Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Kecenderungan Agresivitas pada Remaja di Sumedang


Rizki Mufidah1, Nur Oktavia1, Afif Amrullah2
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjajaran
1

2Fakultas Ilmu Kesehatan, UPN Veteran Jakarta


Email: nur.oktavia@unpad.ac.id

ABSTRAK

Agresivitas merupakan salah satu masalah umum yang sering terjadi pada remaja. Kecenderungan gejolak emosi
pada remaja merupakan salah satu faktor yang membuat remaja rentan terhadap agresivitas. Salah satu bentuk
agresivitas yang saat ini marak terjadi di kalangan remaja adalah tawuran. Tindakan agresif seperti tawuran
pelajar mengakibatkan dampak negatif bagi korban dan remaja yang menjadi pelaku tawuran. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kecenderungan agresivitas pada remaja di SMK YPGU Sumedang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Variabel yang diteliti adalah kecenderungan
remaja yang meliputi dimensi agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 162 responden dengan menggunakan teknik accidental sampling. Instrumen yang
digunakan mengadopsi dari kuesioner agresi yang dikembangkan oleh Buss dan Perry, yang terdiri dari 29 item
pernyataan tertutup. Analisis data menggunakan rentang nilai interval berdasarkan panjang interval per kelas
nilai minimum dan maksimum. Hasil penelitian ini dilihat dari persentase dalam kategori rendah, sedang, dan
tinggi. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 149 responden (92%) memiliki kecenderungan agresivitas sedang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hampir semua remaja dalam penelitian ini memiliki
kecenderungan agresivitas sedang. Demikian pula pada dimensi agresivitas yang diukur rata-ratanya cenderung
ke arah kategori sedang. Adapun dimensi agresivitas ini, agresi fisik memiliki kecenderungan paling besar
dibanding dimensi lainnya,

Kata kunci: remaja, agresivitas, kecenderungan.

JNC - Volume 4 Edisi 1 Februari 2021 243


Rizki Mufidah:Kecenderungan Agresivitas Pada Remaja Di Sumedang

pengantar penusukan, dan penembakan (Warburton,


2015). Agresivitas akan menimbulkan luka atau
Agresi adalah masalah umum di kalangan kerugian terhadap objek yang menjadi sasaran
remaja. Banyaknya masalah konflik yang terjadi agresivitas. Agresivitas ini dapat menimbulkan
dan perubahan yang terjadi terutama dalam hal kerugian fisik seperti cedera, kecacatan, atau
emosionalitas yang belum matang merupakan bahkan tingkat ekstrim yang dapat
faktor yang mendukung remaja rentan terhadap menyebabkan kematian. Selain secara fisik,
agresivitas (Santrock, 2011; Sarwono & tindakan agresif juga dapat menimbulkan
Meinarno, 2014). Kelompok usia remaja bahaya emosional seperti trauma psikologis dan
menunjukkan tingkat perilaku agresif yang lebih mengganggu hubungan sosial (Warburton,
tinggi daripada orang dewasa (Hasyamani, 2015; Tentama, 2012). Tidak hanya bagi korban,
2016). Menurut Wahdan dkk. (2013), satu dari hal ini juga akan merugikan pelaku. Orang yang
lima remaja memiliki risiko perilaku agresif yang berperilaku agresif cenderung tidak disukai dan
sangat tinggi, dan sisanya berisiko tinggi. dihindari oleh lingkungan sosialnya.
Salah satu bentuk agresivitas pada remaja
Agresi didefinisikan sebagai perilaku yang yang marak antara lain adalah tawuran massal
dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan orang atau yang dikenal dengan tawuran antar pelajar.
lain. Adanya niat untuk menyakiti memainkan peran Berdasarkan data KPAI tahun 2016, sebanyak
penting dalam agresi. Walaupun tindakan menyakiti 164 pelajar menjadi pelaku kekerasan dan
orang lain tidak berhasil, bisa menjadi agresif jika ada tawuran pelajar. Sementara itu, 130 pelajar
niat untuk menyakiti. Tanpa niat untuk menyakiti, menjadi korban kekerasan dan tawuran pelajar.
perilaku ini tidak dapat dikategorikan sebagai agresi Tercatat juga sebanyak 89 anak berhadapan
(Myers, 2008; Sears et al., 2009). Agresivitas seseorang dengan hukum akibat kekerasan fisik
dapat menimbulkan dampak yang berbahaya dan (perkelahian, pemukulan, penyerangan) dan 31
mengganggu tatanan sosial; sehingga cenderung orang akibat kekerasan psikis (mengancam,
dihindari oleh masyarakat dan tidak dapat diterima mengintimidasi).
karena melanggar norma sosial (Sarwono & Kasus kekerasan yang terjadi pada remaja
Meinarno, 2014). seperti tawuran seringkali menimbulkan
Agresivitas seseorang biasanya dimulai kerugian fisik, psikis, bahkan korban jiwa. Ini
dengan perasaan marah yang meningkat yang adalah bentuk agresivitas yang cukup umum
disebabkan oleh faktor-faktor seperti frustrasi, terjadi pada remaja. Melihat banyaknya kasus
ancaman, serangan, dan bias atribusi (Baron et agresivitas yang terjadi pada remaja, hal ini
al., 2005). Faktor lain yang sering disebut-sebut penting untuk diperhatikan. Fenomena tawuran
mempengaruhi agresivitas adalah faktor pelajar yang menjadi fokus penelitian ini adalah
keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan tawuran pelajar yang ada di Kecamatan
pengaruh teman sebaya. Lingkungan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Ini
masyarakat sekitar yang kurang baik dapat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui agresivitas dalam
merugikan remaja (Hage et al., 2009). Remaja remaja di SMK YPGU Sumedang.
yang agresif cenderung memiliki masalah
konflik dalam keluarga dan biasanya berasal
dari keluarga yang bercerai (Karrikafer-Jaffe et Metode
al., 2013; Mothlag et al., 2013). Berdasarkan
penelitian Benson dan Buehler (2012), distorsi Desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan
konformitas teman sebaya juga dapat teknik pengambilan sampel menggunakan
meningkatkan agresi remaja. Semakin tinggi metode accidental sampling. Pengumpulan data
konformitas teman sebaya maka semakin tinggi dilakukan pada bulan April 2017 dengan jumlah
perilaku agresif pada remaja (Dewi, 2015). sampel sebanyak 162 responden remaja di SMK
Agresivitas dapat terjadi dalam bentuk verbal YPGU Sumedang. Instrumen yang digunakan
dan fisik. Agresivitas verbal yaitu menyakiti orang dalam penelitian ini diadopsi dari Aggression
lain dengan menggunakan kata-kata kasar seperti Questionnaire yang dikembangkan oleh Buss
mencaci maki, menghina, membentak, dan lain- dan Perry (1992), yang terdiri dari empat
lain. Sedangkan agresi fisik melibatkan kekerasan dimensi yaitu agresi fisik, agresi verbal,
fisik, seperti memukul, menendang, kemarahan, dan permusuhan. Ini

244 JNC - Volume 4 Edisi 1 Februari 2021


Rizki Mufidah:Kecenderungan Agresivitas Pada Remaja Di Sumedang

instrumen terdiri dari 29 item pernyataan 3 untuk pilihan jawaban kurang sesuai, 2
tertutup dengan pilihan jawaban untuk pilihan jawaban tidak sesuai, dan 1
menggunakan skala likert yaitu sangat tidak untuk pilihan jawaban sangat tidak
sesuai, tidak sesuai, kurang sesuai, sesuai, sesuai. Untuk item pernyataan kurang
dan sangat sesuai. Sebelum mengumpulkan baik diberi skor 1 untuk pilihan jawaban
data penelitian, peneliti terlebih dahulu sangat sesuai, 2 untuk pilihan jawaban
mengurus ijin etik kepada Komite Etik sesuai, 3 untuk pilihan jawaban kurang
Penelitian Kesehatan Universitas Padjadjaran. sesuai, 4 untuk pilihan jawaban tidak
Setelah izin etik dikeluarkan, peneliti sesuai, dan 5 untuk pilihan jawaban
mengurus izin penelitian kepada Kesatuan sangat tidak sesuai. . Data yang diperoleh
Bangsa Politik Kabupaten Sumedang dan SMK dikelompokkan menjadi tiga kategori
YPGU Sumedang untuk mengumpulkan data agresivitas yaitu skor total 29 - 67,7 untuk
penelitian. kategori agresivitas rendah, skor total
Analisis data dilakukan dengan 67,8 - 106,4 untuk kategori agresivitas
menggunakan statistik deskriptif. Item yang sedang, dan skor total 106,5 - 145 untuk
disukai diberi skor 5 untuk pilihan jawaban kategori agresivitas tinggi.
sangat sesuai, 4 untuk pilihan jawaban sesuai,
Hasil

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Remaja di SMK YPGU Sumedang (n = 162)

Karakteristik Frekuensi Persentase


(f) (%)
Usia
15-18 tahun 162 100
Jenis kelamin

Pria 162 100


Struktur Keluarga
Keluarga Lengkap 157 97
Keluarga yang Tidak Lengkap 5 3
Pendapatan keluarga

<Rp1.500.000 99 61
Rp. 1.500.000-3.000.000 45 28
> Rp. 3.000.000 18 11

Berdasarkan tabel 1 mengenai gambaran karakteristik responden, diketahui bahwa terdapat 162 (100%)
responden laki-laki yang semuanya berada pada rentang usia 15-18 tahun (100%) yang merupakan remaja
madya, umumnya memiliki pengetahuan yang lengkap. struktur keluarga (97%), dan lebih dari separuh
responden memiliki keluarga dengan pendapatan di bawah Rp. 1.500.000 (61%).

JNC - Volume 4 Edisi 1 Februari 2021 245


Rizki Mufidah:Kecenderungan Agresivitas Pada Remaja Di Sumedang

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kecenderungan Agresif pada Remaja di SMK YPGU


Sumedang (n = 162)
Kategori
Variabel Rendah Sedang Tinggi

f % f % f %
Kecenderungan dari 7 4.3 149 92 6 3.7
Remaja
Agresivitas
Fisik 24 14.7 131 81 7 4.3
Agresi
Lisan 26 16 116 72 20 12
Agresi
Amarah 59 36.3 97 60 6 3.7
Permusuhan 7 4.3 119 73.5 36 22.2

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa hampir seluruh responden cenderung agresif yaitu
sebanyak 92%. Demikian pula pada dimensi agresi fisik, hampir seluruh responden berada
pada kategori sedang (81%). Selebihnya lebih dari separuh responden berada pada kategori
sedang untuk dimensi agresi verbal (72%), kemarahan (60%), dan permusuhan (73,5%).

Diskusi skor tertinggi 4,3. Itu menunjukkan


kecenderungan yang lebih besar terhadap
Agresi adalah perilaku yang ditujukan untuk agresi fisik daripada dimensi lainnya.
menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun Berbagai faktor, termasuk lingkungan,
verbal (Myers, 2008). Secara umum, agresivitas mempengaruhi tingkat kecenderungan
seseorang muncul dari adanya rangsangan yang agresivitas seseorang. Lingkungan tempat
tidak diinginkan seperti serangan, frustrasi, dan tinggal yang kurang baik dapat mempengaruhi
permusuhan. Berbagai rangsangan tersebut akan tingkat agresivitas remaja (Hage et al., 2009).
menimbulkan perasaan agresi, dan ketika agresi Faktor keluarga juga dapat mempengaruhi
tersebut begitu kuat, seseorang akan melupakan agresivitas remaja. Adanya masalah konflik
lingkungannya, sehingga memicu perilaku atau dalam keluarga, rendahnya ikatan orangtua-
tindakan agresif (Sears et al., 2009). Pada remaja, anak, dan rendahnya kontrol perilaku keluarga
tingkat kematangan emosi yang masih labil terkait dengan agresivitas remaja (Karrikafer-
membuat emosi mudah tersulut saat menghadapi Jaffe et al., 2013). Menurut penelitian Wahdan et
suatu masalah, sehingga hal ini menjadi salah satu al. (2013), remaja yang pernah menyaksikan
faktor risiko yang mendorong kecenderungan kekerasan dalam keluarganya memiliki risiko
agresivitas pada remaja. agresivitas empat kali lebih tinggi dibandingkan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, remaja yang tidak menyaksikan kekerasan
dari 162 siswa yang menjadi responden dalam dalam keluarganya. Struktur keluarga yang tidak
penelitian ini, 149 siswa memiliki agresivitas lengkap juga menjadi faktor risiko meningkatnya
sedang (92%), kategori rendah 7 siswa (4,3%), agresivitas remaja (Mothlag, 2013).
dan kategori tinggi 6 siswa (3,7%). . Hasil ini Selain itu kecenderungan agresivitas pada
menunjukkan hampir seluruh responden remaja remaja juga dapat dipengaruhi oleh faktor jenis
cenderung agresif. Temuan ini juga didukung kelamin. Remaja laki-laki menunjukkan risiko agresi
oleh temuan pada masing-masing dimensi yang lebih tinggi daripada remaja perempuan
agresivitas yang hasilnya cenderung berada (Wahdan et al., 2013). Hal tersebut didukung oleh
pada kategori sedang. Baik secara fisik maupun penelitian Wani et al. (2017) dan Kumar dkk. (2016)
verbal, hampir seluruh responden remaja dalam yang menunjukkan bahwa tingkat agresivitas baik
penelitian ini memiliki kecenderungan sedang. secara fisik maupun verbal pada laki-laki lebih
Namun, pada skor rata-rata item pernyataan tinggi dibandingkan pada perempuan.
pada masing-masing dimensi, diperoleh agresi Berdasarkan gambaran karakteristik responden,
fisik seluruh remaja dalam penelitian ini

246 JNC - Volume 4 Edisi 1 Februari 2021


Rizki Mufidah:Kecenderungan Agresivitas Pada Remaja Di Sumedang

adalah laki-laki. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor terlihat bahwa keterlibatan konformitas teman sebaya
yang mempengaruhi kecenderungan agresivitas dalam merupakan salah satu faktor yang berperan penting
penelitian ini. dalam kecenderungan agresivitas remaja dalam
Melihat fenomena tawuran sebagai penelitian ini.
fenomena esensial dalam penelitian ini, peneliti Studi ini menunjukkan bahwa hampir
berpendapat bahwa faktor konformitas teman semua kecenderungan agresivitas pada
sebaya berperan penting dalam kecenderungan remaja berada pada level sedang. Hasil
agresivitas dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian ini tidak sejalan dengan
informasi peneliti melalui pihak sekolah, penelitian Kruti dan Melonashi (2015) yang
beberapa siswa mengaku terlibat tawuran menunjukkan bahwa secara keseluruhan
karena desakan seniornya. Hal itu menunjukkan remaja memiliki tingkat agresi yang tinggi.
bahwa perilaku agresif bukan karena naluri Demikian juga dalam penelitian Kumar et al.
agresi dalam diri mereka; Namun karena (2016), tingkat agresivitas pada remaja
pengaruh lingkungan yaitu teman terutama ditemukan dalam kategori tinggi. Hal
dalam hal ini para senior mendorong mereka tersebut dapat disebabkan dengan adanya
untuk bertindak agresif. Hal tersebut sanksi yang diberikan kepada siswa remaja
menunjukkan adanya hubungan antara yang pernah terlibat kekerasan, lambat laun
konformitas teman sebaya dengan memberikan efek jera kepada mereka.
kecenderungan agresivitas pada remaja. Khusus untuk siswa kelas 1 dan 2 yang
Ada hubungan konformitas teman sebaya menjadi responden dalam penelitian ini,
dengan agresivitas pada remaja (Palinoan, 2015). pengalaman kakak kelas yang mendapatkan
Konformitas terjadi ketika seseorang meniru sanksi tersebut dapat memberikan rasa
sikap atau perilaku orang lain karena tekanan takut untuk melakukan pelanggaran dan
dari orang tersebut. Selama masa remaja, mendapatkan sanksi serupa. Meskipun
tekanan teman sebaya untuk mengikuti perilaku terdapat faktor penyebab yang memicu
yang sama cenderung sangat kuat, baik negatif agresivitas remaja dalam penelitian ini,
maupun positif. Secara bersamaan, tingkat
resistensi remaja terhadap tekanan tidak cukup Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari
kuat (Santrock, 2007). Menurut Sullivan dalam separuh responden memiliki tingkat dimensi
Santrock (2011), persahabatan merupakan kemarahan sedang. Agresivitas yang terjadi pada
bagian penting dari kebutuhan sosial remaja. remaja biasanya didasari oleh perasaan marah.
Ketakutan akan penolakan sosial jika tidak Namun, perasaan marah itu tidak muncul begitu saja
mengikuti tekanan temannya akan membuat menjadi tindakan agresif tanpa alasan. Faktor-faktor
remaja menerima temannya. Selain itu, nilai seperti serangan, ancaman, dan frustrasi
kekompakan kelompok juga menjadi salah satu menyebabkan perasaan marah meningkat cukup
alasan yang mendukung fenomena tawuran tinggi hingga berubah menjadi perilaku agresif. Selain
sebagai sesuatu yang dilakukan secara itu, kemarahan tidak dapat diamati secara langsung
berkelompok. melainkan perasaan internal (Sears et al., 2009).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) di Seseorang bisa marah tetapi tidak menunjukkan
lokasi yang sama, lingkungan teman yang kurang baik kemarahannya dalam bentuk tindakan nyata.
merupakan salah satu faktor penyebab perilaku agresif Pada hasil pengukuran dimensi kemarahan,
pada remaja. Demikian juga penelitian yang dilakukan item pernyataan “Saya cepat marah tetapi
oleh Trisnawati et al. (2014) menyatakan bahwa pengaruh mudah reda dengan cepat” mendapatkan skor
teman sebaya merupakan faktor yang paling besar tertinggi. Pada masa remaja cenderung terjadi
diantara faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan emosi marah yang disebabkan oleh
agresivitas remaja. Semakin tinggi konformitas teman perkembangan pada bagian otak tertentu
sebaya maka semakin tinggi perilaku agresif pada (Santrock, 2011). Namun, bukan berarti mereka
remaja, begitu pula sebaliknya (Dewi, 2015). Hal tersebut langsung mengambilnya dalam bentuk tindakan
juga didukung oleh penelitian Benson dan Buehler (2012) agresif. Naluri agresi seseorang akan meningkat
yang menyatakan bahwa distorsi teman sebaya jika ada dorongan yang kuat dari perasaan
berkontribusi terhadap peningkatan agresi baik pada pria marah (Sears et al., 2009). Studi ini menunjukkan
maupun wanita. Berdasarkan uraian tersebut dapat bahwa remaja cepat marah, tetapi pada saat
terjadi yang sama

JNC - Volume 4 Edisi 1 Februari 2021 247


Rizki Mufidah:Kecenderungan Agresivitas Pada Remaja Di Sumedang

waktu, kemarahan reda dengan cepat. Agar membuat orang lain menjauhi mereka, mencemarkan
perasaan marah tidak berkembang dan bertahan nama baik diri dan keluarganya sehingga dapat terjadi
hingga mendorongnya menjadi agresi. sanksi pidana penjara. Selain itu, masalah agresivitas
Pada dimensi permusuhan, remaja ini akan menghambat remaja dalam menjalankan
dalam penelitian ini menunjukkan tugas perkembangannya. Kegagalan dalam
bahwa lebih dari setengahnya memiliki memenuhi tugas perkembangan pada masa remaja
permusuhan sedang. Persepsi negatif akan mempengaruhi tugas perkembangan dimasa
menyebabkan permusuhan yang yang akan datang (Agustiani, 2009). Tingkat
mendorong agresivitas. Persepsi negatif kecenderungan agresivitas sedang, jika dibiarkan
akan menimbulkan sikap dan perilaku tanpa tindakan pencegahan, dapat meningkat
negatif pula. Karena persepsi akan menjadi tinggi. Oleh karena itu, intervensi yang tepat
mempengaruhi sikap dan perilaku diperlukan untuk mencegah dan meminimalkan
terhadap objek yang dipersepsikan masalah agresivitas.
(Sears et al., 2009). Agresivitas pada
remaja dapat dilatarbelakangi oleh kesimpulan dan rekomendasi
permusuhan akibat persepsi negatif
siswa dari kelompok sekolah lain. Dilihat Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
dari fenomena tawuran yang mendasari terhadap siswa usia muda SMK YPGU
penelitian ini hanya terjadi antara siswa Sumedang dapat disimpulkan bahwa
dari sekolah tertentu yaitu siswa dari hampir seluruh responden remaja memiliki
sekolah yang menjadi lokasi penelitian tingkat agresivitas sedang. Demikian pula
dan sekolah “X”. Hal itu menunjukkan secara rata-rata dimensi agresivitas yang
kemungkinan adanya prasangka pada diukur cenderung berada pada tingkat
masing-masing kelompok siswa remaja agresivitas sedang. Sedangkan untuk
yang saling melabeli sebagai lawan atau dimensi agresivitas, agresi fisik memiliki
musuh. Lebih-lebih lagi, kecenderungan paling signifikan
dibandingkan dengan dimensi lainnya.
Lembaga pendidikan khususnya yang
Pernyataan item, “kadang-kadang saya merasa menjadi lokasi penelitian dapat
khawatir tentang sesuatu yang buruk atau tidak bekerjasama dengan sekolah lain dalam
mengenakan akan terjadi pada saya,” mendapat mengembangkan program kegiatan baru
skor tertinggi pada hasil pengukuran dimensi bagi siswa untuk meningkatkan rasa
permusuhan. Pernyataan tersebut menunjukkan kekeluargaan. Pihak sekolah dapat
adanya persepsi negatif pada remaja terhadap bekerjasama dengan pihak kepolisian
sesuatu yang mengancam. Naluri agresi akan dalam mengadakan sosialisasi untuk
muncul sebagai mekanisme pertahanan ketika menanamkan kedisiplinan dan pola pikir
dianggap mengancam (Baron et al., 2005). Oleh cinta damai. Kegiatan ini dapat dijadikan
karena itu, kekhawatiran tersebut dapat bagian dari rangkaian penerimaan
memancing naluri agresi remaja untuk bangkit. mahasiswa baru untuk mencegah
Agresivitas pada remaja, baik secara fisik agresivitas pada mahasiswa baru.
maupun verbal, niscaya akan merugikan baik
pelaku maupun korbannya. Tindakan Referensi
kekerasan seperti tawuran, pemukulan, dan
lain-lain yang merupakan contoh agresivitas Agustiani. (2009). Psikologi perkembangan:
fisik dapat menimbulkan kerugian fisik pada Pendekatan ekologi mengaitkan dengan
korban seperti luka, cacat, atau bahkan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja.
kematian (Warburton, 2015). Tidak hanya Bandung: PT Refika Adita ma.
merugikan secara fisik, tetapi juga dapat
mengganggu hubungan sosial (Tentama, Baron, RA, & Byrne, D. (2005). Psikologi
2012). Selain itu, agresi verbal dan fisik dapat sosial (Edisi ke-10 Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
menimbulkan trauma psikologis bagi korban
dan keluarga korban. Bagi pelakunya sendiri, Benson, MJ, & Buehler, C. (2012). Proses keluarga
tindakan agresif akan dilakukan dan pengaruh penyimpangan teman sebaya pada

248 JNC - Volume 4 Edisi 1 Februari 2021


Rizki Mufidah:Kecenderungan Agresivitas Pada Remaja Di Sumedang

agresi remaja: Efek longitudinal di masa Kumar, Mukesh., Bhilwar, Meenakshi.,


remaja awal dan tengah. Kapoor, Richa., Sharma, Priyanka., & Parija,
Perkembangan Anak, 83(4), 1213-1228. Pragyan. (2016). Prevalensi Agresi di Antara
Remaja Bersekolah di India: Sebuah Studi
Buss, AH, & Perry, M. (1992). Kuesioner Tinjauan. Jurnal Kesehatan Pemuda dan
agresi. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Remaja India, 3(4)
Sosial, 63(3), 452-459.
Mothlag, FZ, Ataee, M., Jalilian, F.,
Alavijeh, MM, Aghei, A., & Shirazi, KK
Buss, AH, & Perry, M. (2007). (2013). Memprediksi Agresi di Kalangan
Generalisasi kuesioner agresi Buss- Remaja Laki-Laki : Aplikasi Teori Perilaku
Perry. Jurnal Metode Internasional Terencana. Perspektif Promosi
dalam Penelitian Psikiatri, 16(3), Kesehatan, 3 (2), 269-275.
124-136.
Myers, David G. (2008). Psikologi Sosial
Dewi, CK (2015). Pengaruh konformitas Edisi ke-9. New York : Perusahaan
teman sebaya terhadap perilaku bullying McGraw Hill.
pada siswa SMANegeri 1 Depok Yogyakarta.
Jurnal Bimbingan & Konseling, 10(4), 1-12. Palinoan, Erick L. (2015). Pengaruh
Konformitas dengan Agresivitas pada
Dewi, PAP (2014). Gambaran penyebab Kelompok Geng Motor di Samarinda.
perilaku agresif remaja di Sekolah EJournal Ilmu Psikologi, 4 (1), 79-94.
Menengah Kejuruan Yayasan Prabu Geusan
Ulun Sumedang. Skripsi. Universitas Santrock, John W. (2007). Remaja Edisi
Padjajaran, Bandung. ke-11. Jakarta : Erlangga.

Hage, S., Meijel, BV, Fluttert, F., & Berden, Santrock, John W. (2011). Perkembangan
GFMG (2009). Perilaku Agresif dalam rentang hidup. Jakarta : Erlangga.
Pengaturan Psikiatri Remaja: Apa Faktor
Risiko, Kemungkinan Intervensi, dan Sarwono, SW, & Meinarno, Eko A. (2014).
Implikasinya terhadap Praktik Keperawatan. PsikologiSosial. Jakarta : Salemba
Jurnal Keperawatan Psikiatri dan Kesehatan Humanika.
Mental, 16, 661-669.
Sears, LAKUKAN, Fredman, JL, & Peplau, LA
Karriker-Jaffe, KJ, Foshee, VA, Ennett, ST, (2009). Psikologi Sosial Edisi ke-12. Jakarta :
& Suchindran, C. (2013). Asosiasi Faktor Erlangga.
Lingkungan dan Keluarga dengan
Lintasan Agresi Fisik dan Sosial Selama Tentama, Fatwa. (2012). perilaku Anak
Masa Remaja. J Remaja Remaja, 42, Agresif : Asesmen & Intervensinya. Jurnal
861-877. KES MAS, 6(2), 162-232.

KPAI. (2016). Rincian Tabel Data Kasus Trisnawati, J., Nauli, FA, & Agrina. (2014).
Pengaduan Anak Berdasarkan Klaster Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perlindungan Anak Tahun 2011-2016. Agresif Remaja di SMK Negeri 2 Pekanbaru.
Tersedia pada : JOM PSIK, 1 (2), 1-9.
http://www.ucarecdn.com/2998b407-30a9-
4949-ad65-7e6647bee610/ Wahdan, I., Kotb, R., & Wahdan, A. (2014).
(diakses pada tanggal 2 Juli 2017) Risiko Agresi dan Perilaku Kriminal di Antara
Remaja yang Tinggal di Kegubernuran
Kruti, Ida., & Melanoshi, Erika. (2015). Alexandria, Mesir. Jurnal Kesehatan
Agresi Di Antara Remaja Albania. Jurnal Mediterania Timur, 20 (4), 265-272.
Internasional Riset dan Refleksi
Akademik, 3(6), 16-24.

JNC - Volume 4 Edisi 1 Februari 2021 249


Rizki Mufidah:Kecenderungan Agresivitas Pada Remaja Di Sumedang

Wani, Mohammad A., Sankar, R., Raghavi, Warburton, WA (2015). Agresi, Psikologi
R., & Chinmaya B. (2017). Agresi di kalangan Sosial. Ensiklopedia Internasional Ilmu
Mahasiswa Universitas Annamalai. Jurnal Sosial & Perilaku Edisi ke-2, 1, 295-299.
Global Disabilitas Intelektual &
Pembangunan, 1 (3), 001-004.

250 JNC - Volume 4 Edisi 1 Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai