Diajukan sebagai salah satu tugas pertemuan ke 14 mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok “Perbandingan Sistem
Ekonomi Islam, Sosial dan Kapitalis”.Sholawat dan salam tak lupa penulis haturkan
kepada baginda nabi Muhammad SAW.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
PENUTUP ............................................................................................................................... 27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap negara memiliki sistem ekonomi yang berbeda-beda. Sistem yang dianut
sebuah negara biasanya sesuai dengan paham ideologi negara tersebut. Misalnya sistem yang
berdasarkan syariah Islam yaitu sistem ekonomi Islam.Yang menganut sistem ini adalah
negara-negara Islam yang ada di dunia, walaupun begitu beberapa negara khususnya
Indonesia telah menerapkan sistem ekonomi Islam di mana dengan hadirnya beberapa
perbankan yang berlabel syariah. Negara yang berideologi komunisme biasanya akan
menerapkan sistem sosialis. Dan jika negara tersebut menganut paham kapitalisme maka
cenderung menganut sistem ekonomi kapittalis.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan menjadi focus kajian dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1
I.II Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
(Abdul Mannan, 1997) memberikan definisi ilmu ekonomi Islam sebagai ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi kerakyatan yang diilhami
oleh nilai-nilai dan ajaran Islam. (Ahmad Dahlan, 2008, p.2)
(Nawab Haedar, 2003) Syed Nawab Husein Naqvi menegaskan ide sentral yang
membatasi ilmu ekonomi Islam dan yang menempatkannya berbeda dengan ilmu ekonomi
positif adalah nilai-nilai etik/agama secara eksplisit dimasukkan dalam frame work analisis
ekonomi secara terpadu. Oleh karena itu, ilmu ekonomi Islam merupakan upaya validitas ide
filosofis (normatif) yang diaplikasikan dan dipadukan dengan klaim validitas objektif
(empiris). (Ahmad Dahlan, 2008, p.2)
(BI Regulation & Policies of Islamic Banking 2006) Menjelaskan dari pengertian
ekonomi Islam di atas, dapat dijelaskan bahwa kajian dan pembahasan ekonomi Islam
berdimensi kerakyatan dengan sistem yang dibangun merupakan representasi dari ajaran dan
nilai-nilai Islam. Adapun kepentingan atau tujuan dari sistem ekonomi Islam merupakan
suatu bentuk “ijtihad” dari penerjemahan ajaran agama (maqâshid syari’ah) pada wilayah
normatif agar dapat dipraktikkan menjadi sistem yang aplikatif pada wilayah sosial
(kerakyatan).
Aplikasi ajaran agama dalam bidang ekonomi Islam paling banyak pada lembaga
perbankkan yang telah berkembang cukup signifikan dalam 3 tahun terakhir dengan indikator
market share terhadap perbankan konvensional telah mencapai 1,8 % dan BI mempunyai
target 5 % pada tahun 2010. (Ahmad Dahlan, 2008, p.2)
(Rivai Wirasasmia 2002) menurutkan bahwa faham kapitalisme berasal dari Inggris
pada abad ke-18, kemudian menyebar ke Eropa Barat dan Amerika Utara. Kehadirannya
3
berawal dari perlawanan terhadap ajaran gereja sehingga tumbuh aliran pemikiran liberalisme
di negara-negara Eropa Barat dan merambah ke segala bidang termasuk bidang ekonomi.
Liberalisasi di bidang ekonomi inilah kemudian melahirkan faham kapitalisme. (Ahmad
Dahlan, 2008, p.2)
(Achyar Eldine 2005) menjelaskan bahwa menurut Milton H. Spencer, penulis buku
Contemporary Economics (1977), menulis bahwa kapitalisme merupakan sistem organisasi
ekonomi yang dicirikan oleh hak milik individu (private ownership) atas alat-alat produksi
dan distribusi (tanah, pabrik-pabrik, jalan-jalan kereta api, dan sebagainya) dan
pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang kompetitif. (Ahmad Dahlan, 2008,
p.2)
Individu dalam kapitalisme mempunyai peran besar dalam penguasaan hak milik,
mengadakan perjanjian kontrak, dan perilaku ekonomi dengan standar yang hanya
mempertimbangkan pasar.
Sebagaimana yang ditulis oleh Herbert Spencer dalam buku Social Statistics (1850)
bahwa dampak kapitalisme telah melahirkan faham darwinisme-sosial, suatu faham yang
menolak semua sistem bantuan untuk masyarakat yang diusulkan oleh negara, dan antisipasi
bagi perlindungan terhadap kesehatan, sekolah-sekolah negeri, dan vaksinasi wajib. Menurut
faham ini, tatanan masyarakat terbentuk dari prinsip bahwa yang kuat akan tetap bertahan
hidup, sedangkan pemberian bantuan dan pemberdayaan bagi masyarakat lemah sehingga
bertahan hidup merupakan suatu pelanggaran. (Ahmad Dahlan, 2008, p.3)
4
(Yusuf Qardhawi 2000) Mengatakan proporsi hak kepemilikan pribadi yang over dan
darwinisme-sosial merupakan dua citarasa kapitalisme yang berimplikasi terhadap tatanan
investasi dan pasar mengerucut pada penguasaan pribadi-pribadi yang kuat modal. Intrik dan
persaingan bebas menjadi ciri yang selalu dikedepankan untuk meraih keuntungan
maksimum.
Implikasi dari faham sosialisme telah menempatkan manusia hanya sebagai mesin
produksi, kemandirian individu terkebiri atas nama kepentingan (kepemilikan) negara.
5
II.II Sejarah Ekonomi Islam, Sosialis, Kapitalis
6
melayani mereka bertambah. Tentara secara formal juga belum terbentuk. Ketika diseru
untuk berjihad, semua muslim yang mampu dianjurkan untuk menjadi tentara. Mereka tidak
mendapatkan gaji tetap, tetapi mereka diperbolehkan mendapatkan bagian dari rampasan
perang (ghanimah). Rampasan tersebut meliputi senjata, kuda, unta dan barang-barang
bergerak lain yang didapatkan dalam perang (Kharidatul Mudiah, 2015, p.195)
Pada zaman Rasulullah, sudah mulai ditanamkan larangan pembungaan uang atau
riba, sebagaimana yang biasa oleh orang- orang Yahudi di Madinah. Islam benar-benar
menentang praktik- praktik tidak fair dalam perekonomian tersebut. Karena riba didasarkan
atas pengeluaran orang dan merupakan eksploitasi yang nyata, dan Islam melarang bentuk
eksploitasi apapn “apakah itu dilakukan olehorang-orang kaya terhadap orang-orang miskin,
oleh penjual terhadap pembeli, oleh majikan terhadap budak, oleh laki-laki terhadap wanita,
dan lain sebagainya.” Al-Qur’an pun menyebut, “Dan apa yang kamu berikan sebagai
7
tambahan (riba) untuk menambah kekayaan manusia, maka riba itu tidak menambah di sisi
Allah” (QS, 30: 39). Maka untuk menghilangkan riba ini, al-Qur’an memberi solusi dengan
cara zakat, shodaqah dan sejenisnya. Ini ditandai dengan diwajibkannya shadaqah fitrah pada
tahun kedua hijriyah atau lebih dikenal dengan zakat fitrah setiap bulan ramadhan datang,
yang didistribukan kepada para fakir, miskin, budak, amil (pengurus zakat), muallaf dan lain-
lain. Sebelum diwajibkannya zakat, pemberian sesuatu kepada orang yang membutuhkan
bersifat suka rela dan belum ada peraturan khusu atau ketentuan hukumnya. Peraturan
mengenai pengeluaran zakat di atas muncul pada tahun ke-9 hijrah ketika dasar Islam telah
kokoh, wilayah negera berekspansi dengan cepat dan orang berbondong-bondong masuk
Islam. Peraturan yang disusun Rasulullah saat itu meliputi pengumpulan zakat, barang-barang
yang dikenai zakat, batas-batas dan tingkat persentase zakat untuk barang-barang yang
berbeda- beda (Kharidatul Mudiah, 2015, p.197)
(Sudarsono, 2002) Tatanan ekonomi negera madinah sampai tahun keempat hijrah,
pendapatan dan sumber dayanya masih relatif kecil. Kekayaan pertama datang dari banu
Nadzir, kelompok ini masuk dalam pakta Madinah tetapi mereka melanggar perjanjian,
bahkan berusaha membunuh Rasulullah saw. nabi meminta mereka meninggalkan kota
Madinah, akan tetapi mereka menolaknya, Nabipun mengerahkan tentara untuk mengepung
mereka. Pada akhirnya, mereka menyerah dan setuju meninggalkan kota dengan membawa
barang-barang sebanyak daya angkut unta, kecuali baju baja. Semua milik Banu Nadzir yang
ditinggalkan menjadi milik Rasulullah saw. sebagaimana ketentuan yang sampaikan Allah
dalam al-Qur’an, kaerena mereka mendapatkan tanpa peperangan. Rasulullah pun
membagikan tanah-tanah ini kepada kaum fakir miskin dari golongan anshar dan muhajirin.
Sendangkan bagian Rasulullah diberikan kepada keluarganya untuk memenuhi
kebutuhannya.
Aset pemerintahan Islam Madinah juga didapat dari Khaibar, yang terlah ditaklukkan
pada tahun ke-7 hijrah. Setelah pertempuran satu bulan mereka menyerah dengan syarat tidak
meninggalkan tanah mereka. Mereka mengatakan kepada Rasulullah, bahwa mereka
memiliki kemampuan dan pengalaman khusus dalam bertani dan berkebun kurma. Mereka
meminta izin untuk tetap tinggal di Khaibar. Rasulullah mengabulkan permintaan mereka dan
memberikan kepada mereka setengah bagian hasil panen dari tanah mereka. Sahabat Nabi
bernama Abdullah Rawabah biasanya daang tiap tahun untuk memperkirakan hasil produksi
dan membaginya menjadi dua bagian yang sama banyak. Hal itu terus berlangsung selama
8
masa pemerintahan kepemimpinan Rasulullah saw. dan Abu Bakar al-Shiddiq(Kharidatul
Mudiah, 2015, p.198)
Pada intinya, pada zaman awal-awal Islam pendapatan yang didapatkan oleh negara
Islam Madinah masih sangat kecil. Di antara sumber pendapatan yang masih kecil itu berasal
dari sumber- sumber, diantaranya: rampasan perang (ghanimah),tebusan tawanan perang,
pinjaman dari kaum muslim, khumuz atau rikaz (harta karun temuan pada periode sebelum
Islam), wakaf, nawaib (pajak bagi muslimin kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara
selama masa darurat, amwal fadhla (harta kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris),
zakat fitrah, kaffarat (denda atas kesalahan yang dilakukan seorang mislim pada acara
keagamaan), maupun sedekah dari kaum muslim dan bantuan-bantuan lain dari para shahabat
yang tidak mengikat. (Kharidatul Mudiah, 2015, p.199)
(Yatim, 2000) Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin mengangkat Abu Bakar
menjadi khalifah pertama. Abu Bakar mempunyai nama lengkap Abdullah bin Abu Quhafah
al-Tamimi. Masa pemerintahan Abu Bakar tidak berlangsung lama, hanya sekitar dua
tahunan. Dalam kepemimpinannya Abu Bakar banyak menghadapi persoalan dalam
negerinya, di antaranya kelompok murtad, nabi palsu, dan pembangkang membayar zakat.
Berdasarkan musyawarah dengan para sahabat yang lain, ia memutuskan untuk memerangi
kelompok tersebut melalui apa yang disebut sebagai perang Riddah (perang melawan
kemurtadan) (Kharidatul Mudiah, 2015, p.199).
(Al-Usairy, 2006) Sebelum menjadi Khalifah Abu Bakar tinggal di Sikh yang terletak
di pinggiran kota Madinah. Setelah berjalan 6 bulan dari kekhalifahannya, Abu Bakar pindah
ke pusat kota Madinah dan bersamaan dengan itu sebuah Baitul Mal dibangun. Sejak menjadi
khalifah, kebutuhan keluarganya diurus oleh kekayaan dari Baitul Mal ini. Abu Bakar
diperbolehkan mengambil dua setengah atau dua tiga perempat dirham setiap harinya dari
Baitul Mal dengan beberapa waktu. Ternyata tunjangan tersebut kurang mencukupi sehingga
ditetapkan 2000 atau 2500 dirham dan menurut keterangan 6000 dirham per tahun
(Kharidatul Mudiah, 2015, p.199).
(Karim, 2004)Namun di sisi lain, beberapa waktu menjelang wafatnya Abu Bakar, ia
banyak menemui kesulitan dalam mengumpulkan pendapatan negara sehingga ia menayakan
berapa banyak upah atau gaji yang telah diterimanya. Ketika diberitahukan bahwa jumlah
9
tunangannya sebesar 8000 dirham, ia langsung memerintahkan untuk menjual sebagian besar
tanah yang dimilikinya dan seluruh hasil penjualannya diberikan kepada negara. Juga, Abu
bakarr mempertanyakan tentang berapa banyak fasilitas yang telah dinikmatinya selama
menjadi khalifah. Ketika diberitahukan tentang fasilitasnya, ia segera menginstruksikan untuk
mengalihkan semua fasilitas tersebut kepada pemimpin berikutnya nanti (Kharidatul Mudiah,
2015, p.200)
(Karim, 2006)Prinsip yang digunakan Abu Bakar dalam mendistribusikan harta baitul
mal adalah prinsip kesamarataan, yakni memberikan jumlah yang sama kepada semua
sahabat Rasulullah saw. dan tidak membeda-bedakan antara sahabat yang terlebih dahulu
memeluk Islam dengan sahabat yang kemudian, antara hamba dengan orang merdeka, dan
antara pria dengan wanita. Dengan demikian, selama masa pemerintahan Abu Bakar, harta
Baitul mal tidak pernah menumpuk dalam jangka waktu yang lama karena langsung
didistribusikan kepada seluruh kaum Muslimin, bahkan ketika Abu Bakar wafat, hanya
ditemukan satu dirham dalam perbendaharaan negara. Seluruh kaum Muslimin diberikan
bagian hak yang sama dari hasil pendapatan negara. Apabila pendapatan meningkat, seluruh
kaum muslimin mendapat manfaat yang sama dan tidak ada seorangpun yang dibiarkan
dalam kemiskinan(Kharidatul Mudiah, 2015, p.201)
(Yatim, 2000)Umar bin Khattab merupakan pengganti dari Abu Bakar. Untuk
pertama kalinya, pergantian kepimpinan dilakukan melalui penunjukan. Berdasarkan hasil
musyawarah antara pemuka sahabat memutuskan untuk menunjuk Umar bin al-Khattab
10
sebagai khalifah Islam kedua. Keputusan tersebut diterima dengan baik oleh kaum Muslimin.
Setelah diangkat menjadi khalifah, Umar bin Khattab menyebut dirinya sebagai Khalifah
Khalafati Rasulillah (Pengganti dari Pengganti Rasulillah). Umar juga memperkenal istilah
Amir al-Mu’minin (Komandan orang-orang yang beriman) kepada para sahabat pada waktu
itu (Kharidatul Mudiah, 2015, p.201).
(Karim, 2004)Dalam pemerintahannya ini, banyak hal yang menjadi kebijakan Umar
terkait dengan perekonomian masyarakat Muslim pada waktu itu, di antaranya: Pertama,
pendirian Lembaga Baitul Mal. Seiring dengan perluasan daerah dan memenangi banyak
peperangan, pendapatan kaum muslimin mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini
memerlukan perhatian khusus dalam pengelolaannya, agar dapat dimanfaatkan secara benar,
efektif dan efisien. Setelah mengadakan musyawarah dengan para pemuka sahabat, maka
diputuskan untuk tidak menghabiskan harta Baitul Mal sekaligus, akan tetapi dikeluarkan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan masyarakat didasarkan atas musyawarah. Dalam
pemerintahan Khalifah Umar, Baitul Mal berfungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal negara
Islam dan Khalifah merupakan pihak yang berkuasa penuh terhadap harta Baitul Mal. Namu
demikian, Khalifah tidak diperbolehkan menggunakan harta Baitul Mal untuk kepentingan
pribadi. Dalam hal ini, tunjangan Umar sebagai Khalifah untuk setiap tahunnya adalah tetap,
akni sebesar 5000 dirham, dua stel pakaian yang biasa digunakan untuk musim panas (shaif)
dan musim dingin (syita’) serta serta seekor binatang tunggangan untuk menunaikan ibadah
haji.
Pada masa ini harta Baitul Mal dianggap sebagai harta kaum Muslimin, sedangkan
Khalifah dan para amil hanya berperan sebagai pemegang amanah. Dengan demikian, negara
bertanggung jawab untuk menyediakan makanan bagi para janda, anak-anak yatij, serta anak-
anak terlantar; membiayai penguburan orang-orang miskin; membayar utang-utang yang
bangkrut; membayar uang diyat untuk kasus-kasus tertentu, seperti membayar diyat prajurit
Shebani yang membunuh seorang Kristianiuntuk menyelamatkan nyawanya; serta
11
memberikan pinjaman tanpa bunya untuk tujuan komersial, seperti kasus Hind bint Ataba
(Karim, 2004).
Kedua, Pajak Kepemilikan tanah (Kharaj). Pada zaman Khalifah Umar, telah banyak
perkembangan admistrasi dibanding pada masa sebelumnya. Misal, kharaj yang semula
belum banyak di zaman Rasulullah tidak diperlukan suatu sistem administrasi. Sejak Umar
menjadi Khalifah, wilayah kekuasan Islam semakin luas seiring dengan banyaknya daerah-
daerah yang berhasil ditaklukkan, baik melalui peperangan maupun secara damai. Hal ini
menimbulkan berbagai permasalahan baru. Pertanyaan yang paling mendasar dan utama
adalah kebijakan apa yang akan diterapkan negara terhadap kepemilikan tanah-tanah yang
berhasil ditaklukkan tersebut. Para tentara dan beberapa sahabat terkemuka menuntut agar
tanah hasil taklukan tersebut dibagikan kepada mereka yang terlibat dalam peperangan
sementara sebagian kepada mereka yang terlibat dalam peperangan sementara sebagian kaum
Muslimin yang lain menolak pendapat tersebut (Kharidatul Mudiah, 2015, p.202).
Tetapi siapa saja yang selama 3 tahun gagal mengolahnya yang bersangkutan akan
kehilangan hak kepemilikannya atas tanah tersebut. Orang-orang yang mengungsi, pada
waktu terjadi invasi dapat dipanggil kembali dan dinyatakan boleh menempati kembali tanah
mereka. Abu Yusuf menceritakan tentang keinginan Khaliah memajukan dan membantu
pengembangan pertanian. Pada waktu invansi ke Syiria seorang tentara Muslim dalam
perjalanan melalui telah merusak tanamannya. Mendengar pengaduan ini, khalifah segera
memberi ganti rugi sebesar 10.000 dirham (Kharidatul Mudiah, 2015, p.203).
12
(Karim, 2006) Ketiga, Zakat. Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, kekayaan
yang dimiliki negara Madinah sudah mulai banyak, berbeda pada awal-awal Islam. Pada
zaman Rasulullah, jumlah kuda yang dimiliki orang Arab masih sedikit, terutama kuda yang
dimiliki oleh Kaum Muslimin. Misalkan, dalam perang badar kaum Muslim hanya
mempunyai dua kuda. Pada saat pengepungan suku Bani Quraizha (5 H), pasukan kaum
Muslimin memiliki 36 Kuda. Pada tahun yang sama, di Hudaybiyah mereka mempunyai
sekitar dua ratus kuda. Karena zakat dibebankan terhadap barang-barang yang memiliki
produktivitas maka seorang buka atau seekor kuda yang dimiliki kaum Muslimin ketika itu
tidak dikenakan zakat (Kharidatul Mudiah, 2015, p.203).
(Karim, 2004) Pada generasi selanjutnya, kuda-kuda sudah mulai banyak, di Syiria
Misalkan, kuda-kuda sudah mulai diternakkan secara besar-besaran di Syiria dan di berbagai
wilayah kekuasan Islam lainnya. Beberapa kuda memiliki nilai jual tinggi, bahkan
diriwayatkan bahwa seekor kuda Arab Tabhlabi diperkirakan bernilai 20.000 dirham dan
orang-orang Islam terlibat dalam perdagangan ini. Karena maraknya perdagangan kuda,
mereka menanyakan kepada Abu Ubaidah, Gubernur Syiria ketika itu, tentang kewajiban
membayar zakat kuda dan budak. Gubernur memberitahukan bahwa tidak ada zakat atas
keduanya. Kemudian mereka menguslkan kepada Khalifah agar ditetapkan kewajiban zakat
atas keduanya tetapi permintaan tersebut tidak dikabulkan. Mereka kemudian mendatangi
kembali Abu Ubaidah dan bersikeras ingin membayar. Akhirnya, Gubernur menulis surat
kepada Khalifah dan Khalifah Umar menanggapinya dengan sebuah instruksi agar Gubernur
menarik zakat dari mereka dan mendistribusikannya kepada para fakir miskin serta budak-
budak. Sejak saat itu, zakat kuda ditetapkan sebesar satu dinar atau atas dasar ad valorem,
sperti satu dirham untuk setiap empah puluh dirham (Kharidatul Mudiah, 2015, p.204).
(Sudarsono, 2002). Utsman bin Affan merupakan khalifah ketiga setelah wafatnya
Umar bin Khatab. Perluasan daerah kekuasaan Islam yang telah dilakukan secara masif pada
masa Umar bin Khattab diteruskan oleh Utsman bin Affan. Pada enam tahun pertama
kepemimpinannya, banyak negara yang telah dikuasainya, seperti Balkan, Kabul, Grozni,
Kerman dan Sistan. Setelah negera-negara tersebut ditaklukkan, pemerintahan Khalifah
Utsman menata dan mengembangkan sistem ekonomi yang telah diberlakukan oleh Khalifah
Umar. Khalifah Utsman mengadakan empat kontrak dagang dengan negara-negara taklukan
tersebut dalam rangka mengembangkan potensi sumber daya alam. Aliran air digali, jalan
13
dibangun, pohon-pohon, buah-buahan ditanam dan keamanan perdagangan diberikan dengan
cara pembentukan organisasi kepolisian tetap untuk mengamankan jalur perdagangan.
Khalifah Utsman membentuk armada laut kaum Muslimin di bawah komando Muawiyah,
hingga berhasil membangun supremasi kelautannya di wilayah Mediterania (Kharidatul
Mudiah, 2015, p.205).
(Karim, 2004) Khalifah Utsman bin Affan mengambil suatu langkah kebijakan tidak
mengambil upah dari kantornya. Sebaliknya, ia meringankan beban pemerintah dalam hal-hal
yang serius, bahkan menyimpan uangnya di bendahara negara. Hal tersebut menimbulkan
kesalahfahaman dan ketidakcocokan dengan Abdullah bin Arqam, bendahara Baitul Mal.
Konflik ini semakin meruncing ketika ia tidak hanya membuat Abdullah menolak upah dari
pekerjaannya, tetapi juga menolak upah dari pekerjaannya, tetapi juga menolak hadir pada
setiap pertemuan publik yang dihadiri Khalifah. Permasalahan tersebut semakin rumit ketika
muncul berbagai pernyataan kontroversional mengenai pembelanjaan harta Baitul Mal yang
tidak hati-hati (Kharidatul Mudiah, 2015, p.205).
(Karim, 2004) Ada perbedaan antara kebijakan fiskal Khalifah Utsman bin Affan
dengan sebelumnya. Utsman tidak memiki kebijakan kontrol harga. Pada khalifah
sebelumnya, ia tidak menyerahkan tingkat harga sepernuhnya kepada pada pengusaha, tetapi
berusaha untuk tetap memperoleh informasi yang akurat tentang kondisi harga di pasaran,
bahkan terhadap harga dari suatu barang yang sulit dijangkau sekalipun. Utsman bin Affan
berusaha mendiskusikan tingkat harga yang sedang berlaku di pasaran dengan seluruh kaum
Muslimin di setiap selesai melaksanakan shalat berjamaah.
14
Memasuki paruh kedua kepemimpinannya yaitu enam tahun kedua masa
pemerintahan Utsman bin Affan, tidak terdapat perubahan situasi ekonomi yang cukup
signifikan. Berbagai kebijakan Khalifah Utsman banyak menguntungkan keluarganya
(terkesan nepotisme) telah menimbulkan benih kekecewaan yang mendalam pada sebagian
besar kaum Muslimin. Akibatnya, pada masa ini, pemerintahannya lebih banyak diwarnai
kekacauan politik yang berakhir dengan terbunuhnya sang Khalifah (Kharidatul Mudiah,
2015, p.206).
(Sudarsono, 2002) Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah keempat menggantikan
Utsman bin Affan yang terbunuh. Ali mempunyai gelar karramahu wajhah. Ia menikah
dengan putri Rasulullah Fatimah al-Zahra dikarunia dua putra yaitu Hasan dan Husain. Pada
masa Ali, merupakan masa pemerintahan tersulit yang harus dilampaui karena karena masa-
masa itu merupakan masa paling kritis berupa pertentangan antar kelompok (Kharidatul
Mudiah, 2015, p.206).
Muncul pula pada waktu itu tuntutan para sahabat untuk menelisik siapa sebenarnya
orang yang membunuh Utsman bin Affan. Khalifah Ali merupakan salah satu khalifah yang
sederhana, ia dengan suka rela menarik dirinya dari daftar penerima bantuan Baitul Mal (kas
negara), bahkan menurut yang lainnya dia memberikan 5000 dirham setiap tahunnya. Apapun
faktanya hidup Ali sangat sederhana dan ia sangat ketat dan rigit dalam menjalankan
keuangan negara. Suatu hari saudaranya Aqil datang kepadanya meminta bantuan uang,
tetapi Ali menolak karena hal itu sama dengan mencuri uang milik masyarakat (Kharidatul
Mudiah, 2015, p.206).
15
Ada persamaan kebijakan ekonomi pada masa Ali bin Abi Thalib dengan khalifah
sebelumnya. Pada masa Ali alokasi pengeluaran kurang lebih masih tetap sama sebagaimana
halnya pada masa pemerintahan Khalifah Umar. Pengeluaran untuk ankatan laut yang
ditambah jumlahnya pada masa Khalifah Utsman dihilangkan karena sepanjang garis pantai
Syiria, Palestina, dan Mesir berada di bawah kekuasaan Muawiyah. Namun demikian, dengan
adanya penjaga malam dan patrol yang telah terbentuk sejak masa pemerintahan Khalifah
Umar, Ali membentuk polisi yang terorganisasi secara resmi yang disebut syurthah dan
pemimpinnya diberi gelar shahibu al-sulthah (Kharidatul Mudiah, 2015, p.207).
16
Sistem kapitalisme, menurut Ebenstein (1990), mulai berkembang di Inggris pada
abad 18 M dan kemudian menyebar luas ke kawasan Eropa Barat laut dan Amerika Utara.
Risalah terkenal Adam Smith, yaitu The Wealth of Nations (1776), diakui sebagai tonggak
utama kapitalisme klasik yang mengekspresikan gagasan “laissez faire” dalam ekonomi.
Bertentangan sekali dengan merkantilisme yaitu adanya intervensi pemerintah dalam urusan
negara. Smith berpendapat bahwa jalan yang terbaik untuk memperoleh kemakmuran adalah
dengan membiarkan individu-individu mengejar kepentingan-kepentingan mereka sendiri
tanpa keterlibatan perusahaan-perusahaan negara (Robert Lerner, 1988).
Awal abad 20 kapitalisme harus menghadapi berbagai tekanan dan ketegangan yang
tidak diperkirakan sebelumnya. Munculnya kerajaan-kerajaan industri yang cenderung
menjadi birokratis uniform dan terjadinya konsentrasinya pemilikan saham oleh segelintir
individu kapitalis memaksa pemerintah (Barat) mengintervensi mekanisme pasar melalui
kebijakan-kebijakan seperti undang-undang anti-monopoli, sistem perpajakan, dan jaminan
kesejahteraan. Fenomena intervensi negara terhadap sistem pasar dan meningkatnya
tanggungjawab pemerintah dalam masalah kesejahteraan sosial dan ekonomi merupakan
indikasi terjadinya transformasi kapitalisme. Transformasi ini, menurut Ebenstein, dilakukan
agar kapitalisme dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan ekonomi dan sosial.
Lahirlah konsep negara kemakmuran (welfare state) yang oleh Ebenstein disebut
sebagai “perekonomian campuran” (mixed economy) yang mengkombinasikan inisiatif dan
milik swasta dengan tanggungjawab negara untuk kemakmuran sosial.Habermas memandang
transformasi itu sebagai peralihan dari kapitalisme liberal kepada kapitalisme lanjut (late
capitalism. organized capitalism, advanced capitalism). Dalam Legitimation Crisis (1988),
Habermas menyebutkan bahwa state regulated capitalism (nama lain kapitalisme lanjut)
mengacu kepada dua fenomena: (a) terjadinya proses konsentrasi ekonomi seperti korporasi-
korporasi nasional dan internasional yang menciptakan struktur pasar oligopolistik, dan (b)
intervensi negara dalam pasar. Untuk melegitimasi intervensi negara yang secara esensial
kontradiktif dengan kapitalisme liberal, maka menurut Habermas, dilakukan repolitisasi
massa, sebagai kebalikan dari depolitisasi massa dalam masyarakat kapitalis liberal. Upaya
ini terwujud dalam sistem demokrasi formal.
Pilihan ini memang terlihat amat subjektif, meskipun sebetulnya tidak bisa pembaca
memaknainya secara serampangan tanpa ada unsur pembenar di bagian lain dari teks.
17
Konteksnyalah yang akan menentukan apakah pilihan si pembaca itu benar atau salah. Saat
menganalisis, tokoh bisa dilihat dari dua sudut pandang: tokoh sebagai individu dan tokoh
sebagai anggota masyarakat. Tokoh dalam karya sastra tradisional memilii fungsi mimesis
yang menggambarkan manusia yang sebenarnya. Dalam aspek referensialnya, tokoh
mempunyai nama, ciri-ciri fisik dan mental, serta hidup dalam suatu lingkungan tertentu.
Tokoh sebagai anggota masyarakat mengharuskan pembaca memperhatikan masalah kultural
dan sosiohistoris yang terdapat dalam teks. Yang dapat dianggap sebagai fakta kultural dan
sosiohistoris adalah peristiwa atau fenemona yang berkaitan dengan kolektivitas atau individu
yang mewakili kolektivitas. Ini memang tidak mudah, karena menguak fakta kultural dan
sosiohistoris, menurut Zaimar (2008: 34) akan menghadapi beberapa kesulitan, seperti sifat
ganda dalam hubungan antara masyarakat dan teks, bahasa yang digunakan berkaitan dengan
keadaan tertentu suatu masyarakat, dan ideologi yang melatari penggambaran tentang suatu
masyarakat.
Sejarah sosialis memerupakan sejarah protes sosial. Yaitu terhadap semua penyakit
kultural, ekonomis, social, dan politis kapitalisme. Proses social sudah tentu bukan “Barang
baru” tetapi ada dua hal yang membedakan sosialisme dengan pemberontakan-
pemberontakan sebelumnya terhadap pemerintahan yang ada.
18
Reaksi terhadap kapitalisme: Empat buah filsafat radikal
Di Inggris sistem pabrik (the factory system) sudah muncul. Para pengeritik “orde
baru” di sana menjumpai kondisi-kondisi kerja yang teramat parah( kasus anak-anak kecil
yang diperlakukan kejam dan dipekerjakan dengan kondisi buruh di pabrik-pabrik dan dalam
tambang-tambang batu bara).
Di samping itu terlihat kota yang kotor dan yang terlampau padat penduduknya.
Makin banyak pekerja yang menentang penggunaan mesin-mesin baru. Di Prancis
peperangan yang berlangsung terlampau lama memperlihatkan bahwa beban pajak makin
menekan rakyat yang hanya digunakan untuk membiayai pemerintah korup di sana.Tahun
1789 merupakan tahun terjadinya suatu revolusi yang mengakibatkan timbulnya salah satu
perombakan sosial terbesar dalam sejarah dunia.
Mereka mencapai bentuk berupa empat macam filsafat radikal pokok, yaitu:
Dalam sejarah senantiasa ada saja orang-orang yang bermimpi tentang dunia yang
lebih baik (misalnya Musa, Buddha, Plato, Jesus, Aquinas, Maimonedes ). Maka, menurut
Milton Spencer, tidak salah apabila orang-orang demikian dinamakan kaum “sosialis”.
Maksudnya, mereka dianggap sebagai “perombak-perombak social” ( social reformers ).
Buku pertama dalam bidang literature sosialis yang terbaik ditulis oleh Sir Thomas
More ( 1478-1535 ). Bukunya yang berjudul Utopia merupakan suatu serangan terhadap
19
keburukan-keburukan berupa kemiskinan, penghamburan, penganguran, dan lembaga “hak
milik privat” yang seperti telah diketahui, merupakan salah satu sendi kapitalisme.
Di Inggris orang yang tekemuka adalah Robert Owen (1771-1858), dan di Prancis
seorang yang bernama Charles Fourier (1772-1837), peranan Owen sebagai seorang
perombak sosial amat penting.Dia memainkan peranan penting dalam pembentukan undang-
undang pabrik guna melindungi para pekerja pabrik, yaitu the Factory art tahun 1844.
Sosialisme Marxis dan Komunisme
Pada pertengahan abad ke-16 timbullah serangkaian kejadian di Eropa yang sangat
besar pengaruhnya atas perkembangan dunia dikemudian hari.Dalam bulan desember 1847
sekelompok pimpinan serikat buruh mengadakan suatu pertemuan pada liga komunis yang
baru dibentuk pada waktu itu.
Di antaramereka yang hadir ada dua orang radikal intelektual yang relative mudadan
yang beludikenal.Yang satu adalah Karl Mark, sedangkan yang kedua adalahsahabatnya,
Frederich Engels. Dalam bulan Januari 1948, prinsip-prinsip dan sasaran yang ditetapkan,
dipublikasikan sebagai sebuah pamplet denga nama “The Communist Manifest”.
20
Dalam buku tersebut diramalkan oleh Marx bahwa sistem kapitalis tisakan
digulingkan secara evolusioner, dunia akan diganti oleh sebuah masyarakat tanpa kelas yang
hanya terdiri dari para pekerja atau kaumproletar( ploretariats ) yang memiliki dan mengelola
alat-alat produksi untuk kepentingan seluruh masyarakat. Keadaan akhir tersebut
dinamakannya “komunisme”, untuk membedakannya dari aneka macam bentuk sosialisme
yang “non-ilmiah”, seperti misalnya sosialisme Utopis. Sindikalisme
Filsafat radikal ketiga yang muncul dari revolusi industri adalah sindikalisme(
syndicalism ). Gerakanini, yang merupakan sebuah strategi revolusi dan sebuah rencana
untuk reorganisasi sosial, dipengaruhi oleh gelombang anarkisme yang menjalar di Eropa
pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20.
Misalnya aka nada sindikat pabrik-pabrik baja yang dimiliki dan dioperasikan oleh para
pekerja di dalam industri batubara, dan begitu pula halnya pada industri-industri lain. Dengan
cara-cara demikian sindikat-sindikat yang pada dasarnya merupakan serikat-serikat buruh
akan menggantikan negara.
Eksponenpokoks indikalisme adalah seorang ahli filsafat social prancis yang bernama
George Sorel (1847-1922). Agaknya ironis bahwa pandangan pandangannya kelak
menyebabkan muncul dan tumbuhnya fasisme.
21
II.III Sistem Ekonomi Islam, Sosalis, Kapitalis
1. Ekonomi Ilahiyyah
Ekonomi islam adalah ekonomi Ilahiyyah, karena titik berangkatnya dari Allah, tujuannya
mencari ridha Allah dan cara-caranya tidak bertentangan dengan syariatNya. Kegiatan
ekonomi, baik produksi, konsumsi, penukaran dan distribusi diikatkan pada prinsip Ilahiyyah
dan pada tujuan Iilahi. ( Yusuf Qardhawi, 2001 )
2. Ekonomi Akhlak
Hal yang membedakan antara sistem islam dengan sistem lainnya, adalah bahwa antara
ekonomi dan akhlak tidak pernah terpisah antara ilmu dengan akhlak, antara politik dan
akhlak, antara perang dengan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi kehidupan islam.
Karena risalah islam adalah risalah akhlak, sehingga Rasulallah bersabda :“Sesungguhnya
tidaklah aku diutus, selain hanya untuk menyempurnakan akhlak.”
3. Ekonomi kemanusiaan
Manusia, dalam sistem ekonomi islam ini adalah sasaran sekaligus merupakan sarana. Tujuan
dan sasaran utama islam adalah merealisasikan “kehidupan yang baik” bagi manusia dengan
segala unsur dan pilarnya. Dalam segala fase kehidupan manusia, mulai dari masa kanak-
kanak sampai dengan masa tua. Dalam segala keadaan hidupnya, sehat dan sakit, lemah dan
kuat, susah dan senang, sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat.
Ekonomi islam juga bertujuan untuk memungkinkan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya
yang disyariatkan. Manusia perlu hidup dengan pola kehidupan yang Rabbani sekaligus
manusiawi, sehingga ia mampu melaksanakan kewajiban kepada Tuhannya, kepada dirinya,
kepada keluarganya, dan kepada manusia secara umum.
4. Ekonomi pertengahan
Pertengahan yang adil merupakan roh dari ekonomi islam. Sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Baqarah (2): 143: “Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu ( umat islam ),
22
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas ( perbuatan ) manusia dan agar
Rasul ( Muhammad ) menjadi saksi atas ( perbuatan ) kamu.”
Sebagaimana manusia hidup dengan roh, disamping bentuk jasadnya yang bersifat material.
Roh merupakan factor keistimewaan dan menjadi kemuliaannya. Demikian pula dalam setiap
sistem pasti memiliki roh yang menyebabkan ia berjalan dan membedakan dari yang lainnya.
Baik sistem ekonomi, sistem sosial kemasyarakatan, atau sistem politik.
Menurut Veithzal Rivai dan Andi Bukhari, karakteristik ekonomi islam, yaitu:
Menurut Ahmad Izzan dan Syahri Tanjung, keistimewaan dan karakteristik ekonomi islam
yaitu : ( Ahmad Izzan dan Syahri Tanjung )
1. Ekonomi islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari konsep islam yang utuh
dan menyeluruh.
2. Aktivitas ekonomi islam merupakan suatu bentuk ibadah.
3. Tatanan ekonomi islam memiliki tujuan yang sangat mulia.
Ekonomi islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi robbani dan insani. Dikatakan ekonomi
robbani karena ekonomi islam sarat dengan tujuan dan nilai-nilai Ilahiyah. Sedangkan
ekonomi islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi insani, karena sistem ekonomi
islam dilaksanakan dan ditujukan untuk kemaslahatan manusia. Hal ini dapat dipahami
melalui nilai-nilai dasar yang mengilhami ekonomi islam, antara lain; konsep tauhid;
rububiyyah; khilafah; dan tazkiyah. ( Hulwati, 2009 )
23
1. Konsep tauhid
Konsep tauhid ini menjelaskan tentang keesaan Allah, yaitu bagaimana hubungan manusia
dengan Allah serta hubungan manusia dengan sesamanya dan alam sekitarnya, semua mesti
serasi dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan Allah. Oleh sebab itu, semestinya manusia
beriltizam dan mempunyai keyakinan bahwa segala sesuatu mesti tunduk pada Allah dan
tidak ada yang lebih berkuasa melainkan kekuasaan Allah.
2. Konsep rububiyyah
Konsep rububiyyah menjelaskan bahwa peraturan yang telah ditetapkan Allah bertujuan
untuk memelihara dan menjaga kehidupan manusia kea rah kesempurnaan dan kemakmuran.
Karena itu Allah memberi pedoman dan aturan untuk mencari dan memelihara rezeki yang
diberikan Allah.
3. Konsep khilafah
4. Konsep Tazkiyah
Konsep Tazkiyah ini merupakan konsep yang membentuk kesucian jiwa dan
ketinggian akhlak. Konsep ini sejalan dengan diutusnya Rasulallah saw. Yaitu untuk
menyempurnakan akhlak dan budi pekerti manusia. Baik hal itu berhubungan dengan Allah,
24
manusia, dana lam sekitar. Dan konsep tazkiyah ini menimbulkan konsep falah, yang
merupakan kunci bagi kesuksesan mereka didunia dan akhirat.
Sistem ekonomi kapitalis merupakan suatu system yang menyandarkan diri sepenuhnya pada
:
1. Hak milik Swasta (Private Property) lembaga ini merupakan elemen pokok dari
kapitalisme, Ia menjamin bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mencapai
barang-barang ekonomi dan sumber-sumber daya melalui cara yang legal,
mengadakan perjanjian-perjanjian sehubungan dengan penggunaannya dan apabila
perlu menjualnya “kekayaan merupakan hak alamiah terlepas dari kekuasaan
Negara.Pemberian hak pemilikan atas harta kekayan memenuhi fungsi-fungsi
ekonomi penting Yaitu: Para individu memperoleh perangsang agar aktiva mereka
dimanfaatkan seproduktif-produktifnya. Hal tersebut sangat mempengaruhi distribusi
kekayaan serta pendapatan karena individuindividu diperkenankan untuk
menghimpun aktiva dan memberikannya kepada ahli waris mereka apabila mereka
meninggal dunia. Selanjutnya memungkinkan laju pertukaran yang tinggi oleh
karena orang perlu memiliki hak pemilikan atas barang-barang sebelum hak tersebut
dapat dialihkan kepada pihak lain. Konsekwensi-konsekwensi sosial dan ekonomi
fungsi-fungsi tersebut sangat mempengaruhi perkembangan kapitalisme.
2. Dibina oleh tangan yang tak terlihat (The Invisibel Hand) prinsif tersebut
menyatakan bahwa untuk mencapai hal yang terbaik untuk masyarakat.Setiap
individu dalam sebuah masyarakat kapitalistik dimotivasi oleh kekuatan-kekuatan
ekonomi sehingga ia akan bertindak sedemikian rupa untuk mencapai kepuasan
terbesar dengan pengorbanan atau biaya yang sekecil-kecilnya.
3. Individualisme ekonomi Laissez- Faire Pernyataan ini menjadi kata kunci
kapitalisme. Dalam arti bahwa tiadanya intervensi pemerintah akan menyebabkan
timbulnya individualism ekonomi dan kebebasan ekonomi.Intervensi pemerintah
dibatasi pada aktivitas-aktivitas tertentu.
4. Persaingan dan pasar-pasar bebas (free market competition). Prinsip bekerjanya
mekanisme pasar menyebabkan terjadinya persaingan. Persaingan terjadi antara
penjual barang-barang yang serupa untuk menarik pembeli; antara pembeli untuk
mencapai barang-barang yang mereka inginkan; antara pekerja untuk memperoleh
25
pekerjaan, antara pihak majikan untuk memperoleh pekerja, antara pembeli dan
penjual sumber-sumber daya untuk mencapai syarat yang sebaik-baiknya.
Di satu pihak ada kebebasan individu seperti dalam sistem ekonomi kapitalis. Namun di
pihak lain, peran pemerintah lebih besar misalnya dalam menentukan upah minimum dan
penetapan harga minimum atau maksimum serta ada kebijakan perlindungan usaha,
konsumen dan pekerja,
Landasan ilmiah dari sistem ini adalah kombinasi antara prinsip-prinsip kebebasan individu
dengan kemerataan sosial.
26
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
KESIMPULAN
Ekonomi islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi robbani dan insani. Dikatakan
ekonomi robbani karena ekonomi islam sarat dengan tujuan dan nilai-nilai Ilahiyah.
Sedangkan ekonomi islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi insani, karena sistem
ekonomi islam dilaksanakan dan ditujukan untuk kemaslahatan manusia. Berbeda dengan
sistem kapitalis, sistem kapitalis lebih mempunyai peran terhadap penguasaan milik bersama
dan perilaku mempertimbangkan pasar. Begitupun sistem sosialis, sosialisme telah
menempatkan manusia hanya sebagai mesin produksi, kemandirian individu terkebiri atas
nama kepentingan (kepemilikan) negara.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Muhammad al-’Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi
Islam, Terj. Imam Saefudin (Bandung: Pustaka Setia, 1999)
Karim, Adiwarman. 2002. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: The International Institute of
Islamic Thought (IIIT).
Sudarsono, Heri. 2002. Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Ekonosia.
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Cet. Ke-4. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Karim, Adiwarman Azwar. 2006. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali
Press.
Al-Usairy. 2006. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta: Raja Grafindo.
Eldine, Achyar. 2005. “Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam: Universitas Ibnu Khaldun Online”, dikutip
dari http://www.uika- bogor.ac.id/ jur07.htm), diakses pada 19 Desember 2016.
al-’Assal, Ahmad Muhammad. dan Abdul Karim, Fathi. 1999. Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi
Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Mannan, Abdul. 1997. Ekonomi Islam, Teori, dan Praktik. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.
Nawab Haedar, Syed. 2003. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yahya, Harun. 2000. "Kapitalisme dan Seleksi Alam”, dikutip dari http://www.harunyahya.com.
diakses pada 19 desember 2016.
Qardhawi, Yusuf. 2000. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
28