
besar kaum Muslimin. Akibatnya, pada masa ini, pemerintahannya lebih banyak diwarnai
kekacauan politik yang berakhir dengan terbunuhnya sang Khalifah (Kharidatul Mudiah,
2015, p.206).

Masa Ali bin Abi Thalib

(Sudarsono, 2002) Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah keempat menggantikan
Utsman bin Affan yang terbunuh. Ali mempunyai gelar karramahu wajhah. Ia menikah
dengan putri Rasulullah Fatimah al-Zahra dikarunia dua putra yaitu Hasan dan Husain. Pada
masa Ali, merupakan masa pemerintahan tersulit yang harus dilampaui karena karena masa-
masa itu merupakan masa paling kritis berupa pertentangan antar kelompok (Kharidatul
Mudiah, 2015, p.206).

Muncul pula pada waktu itu tuntutan para sahabat untuk menelisik siapa sebenarnya
orang yang membunuh Utsman bin Affan. Khalifah Ali merupakan salah satu khalifah yang
sederhana, ia dengan suka rela menarik dirinya dari daftar penerima bantuan Baitul Mal (kas
negara), bahkan menurut yang lainnya dia memberikan 5000 dirham setiap tahunnya. Apapun
faktanya hidup Ali sangat sederhana dan ia sangat ketat dan rigit dalam menjalankan
keuangan negara. Suatu hari saudaranya Aqil datang kepadanya meminta bantuan uang,
tetapi Ali menolak karena hal itu sama dengan mencuri uang milik masyarakat (Kharidatul
Mudiah, 2015, p.206).

(Karim, 2006) Di antara kebijakan ekonomi pada masa pemerintahannya, ia


menetapkan pajak terhadap para pemilik hutan sebesar 4000 dirham dan mengizinkan Ibnu
Abbas, gubernur Kufah, memungut zakat terhadap sayuran segar yang akan digunakan
sebagai bumbu masakan. Pada sama pemerintahannya juga, Ali mempunyai prinsip bahwa
pemerataan distribusi uang rakyat yang sesuai dengan kapasitasnya. Sistem distribusi setiap
pecan sekali untuk pertama kalinya diadopsi hari kamis adalah hari pendistribusian atau hari
pembayaran. Pada hari itu, semua penghitungan diselesaikan dan pada hari Sabtu dimulai
penghitungan baru. Cara ini mungkin solusi yang terbaik dari sudut pandang hukum dan
kontribusi negara yang sedang berada dalam masa-masa transisi.

15
Ada persamaan kebijakan ekonomi pada masa Ali bin Abi Thalib dengan khalifah
sebelumnya. Pada masa Ali alokasi pengeluaran kurang lebih masih tetap sama sebagaimana
halnya pada masa pemerintahan Khalifah Umar. Pengeluaran untuk ankatan laut yang
ditambah jumlahnya pada masa Khalifah Utsman dihilangkan karena sepanjang garis pantai
Syiria, Palestina, dan Mesir berada di bawah kekuasaan Muawiyah. Namun demikian, dengan
adanya penjaga malam dan patrol yang telah terbentuk sejak masa pemerintahan Khalifah
Umar, Ali membentuk polisi yang terorganisasi secara resmi yang disebut syurthah dan
pemimpinnya diberi gelar shahibu al-sulthah (Kharidatul Mudiah, 2015, p.207).

(Karim, 2006) Keistimewaan khalifah Ali dalam mengatur strategi pemerintahan


adalah masalah admistrasi umum dan masalah- masalah yang berkaitan dengannya tersusun
secara rapi. Konsep penataan administrasi ini dijelaskan dalam suratnya yang terkenal yang
ditujukan kepada Malik Ashter bin Harits. Surat yang panjang tersebut antara lai
mendekripsikan tugas, kewajiban serta tanggung jawab para penguasa dalam mengatur
berbagai prioritas pelaksaaan dispensasi keadilan serta pengawasan terhadap para pejabat
tinggi dan staf-stafnya. Dalam surat itu juga disebutkan kelebihan dan kekuarangn para jaksa,
hakim, dan abdi hukum lainnya; selain itu juga menjelaskan pendapatan pegawai admisitrasi
dan pengadaan perbendaharaan. Dalam suratnya juga disebutkan bagaimana berhubungan
dengan masyarakat sipil, lembaga peradilan dan angkatan perang. Selanjutnya, Ali
menekankan Malik agar lebih memperhatikan kesejahteraan para prajurit dan keluarga dan
diharapkan berkomunikasi langsung dengan masyarakat melalui pertemuan terbuka, terutama
dengan orang-orang miskin (Kharidatul Mudiah, 2015, p.207).

Sejarah Ekonomi Kapitalis

Robert E. Lerner dalam Western Civilization (1988) menyebutkan bahwa revolusi


komersial dan industri pada dunia modern awal dipengaruhi oleh asumsi-asumsi kapitalisme
dan merkantilisme. Direduksi kepada pengertian yang sederhana, kapitalisme adalah sebuah
sistem produksi, distribusi, dan pertukaran di mana kekayaan yang terakumulasi
diinvestasikan kembali oleh pemilik pribadi untuk memperoleh keuntungan. Kapitalisme
adalah sebuah sistem yang didisain untuk mendorong ekspansi komersial melewati batas-
batas lokal menuju skala nasional dan internasional. Pengusaha kapitalis mempelajari pola-
pola perdagangan internasional, di mana pasar berada dan bagamana memanipulasi pasar
untuk keuntungan mereka. Penjelasan Robert Learner ini paralel dengan tudingan Karl Marx
bahwa imperialisme adalah kepanjangan tangan dari kapitalisme.

16
Sistem kapitalisme, menurut Ebenstein (1990), mulai berkembang di Inggris pada
abad 18 M dan kemudian menyebar luas ke kawasan Eropa Barat laut dan Amerika Utara.
Risalah terkenal Adam Smith, yaitu The Wealth of Nations (1776), diakui sebagai tonggak
utama kapitalisme klasik yang mengekspresikan gagasan “laissez faire” dalam ekonomi.
Bertentangan sekali dengan merkantilisme yaitu adanya intervensi pemerintah dalam urusan
negara. Smith berpendapat bahwa jalan yang terbaik untuk memperoleh kemakmuran adalah
dengan membiarkan individu-individu mengejar kepentingan-kepentingan mereka sendiri
tanpa keterlibatan perusahaan-perusahaan negara (Robert Lerner, 1988).

Awal abad 20 kapitalisme harus menghadapi berbagai tekanan dan ketegangan yang
tidak diperkirakan sebelumnya. Munculnya kerajaan-kerajaan industri yang cenderung
menjadi birokratis uniform dan terjadinya konsentrasinya pemilikan saham oleh segelintir
individu kapitalis memaksa pemerintah (Barat) mengintervensi mekanisme pasar melalui
kebijakan-kebijakan seperti undang-undang anti-monopoli, sistem perpajakan, dan jaminan
kesejahteraan. Fenomena intervensi negara terhadap sistem pasar dan meningkatnya
tanggungjawab pemerintah dalam masalah kesejahteraan sosial dan ekonomi merupakan
indikasi terjadinya transformasi kapitalisme. Transformasi ini, menurut Ebenstein, dilakukan
agar kapitalisme dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan ekonomi dan sosial.

Lahirlah konsep negara kemakmuran (welfare state) yang oleh Ebenstein disebut
sebagai “perekonomian campuran” (mixed economy) yang mengkombinasikan inisiatif dan
milik swasta dengan tanggungjawab negara untuk kemakmuran sosial.Habermas memandang
transformasi itu sebagai peralihan dari kapitalisme liberal kepada kapitalisme lanjut (late
capitalism. organized capitalism, advanced capitalism). Dalam Legitimation Crisis (1988),
Habermas menyebutkan bahwa state regulated capitalism (nama lain kapitalisme lanjut)
mengacu kepada dua fenomena: (a) terjadinya proses konsentrasi ekonomi seperti korporasi-
korporasi nasional dan internasional yang menciptakan struktur pasar oligopolistik, dan (b)
intervensi negara dalam pasar. Untuk melegitimasi intervensi negara yang secara esensial
kontradiktif dengan kapitalisme liberal, maka menurut Habermas, dilakukan repolitisasi
massa, sebagai kebalikan dari depolitisasi massa dalam masyarakat kapitalis liberal. Upaya
ini terwujud dalam sistem demokrasi formal.

Pilihan ini memang terlihat amat subjektif, meskipun sebetulnya tidak bisa pembaca
memaknainya secara serampangan tanpa ada unsur pembenar di bagian lain dari teks.

17
Konteksnyalah yang akan menentukan apakah pilihan si pembaca itu benar atau salah. Saat
menganalisis, tokoh bisa dilihat dari dua sudut pandang: tokoh sebagai individu dan tokoh
sebagai anggota masyarakat. Tokoh dalam karya sastra tradisional memilii fungsi mimesis
yang menggambarkan manusia yang sebenarnya. Dalam aspek referensialnya, tokoh
mempunyai nama, ciri-ciri fisik dan mental, serta hidup dalam suatu lingkungan tertentu.
Tokoh sebagai anggota masyarakat mengharuskan pembaca memperhatikan masalah kultural
dan sosiohistoris yang terdapat dalam teks. Yang dapat dianggap sebagai fakta kultural dan
sosiohistoris adalah peristiwa atau fenemona yang berkaitan dengan kolektivitas atau individu
yang mewakili kolektivitas. Ini memang tidak mudah, karena menguak fakta kultural dan
sosiohistoris, menurut Zaimar (2008: 34) akan menghadapi beberapa kesulitan, seperti sifat
ganda dalam hubungan antara masyarakat dan teks, bahasa yang digunakan berkaitan dengan
keadaan tertentu suatu masyarakat, dan ideologi yang melatari penggambaran tentang suatu
masyarakat.

Sejarah Ekonomi Sosialisme :

Sejarah sosialis memerupakan sejarah protes sosial. Yaitu terhadap semua penyakit
kultural, ekonomis, social, dan politis kapitalisme. Proses social sudah tentu bukan “Barang
baru” tetapi ada dua hal yang membedakan sosialisme dengan pemberontakan-
pemberontakan sebelumnya terhadap pemerintahan yang ada.

Pertama: Sosialisme bersifat ekonomis. Kedua: Ia bersifat internasional, baik mengenai


skope-nya maupun mengenai appeal-nya. “Umur”sosialisme kurang dari dua abad.Tetapi
pada masa itu, gerakan tersebut terpisah kedalam dua aliran.

Aliran pertama, yang lebih tua, berupaya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan


melalui prosedur-prosedur demokratis. Yang kedua, yaitu “komunisme” menganggap
demokrasi parlementer sebagai alat kapitalisme. Kedua aliran tersebut selanjutnya terbagi
lagi ke dalam berbagai sub aliran dalam bidang teori dan praktek. Tetapi, sekali pun terdapat
berbagai macam tipe teori sosialis pada berbagai negara didunia, teta pada hal umum yang
mencirikannya:

“Mereka berupaya untuk mengubah struktur lembaga-lembaga kapitalis dan


menggantikannya dengan lembaga-lembaga baru yang ditujukan untuk membangun dunia
baru yang lebih baik”.

18
Reaksi terhadap kapitalisme: Empat buah filsafat radikal

Sosialisme modern, seperti halnya kapitalisme, tumbuh dari revolusi industri.


Sewaktu para ahli ekonom iklasik, misalnya Adam Smith, Thomas Malthus, David ricardo,
berupaya untuk menerangkan dan membenarkan transformasi ekonomis yang terjadi di
inggris pada akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19 sambil memuji politik liberalism
ekonomis ( laissez faire dan perniagaan internasional bebas ), ada pula kelompok pemikir lain
yang mempunyai pendapat lain (di Inggris dan Eropa kontinental).

Di Inggris sistem pabrik (the factory system) sudah muncul. Para pengeritik “orde
baru” di sana menjumpai kondisi-kondisi kerja yang teramat parah( kasus anak-anak kecil
yang diperlakukan kejam dan dipekerjakan dengan kondisi buruh di pabrik-pabrik dan dalam
tambang-tambang batu bara).

Di samping itu terlihat kota yang kotor dan yang terlampau padat penduduknya.
Makin banyak pekerja yang menentang penggunaan mesin-mesin baru. Di Prancis
peperangan yang berlangsung terlampau lama memperlihatkan bahwa beban pajak makin
menekan rakyat yang hanya digunakan untuk membiayai pemerintah korup di sana.Tahun
1789 merupakan tahun terjadinya suatu revolusi yang mengakibatkan timbulnya salah satu
perombakan sosial terbesar dalam sejarah dunia.

Di Jerman produsen-produsennya mulai membangun industri-industri yang sanggup


bersaing dengan industr Inggris. Berdasarkan perkembangan-perkembangan tersebut terlihat
timbulnya berbagai reaksi hebat terhadap kapitalisme.

Mereka mencapai bentuk berupa empat macam filsafat radikal pokok, yaitu:

1. SosialismeUtopis ( Utopian socialism )


2. SosialismeMarxisdankomunisme ( Marxian socialism and communism ),
3. Sindikalisme ( syndicalism ),SosialismeUtopis

Dalam sejarah senantiasa ada saja orang-orang yang bermimpi tentang dunia yang
lebih baik (misalnya Musa, Buddha, Plato, Jesus, Aquinas, Maimonedes ). Maka, menurut
Milton Spencer, tidak salah apabila orang-orang demikian dinamakan kaum “sosialis”.
Maksudnya, mereka dianggap sebagai “perombak-perombak social” ( social reformers ).

Buku pertama dalam bidang literature sosialis yang terbaik ditulis oleh Sir Thomas
More ( 1478-1535 ). Bukunya yang berjudul Utopia merupakan suatu serangan terhadap

19
keburukan-keburukan berupa kemiskinan, penghamburan, penganguran, dan lembaga “hak
milik privat” yang seperti telah diketahui, merupakan salah satu sendi kapitalisme.

Buku More mengkritik kondisi-kondisi di Inggris dan negara-negara Eropater tentu


yang terlihat pada permulaan abad ke16. Ia menganjurkan didirikannya sebuah negara
“Utopia” (sebuah negara yang menyerupai “Republik” dari plato ) di mana semua orang
bekerja dengan gembira, di mana terdapat banyak kesempatan untuk “pemerkayaa nsecara
kultural”, dan di mana terdapat demokrasi dan semua warga masyarakat bekerjauntuk
kepentingan masyarakat.

Buku More mengakibatkan munculnya buku-buku lain yang menginginkan adanya


reformasi sosial. Ada kelompok penulis yang dinamakan kaum sosialis utopis (Utopian
Socialism) yang terdiri dari sekelompok teoretis Inggris dan Prancis. Mereka menganjurkan
dibentuknya masyarakat “model” yang “berdirikan” di manaalat-alat produksi dimiliki secara
kolektif dan pemerintahan dilaksan akan secara suka rela dan demokratis.

Di Inggris orang yang tekemuka adalah Robert Owen (1771-1858), dan di Prancis
seorang yang bernama Charles Fourier (1772-1837), peranan Owen sebagai seorang
perombak sosial amat penting.Dia memainkan peranan penting dalam pembentukan undang-
undang pabrik guna melindungi para pekerja pabrik, yaitu the Factory art tahun 1844.
Sosialisme Marxis dan Komunisme

Pada pertengahan abad ke-16 timbullah serangkaian kejadian di Eropa yang sangat
besar pengaruhnya atas perkembangan dunia dikemudian hari.Dalam bulan desember 1847
sekelompok pimpinan serikat buruh mengadakan suatu pertemuan pada liga komunis yang
baru dibentuk pada waktu itu.

Di antaramereka yang hadir ada dua orang radikal intelektual yang relative mudadan
yang beludikenal.Yang satu adalah Karl Mark, sedangkan yang kedua adalahsahabatnya,
Frederich Engels. Dalam bulan Januari 1948, prinsip-prinsip dan sasaran yang ditetapkan,
dipublikasikan sebagai sebuah pamplet denga nama “The Communist Manifest”.

Marx merupakan seorang ahli ekonomi yang menekankan segifilsafat.Iaberupaya


untuk merumuskan sebuah “teori ilmiah” yang kemudian dipublikasikan sebagai karyanya
yang monumental yang berjudul Das Kapital (1867). Buku tersebut dinyatakan orang sebagai
“the dooms day bookof capitalism”.

20
Dalam buku tersebut diramalkan oleh Marx bahwa sistem kapitalis tisakan
digulingkan secara evolusioner, dunia akan diganti oleh sebuah masyarakat tanpa kelas yang
hanya terdiri dari para pekerja atau kaumproletar( ploretariats ) yang memiliki dan mengelola
alat-alat produksi untuk kepentingan seluruh masyarakat. Keadaan akhir tersebut
dinamakannya “komunisme”, untuk membedakannya dari aneka macam bentuk sosialisme
yang “non-ilmiah”, seperti misalnya sosialisme Utopis. Sindikalisme

Filsafat radikal ketiga yang muncul dari revolusi industri adalah sindikalisme(
syndicalism ). Gerakanini, yang merupakan sebuah strategi revolusi dan sebuah rencana
untuk reorganisasi sosial, dipengaruhi oleh gelombang anarkisme yang menjalar di Eropa
pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20.

Para penganjur sindikalis memenghendaki penghapusan kapitalisme dan negara


(state) atau pemerintah yang mereka anggap sebagai alat untuk menekan (buruh). Mereka
menginginkan reorganisasi masyarakat menjadi:

1. Asosiasi-asosiasiyanmencakupseluruh industry, atau


2. Sindikat-sindikat pekerja.

Misalnya aka nada sindikat pabrik-pabrik baja yang dimiliki dan dioperasikan oleh para
pekerja di dalam industri batubara, dan begitu pula halnya pada industri-industri lain. Dengan
cara-cara demikian sindikat-sindikat yang pada dasarnya merupakan serikat-serikat buruh
akan menggantikan negara.

Eksponenpokoks indikalisme adalah seorang ahli filsafat social prancis yang bernama
George Sorel (1847-1922). Agaknya ironis bahwa pandangan pandangannya kelak
menyebabkan muncul dan tumbuhnya fasisme.

21
II.III Sistem Ekonomi Islam, Sosalis, Kapitalis

Sistem Ekonomi Islam

Menurut Yusuf Qardhawi, karakteristik sistem ekonomi islam, yaitu :

1. Ekonomi Ilahiyyah

Ekonomi islam adalah ekonomi Ilahiyyah, karena titik berangkatnya dari Allah, tujuannya
mencari ridha Allah dan cara-caranya tidak bertentangan dengan syariatNya. Kegiatan
ekonomi, baik produksi, konsumsi, penukaran dan distribusi diikatkan pada prinsip Ilahiyyah
dan pada tujuan Iilahi. ( Yusuf Qardhawi, 2001 )

2. Ekonomi Akhlak

Hal yang membedakan antara sistem islam dengan sistem lainnya, adalah bahwa antara
ekonomi dan akhlak tidak pernah terpisah antara ilmu dengan akhlak, antara politik dan
akhlak, antara perang dengan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan islam.
Karena risalah islam adalah risalah akhlak, sehingga Rasulallah bersabda :“Sesungguhnya
tidaklah aku diutus, selain hanya untuk menyempurnakan akhlak.”

3. Ekonomi kemanusiaan

Manusia, dalam sistem ekonomi islam ini adalah sasaran sekaligus merupakan sarana. Tujuan
dan sasaran utama islam adalah merealisasikan “kehidupan yang baik” bagi manusia dengan
segala unsur dan pilarnya. Dalam segala fase kehidupan manusia, mulai dari masa kanak-
kanak sampai dengan masa tua. Dalam segala keadaan hidupnya, sehat dan sakit, lemah dan
kuat, susah dan senang, sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat.

Ekonomi islam juga bertujuan untuk memungkinkan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya
yang disyariatkan. Manusia perlu hidup dengan pola kehidupan yang Rabbani sekaligus
manusiawi, sehingga ia mampu melaksanakan kewajiban kepada Tuhannya, kepada dirinya,
kepada keluarganya, dan kepada manusia secara umum.

4. Ekonomi pertengahan

Pertengahan yang adil merupakan roh dari ekonomi islam. Sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Baqarah (2): 143: “Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu ( umat islam ),

22
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas ( perbuatan ) manusia dan agar
Rasul ( Muhammad ) menjadi saksi atas ( perbuatan ) kamu.”

Sebagaimana manusia hidup dengan roh, disamping bentuk jasadnya yang bersifat material.
Roh merupakan factor keistimewaan dan menjadi kemuliaannya. Demikian pula dalam setiap
sistem pasti memiliki roh yang menyebabkan ia berjalan dan membedakan dari yang lainnya.
Baik sistem ekonomi, sistem sosial kemasyarakatan, atau sistem politik.

Menurut Veithzal Rivai dan Andi Bukhari, karakteristik ekonomi islam, yaitu:

1. Harta kepunyaan Allah dan manusia merupakan khalifah atas harta


2. Ekonomi terikat dengan akidah, syari`ah ( hukum ) dan moral
3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan
4. Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian
5. Bimbingan konsumsi
6. Petunjuk investasi
7. Zakat
8. Larangan riba

Menurut Ahmad Izzan dan Syahri Tanjung, keistimewaan dan karakteristik ekonomi islam
yaitu : ( Ahmad Izzan dan Syahri Tanjung )

1. Ekonomi islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari konsep islam yang utuh
dan menyeluruh.
2. Aktivitas ekonomi islam merupakan suatu bentuk ibadah.
3. Tatanan ekonomi islam memiliki tujuan yang sangat mulia.

Konsep Ekonomi Islam

Ekonomi islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi robbani dan insani. Dikatakan ekonomi
robbani karena ekonomi islam sarat dengan tujuan dan nilai-nilai Ilahiyah. Sedangkan
ekonomi islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi insani, karena sistem ekonomi
islam dilaksanakan dan ditujukan untuk kemaslahatan manusia. Hal ini dapat dipahami
melalui nilai-nilai dasar yang mengilhami ekonomi islam, antara lain; konsep tauhid;
rububiyyah; khilafah; dan tazkiyah. ( Hulwati, 2009 )

23
1. Konsep tauhid

Konsep tauhid ini menjelaskan tentang keesaan Allah, yaitu bagaimana hubungan manusia
dengan Allah serta hubungan manusia dengan sesamanya dan alam sekitarnya, semua mesti
serasi dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan Allah. Oleh sebab itu, semestinya manusia
beriltizam dan mempunyai keyakinan bahwa segala sesuatu mesti tunduk pada Allah dan
tidak ada yang lebih berkuasa melainkan kekuasaan Allah.

2. Konsep rububiyyah

Konsep rububiyyah menjelaskan bahwa peraturan yang telah ditetapkan Allah bertujuan
untuk memelihara dan menjaga kehidupan manusia kea rah kesempurnaan dan kemakmuran.
Karena itu Allah memberi pedoman dan aturan untuk mencari dan memelihara rezeki yang
diberikan Allah.

3. Konsep khilafah

Dengan status khalifah, menurut M. Faruq An-Nabhan sebagaimana dikutip oleh


hulwati, manusia tidak boleh berbuat semaunya, karena kata khalifah menegaskan makna
wakalah ( wakil ). Jika demikian hanya manusia yang berhak menjadi wakil Allah.
Konsekuensi pokok diciptakannya manusia, sebagai khalifah adalah sebagai berikut.

a. Menjaga hak masyarakat yang berhubungan dengan kepemilikan pribadi. Dengan


demikian, sebagai pemilik harta manusia wajib mengelola hartanya dengan baik dan
benar, sebab islam melarang hal-hal yang merugikan satu sama lain dan pelaku
ekonomi tetap menjalankan aturan syariah.
b. Memberikan sebagian hak milik kepada yang berhak, dimana kewajiban seperti ini
dikenal dengan istilah zakat. Untuk itu, manusia adalah khalifah mengakui tentang
hak masyarakat yang mesti dikeluarkan. Semua ini dilakukan untuk merealisasikan
kesejahteraan dan keadilan.

4. Konsep Tazkiyah

Konsep Tazkiyah ini merupakan konsep yang membentuk kesucian jiwa dan
ketinggian akhlak. Konsep ini sejalan dengan diutusnya Rasulallah saw. Yaitu untuk
menyempurnakan akhlak dan budi pekerti manusia. Baik hal itu berhubungan dengan Allah,

24
manusia, dana lam sekitar. Dan konsep tazkiyah ini menimbulkan konsep falah, yang
merupakan kunci bagi kesuksesan mereka didunia dan akhirat.

Sistem Ekonomi Kapitalis

Sistem ekonomi kapitalis merupakan suatu system yang menyandarkan diri sepenuhnya pada
:

1. Hak milik Swasta (Private Property) lembaga ini merupakan elemen pokok dari
kapitalisme, Ia menjamin bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mencapai
barang-barang ekonomi dan sumber-sumber daya melalui cara yang legal,
mengadakan perjanjian-perjanjian sehubungan dengan penggunaannya dan apabila
perlu menjualnya “kekayaan merupakan hak alamiah terlepas dari kekuasaan
Negara.Pemberian hak pemilikan atas harta kekayan memenuhi fungsi-fungsi
ekonomi penting Yaitu: Para individu memperoleh perangsang agar aktiva mereka
dimanfaatkan seproduktif-produktifnya. Hal tersebut sangat mempengaruhi distribusi
kekayaan serta pendapatan karena individuindividu diperkenankan untuk
menghimpun aktiva dan memberikannya kepada ahli waris mereka apabila mereka
meninggal dunia. Selanjutnya memungkinkan laju pertukaran yang tinggi oleh
karena orang perlu memiliki hak pemilikan atas barang-barang sebelum hak tersebut
dapat dialihkan kepada pihak lain. Konsekwensi-konsekwensi sosial dan ekonomi
fungsi-fungsi tersebut sangat mempengaruhi perkembangan kapitalisme.
2. Dibina oleh tangan yang tak terlihat (The Invisibel Hand) prinsif tersebut
menyatakan bahwa untuk mencapai hal yang terbaik untuk masyarakat.Setiap
individu dalam sebuah masyarakat kapitalistik dimotivasi oleh kekuatan-kekuatan
ekonomi sehingga ia akan bertindak sedemikian rupa untuk mencapai kepuasan
terbesar dengan pengorbanan atau biaya yang sekecil-kecilnya.
3. Individualisme ekonomi Laissez- Faire Pernyataan ini menjadi kata kunci
kapitalisme. Dalam arti bahwa tiadanya intervensi pemerintah akan menyebabkan
timbulnya individualism ekonomi dan kebebasan ekonomi.Intervensi pemerintah
dibatasi pada aktivitas-aktivitas tertentu.
4. Persaingan dan pasar-pasar bebas (free market competition). Prinsip bekerjanya
mekanisme pasar menyebabkan terjadinya persaingan. Persaingan terjadi antara
penjual barang-barang yang serupa untuk menarik pembeli; antara pembeli untuk
mencapai barang-barang yang mereka inginkan; antara pekerja untuk memperoleh

25
pekerjaan, antara pihak majikan untuk memperoleh pekerja, antara pembeli dan
penjual sumber-sumber daya untuk mencapai syarat yang sebaik-baiknya.

Kerangka dasar sistem ekonomi Kapitalis

1. Kelangkaan (Scarcity) Sumber-sumber ekonomi. Terciptanya kelangkaan oleh


karena adanya benturan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan
terbatasnya (langkanya) barang-barang ekonomi yang tersedia dalam usaha
menjembatangi hal tersebut adalah dengan jalan menambah jumlah produksi barang
dan jasa sebanyak-banyaknya agar kebutuhan manusia yang tidak terbatas dapat
diperkecil.
2. Pandangan tentang nialai (value) barang. Dalam sistem ekonomi kapitalis nilai
merupakan sesuatu yang sangat urgen. Karena nilai merupakan suatu sarana untuk
melihat faedah suatu barang dan jasa, juga untuk menentukan kemampuan produsen
dan konsumen. Ada dua kategori tentang nilai barang dan jasa yaitu yang berkaitan
dengan nilai kegunaan suatu barang bagi individu yang disebut nilai guna (utility
value), dan yang berkaitan dengan nilai suatu barang terhadap barang lainnya
disebut nilai tukar (Exchange value).
3. Perana harga dalam sistem ekomi kapitalis. Dalam system ekonomi kapitalis, harga
mempunyai peranan dalam kegiatan produksi,konsumsi, dan distribusi melalui
struktur harga.

Sistem Ekonomi Sosialis

Di satu pihak ada kebebasan individu seperti dalam sistem ekonomi kapitalis. Namun di
pihak lain, peran pemerintah lebih besar misalnya dalam menentukan upah minimum dan
penetapan harga minimum atau maksimum serta ada kebijakan perlindungan usaha,
konsumen dan pekerja,

Landasan ilmiah dari sistem ini adalah kombinasi antara prinsip-prinsip kebebasan individu
dengan kemerataan sosial.

Sistem ini dianut di Eropa Barat terutama Jerman.

26
BAB III

PENUTUP

III.I Kesimpulan

KESIMPULAN

Banyak beragam pendapat yang mengutarakan definisi tentang ekonomi Islam,


sosialis dan kapitalis dari tokoh ekonomi.. Aplikasi ajaran agama dalam bidang ekonomi
Islam paling banyak pada lembaga perbankkanyang telah berkembang cukup signifikan
dalam 3 tahun terakhir dengan indikator market shareterhadap perbankan konvensional telah
mencapai 1,8 % dan BI mempunyai target 5 % pada tahun2010. Implikasi dari faham
sosialisme telah menempatkan manusia hanya sebagai mesin produksi, kemandirian individu
terkebiri atas nama kepentingan (kepemilikan) negara. sedangkan Individu dalam kapitalisme
mempunyai peran besar dalam penguasaan hak milik, mengadakanperjanjian kontrak, dan
perilaku ekonomi dengan standar yang hanya mempertimbangkan pasar.

Ekonomi islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi robbani dan insani. Dikatakan
ekonomi robbani karena ekonomi islam sarat dengan tujuan dan nilai-nilai Ilahiyah.
Sedangkan ekonomi islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi insani, karena sistem
ekonomi islam dilaksanakan dan ditujukan untuk kemaslahatan manusia. Berbeda dengan
sistem kapitalis, sistem kapitalis lebih mempunyai peran terhadap penguasaan milik bersama
dan perilaku mempertimbangkan pasar. Begitupun sistem sosialis, sosialisme telah
menempatkan manusia hanya sebagai mesin produksi, kemandirian individu terkebiri atas
nama kepentingan (kepemilikan) negara.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Muhammad al-’Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi
Islam, Terj. Imam Saefudin (Bandung: Pustaka Setia, 1999)

Karim, Adiwarman. 2002. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: The International Institute of
Islamic Thought (IIIT).

Sudarsono, Heri. 2002. Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Ekonosia.

Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Cet. Ke-4. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Karim, Adiwarman Azwar. 2006. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali
Press.

Al-Usairy. 2006. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta: Raja Grafindo.

Eldine, Achyar. 2005. “Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam: Universitas Ibnu Khaldun Online”, dikutip
dari http://www.uika- bogor.ac.id/ jur07.htm), diakses pada 19 Desember 2016.

Saefurrohman, Usep. 2010. “Pengertian dan Sejarah Kapitalisme”, dikutip dari


www.usepsaefurohman.wordpress.com/2010/02/02/388/ . diaskses Pada 19 Desember 2016.

al-’Assal, Ahmad Muhammad. dan Abdul Karim, Fathi. 1999. Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi
Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Mannan, Abdul. 1997. Ekonomi Islam, Teori, dan Praktik. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.

Nawab Haedar, Syed. 2003. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wirasasmia, Rivai. 2002 Kamus Ekonomi Lengkap. Bandung: Pionir.

Branch Man Course. 2006. BI Regulation & Policies of Islamic Banking.

Yahya, Harun. 2000. "Kapitalisme dan Seleksi Alam”, dikutip dari http://www.harunyahya.com.
diakses pada 19 desember 2016.

Hulwati. 2009. Ekonomi Islam,Jakarta: Ciputat Press.

Qardhawi, Yusuf. 2000. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

28

Anda mungkin juga menyukai