Fix LK KDP Mobilisasi Fisik
Fix LK KDP Mobilisasi Fisik
Oleh :
ANNISA HASNA YUANIHSAN
P
A. Latar Belakang
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah
memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan
aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non
verbal.
Mobilisasi adalah kondisi dimana dapat melakukan kegiatan dengan bebas
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada
ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas (Potter & Perry, 2006).
Mobilisasi dan hambatan mobilitas fisik berada pada suatu rentang. Hambatan
mobilitas fisik dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik
dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan.
Individu normal yang mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata
3% sehari (atropi disuse). Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular,
meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Hambatan
mobilitas fisik adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau berisiko
mengalami keterbatasan gerak fisik.
Menurut Mubarok, 2008, hambatan mobilitas fisik didefenisikan oleh sebagai
suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan fisik.
Hambatan mobilitas fisik adalah kondisi yang relative dimana individu kehilangan
kemampuan geraknya secara total dan juga mengalami penurunan aktivitas lainnya.
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko terjadi gangguan.
Tingkat keparahan dari mobilitas tersebut tergantung pada umur klien dan kondisi
kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang dialami. Hambatan
mobilitas fisik atau lebih dikenal dengan keterbatasan gerak dan juga didefinisikan oleh
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan
ketika individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik baik aktif
dan pasif memiliki dampak pada sistem tubuh.. Hambatan mobilitas fisik dapat
mempengaruhi fisiologis sistem tubuh yang abnormal dan patologi seperti perubahan
sistem muskuluskeletal, sistem kardiovaskuler, sistem repirasi, sistem unrinari dan
endokrin, sistem integument, sistem neourosensori, perubahan metabolism dan nutrisi,
perubahan eliminasi bowel, perubahan sosial, emosi dan intelektual (Mubarok, 2008).
Salah satu bentuk rehabilitasi awal pada penderita stroke adalah dengan
memberikan mobilisasi. Mobilisasi dapat mengurangi semua komplikasi yang
berhubungan dengan tempat tidur seperti pneumonia, Deep Vena Trombosis (DVT),
emboli pulmoner, dekubitus, dan masalah tekanan darah orthostatik. (Gofir, 2009).
Laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan dasar hambatan
mobilitas fisik pada Tn.M dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik di ruang
Rajawali 1A di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang dengan menggunakan
asuhan keperawatan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
PADA TN. E DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK
DI RUANG RAJAWALI 1A RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 74 tahun
c. Alamat : Wonodri Barat III
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Petani
f. Tanggal Masuk : 7 Agustus 2019
g. Diagnosa Medis : SNH
B. KELUHAN UTAMA
Keluarga klien mengatakan Tn.M mengalami kelemahan pada anggota gerak
kanan, suara meracau dan bicara pelo.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 3 agustus 2019, klien mengalami penurunan kesadaran selama 4
hari dan sulit dibangunkan. Selain itu klien mengalami kelemahan pada anggota
gerak kanan. Kemudian keluarga klien membawa klien ke IGD RS Roemani dan
dirawat di ruang ICU selama 5 hari namun tidak ada perbaikan kondisi, kemudian
pada tanggal 7 agustus 2019 klien di rujuk ke RSUP Dr.Kariadi Semarang untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien sudah pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya karena CHF dan
Hepatitis dua tahun yang lalu. Kesehariannya klien tidak mengkonsumsi obat apapun
dan tidak memiliki riwayat penyakit stroke sebelumnya.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran : Somnolen E3 M5 VAfasia
2. Tanda-tanda vital
Nadi : 90 x/ menit
Pernapasan : 27 x/ menit dengan irama reguler
Suhu tubuh : 37,60 C
Tekanan darah : 137/83 mmHg
Spo2 : 97%
3. Kulit : Kulit tampak kering, terdapat beberapa luka lecet, turgor kulit
buruk, tidak ada pitting edema, warna kulit pucat.
4. Kepala : Ukuran kepala mesochepal, tidak ada nyeri tekan , tidak ada
massa/benjolan, kulit kepala bersih.
5. Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak ada lesi
6. Mata : Sklera tidak ikhterik, mata simetris, konjungtiva anemis, pupil
normal berbentuk bulat, dan reflek cahaya baik.
7. Hidung : Terpasang NGT, simetris, tidah ada polip, tidak ada secret
8. Telinga : Simetris, kotor, tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada lesi dan tidak menggunakan alat bantu dengar, fungsi pendengaran baik.
9. Mulut : Tidak terdapat stomatitis, lidah bersih, gigi kotor, tidak terdapat
stomatotis, bibir kering dan mulut berbau.
10. Dada:
a. Jantung :
I : Ictus cordis tampak di ic 5,6
P : Ictus cordis teraba di ic 5,6
P : Redup
A : Tidak terdapat bunyi jantung tambahan, suara jantung i,ii regular
b. Paru-paru :
I : Expansi dada simetris, tidak ada bekas luka/luka di area dada, rr:
30x/mnt
P : Pergerakan dinding dada sama, tactil fremitus teraba
P : Sonor
A : Terdapat suara ronchii
11. Abdomen:
a. Inspeksi : Simetri, datar
b. Auskultasi : Peristaltik usus 10x
c. Perkusi : Timpani
d. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
12. Ekstremitas :
Atas : Klien terpasang infus RL 20tpm ditangan kanan,
Bawah : Kekuatan otot
5 1
5 1
13. Genetalia :
Tidak ada lesi, bersih dan terpasang kateter urine.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Hematokrit 51 % 40 – 54
G. Program Terapi
Nama obat Rute Dosis
Zink tablet 20 mg Oral 20mg/24jam
Ketoconazole SS 2% Topikal /12 jam saat mandi
Ketoconazole cream 50 gr Oles /8jam
Mometasone cream 20gr Topikal
Asam Fusidat cream Oles 30gr/8jam
Silver Sulfadia Oles /8jam pada luka lecet
Ringer Laktat (20 tpm) IV /8jam
Ciprofloxacin IV 400mg/12jam
Ranitidin IV 50mg/12jam
Clopidrogel Oral 75mg/24jam
KSR Oral 600mg/8jam
Allopurinol Oral 300mg/24 jam
Vitamin B1, B6, B12 Oral 1tab/8jam
H. Analisis Data
Ekstremitas :
5 1
5 1
TD : 137/74 mmHg
S : 37.9o C
RR : 27 x/mnt / HR : 74 x/mnt
5 1
5 1
TD : 143/80 mmHg
S : 37.3o C
RR : 30 x/mnt / HR : 82 x/mnt
310 DS : Keluarga klien mengatakan bahwa Hambatan mobilitas Kerusakan
3 Agustus masih mengalami penurunan fisik berhubungan Neuromuskular
2019 kesadaran dan kelemahan pada dengan kerusakan
anggota gerak kanan. neuromuskular
12:30
DO : Ekstremitas :Atas: Klien terpasang
infus RL 20tpm ditangan kanan.
5 1
5 1
TD : 130/76 mmHg
S : 37.30o C
RR : 26 x/mnt / HR : 80 x/mnt
8 Agustus 2019
5 1
5 1
TD : 140/80 mmHg
RR : 30 x/mnt /
HR : 86 x/mnt
Bawah : Kekuatan
otot
5 1
5 1
-Kasur dekubitus telah
terpasang
9 Agustus 2019
Ekstremitas :
Bawah : Kekuatan
otot
5 1
5 1
TD : 140/80 mmHg
RR : 30 x/mnt /
HR : 86 x/mnt
10:00 11. Mengubah posisi tiap 2
jam (prone, supine, miring) S : Klien tampak somnolen
dan tidak ada respon
O : Ekstremitas :
Bawah : Kekuatan
otot
5 1
5 1
Bawah : Kekuatan
otot
5 1
5 1
-Kebutuhan ADL
pasien terpenuhi
10 Agustus 2010
Bawah : Kekuatan
otot
5 1
5 1
- Telah melakukan
kolaborasi bersama
fisioterapi untuk
melatih ambulansi
dasar
12:00 3. Melatih gerakan aktif/pasif S : Klien tampak somnolen
rentang gerak sendi pada dan tidak ada respon
semua ekstremitas
4. Medampingi dan O :
Membantu pasien saat
mobilisasi dan bantu - Ekstremitas :
penuhi kebutuhan ADLs
ps. Atas : Klien terpasang
infus RL 20tpm ditangan
kanan.
Bawah : Kekuatan
otot
5 1
5 1
-Kebutuhan ADL
pasien terpenuhi
K. Evaluasi
Waktu Dx Evaluasi TTD
8 Agustus 2010
5 1
5 1
TD : 143/80 mmHg
S : 37.3o C
RR : 30 x/mnt / HR : 82 x/mnt
P : Lanjutkan intervensi
9 Agustus 2019
09:00
S : Klien tampak somnolen dan tidak ada respon
O:
Ekstremitas :
5 1
5 1
TD : 140/80 mmHg
RR : 30 x/mnt /
HR : 86 x/mnt
P : Lanjutkan intervensi
10 Agustus 2019
09:30 Hambatan mobilitas S : Klien tampak somnolen dan tidak ada respon
fisik berhubungan O : Ekstremitas :
dengan kerusakan
Atas : Klien terpasang infus RL 20tpm ditangan kanan.
neuromuskular
Bawah : Kekuatan otot
5 1
5 1
- Telah melakukan kolaborasi bersama fisioterapi
untuk melatih ambulansi dasar
P : Lanjutkan intervensi
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus
Pada kasus ini, Tn.M mengalami hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan neuromuskular yang disebabkan karena Stroke Non Hemoragik. Hal ini
menyebabkan Tn.M mengalami kelemahan pada anggota gerak kanan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada klien didapatkan hasil bahwa
klien mengalami kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan dengan
kekuatan otot 1/1.
2. Masalah keperawatan yang muncul pada klien yaitu hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular dengan diagnosa medis
Stroke Non Hemoragik.
3. Tujuan setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik pada Tn.M dapat
teratasi dengan peningkatan dalam Joint Movement : Active Mobility Level,
Self care : ADL dan Transfer performance yang diwujudkan dalam kriteria
hasil klien meningkat dalam aktivitas fisik, klien mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas, klien dapat memverbalisasikan perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah klien dapat
memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker).
4. Untuk memenuhi tujuan dari kriteria hasil tersebut, maka intervensi yang
akan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan hambatan mobilitas
fisik adalah Exercise therapy : ambulation yang dijabarkan dalam beberapa
intervensi diantaranya adalah mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisas,
memonitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien
saat latihan, melakukan kolaborasi dengan fisioterapi untuk melatih
ambulasi sesuai dengan kebutuhan, mengubah posisi tiap 2 jam (prone,
supine, miring), melatih gerakan aktif/pasif rentang gerak sendi pada semua
ekstremitas, menggunakan bed khusus atau kasur dekubitus sesuai indikasi,
melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan dan mendampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
5. Evaluasi setelah diberikan tindakan keperawatan klien mampu melakukan
pergerakan dan perpindahan, kebugaran fisik dan status kesehatan klien
meningkat serta dapat mempertahankan mobilitas secara optimal.
B. Saran
Berdasarkan pengalaman penulis selama memberikan asuhan
keperawatan pada Tn. M dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik,
maka saran yang bisa penulis berikan pada pembaca khususnya perawat dalam
merawat klien dengan keperawatan hambatan mobilitas fisik antara lain:
1. Untuk menemukan data fokus pada klien dengan keperawatan hambatan
mobilitas fisik diharapkan perawat dapat mengkaji lebih lengkap mengenai
permasalahan yang muncul yang dialami oleh klien dengan keperawatan
hambatan mobilitas fisik maka asuhan keperawatan akan lebih optimal.
2. Untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan pada klien dengan
keperawatan hambatan mobilitas fisik, diagnosa keperawatan dapat
ditegakkan dengan menunjukkan data fokus yang lengkap dan akurat.
3. Untuk membuat rencana keperawatan diharapkan sesuai pada standar
keperawatan yang telah dirumuskan pada klien dengan keperawatan
hambatan mobilitas fisik.
4. Untuk melaksanakan asuhan keperawatan harus teliti dalam memenuhi
kebutuhan klien termasuk memodifikasi beberapa tindakan keperawatan.
5. Untuk mengetahui respon klien terhadap tindakan keperawatan, diharapkan
perawat dapat menilai dan mengevaluasi respon perkembangan klien secara
menyeluruh dan berkesinambungan untuk mencapai hasil yang optimal, yang
didukung dengan data subyektif dan obyektif sesuai dengan perkembangan
yang dialami oleh klien. Kemudian data yang di dapatkan dibandingkan
dengan kriteria hasil yang telah di tetapkan dalam perencanaan untuk dapat
menilai apakah masalah sudah teratasi atau hanya teratasi sebagian untuk
menetapkan rencana tindakan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarawati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Parama
Ilmu Herdman,
T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. 2015-2017. Jakarta : EGC
Sujono Hadi, 2008. Sirosis Hepatis Dalam Gastroenterologi. Edisi 7. P. T. Alumni : Bandung
Supariasa, I Dewa Nyoman, Et Al. 2002. Penilaian Status Gizi. Edisi Revisi. Jakarta : EGC
Suzanna Ndraha, Irsan Hasan, Marcellus Simadibrata. Vol 43 Number 1 January 2011. The
Effect of L-ornithine L-aspartate and Branch Chain Amino Acids Tarwoto, Wartonah. 2010.
Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Waluyo, Aru, Dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4, Fkui/Rsupn- Cm : Jakarta
Wilkes, Gail M. 2012. Buku Saku Gizi Pada Kanker Dan Infeksi Hiv. Jakarta : EGC
Wilkinson, J. M. 2007. Buku Saku Keperawatan Dengan Intervensi Nic Dan Kriteria Hasil
Noc. Jakarta : EGC
LAMPIRAN