com
ABSTRAK
Agresivitas merupakan salah satu masalah umum yang sering terjadi pada remaja. Kecenderungan gejolak emosi
pada remaja merupakan salah satu faktor yang membuat remaja rentan terhadap agresivitas. Salah satu bentuk
agresivitas yang saat ini marak terjadi di kalangan remaja adalah tawuran. Tindakan agresif seperti tawuran
pelajar mengakibatkan dampak negatif bagi korban dan remaja yang menjadi pelaku tawuran. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kecenderungan agresivitas pada remaja di SMK YPGU Sumedang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Variabel yang diteliti adalah kecenderungan
remaja yang meliputi dimensi agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 162 responden dengan menggunakan teknik accidental sampling. Instrumen yang
digunakan mengadopsi dari kuesioner agresi yang dikembangkan oleh Buss dan Perry, yang terdiri dari 29 item
pernyataan tertutup. Analisis data menggunakan rentang nilai interval berdasarkan panjang interval per kelas
nilai minimum dan maksimum. Hasil penelitian ini dilihat dari persentase dalam kategori rendah, sedang, dan
tinggi. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 149 responden (92%) memiliki kecenderungan agresivitas sedang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hampir semua remaja dalam penelitian ini memiliki
kecenderungan agresivitas sedang. Demikian pula pada dimensi agresivitas yang diukur rata-ratanya cenderung
ke arah kategori sedang. Adapun dimensi agresivitas ini, agresi fisik memiliki kecenderungan paling besar
dibanding dimensi lainnya,
instrumen terdiri dari 29 item pernyataan 3 untuk pilihan jawaban kurang sesuai, 2
tertutup dengan pilihan jawaban untuk pilihan jawaban tidak sesuai, dan 1
menggunakan skala likert yaitu sangat tidak untuk pilihan jawaban sangat tidak
sesuai, tidak sesuai, kurang sesuai, sesuai, sesuai. Untuk item pernyataan kurang
dan sangat sesuai. Sebelum mengumpulkan baik diberi skor 1 untuk pilihan jawaban
data penelitian, peneliti terlebih dahulu sangat sesuai, 2 untuk pilihan jawaban
mengurus ijin etik kepada Komite Etik sesuai, 3 untuk pilihan jawaban kurang
Penelitian Kesehatan Universitas Padjadjaran. sesuai, 4 untuk pilihan jawaban tidak
Setelah izin etik dikeluarkan, peneliti sesuai, dan 5 untuk pilihan jawaban
mengurus izin penelitian kepada Kesatuan sangat tidak sesuai. . Data yang diperoleh
Bangsa Politik Kabupaten Sumedang dan SMK dikelompokkan menjadi tiga kategori
YPGU Sumedang untuk mengumpulkan data agresivitas yaitu skor total 29 - 67,7 untuk
penelitian. kategori agresivitas rendah, skor total
Analisis data dilakukan dengan 67,8 - 106,4 untuk kategori agresivitas
menggunakan statistik deskriptif. Item yang sedang, dan skor total 106,5 - 145 untuk
disukai diberi skor 5 untuk pilihan jawaban kategori agresivitas tinggi.
sangat sesuai, 4 untuk pilihan jawaban sesuai,
Hasil
<Rp1.500.000 99 61
Rp. 1.500.000-3.000.000 45 28
> Rp. 3.000.000 18 11
Berdasarkan tabel 1 mengenai gambaran karakteristik responden, diketahui bahwa terdapat 162 (100%)
responden laki-laki yang semuanya berada pada rentang usia 15-18 tahun (100%) yang merupakan remaja
madya, umumnya memiliki pengetahuan yang lengkap. struktur keluarga (97%), dan lebih dari separuh
responden memiliki keluarga dengan pendapatan di bawah Rp. 1.500.000 (61%).
f % f % f %
Kecenderungan dari 7 4.3 149 92 6 3.7
Remaja
Agresivitas
Fisik 24 14.7 131 81 7 4.3
Agresi
Lisan 26 16 116 72 20 12
Agresi
Amarah 59 36.3 97 60 6 3.7
Permusuhan 7 4.3 119 73.5 36 22.2
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa hampir seluruh responden cenderung agresif yaitu
sebanyak 92%. Demikian pula pada dimensi agresi fisik, hampir seluruh responden berada
pada kategori sedang (81%). Selebihnya lebih dari separuh responden berada pada kategori
sedang untuk dimensi agresi verbal (72%), kemarahan (60%), dan permusuhan (73,5%).
adalah laki-laki. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor terlihat bahwa keterlibatan konformitas teman sebaya
yang mempengaruhi kecenderungan agresivitas dalam merupakan salah satu faktor yang berperan penting
penelitian ini. dalam kecenderungan agresivitas remaja dalam
Melihat fenomena tawuran sebagai penelitian ini.
fenomena esensial dalam penelitian ini, peneliti Studi ini menunjukkan bahwa hampir
berpendapat bahwa faktor konformitas teman semua kecenderungan agresivitas pada
sebaya berperan penting dalam kecenderungan remaja berada pada level sedang. Hasil
agresivitas dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian ini tidak sejalan dengan
informasi peneliti melalui pihak sekolah, penelitian Kruti dan Melonashi (2015) yang
beberapa siswa mengaku terlibat tawuran menunjukkan bahwa secara keseluruhan
karena desakan seniornya. Hal itu menunjukkan remaja memiliki tingkat agresi yang tinggi.
bahwa perilaku agresif bukan karena naluri Demikian juga dalam penelitian Kumar et al.
agresi dalam diri mereka; Namun karena (2016), tingkat agresivitas pada remaja
pengaruh lingkungan yaitu teman terutama ditemukan dalam kategori tinggi. Hal
dalam hal ini para senior mendorong mereka tersebut dapat disebabkan dengan adanya
untuk bertindak agresif. Hal tersebut sanksi yang diberikan kepada siswa remaja
menunjukkan adanya hubungan antara yang pernah terlibat kekerasan, lambat laun
konformitas teman sebaya dengan memberikan efek jera kepada mereka.
kecenderungan agresivitas pada remaja. Khusus untuk siswa kelas 1 dan 2 yang
Ada hubungan konformitas teman sebaya menjadi responden dalam penelitian ini,
dengan agresivitas pada remaja (Palinoan, 2015). pengalaman kakak kelas yang mendapatkan
Konformitas terjadi ketika seseorang meniru sanksi tersebut dapat memberikan rasa
sikap atau perilaku orang lain karena tekanan takut untuk melakukan pelanggaran dan
dari orang tersebut. Selama masa remaja, mendapatkan sanksi serupa. Meskipun
tekanan teman sebaya untuk mengikuti perilaku terdapat faktor penyebab yang memicu
yang sama cenderung sangat kuat, baik negatif agresivitas remaja dalam penelitian ini,
maupun positif. Secara bersamaan, tingkat
resistensi remaja terhadap tekanan tidak cukup Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari
kuat (Santrock, 2007). Menurut Sullivan dalam separuh responden memiliki tingkat dimensi
Santrock (2011), persahabatan merupakan kemarahan sedang. Agresivitas yang terjadi pada
bagian penting dari kebutuhan sosial remaja. remaja biasanya didasari oleh perasaan marah.
Ketakutan akan penolakan sosial jika tidak Namun, perasaan marah itu tidak muncul begitu saja
mengikuti tekanan temannya akan membuat menjadi tindakan agresif tanpa alasan. Faktor-faktor
remaja menerima temannya. Selain itu, nilai seperti serangan, ancaman, dan frustrasi
kekompakan kelompok juga menjadi salah satu menyebabkan perasaan marah meningkat cukup
alasan yang mendukung fenomena tawuran tinggi hingga berubah menjadi perilaku agresif. Selain
sebagai sesuatu yang dilakukan secara itu, kemarahan tidak dapat diamati secara langsung
berkelompok. melainkan perasaan internal (Sears et al., 2009).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) di Seseorang bisa marah tetapi tidak menunjukkan
lokasi yang sama, lingkungan teman yang kurang baik kemarahannya dalam bentuk tindakan nyata.
merupakan salah satu faktor penyebab perilaku agresif Pada hasil pengukuran dimensi kemarahan,
pada remaja. Demikian juga penelitian yang dilakukan item pernyataan “Saya cepat marah tetapi
oleh Trisnawati et al. (2014) menyatakan bahwa pengaruh mudah reda dengan cepat” mendapatkan skor
teman sebaya merupakan faktor yang paling besar tertinggi. Pada masa remaja cenderung terjadi
diantara faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan emosi marah yang disebabkan oleh
agresivitas remaja. Semakin tinggi konformitas teman perkembangan pada bagian otak tertentu
sebaya maka semakin tinggi perilaku agresif pada (Santrock, 2011). Namun, bukan berarti mereka
remaja, begitu pula sebaliknya (Dewi, 2015). Hal tersebut langsung mengambilnya dalam bentuk tindakan
juga didukung oleh penelitian Benson dan Buehler (2012) agresif. Naluri agresi seseorang akan meningkat
yang menyatakan bahwa distorsi teman sebaya jika ada dorongan yang kuat dari perasaan
berkontribusi terhadap peningkatan agresi baik pada pria marah (Sears et al., 2009). Studi ini menunjukkan
maupun wanita. Berdasarkan uraian tersebut dapat bahwa remaja cepat marah, tetapi pada saat
terjadi yang sama
waktu, kemarahan reda dengan cepat. Agar membuat orang lain menjauhi mereka, mencemarkan
perasaan marah tidak berkembang dan bertahan nama baik diri dan keluarganya sehingga dapat terjadi
hingga mendorongnya menjadi agresi. sanksi pidana penjara. Selain itu, masalah agresivitas
Pada dimensi permusuhan, remaja ini akan menghambat remaja dalam menjalankan
dalam penelitian ini menunjukkan tugas perkembangannya. Kegagalan dalam
bahwa lebih dari setengahnya memiliki memenuhi tugas perkembangan pada masa remaja
permusuhan sedang. Persepsi negatif akan mempengaruhi tugas perkembangan dimasa
menyebabkan permusuhan yang yang akan datang (Agustiani, 2009). Tingkat
mendorong agresivitas. Persepsi negatif kecenderungan agresivitas sedang, jika dibiarkan
akan menimbulkan sikap dan perilaku tanpa tindakan pencegahan, dapat meningkat
negatif pula. Karena persepsi akan menjadi tinggi. Oleh karena itu, intervensi yang tepat
mempengaruhi sikap dan perilaku diperlukan untuk mencegah dan meminimalkan
terhadap objek yang dipersepsikan masalah agresivitas.
(Sears et al., 2009). Agresivitas pada
remaja dapat dilatarbelakangi oleh kesimpulan dan rekomendasi
permusuhan akibat persepsi negatif
siswa dari kelompok sekolah lain. Dilihat Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
dari fenomena tawuran yang mendasari terhadap siswa usia muda SMK YPGU
penelitian ini hanya terjadi antara siswa Sumedang dapat disimpulkan bahwa
dari sekolah tertentu yaitu siswa dari hampir seluruh responden remaja memiliki
sekolah yang menjadi lokasi penelitian tingkat agresivitas sedang. Demikian pula
dan sekolah “X”. Hal itu menunjukkan secara rata-rata dimensi agresivitas yang
kemungkinan adanya prasangka pada diukur cenderung berada pada tingkat
masing-masing kelompok siswa remaja agresivitas sedang. Sedangkan untuk
yang saling melabeli sebagai lawan atau dimensi agresivitas, agresi fisik memiliki
musuh. Lebih-lebih lagi, kecenderungan paling signifikan
dibandingkan dengan dimensi lainnya.
Lembaga pendidikan khususnya yang
Pernyataan item, “kadang-kadang saya merasa menjadi lokasi penelitian dapat
khawatir tentang sesuatu yang buruk atau tidak bekerjasama dengan sekolah lain dalam
mengenakan akan terjadi pada saya,” mendapat mengembangkan program kegiatan baru
skor tertinggi pada hasil pengukuran dimensi bagi siswa untuk meningkatkan rasa
permusuhan. Pernyataan tersebut menunjukkan kekeluargaan. Pihak sekolah dapat
adanya persepsi negatif pada remaja terhadap bekerjasama dengan pihak kepolisian
sesuatu yang mengancam. Naluri agresi akan dalam mengadakan sosialisasi untuk
muncul sebagai mekanisme pertahanan ketika menanamkan kedisiplinan dan pola pikir
dianggap mengancam (Baron et al., 2005). Oleh cinta damai. Kegiatan ini dapat dijadikan
karena itu, kekhawatiran tersebut dapat bagian dari rangkaian penerimaan
memancing naluri agresi remaja untuk bangkit. mahasiswa baru untuk mencegah
Agresivitas pada remaja, baik secara fisik agresivitas pada mahasiswa baru.
maupun verbal, niscaya akan merugikan baik
pelaku maupun korbannya. Tindakan Referensi
kekerasan seperti tawuran, pemukulan, dan
lain-lain yang merupakan contoh agresivitas Agustiani. (2009). Psikologi perkembangan:
fisik dapat menimbulkan kerugian fisik pada Pendekatan ekologi mengaitkan dengan
korban seperti luka, cacat, atau bahkan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja.
kematian (Warburton, 2015). Tidak hanya Bandung: PT Refika Adita ma.
merugikan secara fisik, tetapi juga dapat
mengganggu hubungan sosial (Tentama, Baron, RA, & Byrne, D. (2005). Psikologi
2012). Selain itu, agresi verbal dan fisik dapat sosial (Edisi ke-10 Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
menimbulkan trauma psikologis bagi korban
dan keluarga korban. Bagi pelakunya sendiri, Benson, MJ, & Buehler, C. (2012). Proses keluarga
tindakan agresif akan dilakukan dan pengaruh penyimpangan teman sebaya pada
Hage, S., Meijel, BV, Fluttert, F., & Berden, Santrock, John W. (2011). Perkembangan
GFMG (2009). Perilaku Agresif dalam rentang hidup. Jakarta : Erlangga.
Pengaturan Psikiatri Remaja: Apa Faktor
Risiko, Kemungkinan Intervensi, dan Sarwono, SW, & Meinarno, Eko A. (2014).
Implikasinya terhadap Praktik Keperawatan. PsikologiSosial. Jakarta : Salemba
Jurnal Keperawatan Psikiatri dan Kesehatan Humanika.
Mental, 16, 661-669.
Sears, LAKUKAN, Fredman, JL, & Peplau, LA
Karriker-Jaffe, KJ, Foshee, VA, Ennett, ST, (2009). Psikologi Sosial Edisi ke-12. Jakarta :
& Suchindran, C. (2013). Asosiasi Faktor Erlangga.
Lingkungan dan Keluarga dengan
Lintasan Agresi Fisik dan Sosial Selama Tentama, Fatwa. (2012). perilaku Anak
Masa Remaja. J Remaja Remaja, 42, Agresif : Asesmen & Intervensinya. Jurnal
861-877. KES MAS, 6(2), 162-232.
KPAI. (2016). Rincian Tabel Data Kasus Trisnawati, J., Nauli, FA, & Agrina. (2014).
Pengaduan Anak Berdasarkan Klaster Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perlindungan Anak Tahun 2011-2016. Agresif Remaja di SMK Negeri 2 Pekanbaru.
Tersedia pada : JOM PSIK, 1 (2), 1-9.
http://www.ucarecdn.com/2998b407-30a9-
4949-ad65-7e6647bee610/ Wahdan, I., Kotb, R., & Wahdan, A. (2014).
(diakses pada tanggal 2 Juli 2017) Risiko Agresi dan Perilaku Kriminal di Antara
Remaja yang Tinggal di Kegubernuran
Kruti, Ida., & Melanoshi, Erika. (2015). Alexandria, Mesir. Jurnal Kesehatan
Agresi Di Antara Remaja Albania. Jurnal Mediterania Timur, 20 (4), 265-272.
Internasional Riset dan Refleksi
Akademik, 3(6), 16-24.
Wani, Mohammad A., Sankar, R., Raghavi, Warburton, WA (2015). Agresi, Psikologi
R., & Chinmaya B. (2017). Agresi di kalangan Sosial. Ensiklopedia Internasional Ilmu
Mahasiswa Universitas Annamalai. Jurnal Sosial & Perilaku Edisi ke-2, 1, 295-299.
Global Disabilitas Intelektual &
Pembangunan, 1 (3), 001-004.