Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK


PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK
DI RUANG RAJAWALI 1A RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Oleh :
ANNISA HASNA YUANIHSAN
P

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2019
ABSTRAK

Latar belakang: Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas


merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi
adalah memenuhi kebutuhan Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular,
meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Hambatan
mobilitas fisik adalah suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan fisik. Imobilitas dapat mempengaruhi fisiologis sistem tubuh
yang abnormal dan patologi seperti perubahan sistem muskuluskeletal, sistem
kardiovaskuler, sistem repirasi, sistem unrinari dan endokrin, sistem integument, sistem
neourosensori, perubahan metabolism dan nutrisi, perubahan eliminasi bowel,
perubahan sosial, emosi dan intelektual
Tujuan: Laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
dasar mobilitas fisik pada Tn.M dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik di
ruang Rajawali 1A di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang dengan
menggunakan asuhan keperawatan.
Hasil: Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan dasar pada hambatan
mobilitas mobilitas fisik, masalah mobilitas fisik dapat teratasi.
Kesimpulan: Intervsi dalam asuhan keperawatan hambatan mobilitas fisik dapat
membantu klien untuk melakukan aktivitas seperti biasa.

Kata kunci: Hambatan, Mobilitas fisik, SNH


DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah
memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan
aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non
verbal.
Mobilisasi adalah kondisi dimana dapat melakukan kegiatan dengan bebas
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada
ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas (Potter & Perry, 2006).
Mobilisasi dan hambatan mobilitas fisik berada pada suatu rentang. Hambatan
mobilitas fisik dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik
dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan.
Individu normal yang mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata
3% sehari (atropi disuse). Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular,
meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Hambatan
mobilitas fisik adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau berisiko
mengalami keterbatasan gerak fisik.
Menurut Mubarok, 2008, hambatan mobilitas fisik didefenisikan oleh sebagai
suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan fisik.
Hambatan mobilitas fisik adalah kondisi yang relative dimana individu kehilangan
kemampuan geraknya secara total dan juga mengalami penurunan aktivitas lainnya.
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko terjadi gangguan.
Tingkat keparahan dari mobilitas tersebut tergantung pada umur klien dan kondisi
kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang dialami. Hambatan
mobilitas fisik atau lebih dikenal dengan keterbatasan gerak dan juga didefinisikan oleh
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan
ketika individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik baik aktif
dan pasif memiliki dampak pada sistem tubuh.. Hambatan mobilitas fisik dapat
mempengaruhi fisiologis sistem tubuh yang abnormal dan patologi seperti perubahan
sistem muskuluskeletal, sistem kardiovaskuler, sistem repirasi, sistem unrinari dan
endokrin, sistem integument, sistem neourosensori, perubahan metabolism dan nutrisi,
perubahan eliminasi bowel, perubahan sosial, emosi dan intelektual (Mubarok, 2008).
Salah satu bentuk rehabilitasi awal pada penderita stroke adalah dengan
memberikan mobilisasi. Mobilisasi dapat mengurangi semua komplikasi yang
berhubungan dengan tempat tidur seperti pneumonia, Deep Vena Trombosis (DVT),
emboli pulmoner, dekubitus, dan masalah tekanan darah orthostatik. (Gofir, 2009).
Laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan dasar hambatan
mobilitas fisik pada Tn.M dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik di ruang
Rajawali 1A di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang dengan menggunakan
asuhan keperawatan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
PADA TN. E DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK
DI RUANG RAJAWALI 1A RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Tanggal Pengkajian : 8 Agustus 2019 Ruang / RS : Rajawali 1A


Jam : 17.30 WIB

A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 74 tahun
c. Alamat : Wonodri Barat III
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Petani
f. Tanggal Masuk : 7 Agustus 2019
g. Diagnosa Medis : SNH

2. Biodata Penanggung Jawab


a. Nama : Tn. N
b. Umur : 39 th
c. Alamat : Wonodri Barat III
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Swasta
f. Hubungan dg klien : Anak

B. KELUHAN UTAMA
Keluarga klien mengatakan Tn.M mengalami kelemahan pada anggota gerak
kanan, suara meracau dan bicara pelo.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 3 agustus 2019, klien mengalami penurunan kesadaran selama 4
hari dan sulit dibangunkan. Selain itu klien mengalami kelemahan pada anggota
gerak kanan. Kemudian keluarga klien membawa klien ke IGD RS Roemani dan
dirawat di ruang ICU selama 5 hari namun tidak ada perbaikan kondisi, kemudian
pada tanggal 7 agustus 2019 klien di rujuk ke RSUP Dr.Kariadi Semarang untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien sudah pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya karena CHF dan
Hepatitis dua tahun yang lalu. Kesehariannya klien tidak mengkonsumsi obat apapun
dan tidak memiliki riwayat penyakit stroke sebelumnya.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis ataupun penyakit yang diturunkan, seperti DM dan hipertensi.

D. PENGKAJIAN MENGACU POLA FUNGSIONAL GORDON


1. Pola manajemen dan persepsi kesehatan
Keluarga pasien mengatakan bahwa kesehatan sangat penting, maka jika ada
anggota keluarga yang sakit selalu di bawa ke pelayanan kesehatan misal dokter,
Puskesmas, rumah sakit.
2. Pola nutrisi dan metabolism
a. Sebelum sakit : Keluarga mengatakan, klien makan secara teratur 3x
sehari dengan menu nasi, sayur, lauk (daging, tempe tahu), buah dan air putih
dan tidak mempunyai alergi ataupun pantangan terhadap makanan.
b. Saat sakit : Keluarga mengatakan saat sakit klien mengalami
penurunan nafsu makan. BB sebelum sakit adalah 65 Kg. Saat dirawat, klien
dipasang NGT untuk memenuhi nutrisinya.
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit : Klien BAB 1x/ hari dengan konsistensi lembek,
berwarna kuning kecoklatan. Pasien BAK 4-5 x/ hari.
b. Saat sakit : Klien BAK menggunakan urine kateter, klien BAB 2
kali selama waktu perawatan 3 hari.
4. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit : Klien tidak mengalami gangguan istirahat, waktu istrihat
dalam sehari yaitu 6- 8 jam.
b. Saat sakit : Saat sakit klien mengalami penurunan kesadaran
sehingga pola istirahat dan tidur sulit dikaji.
5. Pola aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit : Klien dapat melakukan aktifitas secara normal dan dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri.
b. Saat sakit : Setelah sakit dan di rawat di rumah sakit aktivitas harian
dan kebutuhan pribadi klien dibantu seluruhnya oleh perawat dan keluarga.
6. Pola peran dan hubungan
Klien tidak bisa menjalankan perannya sebagai kepala rumah tangga
dengan baik sejak klien dirawat dirumah sakit. Klien dan istrinya memiliki
hubungan yang baik, begitu juga hubungan dengan keluarga lainnya. Klien juga
memiliki hubungan yang baik dengan tetangganya, tampak ada tetangganya
yang bersedia menjenguk klien di rumah sakit.
7. Pola persepsi kognitif dan sensori
Klien mengalami penurunan kesadaran dengan keadaan umum somnolen
GCS E=3 M=5 V Afasia. Klien mengalami gangguan kognitif dan sensori.

8. Pola persepsi diri dan konsep diri


a. Body Image : Keluarga klien mengatakan, klien tidak pernah merasa malu
dengan kondisi dirinya dan selalu mensyukuri apapun keadaan klien.
b. Identitas Diri : Klien adalah seorang laki-laki dan seorang kepala rumah tangga
c. Harga Diri : Keluarga klien mengatakan, saat sakit klien akan pasrah akan
kondisinya dan menerima setiap perawatan yang diberikan.
d. Peran Diri : Tn. M adalah seorang kepala keluarga. Namun dia tidak mampu
menjalankan kewajibannya untuk mencari nafkah karena kondisinya yang
sakit.
e. Ideal Diri : Keluarga klien mengatakan ketika klien sakit, klien selalu
optimis dan yakin akan sembuh dari penyakitnya dan pasrah akan kondisi
penyakitnya.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Karena klien sedang dirawat di rumah sakit, maka pola seksualitas dan
reproduksinya terganggu. Klien terpasang kateter urin, maka setiap 2 hari sekali
dilakukan perawatan kateter untuk mencegah terjadinya infeksi.
10. Pola mekanisme koping
Keluarga klien mengatakan, klien selalu terbuka dengan keluarga mapun
tenaga kesehatan mengenai kondisinya.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit pasien masih menjalankan ibadah setiap hari layaknya
kewajiban sebagai seorang muslim namun selama sakit pasien tidak bisa
melaksanakan kewajiban untuk ibadah.

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran : Somnolen E3 M5 VAfasia
2. Tanda-tanda vital
Nadi : 90 x/ menit
Pernapasan : 27 x/ menit dengan irama reguler
Suhu tubuh : 37,60 C
Tekanan darah : 137/83 mmHg
Spo2 : 97%
3. Kulit : Kulit tampak kering, terdapat beberapa luka lecet, turgor kulit
buruk, tidak ada pitting edema, warna kulit pucat.
4. Kepala : Ukuran kepala mesochepal, tidak ada nyeri tekan , tidak ada
massa/benjolan, kulit kepala bersih.
5. Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak ada lesi
6. Mata : Sklera tidak ikhterik, mata simetris, konjungtiva anemis, pupil
normal berbentuk bulat, dan reflek cahaya baik.
7. Hidung : Terpasang NGT, simetris, tidah ada polip, tidak ada secret
8. Telinga : Simetris, kotor, tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada lesi dan tidak menggunakan alat bantu dengar, fungsi pendengaran baik.
9. Mulut : Tidak terdapat stomatitis, lidah bersih, gigi kotor, tidak terdapat
stomatotis, bibir kering dan mulut berbau.
10. Dada:
a. Jantung :
I : Ictus cordis tampak di ic 5,6
P : Ictus cordis teraba di ic 5,6
P : Redup
A : Tidak terdapat bunyi jantung tambahan, suara jantung i,ii regular
b. Paru-paru :
I : Expansi dada simetris, tidak ada bekas luka/luka di area dada, rr:
30x/mnt
P : Pergerakan dinding dada sama, tactil fremitus teraba
P : Sonor
A : Terdapat suara ronchii
11. Abdomen:
a. Inspeksi : Simetri, datar
b. Auskultasi : Peristaltik usus 10x
c. Perkusi : Timpani
d. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
12. Ekstremitas :
Atas : Klien terpasang infus RL 20tpm ditangan kanan,
Bawah : Kekuatan otot

5 1
5 1

13. Genetalia :
Tidak ada lesi, bersih dan terpasang kateter urine.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


normal

Hemoglobin 16.6 g/dL 13.0 - 16.00

Hematokrit 51 % 40 – 54

Leukosit 11.2 /uL 4.8 – 10.8

Trombosit 276 10^3/ul 150 – 400

Eritrosit 6.08 10^3/ul 4.4-5.9

MCH 27.3 Pg 27.00-32.00

MCV 83.9 fL 76-96

MCHC 32.5 g/dL 29.00-36.00

Glukosa sewaktu 92 mg/dL 80-160

SPGT 75 U/L 15-34 H

SGOT 47 U/L 15-60 H

Ureum 47 mg/dL 15-39 H

Kreatinin 1.6 mg/dL 0.60-1.30 H

Magnesium 0.64 mmol/L 0.74-0.99 L

Calcium 2.0 mmol/L 2.12-2.52

Natrium 139 mmol/L 136-145

Kalium 3.4 mmol/L 3.5-5.1 L

Chlorida 105 mmol/L 98-107

G. Program Terapi
Nama obat Rute Dosis
Zink tablet 20 mg Oral 20mg/24jam
Ketoconazole SS 2% Topikal /12 jam saat mandi
Ketoconazole cream 50 gr Oles /8jam
Mometasone cream 20gr Topikal
Asam Fusidat cream Oles 30gr/8jam
Silver Sulfadia Oles /8jam pada luka lecet
Ringer Laktat (20 tpm) IV /8jam
Ciprofloxacin IV 400mg/12jam
Ranitidin IV 50mg/12jam
Clopidrogel Oral 75mg/24jam
KSR Oral 600mg/8jam
Allopurinol Oral 300mg/24 jam
Vitamin B1, B6, B12 Oral 1tab/8jam

H. Analisis Data

No Tanggal Data Fokus Problem Etiologi

18 Agustus DS : Keluarga klien mengatakan bahwa Hambatan mobilitas Kerusakan


masih mengalami penurunan fisik berhubungan
1 2019 kesadaran dan kelemahan pada dengan kerusakan Neuromuskular
anggota gerak kanan. neuromuskular
17:40
DO :

Ekstremitas :

Atas : Klien terpasang infus RL 20tpm


ditangan kanan.

Bawah : Kekuatan otot

5 1
5 1

KU: Somnolen GCS E=3 M=5 V Afasia

TD : 137/74 mmHg

S : 37.9o C

RR : 27 x/mnt / HR : 74 x/mnt

29 Agustus DS : Keluarga klien mengatakan bahwa Hambatan mobilitas Kerusakan


2 2019 masih mengalami penurunan fisik berhubungan Neuromuskular
kesadaran dan kelemahan pada dengan kerusakan
12:10
anggota gerak kanan. neuromuskular
DO : Ekstremitas :Atas: Klien terpasang
infus RL 20tpm ditangan kanan.

Bawah : Kekuatan otot

5 1
5 1

KU: Somnolen GCS E=3 M=5 V Afasia

TD : 143/80 mmHg

S : 37.3o C

RR : 30 x/mnt / HR : 82 x/mnt
310 DS : Keluarga klien mengatakan bahwa Hambatan mobilitas Kerusakan
3 Agustus masih mengalami penurunan fisik berhubungan Neuromuskular
2019 kesadaran dan kelemahan pada dengan kerusakan
anggota gerak kanan. neuromuskular
12:30
DO : Ekstremitas :Atas: Klien terpasang
infus RL 20tpm ditangan kanan.

Bawah : Kekuatan otot

5 1
5 1

KU: Somnolen GCS E=3 M=5 V Afasia

TD : 130/76 mmHg

S : 37.30o C

RR : 26 x/mnt / HR : 80 x/mnt

I. Intervensi / Rencana Keperawatan


Diagnosa Tujuan Rencana TTD

Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan


tindakan NIC :
Exercise therapy : ambulation
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam klien
1. Kaji kemampuan pasien
kerusakan neuromuskular mampu melakukan mobilisasi fisik dalam mobilisasi
dengan kriteria hasil : 2. Monitoring vital sign
sebelum/sesudah latihan
NOC : dan lihat respon pasien
saat latihan
3. Lakukan kolaborasi
a. Joint Movement : Active
dengan fisioterapi untuk
Mobility Level
melatih ambulasi sesuai
b. Self care : ADLs
dengan kebutuhan
c. Transfer performance
4. Ubah posisi tiap 2 jam
(prone, supine, miring)
1. Klien meningkat dalam
5. Latih gerakan aktif/pasif
aktivitas fisik rentang gerak sendi
pada semua ekstremitas
2. Mengerti tujuan dari
6. Gunakan bed khusus
peningkatan mobilitas atau kasur dekubitus
sesuai indikasi
3. Memverbalisasikan perasaan
7. Latih pasien dalam
dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
kekuatan dan kemampuan
sesuai kemampuan
berpindah 8. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
4. Memperagakan penggunaan
dan bantu penuhi
alat Bantu untuk mobilisasi kebutuhan ADLs ps.
(walker)

J. Implementasi / Tindakan Keperawatan


Waktu DX Implementasi Respon TTD

8 Agustus 2019

20:00 Hambatan 1. Mengkaji kemampuan S : Klien tampak somnolen


mobilitas fisik pasien dalam mobilisasi dan tidak ada respon
berhubungan 2. Memonitoring vital sign O:
dengan kerusakan sebelum/sesudah latihan
neuromuskular dan lihat respon pasien saat - Ekstremitas :
latihan Atas : Klien terpasang
3. Mendampingi dan infus RL 20tpm ditangan
membantu pasien saat kanan.
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs Bawah : Kekuatan
ps. otot

5 1
5 1

KU: Somnolen GCS E=3


M=5 V Afasia

TD : 140/80 mmHg

RR : 30 x/mnt /

HR : 86 x/mnt

-Kebutuhan ADL pasien


terpenuhi

S: Pasien tampak somnolen


4. Melatih gerakan aktif/pasif dan tidak ada respon saat
rentang gerak sendi pada dilakukan latiha gerak pasif
21:00
semua ekstremitas
5. Menggunakan bed khusus O:
atau kasur dekubitus sesuai
- Ekstremitas :
indikasi
Atas : Klien terpasang
infus RL 20tpm ditangan
kanan.

Bawah : Kekuatan
otot

5 1
5 1
-Kasur dekubitus telah
terpasang

9 Agustus 2019

08:00 Hambatan 9. Mengkaji kemampuan S : Klien tampak somnolen


mobilitas fisik pasien dalam mobilisasi
berhubungan dan tidak ada respon
dengan kerusakan
neuromuskular O:

Ekstremitas :

Atas : Klien terpasang


infus RL 20tpm ditangan
kanan.

Bawah : Kekuatan
otot

5 1
5 1

08:00 10. Memonitoring vital sign


sebelum/sesudah latihan S: Klien tampak somnolen
dan lihat respon pasien saat dan tidak ada respon
latihan
O:

KU: Somnolen GCS E=3


M=5 V Afasia

TD : 140/80 mmHg

RR : 30 x/mnt /

HR : 86 x/mnt
10:00 11. Mengubah posisi tiap 2
jam (prone, supine, miring) S : Klien tampak somnolen
dan tidak ada respon

O : Ekstremitas :

Atas : Klien terpasang


infus RL 20tpm ditangan
kanan.

Bawah : Kekuatan
otot

5 1
5 1

12. Melatih gerakan aktif/pasif


12:00
rentang gerak sendi pada
semua ekstremitas S : Klien tampak somnolen
13. Mendampingi dan dan tidak ada respon
Membantu pasien saat
mobilisasi dan bantu O :
penuhi kebutuhan ADLs - Ekstremitas :
ps.
Atas : Klien terpasang
infus RL 20tpm ditangan
kanan.

Bawah : Kekuatan
otot

5 1
5 1
-Kebutuhan ADL
pasien terpenuhi

10 Agustus 2010

08:00 Hambatan 1. Melakukan kolaborasi S : Klien tampak somnolen


mobilitas fisik dengan fisioterapi untuk dan tidak ada respon
berhubungan melatih ambulasi sesuai
dengan kerusakan dengan kebutuhan O : Ekstremitas :
neuromuskular 2. Mengubah posisi tiap 2 Atas : Klien terpasang
jam (prone, supine, miring) infus RL 20tpm ditangan
kanan.

Bawah : Kekuatan
otot

5 1
5 1
- Telah melakukan
kolaborasi bersama
fisioterapi untuk
melatih ambulansi
dasar
12:00 3. Melatih gerakan aktif/pasif S : Klien tampak somnolen
rentang gerak sendi pada dan tidak ada respon
semua ekstremitas
4. Medampingi dan O :
Membantu pasien saat
mobilisasi dan bantu - Ekstremitas :
penuhi kebutuhan ADLs
ps. Atas : Klien terpasang
infus RL 20tpm ditangan
kanan.

Bawah : Kekuatan
otot

5 1
5 1
-Kebutuhan ADL
pasien terpenuhi

K. Evaluasi
Waktu Dx Evaluasi TTD

8 Agustus 2010

21:30 Hambatan mobilitas S : Keluarga klien mengatakan bahwa masih mengalami


fisik berhubungan penurunan kesadaran dan kelemahan pada anggota
dengan kerusakan gerak kanan.
neuromuskular O : Ekstremitas :Atas: Klien terpasang infus RL 20tpm
ditangan kanan.

Bawah : Kekuatan otot

5 1
5 1

KU: Somnolen GCS E=3 M=5 V Afasia

TD : 143/80 mmHg

S : 37.3o C

RR : 30 x/mnt / HR : 82 x/mnt

- Klien masih membutuhkan bantuan untuk mobilisasi

A : Masalah keperawatan hambatan mobilitas ditempat


tidur belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi


2. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan
dan lihat respon pasien saat latihan
3. Lakukan kolaborasi dengan fisioterapi untuk
melatih ambulasi sesuai dengan kebutuhan
4. Ubah posisi tiap 2 jam (prone, supine, miring)

9 Agustus 2019

09:00
S : Klien tampak somnolen dan tidak ada respon

O:

Ekstremitas :

Atas : Klien terpasang infus RL 20tpm ditangan kanan.


Bawah : Kekuatan otot

5 1

5 1

KU: Somnolen GCS E=3 M=5 V Afasia

TD : 140/80 mmHg

RR : 30 x/mnt /

HR : 86 x/mnt

-Kebutuhan ADL pasien terpenuhi


- Klien masih membutuhkan bantuan untuk
mobilisasi

A : Masalah keperawatan hambatan mobilitas ditempat


tidur belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Latih gerakan aktif/pasif rentang gerak sendi pada


semua ekstremitas
- Gunakan bed khusus atau kasur dekubitus sesuai
indikasi
- Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai kemampuan
- Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.

10 Agustus 2019

09:30 Hambatan mobilitas S : Klien tampak somnolen dan tidak ada respon
fisik berhubungan O : Ekstremitas :
dengan kerusakan
Atas : Klien terpasang infus RL 20tpm ditangan kanan.
neuromuskular
Bawah : Kekuatan otot

5 1
5 1
- Telah melakukan kolaborasi bersama fisioterapi
untuk melatih ambulansi dasar

A : Masalah keperawatan hambatan mobilitas ditempat


tidur belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Latih gerakan aktif/pasif rentang gerak sendi pada


semua ekstremitas
- Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai kemampuan
- Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADLs ps
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Lakukan kolaborasi dengan fisioterapi untuk
melatih ambulasi sesuai dengan kebutuhan
- Ubah posisi tiap 2 jam (prone, supine, miring)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Kasus

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang


diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne,
2002). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak
yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai
arteri otak (Sylvia A Price, 2006)
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul
mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000)

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli


dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif
Muttaqin, 2008)

Pada kasus ini, Tn.M mengalami hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan neuromuskular yang disebabkan karena Stroke Non Hemoragik. Hal ini
menyebabkan Tn.M mengalami kelemahan pada anggota gerak kanan.

B. Analisis Intervensi Keperawatan


Menurut buku diagnosa NANDA (NIC&NOC) 2015-2017, penanganan
pasien dengan hambatan mobilitas fisik adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan body aligment dan posisi nyaman
2. Mencegah pasien jatuh
3. Melakukan latihan aktif dan pasif serta latihan peregangan
4. Meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi
5. Membantu dalam perawatan diri

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah di dokumentasikan oleh penulis


dan dilakukan asuhan keperawatan sejak tanggal 8-10 Agustus 2019 pada Tn.M
dengan masalah keperawatan Hambatan mobilitas fisik pada diagnosa medis Stroke
Non Hemoragik di ruang rajawali 1A RSUP Dr. Kariadi penulis menyimpukan
bahwa :

1. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada klien didapatkan hasil bahwa
klien mengalami kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan dengan
kekuatan otot 1/1.
2. Masalah keperawatan yang muncul pada klien yaitu hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular dengan diagnosa medis
Stroke Non Hemoragik.
3. Tujuan setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik pada Tn.M dapat
teratasi dengan peningkatan dalam Joint Movement : Active Mobility Level,
Self care : ADL dan Transfer performance yang diwujudkan dalam kriteria
hasil klien meningkat dalam aktivitas fisik, klien mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas, klien dapat memverbalisasikan perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah klien dapat
memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker).
4. Untuk memenuhi tujuan dari kriteria hasil tersebut, maka intervensi yang
akan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan hambatan mobilitas
fisik adalah Exercise therapy : ambulation yang dijabarkan dalam beberapa
intervensi diantaranya adalah mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisas,
memonitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien
saat latihan, melakukan kolaborasi dengan fisioterapi untuk melatih
ambulasi sesuai dengan kebutuhan, mengubah posisi tiap 2 jam (prone,
supine, miring), melatih gerakan aktif/pasif rentang gerak sendi pada semua
ekstremitas, menggunakan bed khusus atau kasur dekubitus sesuai indikasi,
melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan dan mendampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
5. Evaluasi setelah diberikan tindakan keperawatan klien mampu melakukan
pergerakan dan perpindahan, kebugaran fisik dan status kesehatan klien
meningkat serta dapat mempertahankan mobilitas secara optimal.

B. Saran
Berdasarkan pengalaman penulis selama memberikan asuhan
keperawatan pada Tn. M dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik,
maka saran yang bisa penulis berikan pada pembaca khususnya perawat dalam
merawat klien dengan keperawatan hambatan mobilitas fisik antara lain:
1. Untuk menemukan data fokus pada klien dengan keperawatan hambatan
mobilitas fisik diharapkan perawat dapat mengkaji lebih lengkap mengenai
permasalahan yang muncul yang dialami oleh klien dengan keperawatan
hambatan mobilitas fisik maka asuhan keperawatan akan lebih optimal.
2. Untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan pada klien dengan
keperawatan hambatan mobilitas fisik, diagnosa keperawatan dapat
ditegakkan dengan menunjukkan data fokus yang lengkap dan akurat.
3. Untuk membuat rencana keperawatan diharapkan sesuai pada standar
keperawatan yang telah dirumuskan pada klien dengan keperawatan
hambatan mobilitas fisik.
4. Untuk melaksanakan asuhan keperawatan harus teliti dalam memenuhi
kebutuhan klien termasuk memodifikasi beberapa tindakan keperawatan.
5. Untuk mengetahui respon klien terhadap tindakan keperawatan, diharapkan
perawat dapat menilai dan mengevaluasi respon perkembangan klien secara
menyeluruh dan berkesinambungan untuk mencapai hasil yang optimal, yang
didukung dengan data subyektif dan obyektif sesuai dengan perkembangan
yang dialami oleh klien. Kemudian data yang di dapatkan dibandingkan
dengan kriteria hasil yang telah di tetapkan dalam perencanaan untuk dapat
menilai apakah masalah sudah teratasi atau hanya teratasi sebagian untuk
menetapkan rencana tindakan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Parama
Ilmu Herdman,

T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. 2015-2017. Jakarta : EGC

Kowalski, T. Mary. 2014. Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC


Kumboyono, dkk. 2013. Indikator Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Oleh Pasien Rawat Inap
Rumah Sakit Tentara dr. soepraoen Malang. Jurnal Ners Volume 8 No 2, 183-189

Robbins Dan Kumar. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC

Sujono Hadi, 2008. Sirosis Hepatis Dalam Gastroenterologi. Edisi 7. P. T. Alumni : Bandung
Supariasa, I Dewa Nyoman, Et Al. 2002. Penilaian Status Gizi. Edisi Revisi. Jakarta : EGC

Suzanna Ndraha, Irsan Hasan, Marcellus Simadibrata. Vol 43 Number 1 January 2011. The
Effect of L-ornithine L-aspartate and Branch Chain Amino Acids Tarwoto, Wartonah. 2010.
Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Waluyo, Aru, Dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4, Fkui/Rsupn- Cm : Jakarta

Wilkes, Gail M. 2012. Buku Saku Gizi Pada Kanker Dan Infeksi Hiv. Jakarta : EGC

Wilkinson, J. M. 2007. Buku Saku Keperawatan Dengan Intervensi Nic Dan Kriteria Hasil
Noc. Jakarta : EGC

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai