Persatuan
Jurnal Perawat Nasional
Ilmu Keperawatan Indonesia
Jiwa Volume 2 No 1,Jawa
Hal 1Tengah
- 6, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
ABSTRAK
Kecemasan merupakan salah satu gangguan masa kanak-kanak yang paling umum. Kecemasan adalah
perasaan khawatir yang berlebihan dan tidak jelas, merupakan respons terhadap stimuli eksternal
maupun internal yang menimbulkan gejala emosional, kognitif, fisik dan tingkahlaku . Efek negatif
kecemasan yaitu perasaan mudah tersinggung dan perilaku agresif. Tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara kecemasan dengan perilaku bullying anak sekolah dasar. Penelitian
melibatkan 196 anak sekolah dasar menggunakan kuesioner Screen for Child Anxiety Related
Disorders (SCARED) terdiri dari 41 pertanyaan dan kuesionerperilakubullyingyang terdiri dari 26
pernyataan Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
antara kecemasan dan perilaku bullying anak sekolah dasar (p value = 0,000). Kecemasan dan
perilaku bullying merupakan masalah kesehatan jiwa yang banyak terjadi pada anak sekolah sehingga
perlu penanganan yang khusus oleh tenaga kesehatan, guru dan orang tua.
ABSTRACT
Anxiety is one of the most common childhood disorders. It is an excessive and unclear feeling of worry
and kind of response to external and internal stimuli that cause emotional, cognitive, physical and
behavioral symptoms. Negative effects of anxiety are feelings of irritability and aggressive behavior.
The aim of the study was to determine the relationship between anxiety and bullying behavior in
elementary school children This study consist of 196 elementary school children. Data were obtained
by the screen for Child Anxiety Related Disorders (SCARED) questionnaire which have 41 questions
and a bullying behavior questionnaire consisting of 26 statements. Data analysis used the chi square
test Results showed there was an association between anxiety and bullying behavior inelementary
school children (p-value = 0.001). Anxiety and bullying behavior are mental health problems that
happend a lot in school, so they need special handling by teachers, parents and health services.
sekelilingnya. Dampak kecemasan tergantung dependen hanya dilakukan satu kali, setelah itu
pada tingkat perkembangan anak serta tidak dilakukan tindak lanjut.
pengembangan keterampilan mengatasi Sampel penelitian adalah 196 siswa sekolah
masalah pada usia itu. dasar di kota Bogor. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan peneliti yaitu simple
Efek negatif yang timbul pada anak sekolah random sampling. Kriteria inklusi sampel
adalah perubahan pola tidur, perubahan pola penelitian yaitu siswa/ siswi SD usia 9-11
makan, kegelisahan, kehilangan minat dalam tahun, kelas III -V, berada di kelas saat
aktivitas normal, perasaan tidak berharga, pengambilan data dan bersedia menjadi
harga diri yang buruk, self efficacy yang buruk, responden.
kesulitan berkonsentrasi, perasaan mudah
tersinggung, kelelahan, menarik diri, Pengambilan data dilakukan dengan meng-
penyalahgunaan alkohol, kinerja sekolah yang gunakan tiga kuesioner. Kuesioner satu berisi
buruk, hiperaktif, mimpi buruk, perilaku tentang data demografi, bagian dua berisi
agresif, kekhawatiran berlebihan, ledakan pertanyaan tentang kecanduan internet
amarah, keluhan penyakit fisik, sakit, nyeri menggunakan kuesioner kecemasan
dan perilaku bullying jangka panjang. menggunakan Screen for Child Anxiety
Related Disorders (SCARED) terdiri dari 41
Bullying merupakan masalah yang banyak pertanyaan dan kuesioner perilaku bullying
dialami anak sekolah. Bullying merupakan yang terdiri dari 26 pernyataan. Cut off point
bentuk penganiayaan beraneka ragam, yang kecemasan adalah skor ≥ 25 menunjukan
ditandai dengan kegiatan yang dilakukan cemas dan skor < 25 menunjukkan tidak cemas
berulang kali kepada seseorang terhadap agresi dan bagianketiga mengenaiperilaku bullying
fisik atau emosional termasuk menggoda, dengan skor ≥ 3 menunjukkan perilaku
menyebut nama, mengejek, mengancam, bullying dan skor < 3 tidak berperilaku
melecehkan, mengejek, mengaburkan, bullying .
pengucilan sosial atau rumor (WHO, 2010).
Data diolah dan diproses menggunakan sistem
Tipe bullying dibagi menjadi 4, yaitu bullying program komputer. Data dianalisis secara
fisik (memukul, menendang, mencubit dan univariat dan bivariat dengan uji proporsi pada
mendorong), bullyingverbal (pemanggilan setiap variable penelitian, meliputi
nama yang tidak sesuai, penghinaan, ejekan, karakteristik responden, tingkat depresi dan
intimidasi atau pelecehan verbal), bullying kualitas hidup lansia. Uji Chi square dengan
sosial (berbohong atau menyebarkan rumor, kemaknaan p < 0,05 digunakan untuk
gerakan wajah atau fisik negatif, tampak mengetahui hubungan kecemasan dengan
mengancam atau menghina), cyber bullying perilaku bullying anak sekolah dasar.
(perilaku intimidasi menggunakan tekhnologi
digital, seperti komputer, smartphone, media HASIL
sosial atau situs web) (National Centre Against Karakteristik anak sekolah dasar
Bullying, 2019). Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas anak
sekolah dasar berjenis kelamin laki-laki.
Dasar-dasar pelaku bullying melakukan Jumlah teman dekat lebih dari tiga orang, Pola
perbuatan bullying dikarenakan faktor asuh keluarga sebagian besar demokratis,
karakteristik korban, sikap korban, Orang terdekat adalah ibu, cara keluarga
tradisi/budaya bullying di sekolah, serta pelaku mengatasi masalah adalah menjelaskan baik
tidak memiliki kemampuan empati. dan buruk. Tabel 2 menunjukkan sebagian
besar anak sekolah dasartidak mengalami
METODE kecemasan (63,8%) dan sebagian kecil
Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuan- mengalami kecemasan (36,2%).
titatif bersifat deskriptif korelatif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional,
Proses pengukuran variable independen dan
2
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 1 - 6, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
3
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 1 - 6, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
anak sekolah sebanyak 15%. Penelitian tentang perilaku agresif pada anak.. (Bubier,
gejala stres pada anak sekolah dasar yang and Drabick, 2009)
dilakukan Farnam dan Farshi (2012)
menunjukkan lebih dari separuh mengalami Kecemasan terjadi karena aktivasi respons
khawatir, jantung berdetak cepat, takut, fight atau flight. Hal ini merupakan respons
menggigil dan merasa sedih sedangkan sakit yang dirancang untuk membuat seseorang
kepala (46,6%) dan kelelahan (41,8%). Data aman dari bahaya, dan hanya terjadi ketika
ini menunjukkan bahwa kecemasan merupakan seseorang dihadapkan dengan ketakutan atau
masalah kesehatan jiwa pada anak. ketika tidak ada bahaya nyata. Akibat dari
respons tersebut terjadi pelepasan adrenalin
Pada penelitian ini juga menunjukkan perilaku yang dapat membuat seseorang lebih agresif
bullying dilakukan pada 57,7% anak usia dan menyebabkan terjadinya perilaku bullying
sekolah. Beberapa penelitian tentang perilaku pada anak yang mengalami kecemasan.
bullying menunjukkan tindakan bullying pada Berbagai dampak dari kecemasan dan perilaku
anak sekolah sebesar 52,1%.(Supriani, Eva bullying pada anak sekolah perlu dilakukan
Purnama Sari, 2017) Penelitian lain upaya untuk mengatasi ataupun pencegahan
didapatkan anak usia sekolah yang melakukan kecemasan dan perilaku bullying.
perilaku bullying sebanyak2 1% (Fink, Patalay,
Sharpe, Wolpert, Miranda, 2018). Upaya yang dapat dilakukan untuk
menurunkan kecemasan adalah meningkatkan
Bullying adalah suatu jenis agresi khusus peran tenaga kesehatan, guru dan orang tua.
dimana satu serangan fisik atau ancaman Beberapa tindakan yang dapat dilakukan
terhadap individu yang lemah dan tidak adalah 1)mengajarkan anak untuk tehnik
berdaya, untuk membuat orang tersebut merasa relaksasi saat anak merasa stress dan tegang,
takut, kesal dalam waktu yang lama. 2)latihan distraksi, mengalihkan perhatian
(Olweus,1993). Bullying di sekolah merupakan terhadap hal-hal sekeliling yang
masalah yang signifikan dan memiliki menyenangkan, 3)kegiatan mewarnai,
pengaruh negatif yang luas pada penyesuaian 4)melawan rasa takut, 5) latih anak keluar dari
psikososial, pencapaian pendidikan kesehatan zona nyaman, 6)tidak menghakimi, 7)ekspresi
fisik. Hasil penelitian menunjukkan perilaku positif tetapi realistik.
bullying akan meningkatkan risiko gangguan
mental (Carter,2012). Anak yang memiliki Upaya mengatasi perilaku bullying mencakup
perilaku agresif kepada temannya akan empat target yaitu sekolah, kelas, individu dan
berkembang menjadiberkepribadian anti komunitas. Beberapa tindakan yang dapat
sosial.(Lovegrove, Henry and Slater, 2012). dilakukan adalah 1)melakukan hukuman bagi
pelaku bullying dengan duduk diluar kantor
Anak yang melakukan perilaku bullying kepala sekolah, 2)dikeluarkan dari kelas dan
biasanya juga memiliki keterikatan yang dipaksa untuk menghabiskan waktu dengan
rendah terhadap sekolah, prestasi sekolah yang anak-anak yang lebih kecil, 3)dicabutnya
buruk dan tingkat membolos yang tinggi. aktifitas yang menyenangkan, 4)dipaksa untuk
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku bicara serius dengan personil sekolah.
bullying disekolah adalah iklim sekolah, ada
atau tidaknya pencegahan bullying diseksolah Peran guru dalam menciptakan suasana iklim
dan strategi dukungan untuk korban bullying. belajar yang kondusif juga penting seperti
tidak mencemooh atau menertawakan teman-
Pada penelitian ini juga menunjukkan temannya yang melakukan kesalahan dan
kecemasan berhubungan dengan perilaku meyakinkan anak bahwa berbuat salah adalah
bullying anak sekolah dasar. Hal ini hal yang wajar pada anak. guru juga dapat
menunjukkan perilaku bullying anak sekolah memberikan penguatan positif terhadap
dasar disebabkan oleh kecemasan. Hal ini kemampuan anak. Pelibatan orang tua juga
sesuai dengan Annual Bullying Survey bahwa merupakan komponen penting dalam
ansietas sosial menghasilkan perilaku bullying pencegahan kecemasan anak, orang tua dilatih
sebesar 37% . Penelitian lain juga untuk meningkatkan problem solving dalam
menunjukkan ada hubungan kecemasan dan mengatasi masalah anak.
4
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 1 - 6, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Fink, Elian; Patalay, Praveetha; Sharpe, Polly Waite, Cathy Creswell. (2014). Children
Helen; Wolpert, Miranda (2018) Child- and adolescents referred for treatment of
and school-level predictors of children’s anxiety disorders: Differences in clinical
bullying behavior: A multilevel analysis characteristics. J Affect Disord. 2014
in 648 primary schools.Journal of Oct 1; 167(100): 326–332.doi: 10.1016/
Educational
Psychology Vol. 110, Iss. 1, (Jan 2018): Supriani, Eva Purnama Sari (2017). Faktor
17-26. DOI:10.1037. Yang Mempengaruhi Bullying Pada
Anak Usia Sekolahdi Sekolah Dasar
Ismail A, Abdelgaber A, Hegazi H, Lotfi M, Kecamatan Syiah Kuala Banda
Kamel A, et al. (2015) The Prevalence Aceh.Idea Nursing Journal Volume VIII.
and Risk Factors of Anxiety Disorders No 3.2017.
in an Egyptian Sample of School and
Students at the Age of 12-18 Years. J Waszczuk,M.A . Zavos,H.M.S and Eley T.C.
Psychiatry 18:316doi: 10.4172/2378- (2013). Genetic and environmental
5756.1000316. influences on relationship between
5
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 1 - 6, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
WHO.2010.Prevention of bullying-related
morbidity and mortality: a call for
public health policies.Tersedia pada:
https://www.who.int/bulletin/volumes/8
8/6/10-077123/en/. Diperoleh 02
Februari 2019.