Anda di halaman 1dari 26

BAB II TEORI PENUNJANG

2.1. Tinjauan Pustaka


1. Berdasarkan penelitian [1], dalam penelitiannya, mengalami gangguan di sisi
penyulangnya dan dilakukan analisis gangguan hubung singkat dengan tujuan
mengetahui gangguan hubung singkat 3 fasa, dua fasa, dan satu fasa kebumi.
Dari hasil perhitungan gangguan hubung singkat pada penyulang golf dengan
panjang 17,89 km yaitu sebesar 1147,99 A untuk 3 fasa, 994,19 A untuk
gangguan dua fasa dan 613,34 A untuk gangguan satu fasa, pada penelitian ini
juga dilakukan penyetelan OCR dan GFR untuk mengetahui apakah OCR dan
GFR dalam keaadaan bagus atau tidak.

2. Berdasarkan penelitian [2], penelitian ini dilakukan simulasi gangguan hubung


singkat 3-fasa,fasa ke fasa dan gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah yang
ditentukan dititik lokasi gangguan alternative yang dipilih sesuai dengan
gangguan yang terjadi pada penyulang dari pangkal GI sampai ujung penyulang
kedongan. Nilai arus gangguan hubung singkat tersebut digunakan untuk
menentukan setting waktu kerja relay arus lebih agar peralatan proteksi dapat
bekerja sesuai dengan persyaratan penggunaan. Berdasarkan hasil analisisis,
menunjukan bahwa arus gangguan tersebut dipengaruhi oleh jarak titik gangguan
Peningkatan arus ganguan hubung singkat mengakibatkan selisih waktu kerja
relay di tiap lokasi alternatif dengan selisih waktu range 0,4 detik.
Direkomendasikan untuk dilakukannya setting ulang pada sistem proteksi sesuai
dengan hasil perhitungan yang dapat memperbaiki selektifitas dan sensitifitas
sehingga didapatkan sistem proteksi yang baik.

3. Berdasarkan penelitian [3], Berdasarkan analisis dari penelitian ini arus


gangguan hubung singkat dipengaruhi oleh jarak tittik gangguan, semakin dekat
titik gangguan dengan sumber maka semakin besar arus gangguan hubung
singkat pada titik tersebut. Arus gangguan maksimum dan minimum hubung
singkat mengakibatkan selisih waktu kerja relay di tiap lokasi dengan selisih
waktu TMS selama 0,4 detik. Dilakukannya setting sistem proteksi pada
penyulang Mambal sesuai dengan hasil analisis dapat memperbaiki selektifitas
sistem proteksi pada Penyulang Mambal.

2.2. Dasar Teori


2.2.1 Sistem Tenaga Listrik
sistem tenaga listrik adalah suatu keperluan yang sangat dibutuhkan bukan hanya
untuk masyarakat metropolis tetapi juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang ada
di daerah terpencil. Pembangunan jaringan sistem distiribusi harus ditingkatkan agar
penyaluran energi listrik ke perkotaan dan wilayah terpencil bisa terpenuhi. Energi
listrik sangat penting untuk kehidupan masyarakat dan untuk memajukan
pembangunan suatu Negara. agar sistem berjalan dengan baik sistem tenaga listrik
harus aman dan terjamin dalam artian sistem tenaga listrik ini dalam proses persiapan,
pembangunan, pengoprasian dan pemeliharaannya harus mentaati standar – standar
dan ketentuan yang berlaku supaya tidak membahayakan khususnya untuk manusia
umumnya untuk lingkungan disekitarnya [4].

Prinsip kerja dari sistem tenaga listrik itu sendiri diawali dari proses pembangkitan
tenaga listrik kemudian energi listrik yang sudah dihasilkan dinaikan tegangannya
oleh transformator step up lalu tegangan yang sudah dinaikan disalurkan melalui
jaringan transmisi menuju gardu induk (GI) setelah itu tegangan diturunkan oleh
transformator step down untuk disalurkan lagi melalui jaringan distribusi kepada
pelanggan [4].
Gambar 2.1 Skema sistem tenaga listrik

1.2. Gardu Induk (GI)


Gardu induk atau yang biasa disebut dengan GI merupakan bagian dari suatu sistem
tenaga listrik yang dipusatkan pada suatu tempat berisi saluran transmisi dan
distribusi, perlengkapan hubung bagi, transformator, dan peralatan pengaman serta
peralatan kontrol. Gardu induk merupakan salah satu komponen utama dalam suatu
proses penyaluran tenaga listrik dari pembangkit ke konsumen (beban) [4].
Fungsi utama dari gardu induk adalah untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran
transmisi yang satu kesaluran transmisi yang lain, mendistribusikannya ke konsumen,
sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi,
sebagai tempat kontrol dan pengaman operasi system [4].
Dari segi manfaat tersebut terlihat bahwa peralatan dalam gardu induk harus memiliki
keandalan yang tinggi sehingga kualitas tenaga listrik yang sampai ke konsumen
secara optimal dan konsumen tidak akan merasa dirugikan. Kontinuitas pelayanan
yang baik dan keandalan yang tinggi dari peralatan ditetapkan dengan memperhatikan
segi ekonomis dan standar yang berlaku, sehingga keandalan dari peralatan tersebut
dapat optimal, sedangkan untuk penempatan peralatan direncanakan sedemikian rupa
sehingga dalam pengoperasian dan perawatan dapat dilakukan dengan mudah, aman,
dan efektif [4].
Gardu induk diklasifikasikan berdasarkan jenis pemasangan sesuai dengan
kosntruksinya yaitu :
a. GI pasangan luar (Outdoor)
GI outdoor terdiri dari peralatan tegangan tinggi pasang luar seperti
transformator utama, peralatan penghubung (Switchgear) dan lain
sebagainya, mempunyai peralatan kontrol yang ditempatkan di dalam
gedung seperti meja penghubung (switchboard) dan sumber DC/ baterai. GI
untuk transmisi yang memiliki kondensator sinkron didalam gedung pada
sisi tersier trafo utama dan trafo yang ditempatkan di dalam, pada umumnya
juga disebut sebagai jenis pasangan luar.
b. GI pasangan dalam (Indoor)
GI indoor ini baik peralatan tegangan tinggi seperti trafo utama dan
peralatan penghubung dan sebagainya seperti peralatan kontrol, meja
pengubung daln lainnya terpasang di dalam gedung atau di tempat tertutup.
Meskipun sejumlah kecil peralatan yang terpasang di luar GI, ini juga
disebut sebagai GI pasangan dalam.
c. GI setengan pasangan luar (Semi outdoor substation)
Pada GI jenis ini sebagian dari peralatan tegangan tingginya terpasang
dalam gedung. GI ini disebut juga GI setengah pasangan dalam. Untuk GI
jenis ini digunakan untuk berbagai macam alasan dengan pertimbangan –
pertimbangan ekonomis, pencegahan kontaminasi garam, pencegahan
gangguan suara, pencegahan kebakaran dan lain sebagainya.
d. GI pasangan bawah tanah
Pada GI jenis ini hampir semua peralatan dipasang pada gadung atau
bangunan bawah tanah, dan alat pendinginnya terpasang di atas tanah dan
terkadang kontrolnya juga berasa di atas tanah [4].

1.2.1. Peralatan Gardu Induk


Gardu induk didalamnya dilengkapi dengan peralatan-peralatan dan fasilitas yang
diperlukan sesuai dengan tujuannya. Adapun fasilitas utama dan fasilitas lain yang
dimiliki gardu induk untuk operasi dan pemeliharaannya adalah [4] :
1) Transformator Daya
Transformator daya memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem
tenaga yaitu untuk menyalurkan dari dari sistem transmisi tegangan tinggi ke
tegangan menengah pada jaringan distribusi ataupun dari pembangkit ke
saluran transmisi tegangan tinggi.

2) Peralatan Penghubung
Saluran transmisi dan distribusi dihubungkan dengan GI. Jadi GI ini
merupakan tempat pemusatan dari tenaga yang dibangkitkan dan interkoneksi
dari sistem transmisi dan distribusi dengan pelanggan/ konsumen. Saluran
transmisi dan distribusi dihubungkan dengan rail atau bus melalui
transformator daya dimana setiap saluran memiliki pemutus beban (Circuit
Breaker) dan pemisah (Disconnect Switch) pada sisi keluaranya. Pemutus
beban ini digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan rangkaian
dalam keadaan berbeban ataupun tidak. Jika terjadi gangguan pada saluran
transmisi atau alat lain, maka permutus beban digunakan untuk memutuskan
hubungan secara otomatis. Jika saluran transmisi dan distribusi, transformator,
pemutus beban dan sebagainya dalam perbaikan atau pemeriksaan, maka
pemisah digunakan untuk memisahkan saluran dan peralatan listrik dimana
pemisah bekerja dalam keadaan tidak berbeban. Pemutus beban dan pemisah
dinamakan peralatan penghubung atau switchgear.

3) Panel Hubung dan Trafo Ukur


Pane hubung (meja hubung atau switch board) merupakan bagian dari GI
yang digunakan oleh operator dalam mengamati keadaan peralatan,
melakukan operasi peralatan serta pengukuran – pengukuran tegangan, arus,
daya dan lain sebagainya. Ketika terjadi gangguan, maka panel hubung akan
membuka pemutus beban secara otomatis melalui rele pengaman dan
memisahkan bagian yang terganggu. Tegangan dan arus tidak bisa diukur
langsung pada tegangan yang tinggi maka digunakan transformator ukur
(instrument) yang mengubah nilai tegangan dan arus yang rendah, sekaligus
memisahkan alat – alat ukur dari sisi tegangan tinggi. Terdapat tiga jenis
transformator ukur : Transformator tegangan (PT), transformator arus (CT)
dan Transformator tegangan dan arus.

4) Alat Pelindung
Alat pelinding atau protective device selain pemutus beban (CB) dan rele
pengaman adalah sebagai berikut :
Arrester mengamankan GI terhadap tegangan lebih abnormal akibat surja
seperti petir dan surja hubung (switching surge). Beberapa peralatan netral
sering dipakai di titik netral transformator untuk pengaman pada waktu
terjadinya gangguan tanah. Tahanan pembumian netral digunakan untuk
menekan tegangan lebih abnormal. Kumparan pemadam busur api (kumparan
petersen) digunakan untuk menghilangkan atau memadamkan busur api tanah
secara otomatis, atau reaktor pembumian netral dipasang untuk kompensasi
arus kapasitif urutan fasa nol.
Bila terjadi gangguan hubung singkat tanah ataupun gangguan petir, potensial
tanah dari GI mungkin naik abnormal sehingga membahayakan orang maupun
binatang yang ada disekitar, atau dapat menyebabkan keerusakan pada alat.
Untuk menghindari hal ini maka ditanam penghantar pengetanahan dengan
tahanan tanah sekecil mungkin, semua peralatan dan bangunan luar
dihibingkan dengan peralatan pembumian.
Di dalam GI dipasang shield device berupa kawat tanah atas (over ground
wire) guna melindungi peralatan GI terhadap sambaran petir langsung [4].
1.3. Sistem Transmisi
Tegangan pada generator besar biasanya berkisar antara 13,8 KV dan 24 KV, tetapi
generator besar yang modern teganganya bervariasi antara 18 dan 24 KV, tegangan
dinaikan ke tingkat yang dipakai untuk transmisi yaitu 30KV, 70KV dan 150KV.
Tegangan Ekstra tinggi (Extra high voltage-UHV) adalah 500 KV sampai 765KV [4].

Keuntungan sistem transmisi dengan tegangan yang lebih tinggi akan menjadi jelas
jika dilihat pada kemampuan transmisi (capability) dari suatu saluran transmisi,
kemampuan ini biasanya dinyatakan dalam MegaVolt Ampere (MVA). Kemampuan
transmisi dari saluran yang sama panjangnya berubah-ubah kira-kira sebanding
dengan kuadrat dari tegangan, kemampuan transmisi dari suatu saluran dengan
tegangan tertentu tidak dapat ditetapkan dengan pasti, karena kemampuan ini masih
tergantung lagi pada batasan-batasan (limit) termal dari penghantar, jatuh tegangan
(voltage drop) yang diperbolehkan, keandalan dan persyaratan-persyaratan kestabilan
sistem, yaitu penjagaan bahwa mesin-mesin pada sistem tersebut tetap berjalan
serempak satu terhadap yang lain, kebanyakan faktor-faktor ini masih tergantung juga
terhadap panjangnya saluran [4].
Saluran transmisi mempunyai empat parameter yang mempengaruhi kemampuanya
untuk berfungsi sebagai bagian dari suatu sistem tenaga yaitu:
1. Resistansi
2. Induktansi
3. Konduktansi
4. Kapasitansi

Konduktansi antar penghantar-penghantar atau antar penghantar dan tanah


menyebabkan terjadinya arus bocor pada isolator-isolator dari saluran atas tiang (over
lines) dan yang melalui isolasi dari kabel-kabel karena kebocoran penghantar pada
saluran atas tiang sangat kecil sehingga dapat diabaikan, konduktansi antar
penghantar pada saluran diatas tiang dianggap sama dengan nol. Induktansi adalah
sifat rangkaian yang menghubungkan tegangan yang diimbaskan oleh perubahan fluk
dengan kecepatan perubahan arus [4].

1.4. Konfigurasi Jaringan


1.4.1. Sistem Radial
Sistem radial adalah sistem yang dihubungkan pada pembangkit tenaga listrik dengan
gardu induk dan kemudian disalurkan ke konsumen (beban) melalui jaringan
distribusi. Keuntungan sistem radial ini adalah sebagai berikut [4].:
1. Konstruksinya sangat sederhana.
2. Mudah mengalirkan tenaga listrik dari tempat yang satu ke tempat yang
lain.
3. Serta biaya pembangunannya relatif murah (ekonomis).
4. Kendala Penyaluran Sistem Radial:
5. Kontinyuitas penyaluran tenaga listrik kurang andal.

Bila sistem ini digunakan pada daerah yang luas (banyak sistem radial) maka
biayanya menjai mahal.

Gambar 2.4 Sistem Radial.

1.4.2. Sistem Ring (Tertutup)


Sistem ring adalah suatu sistem yang memanfaatkan beberapa gardu induk yang dapat
dihubungkan, sehingga merupakan rangkaian tertutup dan sumber tenaga listriknya
berasal dari satu pusat tenaga listrik. Keuntungan sistem ring ini adalah sebagai
berikut [4]. :
1. Kontinnyuitas penyalurannya cukup baik.
2. Sistem perencanaannya tidak begitu rumit.
Kendala Penyaluran Sistem Ring :
1. Pengaturan sulit dilakukan terutama pada gardu induk yang teletak jauh.
2. sistem pengamannya lebih sulit dibandingkan sistem radial.

Gambar 2.4 Sistem ring.

2.4.3. Sistem Interkoneksi


Pada sistem interkoneksi ini terdapat beberapa pusat pembangkit tenaga listrik
yang digabungkan melalui jaringan transmisi. Keuntungan sistem interkoneksi
adalah sebagai berikut [4] :
1. Dengan penggabungan beberapa pusat pembangkit ini maka kontinyuitas
pelayanannya menjadi sangat andal.
2. Pusat pembangkit tersebut tidak perlu bekerja secara optimal.
3. Pusat pembangkit dapat saling menyuplai tenaga listrik melalui pusat
pengatur beban (P2B).

Gambar 2.4 Sistem interkoneksi.

2.5. Sistem Tegangan


Sistem tegangan yang digunakan untuk penyaluran daya listrik menggunakan
tegangan 20 KV yang kemudian akan dihilangkan karena ruginya sangat besar diganti
dengan tegangan 70 KV, sampai saat ini sistem tegangan yang dipakai adalah [4] :
1. Sistem Tegangan 70 KV, sistem tegangan ini dipakai pada jaringann
transmisi dengan jarak pendek sampai dengan menengah dengan daya yang
kecil sampai sedang.
2. Sistem Tegangan 150 KV, sistem tegangan ini dipakai pada jaringan
transmisi dengan jarak menengah pada daya atau energi yang cukup besar.
3. Sistem Tegangan 500 KV, sistem tegangan ini digunakan untuk
menghubungkan pusat-pusat pembangki tenaga listrik yang berkapasitas
besar dan khususnya untuk interkoneksi tenaga listrik.

2.6. Gangguan Hubung Singkat


Penyebab yang selalu dan sering terjadi pada system tenaga listrik adalah short
circuit atau yang biasa disebut gangguan hubung singkat, gangguan ini sering terjadi
juga pada penyulang distribusi dan jaringan distribusi tegangan menengah [5].

Hubung singkat adalah terjadinya hubungan abnormal pada impedansi yang rendah
dan terjadinya secara tidak sengaja atau kebetulan antara dua titik yang mempunyai
nilai potensial yang berbeda. Hal ini selalu terjadi akibat factor internal maupun
factor eksternal [5].

Gangguan terdiri dari gangguan sementara atau gangguan permanen. Biasanya


gangguan sementara diamankan oleh circuit breaker atau proteksi lainya. Gangguan
permanen merupakan suatu gangguan yang dampaknya kepada kerusakan permanen
pada system jaringan seperti, kegagalan isolator, kerusakan penghantar, dan
sebagainya [5].

Berdasarkan kesimetrisannya, gangguan terdiri dari dua bagian yang pertama yaitu
gangguan simetris dan gangguan asimetris. Gangguan simetris merupakan gangguan
pada semua fasanya, nilai arus dan tegangan pada masing masing fasanya bernilai
sama, diantaranya gangguan hubung singkat 3 fasa dan gangguan hubung singkat 3
fasa ke tanah. Gangguan asimetris merupakan gangguan yang berdampak pada setiap
fasa nya tidak seimbang, diantaranya gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah,
gangguan hubung singkat fasa ke fasa, dan yang terakhir gangguan hubung singkat 2
fasa ke tanah [5].
Semua gangguan yang telah diuraikan diatas, arus gangguannya dapat dihitung
dengan menggunakan rumus dasar yaitu :
V
I= Z (2.1)

Dimana :
I = Arus yang mengalir pada hambatan Z (ampere)
V = Tegangan sumber (volt)
Z = Impedansi jaringan, nilai ekivalen dari seluruh impedansi didalm
jaringan dari sumber tengangan samapi titik gangguan ( Ohm )

Impedansi saluran pada system tenaga listrik tergantung kepada jenis konduktor yang
digunakan yaitu dari bahan apa konduktor itu dibuat dan juga tergantung pula dari
besar kecilnyapenampang suatu konduktor dan panjang saluran yang digunakan dari
jenis konduktor yang digunakan. Komponen simetris menyebabkan tegangan jatuh
sesuai dengan urutan arusnya dan tidak mempengaruhi urutan arus lainya, berarti tiap
urutan 30 yang seimbang akan terdiri dari suatu jaringan. Tegangan dan arus didalam
metode komponen simetris sering dikenal dengan tiga macam impedansi urutan yaitu
[5] :
1. Impedansi urutan positif ( Z1 ) , adalah impedansi tiga phasa simetris yang
terukur bila dialiri oleh arus urutan positif.
2. Impedansi urutan negatif ( Z2 ) , adalah impedansi tiga phasa simetris yang
terukur bila dialiri oleh arus urutan negatif.
3. Impedansi urutan nol ( Z0 ), adalah impedansi tiga phasa simetris yang
terukur bila dialiri oleh arus urutan nol.

Sebelum memulai melakukan perhitungan gangguan arus hubung singkat, kita harus
memulai menghitung dari bus tegangan primer di GI, kemudian menghitung pada sisi
sekundernya atau yang semakin jauh letaknya dari gardu induk. Karena itu kita harus
mengetahui materi dasar impedansi urutan bus daya tegangan tinggi atau yang sering
disebut dengan impedansi sumber, impedansi trafo, dan impedansi penyulang [5].
Gambar 2.5 Sketsa Penyulang Tegangan Menengah.

Dimana :
Xs = Impedansi sumber (ohm)
Xt = Impedansi transformator (ohm)

2.6.1. Impedansi Sumber


Untuk memulai perhitungan impedansi sumber di sisi bus sekunder 20kV, terlebih
dahulu kita harus mengetahui nilai impedansi di sisi bus primer 150 kV nya dengan
cara menghitung impedansi di bus 150kV tersebut. Perhitungan dapat dilakukan
dengan rumus [5] :

kV 2
Xs = (2.2)
MVA

Dimana :
Xs = Impedansi sumber (ohm)
kV 2 = Tegangan sisi primer trafo tenaga (kV)
MVA = Data hubung singkat di bus 150 kV (MVA)

2.6.2. Impedansi transformator


Pada perhitungan ini impedansi trafo yang diambil ialah nilai reaktansinya, dan
tahananya diabaikan karena nilainya kecil. Perhitungannya dapat dilakukan dengan
rumus berikut [5] :
kV 2
Xt(pada100%) = (2.3)
MVA
Dimana :
Xt = Impedansi trafo tenaga (ohm)
kV 2 = Tegangan sisi sekunder trafo tenaga (kV)
MVA = Kapasitas daya trafo tenaga (MVA)

Selanjutnya perhitungan untuk mencari nilai reaktansi tenaganya yaitu menggunakan


rumus :
Xt = % yang diketahui x Xt(pada100%) (2.4)

2.6.3. Perhitungan Impedansi Jaringan (penyulang)


Untuk memulai menghitung impedansi jaringan, perhitungannya tergantung kepada
besarnya nilai impedansi per kilometer dari jaringan atau penyulang yang akan
dihitung, dimana besar nilainya tergantung pada jenis penghantarnya. Contoh
besarnya nilai impedansi pada suatu jaringan ( penyulang) : Z = (R + jX)
Sehingga dapat dihitung dengan menggunakan rumus [5] :
- Urutan positif dan urutan negatif
Z1 = Z2 = % panjang x panjang penyulang (km) x Z1 / Z2 (ohm) (2.5)
Dimana :
Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)
Z2 = Impedansi urutan negatif (ohm)
- Urutan nol
Z0eq = Zt0 + 3RN + Z0 penyulang (2.6)
Dimana :
Z0eq = Impedansi ekivaleb jaringan nol (ohm)
Zt0 = Impedansi trafo tenaga urutan nol (ohm)
RN = Tahanan tanah trafo tenaga (ohm)
Zo = Impedansi urutan nol (ohm)

2.6.4. Gangguan Hubung Singkat 1 fasa

Gambar 2.5 Gangguan Hubung Singkat 1 fasa ke tanah.

Berdasarkan gambar seperti diatas, gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah
(ground) merupakan gangguan berupa hubungan pendek antara salah satu fasanya di
jaringan dengan tanah atau ground. Persamaannya adalah sebagai berikut [5] :

3 x Vf
If I ∅ =
Z 0+ Z 1+ Z 2
(2.7)
Dimana :
If I ∅ = Arus gangguan 1 fasa.
Vf = Tegangan fasa.
Z0 = Impedansi urutan nol.
Z1 = Impedansi urutan posotif.
Z2 = Impedansi urutan negatif.

2.6.5. Gangguan Hubung Singkat 2 fasa

Gambar 2.6 Gangguan Hubung Singkat 2 fasa.

Berdasarkan gambar seperti diatas, gangguan hubung singkat 2 fasa merupakan


gangguan yang seperti hubungan pendek antara satu fasa dengan fasa lainnya.
Apabila hubung singkat terjadi pada fasa R dan S persamaannya seperti berikut [5] :

VLL
If 2 ∅ = (2.8)
Z 1+ Z 2
Dimana :
If 2 ∅ = Arus gangguan 1 fasa.
VLL = Tegangan line to line.
Z1 = Impedansi urutan positif.
Z2 = Impedansi urutan negatif.

2.6.6. Gangguan Hubung Singkat 3 fasa

Gambar 2.7 Gangguan Hubung Singkat 3 fasa.

Berdasarkan gambar seperti diatas, gangguan hubung singkat 3 fasa merupakan


sebuah gangguan yang berupa hubungan pendek antara ketiga fasanya. Persamaannya
seperti berikut [4] :
Vf
If 3 ∅ = (2.8)
Z1

Dimana :
If 3 ∅ = Arus gangguan 3 fasa.
Vf = Tegangan fasa.
Z1 = Impedansi urutan positif.

2.7. Sistem Proteksi


Sistem Proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga
listrik, selain untuk melindungi peralatan utama bila terjadi gangguan hubung singkat,
sistem proteksi juga harus dapat meminimalisir daerah yang terganggu dan
memisahkan daerah yang tidak terganggu, sehingga gangguan tidak meluas dan
kerugian yang timbul akibat gangguan tersebut dapat di minimalisasi.

Suatu sistem proteksi terdiri dari beberapa komponen peralatan yang mempunyai
tugasnya masing – masing, adapun komponen peralatan tersebut adalah [5]:

1. Circuit Breaker / Pemutus tenaga


2. Trafo Arus (CT) dan Trafo Tegangan
3. Kabel Kontrol
4. Baterai
5. Relai / rele

Gambar 2.8 Skematik Sistem Proteksi Penyulang 20 kV

2.7.1. Relai Proteksi


Relai Proteksi merupakan suatu susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat
mengukur adanya ketidak seimbangan atau ketidak normalan pada peralatan atau
bagian sistem tenaga listrik dan bekerja secara otomatis untuk mengatur atau
memberikan informasi agar segera membuka pemutus tenaga atau circuit breaker
yang bertujuan untuk memisahkan peralatan atau komponen sistem yang berlokasi di
titik gangguan dan memberikan informasi bahwa sedang atau telah terjadi gangguan,
misalnya diberi tanda dengan lampu atau alarm. Untuk melokalisir daerah yang
terganggu ini diperlukan alat pengaman sehingga peralatan – peralatan tersebut tidak
akan mengalami kerusakan yang lebih fatal [7].

2.7.2. Jenis – Jenis Relai Proteksi


Berdasarkan besaran input, diantaranya [9] :
1. Arus (I) : Relai arus lebih (OCR)
2. Arus (I) : Relai arus kurang (UCR)
3. Tegangan (V) : Relai tegangan lebih (OVR)
4. Tegangan (V) : Relai tegangan kurang (UVR)
5. Frekuensi (f) : Relai frekuensi lebih (OFR)
6. Frekuensi (f) : Relai frekuensi kurang (UFR)
7. Daya (P,Q) : Relai Daya max/min
8. Relai Arah : Directional
9. Impedansi : Relai jarak (distance)
10. Beda arus : Relai Diferential
11. Relai gangguan tanah : Ground Fault relay

2.8. Karakteristik Relai Arus Lebih


Relai ini digunakan untuk mendeteksi gangguan fasa – fasa, mempunyai karakteristik
inverse ( waktu kerja relai akan semakin cepat apabila arus gangguan yang dirasakan
semakin besar ) atau definite ( waktu kerja tetap untuk setiap besaran gangguan ).
Selain itu pada relai arus lebih tersedia fungsi high set yang bekerja seketika (
moment / instantaneous ) [6]

2.8.1. Karakteristik waktu kerja terbalik (Inverse Time)


Proteksi dengan karakteristik waktu kerja terbalik lamanya waktu kerja tergantung
pada besarnya arus gangguan. Semakin besar arus gangguan yang dirasakan oleh
proteksi arus lebih dengan karakteristik waktu kerja terbalik maka waktu kerjanya
semakin cepat [6].
Gambar 2.9 Kurva Karakteristik Inverse[6].

Pada grafik hubungan antara arus dan waktu berbanding terbalik, dimana semakin
besar arus gangguan maka waktu yang diperlukan untuk melakukan pemutusan akan
semakin kecil sehingga relai ini perlu mengetahui besar arus gangguan hubung
singkatnya untuk tiap seksi.
Relai arus lebih karakteristik inverse ini memiliki tiga macam karakteristik,
berdasarkan IEC 60255, yaitu :

a. Standard Normal Inverse


Karakteristik yang menunjukan perbandingan antara besar arus dengan waktu
kerja relai yang standard, dengan rumus :

0,14. Tms
t= ( 2.9)
Ifault 0,02
( Iset ) −1

b. Very Inverse
Karakteristik yang menunjukan perbandingan antara besar arus dengan waktu
kerja relai yang lebih cepat dari standard inverse, dengan rumus :
13,5.Tms
t= ( 2.9)
Ifault 0,02
( Iset ) −1
c. Extremely inverse
Karakteristik yang menunjukan perbandingan antara besar arus dan waktu kerja
relai yang lebih cepat dari standard inverse dan very inverse, dengan rumus :
80. Tms
t= ( 2.9)
Ifault 0,02
( Iset ) −1

2.8.2. Karakteristik waktu kerja tertentu ( Definite Time)


Proteksi dengan karakteristik waktu kerja tertentu mempunyai jangka waktu kerja
yang tertentu dari pick – up sampai selesainya kerjanya proteksi. Waktu kerjanya
tetap ( tertentu ) tidak terpengaruhi oleh besarnya arus gangguan.

Gambar 2.9 Kurva Karakteristik Definite [6]

Perbedaan proteksi jenis ini dengan proteksi karakteristik waktu kerja seketika adalah
pada lamanya waktu kerja, dimana pada proteksi dengan karakteristik waktu kerja
seketika jangka waktu kerjanya sangat cepat ( tanpa penundaan waktu) sedangkan
pada karakteristik waktu kerja tertentu ada penundaan waktu kerja [6].

2.8.3. Karakteristik Waktu Kerja seketika (Instantaneous)


Proteksi dengan karakteristik waktu kerja seketika jangka waktu kerjanya sangat
singkat yaitu 0,02 – 0,1 detik. Bila arus listrik naik melebihi harga yang diijinkan
maka arus listrik yang mengalir ke proteksi ( IR ) juga akan naik. Jika naiknya arus
listrik melebihi harga operasi dari proteksi ( penyetelan arus ) maka proteksi akan
bekerja dengan waktu kerja seketika. Pada relai proteksi dengan karakteristik waktu
kerja seketika tidak ada penyetelan waktu [6].

Gambar 2.10 Kurva Karakteristik Instantanteous [7]

2.9. Relai Arus Lebih (Over Current Relay)


Salah satu jenis relai yang digunakan didalam sistem tenaga listrik yang berfungsi
sebagai pengaman peralatan adalah relai arus lebih. Relai ini biasa digunakan untuk
mengamankan sistem dari gangguan beban lebih atau overload dan gangguan hubung
singkat atau short circuit. Saat relai membaca adanya arus yang mengalir melewati
relai melebihi setting yang telah di set kepada relai nya maka relai akan mengirimkan
sinyal ke TC untuk memerinthankan CB intuk membuka (trip) [4].
If>Ip Relai bekerja (trip) (2.10)
If<Ip tidak bekerja (blok) (2.11)

2.9.1. Prinsip Kerja Over Current Relay


Prinsip kerja dari OCR yaitu apabila adanya arus lebih yang dirasakan atau melewati
relai, baik itu disebabkan karena adanya gangguan hubung singkat atau beban
berlebih maka relai memberikan perintah kepada PMT untuk trip sesuai dengan
karakteristik waktu yang telah ditentukan [6].

2.9.2. Setting OCR


1. Arus Setting OCR
Penyetelan OCR pada sisi primer dan sekundeer trafo terlebih dahulu harus
menghitung arus nominal nya. Arus setting untuk relai OCR baik pada sisi primer
maupun pada sisi sekunder trafo yaitu [6]:
Iset (prim) = 1,05 x I nominal trafo (2.12)
Nilai tersebut adalah nilai primer, untuk mendapatkan nilai sekundernya yang
dapat disetkan pada relai OCR, maka harus dihitung dengan trafo arus atau CT
yang terpasang pada sisi primer maupun sisi sekunder transformator tenaga.
1
Iset (sek) = Iset (prim) x
Ratio CT
(2.13)

2. Setting Waktu (TMS)


Dari hasil perhitungan arus gangguann hubung singkat kemudian digunakan untuk
menentukan nilai TMS nya. Rumus untuk menentukan nilai setting waktu nya
berbeda – beda sesuai dengan desain dan karakteristik relai yang dipakai. Dalam
hal ini diambil contoh rumus TMS dengan relai MC 30 [6].

Tipe Relai SettingWaktu (TMS)


Standard Inverse 0,14 x t
TMS = If 0,02
( )
Is
−1
Very Inverse 13,5 x t
TMS = If 0,02
( )
Is
−1
Extremely Inverse 80 x t
TMS = If 0,02
Is ( )−1
Long Time Earth Fault 120 x t
TMS = If 0,02
Is ( )−1

2.10. Relai Hubung Tanah (Ground Fault Relai)


Relai ini fungsinya untuk mengamankan peralatan atau komponen listrik dari
gangguan singkat satu fasa ke tanah. Pada dasarnya nilai setting arus primer sebuah
relai arusdapat digunakan berdasarkan nilai setting arus lebih sekunder dikalikan
dengan rasio perbandingan kumparan CT. Hal ini dikarenakan pada trafo arus ideal,
nilai arus primer adalah hasil perkalian rasio transformator dengan arus yang diukur
pada kumparan sekunder [9].

2.10.1. Setting GFR


1. Setting Arus
Untuk setting arusnya dapat dilakukan dengan rumus seperti berikut :
Iset (primer) = 1.2 x Inom (2.14)
Nilai setting diatas adalah nilai setting primer. Untuk mendapatkan nilai
sekundernya yang dapat disetkan pada relai arus lebih, maka harus dihitung
dengan menggunakan data rasio :
Iset (sekunder) = Iset (primer) x 1/ratio CT (2.15)

2. Setting Waktu
Setting waktu relai inverse dihitung dengan memakai rumus kurva waktu Vs
arus. Rumus ini bervariasi sesuai dengan karakteristik dan desain pabrikannya,
maka kurva waktu dari standar British adalah sebagai berikut [9].
0,14. Tms
t=
Ifault 0,02 (2.16)
( Iset ) −1

Dimana : Ifault = Arus gangguan (Ampere).


Iset = Setting Arus (Ampere).
Tms = Setting Waktu (Detik).

Anda mungkin juga menyukai