Anda di halaman 1dari 3

ANTARA TUHAN,MANUSIA DAN ALAM DALAM FILSAFAT

Secara teoritis metafisika menempati posisi sentral yang mempengaruhi berbagai


konsep inti dalam suatu konstruk pemikiran, dimana pada gilirannya ia akan terjelma
dalam aspek-aspek yang lebih praktis seperti halnya isu-isu pendidikan, sosial,
moral, ekologi dll. Dalam konteks metafisika tradisional Islam sebagaimana yang
telah diformulasikan oleh para ulama terdahulu terutama mereka yang berasal dari
tradisi Sufi yaitu yang menganut eksistensialisme yang berseberangan dengan aliran
essensialisme yang dipegang oleh mayoritas falasifah dan mutakallimun,
menganggap bahwa Tuhan, Alam dan Manusia mempunyai hubungan intristik-
metafisik yang sangat erat. Bahkan tidak hanya terbatas pada agama Islam, agama-
agama besar lain seperti Kristen dan Buddha juga mempunyai tradisi mistisisme
yang begitu kental dengan metafisika eksistensialisme.

Dalam perspektif eksistensialisme, alam dianggap sebagai manifestasi


(Tajalli/Theophani) dari sebagian aspek Tuhan sehingga tidak dilihat sebagai entitas
yang berdiri sendiri dan profan, tapi alam adalah sesuatu yang sakral, kontingen dan
mengandung unsur-unsur ketuhanan (Divinity). Alam karena ia bersifat kontingen
mengasumsikan ia butuh dengan sesuatu dilain dirinya, bahkan ia terbuka dengan
berbagai kemungkinan yang tak terbatas dimana hubungan kausal sepenuhnya
dikembalikan pada Tuhan, apa yang dinamakan hukum alam maka sebenarnya
adalah tidak lain daripada kehendak Tuhan yang terjadi secara simultan (sunnatullah)
yang mencerminkan keindahan (beauty) dan keberaturan (order), inilah sebenarnya
makna tersirat dari apa yang dimaksud dengan kosmos. Tidak hanya alam yang
mensiratkan akan spirit kosmos, yang kemudian disebut dengan makrokosmos,
namun dalam diri manusia sebenarnya juga mengandung unsur cosmos ini persis
sebagai mana alam, perbedaannya jika cosmos yang terdapat dialam bersifat makro
maka apa yang dibawa manusia bersifat mikro, inilah manusia sebagai mikrokosmos.

Baca juga Alam Semesta yang Mekanistik


   Berangkat dari pemahaman inilah, konsep pendidikan dalam Islam mempunyai visi
integral yang bertujuan untuk menghasilkan manusia beradab yang dengan ilmunya
ia dapat bersikap dan berinteraksi dengan berbagai macam realitas dengan adil. Hal
demikian karena realitas dan alam sebenarnya tidaklah terbatas pada alam fisik ini
yang secara epistemologis bergantung terutama pada otoritas persepsi indra dan akal
demonstratif, sedangkan ia hanyalah salah satu aspek terendah dari hakikat realitas
yang ada, dimana untuk mencapainya dibutuhkan transformasi secara total akan
fakultas akal demonstrasi menjadi intuisi. Inilah sebenarnya yang menjadi ciri utama
dari filsafat Barat modern yang telah bertanggung jawab dalam menghasilkan
berbagai macam krisis alam dan kemanusiaan, yaitu yang disebabkan oleh
pembatasan dan penyempitan makna realitas sebatas pada tataran fisik yang pada
saat yang sama disebabkan oleh posisi mereka yang begitu mengunggulkan fakultas
inderawi  dan akal dalam proses epistemologisnya.       

Kembali mengenai konsep pendidikan Islam, al Quran sendiri sebenarnya telah


memberikan pedoman akan tujuan manusia hidup yaitu untuk beribadah kepada
Allah sebagai seorang hamba dan sebagai khalifahNya untuk memakmurkan bumi
ini. Dua tujuan inilah yang menjadi kualifikasi teleologis dari produk pendidikan
dalam Islam, sehingga mencari ilmu bukan hanya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan hidup pragmatis egoistis saja atau tujuan komoditas sosial dan ekonomi,
karena sebagai khalifah seorang hamba dituntut tidak hanya mementingkan urusan
dan kesejahteraan pribadi atau orang yang dikenalnya saja, bahkan perannya dalam
kehidupan tidak hanya untuk kebaikan manusia, tapi juga untuk menjaga
keseimbangan alam beserta ekosistem yang ada didalamnya. Maka, visi ibadatullah
haruslah dikaitkan dengan visi khalifatullah secara bermakna dan berdaya, karena
sejatinya berbagai tindakan manusia akan bernilai ibadah jika ia diniatkan untuk
mencari ridha Allah dan mendekat padaNya tidak hanya terbatas pada ritual normatif
dalam syari’ah.  

Yang terakhir, konsep alam, manusia dan hubungannya dengan Tuhan merupakan
unsur-unsur sentral dalam konstruk filsafat pendidikan Islam. Dalam metafisika
Islam realitas dan alam semenjak awal dipandang mempunyai nilai instrinsik yang
merupakan manifestasi dari aspek ketuhanan, karena itu untuk memahaminya secara
utuh dan bukan sepihak manusia tidak bisa semena-mena bersandar pada persepsi
indera dan akalnya saja. Kesalahan paling fatal yang telah dilakukan oleh manusia-
manusia Barat modern adalah menganggap manusia sebagai pusat realitas dengan
artian bahwa merekalah pemberi makna untuk alam ini, sebelum manusia
memahaminya maka alam atau apapun entitas itu tidaklah bermakna bahkan
dianggap tidak ada. Manusia akhirnya diangkat sederajat dengan penguasa alam
yang berhak untuk memperlakukan alam dan menggunakannya sesuai kemauannya,
maka tidak aneh jika terjadi berbagai macam krisis multidimensi baik itu yang
sifatnya epistemologis, ekologis atau kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai