Anda di halaman 1dari 23

6

BAB II
KAJIAN TEORETIK

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Strategi Guru
Menurut Hamzah & Muhlisrarini (2016:140) “Strategi yaitu: (1) Ilmu dan

seni penggunaan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan

tertentu dalam perang dan damai (2) Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai tujuan khusus.” Di dalam dunia pendidikan strategi pembelajaran adalah

rencana mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan demi tercapainya

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Menurut Yamin (2013:1) “Strategi merupakan perencanaan, langkah, dan

rangkaian untuk mencapai suatu tujuan, maka dalam pembelajaran guru harus

membuat suatu rencana, langkah-langkah dalam mencapai tujuan.” Dalam

menerapkan strategi pembelajaran guru hendaknya memperhatikan karekateristik

dan kebutuhan belajar siswanya, hal ini sangat penting mengingat siswa adalah

subyek pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru adalah

agar siswa mampu menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru dengan baik.

Seorang guru hendaknya mampu melihat kondisi lain, yakni dengan memiliki

rancangan proses pembelajaran lain selain rancangan awal yang telah dibuat, hal

ini dilakukan untuk mengantisipasi apabila terdapat kendala dalam proses

pembelajaran, maka guru masih dapat melakukan proses pembelajaran dengan

rancangan pembelajaran lain yang telah ditetapkan.

6
7

Menurut Majid (2014:8) “Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana

tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan

berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran.” Dalam menyusun

strategi pembelajaran hendaknya guru mampu menempatkan metode, media,

model, alat peraga dan perangkat pembelajaran lainnya sesuai dengan materi yang

akan diajarkan dan kondisi di lapangan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran adalah segala bentuk upaya yang dilakukan guru untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, upaya tersebut dapat berupa menyusun

rancangan pembelajaran, penggunaan model, metode, media, dan bahan ajar, dan

strategi guru dalam mengelola kelasnya.

2.1.2 Kompetensi Guru


Guru merupakan orang yang memiliki pengetahuan lebih yang

membagikannya kepada orang lain, dalam dunia pendidikan guru/ pendidik adalah

orang dewasa yang memiliki kualifikasi tertentu yang menjadi fasilitator yang

menyelenggarakan pembelajaran bagi siswanya/terdidik. Dalam kesimpulan yang

dikemukakan oleh Nurdin dan Adriantoni (2019:135) “Pendidik merupakan orang

dewasa yang bertugas memberikan bimbingan dan arahan kepada anak didik dalam

perkembangannya, baik jasmani maupun rohani...” Menurut Damay (2012:31)

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan, maka kompetensi guru adalah

kemampuan tenaga pengajar atau pendidik dalam menjalankan tugasnya.

7
8

Sebagai memiliki 4 kompetensi yang harus dikuasai. Menurut PP

Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Guru antara lain ialah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial, dan kompetensi profesional.

1. Kompetensi Pedagogik. Menurut Suprahatinningrum dalam Asrial, dkk (2019

“Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan

pemahaman peserta didik serta pengelola pembelajaran yang mendidik”.

Adapun kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang harus dikuasai

guru dalam bidang karakteristik peserta didik, perencanaan, pelaksanaan,

pengelolaan, dan penilaian pembelajaran.

2. Kompensi Kepribadian, menurut Damay (2012:42) Kompetensi kepribadian

adalah kesiapan mental, kepribadian dan moralitas guru untuk mengemban

amanah sebagai guru. Kompetensi kepribadian ialah cerminan sosok guru, guru

harus memiliki kepribadian yang baik seperti taat pada norma-norma yang

berlaku, berperilaku jujur, beribawa, dan lain sebagainya.

3. Kompetensi Sosial, menurut Damay (2012:40) Kompetensi sosial adalah

kemampuan guru dalam menjalin relasi yang positif, empatik, dan santun

dengan atasan, sesama guru dan pegawai, siswa, wali murid, dan masyarakat.

Secara umum kompetensi sosial guru ialah kemampuan guru untuk menjalain

hubungan baik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, baik di lingkungan

kerjanya (sekolah), mampu di lingkungan masyarakat.

4. Kompetensi profesional. Menurut Damay (2012:45) Kompetensi profesional

adalah kemampuan melaksanakan tugas pokok guru di bidang pembelajaran

secara optimal, terutama dalam hal penguasaan dan pengembangan materi

8
9

pembelajaran. Adapun dalam kompetensi profesional guru merupakan

kompetensi guru dalam penguasaan materi pelajaran yang diajarkan (Bahasa

Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PKn), pengembangan bahan ajar, dan

pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas.

2.1.3 Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran


Menurut Majid (2014:10) Jika dilihat dari cara penyajian dan

pengolahannya, maka strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi strategi

pembelajaran deduktif dan induktif. Dikarenakan sifatnya masih konseptual, maka

dalam realisasinya masih digunakan berbagai metode tertentu. Dengan kata lain

strategi pembelajaran merupakan perencanaan dalam pelaksanaan suatu kegiatan.

Menurut Hamzah & Muhlisrarini (2016:143-143) Ada tiga jenis strategi

yang berakaitan dengan pembelajaran, yaitu: (1) Strategi pengorganisasian

pembelajaran, (2) Strategi pencapaian pembelajaran, dan (3) Strategi pengelolaan

pembelajaran. Adapun dalam (1) Strategi pengorganisasian merupakan cara guru

dalam mengorganisasikan proses pembelajaran dari mulai tahap perencanaan

sampai tahap evaluasi, (2) Strategi penyampaian, ialah bagaimana cara guru dalam

menyampaikan materi ajar dengan baik kepada siswanya agar siswa senang

mengikuti proses pembelajaran, (3) Strategi pengelolaan, yaitu cara untuk menata

interaksi antara siswa, dan variabel strategi pembelajaran lainnya.

2.1.4 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar


Pembelajaran adalah proses interaksi bertukar informasi yang dilakukan

oleh guru dan siswa dengan tujuan memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran

matematika berarti proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru dan

siswa baik di dalam maupun di luar kelas. Matematika itu sendiri adalah ilmu

9
10

bernalar, seperti yang dikemukakan oleh Kline (1981:172) dalam Abdurrahman

(2012:203) “Matematika merupakan bahasa simbolis yang ciri utamanya adalah

penggunaan cara bernalar induktif dan deduktif, tetapi tidak melupakan cara

bernalar deduktif.”

Dalam pembelajaran matematika guru mengajarkan proses benalaran/

berpikir pada siswanya, penalaran yang dijarakan oleg guru dalam pembelajaran

matematika seperti yang dikatakan oleh Sundayana (2014:24) “Pada umumnya

guru mengajar matematika dengan menerangkan konsep dan operasi matematika,

memberi contoh mengerjakan soal, serta meminta siswa untuk mengerjakan soal

sejenis dengan soal yang sudah diterangkan oleh guru.” Pembelajaran matematika

yang dilakukan di sekolah dasar tentunya berorientas tujuan, tujuan dari

pembelajaran matematika yang dilakukan bukan hanya agar siswa mengertia

dengan konsep yang diajarkan paham dengan cara berhitung dengan benar, namun

tujuan pembelajaran matematika lebih lanjut dikemukakan oleh Depdiknas

(2001:9) dalam Susanto (2016:189) kompetensi atau kemampuan umum

pembelajaran matematika di sekolah dasar sebagai berikut :

1. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian


beserta operasi campurannya termasuk yang melibatkan pecahan .
2. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bagun runag sederhana,
termasuk pengunaan sudut, keliling, luas dan volume.
3. Menentukan sifat simetri, kesebangunan dan sistem kordinat
4. Menggunakan pengukuran, satuan, kesetaraan, antar satuan, dan penaksiran
pengukuran.
5. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi, terendah,
rata- rata, modus, memngumpulkan, dan menyajikan .
6. Memecahkan masalah, melakukan penalaran dan mengemunikasikan gagasan
secara matematika.

Secara khusus , tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar , sebagimana

disajikan oleh Depdiknas (2001 :10) dalam Susanto (2016:189) sebagai berikut :

10
11

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonse, dan


mengaplikasikan konsep atau algoritme.
2. Mengunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi mtematika
dalam generalisisi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan penyataan
matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matimatika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel , diagram, atau media lain
untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai pengunaan matematika dalam kehidupan sehari –
hari.

2.1.5 Kesulitan Belajar


Kesulitan ialah suatu segala sesuatu yang menghambat untuk melakukan

suatu aktivitas/kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kesulitan belajar berarti

segala hal yang menghambat anak didik dalam melakukan aktivitas belajar.

Menurut Djamarah (2011:235) Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak

didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan

ataupun gangguan dalam belajar. Sedangkan disisi lain Aripin, dkk (2019:41)

mengatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam stau proses belajar

yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil

belajar. Kemudian Ahmadi, & Supriyono (2013:77) mengatakan bahwa “Dalam

keadaan dimana anak didik/ siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah

disebut dengan kesulitan belajar.”

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar ialah

kondisi dimana didik/siswa tidak dapat melakukan aktivitas belajar dengan

semestinya yang disebabkan oleh segala bentuk hambatan, gangguan, ancaman, dan

lain sebagainya baik yang bersifat internal (dari dalam diri anak didik) maupun dari

ekternal (dari lingkungan).

11
12

2.1.6 Kesulitan Belajar Matematika


Matematika perlu diajarkan di sekolah karena semua aktivitas dalam

kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari matematika, matematika terkenal

sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami dan dimengerti oleh siswa. Dalam

kesimpulan yang dikemukakan oleh Amir dan Risnawati (2015) “Kesulitan belajar

matematika adalah hambatan atau gangguan belajar pada anak yang ditandai oleh

ketidakmampuan anak untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan

keruangan.” Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tersebut berupa kesulitan

siswa dalam memecahkan masalah, masalah yang ada di dalam soal-soal pelajaran

matematika.

Lerner (1981:357) dalam Abdurrahman (2012:210) berpendapat:

Ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu: (1) adanya gangguan
dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi, (3) asosiasi visual-motor, (4)
persevarasi, (5) kesulitan mengenal dan memahami simbol, (6) gangguan penghayatan tubuh,
(7) kesulitan dalam bahasa dan membaca, dan (8) performence IQ jauh lebih rendah daripada
skor verbal IQ.

Dari karaktersitik tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar

matematika yang dialami oleh siswa banyak dipengaruhi oleh beberapa hal. Baik

dari segi fisik, psikis, dan kemampuan dari masing-masing anak yang berbeda-

beda. Sementara itu mengenai kekeliruan umum / bentuk kesulitan belajar

matematika yang dialami oleh siswa dijelaskan oleh Lerner (1981:367) dalam

Abdurrahman (2012:213) adalah kekurangan pemahaman tentang (1) simbol, (2)

nilai tempat, (3) perhitungan, (4) penggunaan proses yang keliru, (5) tulisan yang

tidak terbaca.

12
13

a. Kekurangan pemahaman tentang simbol

Ada anak yang belum memahami simbol-simbol dalam matematika, seperti

sama dengan (=), tidak sama dengan (≠), tambah (+), kurang (-), dan sebagainya.

Hal ini menyebabkan kesulitan belajar anak dalam menyelesaikan soal matematika

dikarekan tidak memahami simbol-simbol tersebut.

b. Nilai tempat

Ada anak yang belum memamami nilai tempat, seperti satuan, puluhan,

ratusan, dan seterusnya. Anak sering keliru dalam melakukan operasi hitung karena

belum memahami nilai tempat suatu bilangan, dan melakukan operasi bilangan

tidak sesuai dengan konsep. Akibatnya hasil yang perhitungan yang diperoleh tidak

benar, dan hal ini menyebabkan kesulitan belajar anak.

c. Perhitungan

Ada anak belum paham mengenai konsep dasar dalam pembelajaran

berhitung, masih banyak anak yang kesulitan dalam melakukan operasi hitung, dari

4 operasi hitung dasar yang ada. Penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan

pembagian. Anak masih banyak yang kesulitan dalam melakukan operasi hitung

perkalian dan pembagian, dikarenakan belum memahami konsep dari operasi

hitung tersebut.

d. Penggunaan proses yang keliru

Kekeliruan pada proses perhitungan dapat berupa:

 Salah dalam menggunakan simbol-simbol matematika

 Menulis jumlah satuan dan puluhan tanpa memperhatikan nilai tempat

13
14

 Keliru dalam melakukan operasi hitung yang kompleks

 Menjumlahkan puluhan digabungkan dengan satuan

e. Tulisan yang tidak dapat terbaca

Ada anak yang bisa menulis, namun ia tidak bisa membawa tulisannya

sendiri, dikarenakan tulisannya tidak lurus, tidak rapi, atau tidak sesuai dengan

garis. Hal ini mengakibatkan anak banyak mengalami kekeliruan, dan kesulitan

belajar karena tidak mampu membaca tulisannya sendiri.

Yurniwati (2019:168-169) juga berendapat:

Kesulitan belajar matematiika siswa dapat dikelompokkan sebagai berikut.


1. Kesalahan dalam operasi bilangan
Siswa melakukan pengurangan padahal seharusnya penjumlahan.
2. Kesalahan menghitung
Siswa melakukan operasi hitung dengan prosedur yang tepat, tetapi salah dalam fakta
dasar.
3. Kesalahan algoritma
Algoritma meliputi langkah-langkah penyelesaian operasi bilangan matematika.
Algoritma yang salah akan membuat jawaban yang salah. Siswa menjumlahkan 24 + 16
dengan menjumlahkan tiap angka tanpa memperhatikan nilai tempat (seperti
2+4+1+8=13), termasuk kesalaham algoritma. Ketika terjadi kesalahan algoritma, anak
bisa saja melakukan operasi hitung dengan benar dan mengingat fakta dasar dengan
benar.
4. Respons acak
Dalam erspons acak, tidak terdapat hubungan antara proses penyelesaian soal dengan
soal. Respons acak termasuk menebak tanpa perkiraan.

Kekeliruan umum yang dilakukan anak dalam penyelesaian soal-soal

matematika antara lain sebagai berikut.

1. Kekerangpahaman tentang simbol

7 26
4 1

2. Nilai tempat
65 78
88 + 34 +
1413 1012

14
15

3. Kesalahan algoritma, semua angka dijumlahkan


74 65
21 + 17 +
19 18

4. Bilangan dijumlahkan dari kiri ke kanan


476 682
851 − 237 +
149 1345

5. Nilai tempat puluhan dijumlahkan dengan nilai tempat satuan


77 58
9 + 7 +
167 128

6. Bilangan lebih besar dikurangkan dengan bilangan yang lebih kecil

736 854
583 − 279 𝑥
283 625

7. Kesalahan fakta dasar

8 9
4 𝑥 6 𝑥
28 56

(Diadaptasi oleh Yurniwati, 2019:169-170)

2.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar

Menurut Abdurrahman (2012:9) Kesulitan belajar dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, antara lain faktor keturunan, kerusakan fungsi otak, biokimia,

devrivasi lingkungan, atau kesalahan nutrisi. Dari pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa secara umum faktor penyebab kesulitan belajar siswa ada 2

yaitu faktor internal (dari anak didik itu sendiri), dan faktor eksternal (lingkungan

belajar anak).

15
16

Faktor internal peserta didik seperti yang dikemukan oleh Muhibbin Syah

dalam Djamarah disebut dengan gangguan psiko-fisik anak yang bersifat kognitif,

afektif, dan psikomotor. Dari ranah kognitif, dapat berupa rendahnya kapasitas

intelektual/kecerdasan anak didik. Dari ranah afektif, dapat berupa labilnya emosi

dan sikap siswa. Dan dari ranah psikomotor, antara lain seperti adanya gangguan

pada alat-alat indra penglihatan dan pendengaran siswa (mata dan telinga).

Faktor eksternal anak berasal dari lingkungan sekitar yang kurang

mendukung aktivitas belajar anak, lingkungan disini berasal dari lingkungan

keluarga, lingkungan perkampungan/masyarakat, dan lingkungan sekolah.

Lingkungan keluarga dapat berupa ketidakharmonisan hubungan kedua orang tua,

tingkat ekonomi keluarga, motivasi dan perhatian dari orang tua dan sebagainya.

Lingkungan masyakarat dapat beupa, lingkungan tempat tingggal (kumuh, elit, atau

keras), dan teman sepermainan si anak didik. Lingkungan sekolah, contohnya:

kondisi bangunan sekolah yang kurang optimal seperti dekat pasar, dan pusat

keramaian lainnya, kondisi guru dan sarana-prasana belajar yang kurang memadai.

Selain faktor internal dan eksternal tersebut ada faktor lain yang menjadi penyebab

kesulitan belajar menurut Smith dalam Nurjan (2016:162) faktor penyebab

kesulitan belajar adalah metode mengajar dan belajar, masalah sosial dan

emosional, intelek, dan mental.

2.1.8 Strategi dalam Penanganan Anak Berkesulitan Belajar Matematika

Menurut hasil penelitian yang dikemukakan oleh Hasanah (2016) “Upaya

guru dalam mengatasi siswa berkesulitan belajar matematika yaitu memberikan

motivasi belajar, memberi variasi metode mengajar, mempergunakan alat peraga,

16
17

memberikan latihan yang cukup dan berulang serta memberikan program perbaikan

atau remedial.” Secara lebih dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Memberikan motivasi belajar

Motivasi belajar. Motivasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu,

termasuk dalam hal belajar, siswa perlu diberikan motivasi agar mereka tetap

semangat dalam belajar. Pemberian motivasi oleh guru sangatlah penting bagi

siswa, bukan hanya siswa yang mengalami kesulitan belajar, tapi juga siswa pada

umumnya. Menurut Djamarah (2011:148) “Dalam proses belajar motivasi sangat

diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, takkan

mungkin melakukan aktivitas belajar.” Motivasi juga sangat menentukan

keberhasilan belajar siswa, siswa yang memiliki motivasi belajar akan tergerak

untuk melakukan kegiatan kegiatan belajar dibandingkan dengan siswa yang tidak

memiliki motivsi belajar. Menurut Amir, & Risnawati (2015:193) “Motivasi juga

sangat menentukan keberhasilan belajar. Motivasi merupakan dorongan untuk

mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada yang datang dari dalam individu dan

ada pula yang datang dari luar individu, seperti peran orang tua, teman, dan guru.”

Bentuk-bentuk motivasi yang dapat diberikan oleh guru dalam pada siswanya yang

mengalami kesulitan belajar menurut Djamarah antara lain sebagai berikut.

a. Memberi Angka

Pemberian angka bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar

dapat mempertahankan prestasi hasil belajarnya atau bahkan dapat meningkatkan

lagi angka/nilai yang ia peroleh. Pemberian angka kepada siswa bervariasi

tergantung dari hasil ujian/tes yang mereka peroleh dan hasil penilaian dari guru.

17
18

Pemberian angka biasanya berupa buku raport yang merupakan laporan hasil

belajar siswa dalam periode tertentu.

b. Hadiah

Hadiah merupakan kegitan pemberikan sesuatu pada orang lain sebagai

tanda jasa atau kenang-kenangan. Hadiah yang diberikan banyak bentuk dan

jenisnya tergantung dari keinginan si pemberi. Di dalam proses pembelajaran

pemberian hadiah dilakukan ketika siswa mampu melakukan sesuatu/ proses

pembelajaran dengan baik. Contohnya siswa yang berprestasi tinggi di kelas, dan

di sekolah maupun di luar sekolah akan diberikan penghargaan/hadiah oleh guru

atau pemerintah. Hadiah yang diberikan dapat berupa uang, buku tulis, sertifikat

penghargaan, beasiswa, dan lain sebagainya. Tujuan pemberian hadiah adalah

untuk memotivasi siswa agar selalu mempertahankan preasti belajarnya selama

menempuh pendidikan.

c. Kompetisi

Kompetisi atau persaingan diberikan kepada siwa agar mereka senantiasa

bergairah dalam belajar, kompetisi juga bisa meningkatkan semangat dalam belajar.

Kompetisi yang diciptakan oleh guru di kelas akan membuat siswa termotivasi

untuk menjadi yang paling unggul di kelasnya. Kompetisi bisa dilakukan secara

individu maupun dalam kelompok. Guru dapat membuat suatu kompetisi kepada

siswanya agar mereka dapat berpatisipasi saat proses belajar berlangsung.

d. Ego-Involvement

Penumbuhkan kesadaran kepada siswa agar mereka merasakan pentingnya

tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga mereka akan berusaha

18
19

dan bekerja keras dengan mempertahuhkan harga diri. Seseorang akan berusahan

dengan sekuat tenaga untuk mencapai prestasi belajar yang baik merupakan simbol

kebanggan dan harga diri. Anak didik sebagai subyek belajar akan belajar dengan

keras bisa jadi karena harga dirinya.

e. Memberi Ulangan

Ulangan yang diberikan dapat membuat siswa bersemangat belajar, mereka

akan mempersiapkan diri dari dengan belajar dari jauh-jauh hari untuk menghadapi

ujian. Akan tetapi ulangan juga harus dilakukan dengan tepat dan akurat, ulangan

yang dilakukan setiap hari hanya akan membuat siswa jenuh dan kurang

bersemangat dalam belajar, sedangkan ulangan yang telah terprogram secara

berlakala dapat membuat siswa bersemangat dan termotivasi dalam belajar untuk

mendapatkan nilai hasil ujian yang memuaskan bagi mereka.

f. Mengetahui Hasil

Dengan mengetahui hasil belajar yang biasanya berupa nilai dapat membuat

siswa untuk belajar lebih giat lagi. Jika hasil belajarnya rendah mereka akan

termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan belajar lebih giat lagi, dan

jika hasil belajarnya tinggi mereka juga akan termotivasi untuk belajar dengan giat

untuk mempertahankan hasil belajar yan telah ia raih.

g. Pujian

Pujian yang diberikan guru akan merangsang siswa untuk bersemangat

dalam belajar. Pujian yang diberikan oleh guru atas keberhasilan siswa

mengerjakan tugas yang diberikan, atau berperilaku baik akan membuat siswa

merasa dihargai dan mereka akan lebih giat dalam belajar.

19
20

h. Hukuman

Hukuman dapat bersifat negatif, hukuman yang diberikan dalam

pembelajaran harus dilakukan dengan bijak dan tepat. Sejatinya tujuan pemberian

hukuman adalah untuk mendidik siswa dan memperbaiki sifat dan perbuatan

mereka yang dianggap salah, sehingga kedepannya mereka tidak melakukan

kesalahan yang sama, dan juga agar ia lebih semangat dalam belajar. Dalam

pemberian hukuman guru harus berhati-hati jangan sampai hukuman yang

diberikan terlalu berat, kasar, dan merugikan sisa serta dapat memicu permusuhan

dan kebencian diantara siwa dan guru.

i. Hasrat untuk Belajar

Hasrat atau kegininan untuk belajar timbul dari dalam diri siswa, hasrat ini

harus didukung oleh lingkungan belajar yang konudif agar mampu berkembang

dengan baik. Di sekolah hasrat belajar peserta didik dapat berkembang dengan baik

apabila didukung dengan sarana dan prasarana belajar serta lingkungan yang

kreatif, sebaliknya jika lingkungan sekolah tidak mendukung hasrat belajar siswa

maka mereka hasrat belajar mereka akan berkurang karena mereka tidak bisa

mengembangkan minat, bakat, dan kemampuannya.

j. Minat

Minat merupakan salah satu alat motivasi yang utama dalam

membangkitkan semangat belajar siswa. Siswa yang berminat pada pelajaran

tertentu akan memepelajarinya dengan sungguh-sungguh. Siswa suka hitung-

hitungan maka ia akan bersemangat saat belajar matematika, siswa yang suka sastra

maka ia akan bersemangat saat belajar bahasa, dan masih banyak lagi.

20
21

k. Tujuan yang Diakui.

Di dalam proses pembelajaran hendaknya guru memberitahu tujuan

pembelajaran yang akan dicapai agar siswa agar mereka mampu melakukan tingkah

laku yang menunjang untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Tingkah laku mereka

seperti menyimak penjelasan guru dengan baik, tidak berbuat kekacauan selama

proses pembelajaran berlangsung, dan mengerjakan tugas dengan baik. Semua

tingkah laku tersebut akan membantu terciptanya suasana pembelajaran yang

kondusif dengan siswa yang bersemangat dalam belajar. (Diadaptasi oleh

Djamarah, 2011:159-168).

2. Memberikan variasi metode mengajar

Proses pembelajaran yang dilakukan akan terkesan monoton dan

membosankan bila tidak dilakukannya pembaharuan dalam pembelajaran,

pembaharuan dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan variasi /

metode-metode yang beraneka ragam dalam pembelajaran. Bila sebelumnya

pembelajaran hanya dilakukan dengan metode ceramah, tanya-jawab, diskusi,

penugasan. Maka guru dapat menggunakan model pembelajaran agar pembelajaran

yang diberikan lebih bervariasi dan membuat siswa bersemangat dalam mengikuti

proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran juga disesuaikan dengan

karakteristik dan kebutuhan belajar siswa agar siswa mampu menangkap materi ajar

dengan baik. Model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran

matematika seperti: Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik, Model

Pembelajaran Berbasis Masalah, Model Pembelajaran Berbasis Proyek, dan masih

banyak lagi.

21
22

Seperti yang dikemukan oleh Ratumanan (2015:17) sebagai berikut:

“Pembelajaran konvensional umumnya mudah diterapkan dan tantangan bagi guru relatif
rendah guru cukup mempelajari bahan ajar, menguasai materi, dan mengelola pembelajaran
sesuai dengan yang tertulis pada silabus dan RPP. Alokasi waktu yang diperlukan dalam
kegiatan belajar-mengajar pada umunya juga relatif singkat bila dibandingkan dengan
menggunakan pembelajaran inovatif. Walaupun demikian, pengajaran konvensional tidaklah
efektif bila dibandingkan dengan pembelajaran inovatif, yang memberikan tekanan pada
partisipasi aktif peserta didik dalam belajar-mengajar.”

3. Mempergunakan alat peraga

Media pembelajaran merupakan alat bantu yang bisa digunakan agar siswa

lebih mudah memahami materi ajar yang diberikan. Guru bisa menggunakan alat

peraga dalam pembelajaran berhitung agar siswa yang mengalami kesulitan belajar

berhitung menjadi lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan, alat peraga

yang bisa digunakan seperti: Sempoa, batu-batuan, corong berhitung, dan tulang

napier.

Seperti yang dikemukakan oleh Yurniwati (2019:22) yang menyatakan bahwa:

“Alat peraga merupakan benda konkret yang digunakan untuk membantu siswa memodelkan
konsep matematika... Alat peraga matematika mempunyai ciri dapat dimanipulasi seperti
diubah bentuknya, disusun ulang, dibongkar, dll.... Mencocokkan manipulatif dengan konsep
atau operasi adalah kunci keberhasilan dalam penanaman konsep matematika kepada siswa
SD.”

Seperti yang dikemukakan juga oleh Sundayana (2014:29) sebagai berikut:

“Dengan penggunaan media, konsep dan simbol matematika yang tadinya bersifat abstrak
menjadi konkret. Sehingga kita dapat memberikan pengenalan konsep dan simbol
matematika sejak dini diseseuaikan dengan taraf berpikir anaknya.”

Lebih lanjut Asyar (2012:29) juga menambahkan:

“Media pembelajaran dapat membantu pendidik untuk memfasilitasi proses belajar peserta
didik. Media pembelajaran juga dapat membantu pendidik untuk mempermudah proses
belajar belajar, memperjelas materi pemelajaran dengan beragam contoh konkret yaitu
melalui media, memfasilitasi interaksi dengan pembelajar, dan memberi kesempatan praktik
kepada mereka.”

22
23

4. Memberikan latihan yang cukup dan berulang

Pemberian latihan kepada siswa ditujukan agar mereka lebih memahami

materi ajar yang diberikan. Guru dapat memberikan latihan yang secukupnya bagi

siswa dan berulang-ulang agar mereka paham dengan materi yang ajar yang

diberikan, pemberikan latihan juga dapat mengasah keterampilan berhitung siswa

agar mereka dapat meningkatkan keterampilan berhitungnya. Seperti yang

dikemukakan oleh Hasanah (2016:32) “Memberikan latihan yang cukup seperti

ini akan memudahkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan karena

soal-soal yang diberikan bervariasi, dari soal yang mudah ke soal yang sukar.”

5. Memberikan program perbaikan atau remidial

Pembelajaran remidial adalah perbaikan bagi siswa yang belum mencapai

hasil bejalar sesuai dengan yang diharapkan, dan pembelajaran remidial pula bisa

diberikan untuk menagani kesulitan belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh

Ahmadi dalam Novitasari (2016:134) bahwa: “Pembelajaran remidial adalah suatu

bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau dengan

kata lain pemgajaran yang membuat lebih baik.”. Ada 3 jenis pembelajaran

remidial yang hendaknya diberikan oleh guru menurut Yurniwati (2019:175)

“Aktivitas pembelajara remidial hendaknya mencakup tigas kategori yaitu: (a)

konsep, (b) keterampilan, dan (c) pemecahan masalah.

a. Konsep

Pembelajaran konsep diperuntukan bagi siswa yang belum memahami

konsep-konsep dalam matematika, seperti konsep bilangan, fungsi-fungsi simbol

matematika, konsep nilai tempat dan lain sebagainya.

23
24

Seperti yang dikemukakan oleh Yurniwati (2019:175) sebagai berikut.

“Pengajaran konsep matematika hendaknya berdasarkan pada perkembangan anak. Konsep


tersebut disajikan dengan menggunakan model konkret dilanjutkan dengan bentuk simbol
dan abstrak. Model konkret atau alat peraga digunakan untuk memahami konsep. Sering
kali anak paham dalam bentuk konkret, tetapi masih kesulitan dalam bentuk abstrak. Hal
ini disebabkan oleh model konkret dan model abstrak dijelaskan secara terpisah.”

b. Keterampilan

Siswa yang berkesulitan belajar matematika sering disebabkan oleh

keterampilan komputasional. Kekurangan tersebut hendaklah dievaluasi untuk

menentukan faktor-faktor penyebabnya. Abdurrahman (2012:223) menyebutkan

bahwa: “Anak-anak berkeulitan belajar sering disebabkan oleh adanya kekurangan

dalam keterampilan komputasional...Berbagai keterampilan matematika yang

perlu mendapat perhatian pada awal anak belajar matematika mencakup

penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan pecahan.

c. Pemecahan Masalah

Latihan yang dikerjakan anak sering kali berbentuk drill. Latihan ini

dilengkapi juga dengan soal cerita yang bersifat pemecahan masalah. Soal

pemecahan masalah tersebut menuntut anak untuk menerapkan pengetahuan yang

sudah dimiliki.

Di sisi lain Tohirin dalam Nurjan (2016:236) Berpendapat:

Beberapa langkah pendting yang sebagai kita menangani kesulitan belajar meliputi:
1. Menganalisis hasil diagnosis, yaitu menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan
antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang dihadapi siswa/siswi.
2. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlkukan
perbaikan.
3. Menyususn program perbaikan, khususnya program remidial teaching (pengajaran
remidial).

24
25

2.2 Penelitian yang Relevan

Untuk meminimalisir praktek plagiarisme, maka penulis telah melakukan

studi pendahuluan terhadap penenilitian terhadahulu. Uraian selengkapnya

disampaikan berikut.

Pertama, Penelitian “Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar

Matematika di Kelas IV SDIT Ukhwah Banjarmasin”. Penelitian ini dilakukan oleh

Noor Hasanah dari Prodi Pendidikan Matematika FITK IAIN Antasari Banjarmasin

pada tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: kesulitan yang

dialami siswa yaitu kesulitan menyelesaikan soal yang berbeda dengan contoh soal

yang diberikan guru pada soal cerita, kesulitan mengingat rumus, dan kesulitan

dalam operasi perhitungan masalah perkalian dan pembagian. Upaya guru dalam

mengatasi siswa berkesulitan belajar matematika yaitu memberikan motivasi

belajar, memberi variasi metode mengajar, mempergunakan alat peraga,

memberikan latihan yang cukup dan berulang serta memberikan program perbaikan

atau remedial.

Kedua, Penelitian “Upaya Guru Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika

pada Siswa Kelas IV SD Negeri I Pangenrejo.” Penelitian ini dilakukan oleh Frida

Amri Chusna dari Prodi PGSD/PSD pada tahun 2016. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara keseluruhan guru melakukan enam upaya mengatasi

kesulitan belajar matematika sebagai berikut: (1) guru memastikan kesiapan siswa

belajar matematika (2) pemakaian alat peraga yang terkait materi ajar (3)

permasalahan yang diberikan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (4) tingkat

kesulitan soal sesuai kemampuan siswa (5) memberi kebebasan siswa untuk

25
26

menyelesaikan masalah sesuai dengan caranya (6) menghilangkan rasa takut siswa.

Adapun kendala guru meliputi meliputi kondisi fisik, lingkungan, motivasi & sikap,

dan psikologis.

Ketiga, Penelitian “Diganostik Kesulitan Belajar Matematika: Studi pada

Siswa SD/MI di Kota Makassar”. Penelitian ini dilakukan oleh Nursalam dari FTK

UIN Alauddin Makassar pada tahun 2016. Penelitian ini menyimpulkan bahwa:

materi matematika khususnsya di kelas V SD/MI yang paling banyak sis-wa

mengalami kesulitan adalah perpangkatan dan operasi pecahan. Hal ini disebabkan

oleh kemampuan operasi hitung yang lemah. Ketidakmampuan siswa mengonversi

satuan waktu dan jarak menjadi kesulitan lain yang dihadapi siswa karena

ketidakmengertian ururan dari satuan pengukuran tersebut. Penelitian ini

memberikan suatu produk yang menggambarkan profil kemamuan siswa dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan. Dengan informasi profil siswa ini diha-

rapkan guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan memperbaiki proses

pembelajaran di kelas agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam belajar

matematika.

Keempat, Penelitian “Analisis Kesulitan-Kesulitan Belajar Matematika

Siswa Kelas IV dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SDPiloting Se-Kabupaten

Gianyar”. Penelitian ini dilakukan oleh Ni Made Dwi Widyasari, I Gede Meter,I

Gusti Agung Oka Negara dari Jurusan PGSD Universitas Pendidikan Ganesha.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kesulitan-kesulitan belajar matematika

yang dialami siswa kelas IV dalam implementasi kurikulum 2013 di SD Piloting

Se-Kabupaten Gianyar meliputi kesulitan pemahaman konsep dengan kategori

tinggi (47,54%), kesulitan pada penguasaan keterampilan matematika dengan

26
27

kategori tinggi (61,29%), dan kesulitan pada pemecahan masalah dengan kategori

tinggi (54,69%). (2) Faktor penyebab kesulitan belajar matematika meliputi faktor

internal yaitu minat dengan kategori cukup berpengaruh (41,97%), motivasi dengan

kategori cukup berpengaruh (46,98%), intelegensi dengan kategori berpengaruh

(54,38%) dan faktor eksternal meliputi faktor guru dengan kategori cukup

berpengaruh (42,11%) dan buku siswa dengan kategori cukup berpengaruh

(33,96%).

Kelima, Penelitian “Layanan Bimbingan Belajar dalam Mengurangi

Kesulitan Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.” Penelitian ini dilakukan oleh

Nelyahardi, dan Molia Prizunil dari Prodi PGSD FKIP Universitas Jambi pada

tahun 2015. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: Hasil dari penelitian ini adalah

bahwa guru memberikan layanan bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami

kesulitan belajar untuk mengurangi kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa

tersebut. Dalam implementasinya guru melakukan beberapa tahapan, yaitu

pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, upaya membantu siswa yang

mengalami masalah belajar, dan pemberian bantuan untuk meringankan masalah

belajar, yaitu penyediaan layanan bimbingan belajar sesuai dengan kesulitan belajar

yang dihadapi oleh siswa.

Dari beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan

belajar merupakan salah satu masalah belajar yang umum terjadi pada siswa, guru

sebagai pendidik di kelas dapat melakukan diagnostik kesulitan belajar pada

siswanya, dan membantu siswanya yang mengalami kesulitan belajar agar mampu

menerima pelajaran dengan baik seperti siswa lainnya. Perbedaan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini

27
28

memfokuskan bagaimana strategi guru dalam mengangani siswanya yang

berkesulitan belajar matematika di sekolah dasar.

2.3 Kerangka Berpikir

Kesulitan belajar adalah masalah yang umum dialami oleh siswa dalam

proses belajar-mengajar di sekolah, kesulitan belajar merupakan hambatan yang

ada dalam diri siswa yang menggangunya dalam proses belajar. Bentuk-bentuk

kesulitan belajar antara lain, kesulitan belajar membaca, berbicara, menulis, dan

berhitung. Berhitung intisari dari pembelajaran matematika. Be rhitung digunakan

sejak manusia lahir sampai meninggal dunia. Kesulitan belajar berhitung banyak

dialami oleh siswa dari mulai siswa Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah,

bahkan sampai ke jenjang Pendidikan Tinggi. Di dalam kelas guru sebagai pendidik

bertugas membantu siswa berkesulitan belajar agar mampu menerima materi

pelajaran dengan baik, guru bertugas membantu mengatasi kesulitan belajar yang

dialami siswanya. Guru dapat menerapkan berbagai macam strategi, metode, dan

teknik-teknik tertentu dalam menangani siswanya yang berkesulitan belajar agar

mampu belajar dengan baik tanpa adanya hambatan yang menganggu proses belajar

siswa. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka berpikir pada penelitian ini

adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

28

Anda mungkin juga menyukai