Anda di halaman 1dari 9

J-PAL, Vol. 3, No.

1, 2012 ISSN: 2087-3522


E-ISSN: 2338-1671

Pengelololaan Lahan dan Budidaya Tanaman Lahan Terdampak


Lumpur Marine Sidoarjo

Mochamad Thohiron1,2, Heru Prasetyo1,2


1
Program Studi Kajian Lingkungan dan Pembangunan, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang
2
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrak
Makalah ini menjelaskan bagaimana upaya memperbaiki kesuburan tanah pada lahan terdampak lumpur marine,
melalui rehabilitasi lahan dan budidaya tanaman. Salinitas dan toksisitas unsur dalam lumpur Marine Sidoarjo telah
mendegradasi kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah. Luapan lumpur menyebabkan lapisan tanah atas tertimbun
lumpur dan menghancurkan petak sawah, sarana-prasarana irigasi, vegetasi dan tanaman pertanian. Salinitas dan
toksisitas mengakibatkan berkurangnya hasil tanaman dan produktivitas pertanian. Analisa laboratorium menunjukkan
bahwa material ini bersifat salin-sodik, dengan EC ≥ 14 dS m-1 dan ESP > 1%. Peningkatan konsentrasi garam-garam Ca,
Mg, dan Na dalam air irigasi dapat menyebabkan Ec tanah meningkat. Senyawa CaCO3 dan CaSO4 terbentuk pada Ec
tanah 4mS/cm, DHL >4 dS/m tergolong pada sifat saline. Unsur-unsur toksik dalam lumpur marine adalah Na, Al, Fe dan
Cl. Tingginya Na-dd dalam tapak jerapan dapat diturunkan dengan aplikasi Ca amandemen. Aplikasi 6-8 ton/ha gypsum
dapat menurunkan kadar Na-tanah yang tinggi. Tanaman mempunyai kisaran toleransi tertentu terhadap perubahan
bahkan cekaman lingkungan untuk selanjutnya dapat beradaptasi, termasuk pada cekaman salinitas. Kondisi actual
biofisik dan kimia lahan sawah terdampak memerlukan upaya pengelolaan lahan dan sistem budidaya tanaman secara
tepat agar dicapai produksi tanaman yang optimal.

Kata Kunci: Pengelolaan Lahan, salinitas, toksisitas, lumpur marine, amandemen, cekaman

Abstract
This paper describes how efforts to improve soil fertility in the lands affected by marine mud, through the land
rehabilitation and crop cultivation. Salinity and element toxicities in Sidoarjo mud Marine has degraded the physical ,
chemical and biological properties of soil. Mudflow caused topsoil silted and destroy rice terraces, irrigation
infrastructures, vegetation and agricultural crops. Salinity and toxicity resulting in reduced crop yields and agricultural
productivity . Laboratory analysis indicates that this material is saline - sodic , with EC ≥ 14 dS m - 1 and ESP > 1% .
Increased concentrations of salts Ca , Mg , and Na in irrigation water can cause increased soil Ec. CaCO3 and CaSO4
compounds are formed on land with the Ec = 4mS/cm; DHL > 4 dS / m belong to the saline nature . Toxic elements in
marine mud are Na , Al , Fe and Cl . The high Na-dd in adsorption complexes can be reduced by application of Ca
amendment . Application of 6-8 tonnes / ha gypsum can reduce levels of Na in soil. Plants have a certain tolerance range
to the change and stress of environment , including the salinity stress . Actual condition of the biophysical and chemical
of sawah land requires management efforts and cultivation system accurately to achieve optimum crop production.

Keywords : Land Management, salinity, toxicity, marine mud, amendment, stress

*
PENDAHULUAN Calistoga California), Lumpur Great Salt, Lumpur
Bagian Lumpur secara umum adalah unsur Hungaria Wellness, Lumpur Ischia Italia, Lumpur
bumi yang memiliki sifat terapeutik. Setiap Bad Wilsnack Jerman, Lumpur Multani Mitti
wilayah di bumi menghasilkan lumpur yang unik India, dan yang terakhir adalah lumpur Sidoarjo
sesuai kondisi geografisnya. Lumpur terdiri dari atau disebut lumpur marine.
kombinasi tanah, debu, liat dan air serta kaya Luapan lumpur Marine Sidoarjo telah
vitamin maupun mineral. Berbagai jenis lumpur menimbulkan dampak secara langsung maupun
ditemukan diantaranya adalah: Lumpur Laut Mati tidak langsung yang berdampak besar terhadap
(Dead Sea Mud), Lumpur Moor (Moor Mud), kondisi fisik, kimia dan biologi tanah. Secara
Lumpur Vulkanik California (Volcanic Mud Bath – langsung, luapan lumpur menyebabkan lapisan
tanah tertimbun lumpur marine, dan
menghancurkan petak sawah, sarana prasarana
*
AlamatKorespondensi irigasi dan pertanian lainnya. Luapan lumpur
Mochamad Thohiron marine tersebut juga menghacurkan berbagai
Email : elfahdbram@yahoo.co.id
Alamat : Perum TAS 4 B1 No. O9 Sidoarjo
vegetasi, termasuk tanaman pertanian. Lumpur

19
Pengelolaan Lahan dan Budidaya Tanaman Lahan Terdampak Lumpur (Thohiron., et al.)

marine mempengaruhi lingkungan pertanian dan Pada dasarnya tanaman mempunyai kisaran
menyebabkan tanaman mati karena plasmoloisis toleransi tertentu tehadap perubahan bahkan
kadar garam yang tinggi dan keracunan beberapa cekaman lingkungan untuk selanjutnya dapat
unsur hara berlebih. Secara tidak langsung, lahan beradaptasi, termasuk pada cekaman salinitas.
pertanian banyak yang terlantar karena Kondisi biofisik dan kimia lahan sawah terdampak
pemiliknya menjadi korban atau belum terurus yang tidak menguntungkan tanaman tersebut
karena masih banyaknya pekerjaan di luar bidang memerlukan upaya pengelolaan lahan dan sistem
pertanian yang menjanjikan pendapatan budidaya tanaman secara tepat agar dicapai
langsung. tingkat produksi yang optimal.
Tanda yang paling terlihat pada lahan Pembahasan dalam tulisan ini bertujuan
pertanian di wilayah terdampak adalah matinya untuk melakukan review terhadap beberapa
tanaman-tanaman yang dibudidayakan. Matinya kajian mengenai dampak lumpur marine dalam
tanaman-tanaman ini disebabkan oleh karena hubungannya dengan pilihan sistem pengelolaan
tingkat konduktifitas elektrik yang tinggi dari air lahan dan tanaman melalui penerapan sistem
lumpur dalam sistem larutan tanah yang diserap budidaya dan pertanaman dalam mendukung
tanaman. Tingginya nilai EC menyebabkan produktifitas pertanian di wilayah terdampak.
tekanan osmotik air meningkat hingga terjadinya Diharapkan dari hasil diskusi ini dapat diperoleh
plasmolisis jaringan tanaman. Nilai EC yang informasi mengenai sejumlah alternatif maupun
tinggi dari air lumpur disebabkan karena opsi sistem budidaya pertanian lahan lumpur
kandungan garam-garam terlarut terutama NaCl marine.
yang mendominasi dalam sistim larutan tanah
sebagai unsur salintas. Menurut Agus et al. EFEK LUMPUR MARINE TERHADAP KUALITAS
(2005), tanah dengan daya hantar listrik >4 dS/m LAHAN
tergolong tanah salin. a. Terhadap Kesuburan Lahan
Pemasalahan salinitas telah meluas akhir- Secara geologi hasil pemerian fosil lumpur
akhir ini. Data FAO memperlihatkan bahwa marine maupun kandungan kimia batuan serta
hampir 50% lahan irigasi mengalami masalah biota, secara alamiah bersumber dari erosi
salinitas. Setiap tahun beberapa ratus ribu hektar batuan gunung api yang berumur 4,9 juta tahun
lahan irigasi ditinggalkan karena mengalami hingga 2,8 juta tahun yang lalu yang diendapkan
salinisasi (Abrol 1986). Fenomena ini juga terjadi pada lingkungan laut dangkal. Jadi, pada
secara luas di Indonesia, namun perkiraan luas dasarnya lumpur dan air tersebut mempunyai
(dengan data yang valid) tidak dapat habitat yang pada proses pembentukannya
dikemukakan karena kurangnya survai yang dipengaruhi oleh kondisi laut pada saat itu.
bersifat ilmiah. Di sepanjang daerah produksi Lumpur dan air merupakan bahan alam yang
padi utama di Indonesia (PANTURA) masalah terjadi karena proses pengendapan (sedimentasi)
yang berhubungan dengan salinitas pasti dan berasal dari aktivitas gunung api purba.
meningkat, dan dari beberapa temuan hasil Berdasarkan kandungan unsur dan proses
diskusi yang berkembang di daerah tersebut pembentukannya, lumpur sidoarjo merupakan
ternyata sebagian petani telah merubah usaha lumpur yang mencirikan sedimentasi/ endapan
padinya menjadi lahan pembuatan garam dan lumpur laut (marine) yang banyak dipengaruhi
perikanan atau bahkan meninggalkan lahannya. kondisi mineral air laut, salah satunya garam
Salinitas merupakan satu dari berbagai NaCl sebagai unsur salinitas dominan.
masalah pertanian yang cukup serius yang Kerusakan yang disebabkan oleh luapan
mengakibatkan berkurangnya hasil dan lumpur bersifat struktural, fisika, kimia dan
produktivitas pertanian (Yuniati, 2004). Lebih biologi. Hasil analisis lumpur marine
lanjut Sembiring et al. (2004), pada menunjukkan bahwa tanah tergenang berubah
kenyataannya, salinitas tanah telah menjadi menjadi salin-sodik, dengan Ec diatas 4.0 dS m-1.
suatu masalah serius dalam produksi tanaman di Namun, tidak hanya meningkatnya garam-garam
Indonesia. Sebagai contoh daerah produksi padi terlarut (Na-dd) tapi juga masalah yang
yang terletak di dekat pinggir laut seperti di pulau berhubungan dengan ketidak-seimbangan hara.
Jawa, Sulawesi Selatan dan yang lainnya Salinitas didefinisikan sebagai adanya garam
menghadapi masalah salinitas; banyak petani terlarut dalam konsentrasi yang berlebihan
merubah lahan sawahnya menjadi lahan untuk dalam larutan tanah (Yuniati, 2004). Satuan
membuat garam dan perikanan, atau bahkan pengukuran salinitas adalah konduktivitas
meninggalkannya. elektrik yang dilambangkan dengan

20 J-PAL, Vol. 3, No. 1, 2012


Pengelolaan Lahan dan Budidaya Tanaman Lahan Terdampak Lumpur (Thohiron., et al.)

decisiemens/m pada suhu 25 ± C. Sedangkan (Richard, 1969; Alam, et all., 2001). Secara
garam terlarut umumnya tersusun oleh sodium ekonomis biayanya murah meskipun
(Na+), kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+), klor kelarutannya rendah, mudah tersedia, dan
(Cl-) dan sulfat (SO42-). Magnesium sulfat mudah penanganannya. Akan tetapi karena ESP
(MgSO4) dan sodium kloride (NaCl) merupakan diturunkan maka konsentrasi elektrolit menjadi
garam terlarut yang sering dijumpai (UN-FAO, meningkat. Dolomit lebih umum digunakan jika
2005). pH tanah rendah (Richards, 1969).
Salinitas tanah adalah keadaan tinggi Lapisan lahan yang terbentuk oleh endapan
rendahnya garam di dalam tanah (Agus, et al., lumpur marine mengandung berbagai macam
2005). Garam dapur (NaCl) merupakan garam hara, terutama Si, K, Ca, dan Mg, namun
yang dominan, namun garam-garam Na2SO4, pengayaan hara ini tidaklah cukup untuk
MgSO4, NaHCO3, Na2CO3, CaSO4, CaCO3, juga memenuhi kebutuhan sebagian besar tanaman.
menentukan salinitas tanah. Semakin tinggi Hal ini karena unsur-unsur hara tersebut berada
konsentrasi garam-garam ini pada larutan tanah, dalam keadaan yang tidak berimbang. Dengan
semakin tinggi pula daya hantar listrik (DHL) demikian penambahan bahan-bahan pembenah
larutan tanah. Tanah dengan daya hantar listrik (amandemen), amelioran seperti pemupukan
>4 dS/m tergolong tanah salin. pada umumnya tetap diperlukan.
Problem salinitas pada pertanian beririgasi Proses salinisasi tersebut terjadi karena
sering terkait dengan muka air tanah. garam NaCl yang dibawa lumpur marine akan
Peningkatan kapilaritas dari muka air tanah terjerap oleh tanah, namun jerapan tersebut
dangkal akan membawa kembali garam-garam tidak sekuat bila dibandingkan dengan jerapan
masuk ke daerah perakaran dan menjadi suatu tanah terhadap Ca, Mg dan K .yang
sumber garam kontinyu. Tanah bertekstur liat, memungkinkan unsur Na demikian lebih mudah
kapilaritasnya dapat mencapai 50 cm (Franzen, et tercuci. Pencucian lebih mudah terjadi bila tanah
all., 1994). Tanah yang ditanami salinitasnya mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) yang
menurun lebih cepat bila dibandingkan dengan rendah, tekstur kasar, dan curah hujan tinggi.
yang tidak ditanami (Wienhold dan Trooien, Tetapi pada hasil analisa lumpur marine Sidoarjo
1995). yang terjadi justru sebaliknya, nilai KTK cukup
Sehubungan dengan produktivitas pertanian, tinggi (> 40 m.e.g) dengan sifat fisik yang
kerusakan oleh karena genangan lumpur Marine didominasi fraksi liat /lempung (clay: 71,43%)
Sidoarjo bersifat struktural, fisika, kimia dan maka proses pencucian menjadi kendala/
biologi. Analisis bahan lumpur menunjukkan terhambat. Masih tingginya nilai DHL tanah dan
bahwa tanah telah berubah menjadi salin-sodik, air tanah yang masih tinggi (≥ 14 dSm-1)
dengan EC sebesar ≥ 14 dS m-1 dan ESP sebesar > menjadikan upaya proses pencucian garam harus
1%. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa tetap dilakukan, karena pada umumnya batas
endapan lumpur selain mengandung unsur-unsur aman untuk berbagai usaha pertanian adalah
yang bersifat meracun (Natrium, Aluminium, sebesar DHL < 2 dS/m (sebagai pada batas
Mangan, Besi, dan Khlor) serta DHL yang tinggi, aman).
juga unsur-unsur yang bersifat positif (Sulpur, Bila curah hujan cukup tinggi (>2500
Kalium, Kalsium, dan Magnesium) dengan KTK mm/tahun) dan tekstur tanah umumnya
yang tinggi (> 40 m.e.g). lempung berpasir, garam-garam yang mencemari
Peningkatan konsentrasi garam-garam Ca, lahan pertanian dengan cepat dapat tercuci
Mg, dan Na dalam air irigasi dapat menyebabkan namun pada bagian tanah yang cekung dan
Ec tanah meningkat (Amdt dan Richardson, 1989 berdrainase buruk (di beberapa cekungan Desa
cit Ayers dan Westcot, 1994). Mineral-mineral Gempolsari dan Glagaharum), DHL air tanah dan
CaCO3 dan Ca SO4 mulai terbentuk pada Ec tanah air permukaan relatif tetap tinggi.
4mS/cm. Tingginya Na-dd dalam tapak jerapan Daerah dengan salinitas yang masih tinggi
dapat diturunkan dengan penggantian Ca untuk sementara waktu perlu dihindari dari
amandemen. Pemberian Gypsum sebanyak 20-25 penanaman menjelang pencucian alami
ton/ha dapat memperbaiki permasalahan tanah berlanjut. Dengan berlangsungnya proses
dengan Na yang tinggi (Hoeft, 1999), sedangkan pencucian garam secara alami oleh air hujan,
Santoso (1993), dengan hanya menggunakan 6-8 masalah salinitas diharapkan mengalami
ton/ha. Selanjutnya reaksi gypsum di dalam penurunan secara nyata, terutama apabila
tanah ditentukan oleh tekstur tanah, KTK, mendapat curah hujan tinggi dan tekstur tanah
kandungan Na, kedalaman tanah, dan ESP agak kasar. Perbaikan sistem drainase, akan

J-PAL, Vol. 3, No. 1, 2012 21


Pengelolaan Lahan dan Budidaya Tanaman Lahan Terdampak Lumpur (Thohiron., et al.)

dapat mempercepat proses pencucian. Langkah organik pada permukaan tanah dapat membantu
lain adalah dengan melakukan pencucian secara mengurangi kerak di permukaan tanah.
artifisial, namun proses ini akan memakan tenaga Penggunaan gipsum (CaSO4) dapat mempercepat
kerja dan biaya yang tinggi serta memerlukan air pencucian Na dan mengurangi salinitas tanah.
tawar dalam jumlah banyak. Lumpur marine, selain dominan mengandung
Dengan kondisi biofisik lahan yang mendekati Na, juga mengandung kation-kation Ca, K, Mg,
bonorowo, nilai pH rendah pada lahan serta berbagai ion dan senyawa kimia lainnya.
terdampak sering terjadi kekahatan unsur-unsur Kation-kation ini kemudian terjerap dalam tanah
hara makro (N, P, K, Ca dan Mg), seperti halnya dengan menggantikan kation yang terjerap
masalah unsur mikro di lahan pasang surut. sebelumnya. Dengan demikian apabila terjadi
Kondisi ini akan menjadi lebih memprihatinkan penutupan tanah oleh lumpur marine
dengan adanya sedimen lumpur marine yang kesuburannya cenderung lebih tinggi
terakumulasi di atas permukaan tanah. Sebagian dibandingkan dengan tanah yang tidak tertutup
tanah mempunyai nilai pH yang tinggi dengan Ca lumpur marine. Namun setelah kelarutan garam
dan Mg dapat ditukar yang tinggi, serta yang terlalu tinggi menyebabkan tekanan
kandungan N, P dan K yang rendah. Karena hal- osmosis media lebih tinggi dibandingkan dengan
hal ini, daerah yang berbeda memerlukan tekanan osmosis dalam sel tanaman. Akibatnya
perhatian khusus karena perbedaan dalam hal tanaman tidak mampu menyerap air dan unsur
tekstur tanah dan pH, tingkat salinitas, serta hara. Ekspresi yang muncul pada tanaman adalah
ketersediaan unsur-unsur hara makro dan mikro. mudah layu, kerdil dan gejala defisiensi hara,
Pencucian, perbaikan lahan dan pemberian walaupun dalam tanah tersedia cukup hara.
mulsa, serta pemupukan merupakan komponen Berdasarkan kejenuhan kation, keseimbangan
kegiatan utama untuk rehabilitasi lahan kation dalam komplek jerapan idealnya adalah Ca
terdampak. Namun, karena keterbatasan 65%, Mg 10%, K 5% dan H 20% (McLean, 1977).
struktur sistem irigasi dan drainase serta masalah Kation Na tidak didefinisikan karena idealnya
yang sangat komplek berhubungan dengan memang harus sangat rendah. Tabel Analisis
keharaan di tanah terdampak lumpur marine, Lumpur menunjukkan bahwa kation Na dan Mg
kedua cara perbaikan ini tidaklah mudah tergolong cukup tinggi dalam komplek jerapan.
dijalankan dan memerlukan waktu yang lama Sebaliknya kation K dan Ca relatif rendah. Hal ini
dengan usaha-usaha yang terintegrasi. Pada berarti bahwa endapan lumpur marine
kenyataannya, restrukturisasi dan rehabilitasi berpengaruh besar terhadap keseimbangan
tanaman pangan berjalan lambat. Pembatas kation dalam tanah. Dengan meningkatnya kadar
utama adalah perbaikan sistem irigasi dan kation pesaing (Na dan Mg), maka tanaman
drainase yang tidak mudah dilaksanakan. berpotensi mengalami defisiensi K, karena
Sedangkan peningkatan nutrisi tanah yang serapan hara tidak hanya ditentukan oleh jumlah
optimum sangat memerlukan irigasi dan drainase kation, tetapi juga rasio hara tersebut terhadap
yang baik. hara lainnya. Untuk itu pemberian pupuk K tetap
Perubahan-perubahan lingkungan tanah dan direkomendasikan. Demikian pula halnya dengan
kesuburan lahan yang terjadi sebagai dampak kation Ca, terutama untuk tanaman yang
salinisasi garam lumpur marine menunjukkan memerlukan Ca tinggi seperti kacang tanah agar
bahwa apabila Na mendominasi komplek polongnya tidak menjadi hampa.
pertukaran kation akan terjadi dispersi agregat Kandungan Silikat dan Aluminium juga
tanah. Dispersi agregat tanah merupakan suatu ditemukan dalam kadar yang tinggi pada
keadaan yang tidak menguntungkan buat sistem material lumpur marine (lokasi Siring Porong).
pertanian lahan kering, namun dikehendaki Salah satu peranan Si terpenting adalah
untuk sistem sawah karena sawah harus meningkatkan ketahanan akan penyakit.
dilumpurkan. Untuk lahan kering, tanah yang Beberapa unsur kimia penting dan bernilai
terdispersi akan mengalami penyumbatan pori positif (Sulfur, Kalium, Kalsium dan Magnesium)
sehingga infiltrasi tanah terhambat dan serta KTK juga ditemukan dalam kadar yang
permukaan tanah mengalami pengkerakan tinggi sebagaimana Tabel 1.
(crusting) yaitu terbentuknya bongkahan lapisan Pencucian, perbaikan lahan dan pemberian
keras di atas permukaan tanah. Selain mulsa, serta pemupukan merupakan komponen
mengganggu infiltrasi, kerak dapat menghalangi utama untuk rehabilitasi lahan terdampak.
perkecambahan tanaman. Pengolahan tanah, Namun karena keterbatasan struktur sistem
pencucian garam Na, dan pencampuran bahan irigasi dan drainase serta masalah sangat

22 J-PAL, Vol. 3, No. 1, 2012


Pengelolaan Lahan dan Budidaya Tanaman Lahan Terdampak Lumpur (Thohiron., et al.)

komplek yang berhubungan dengan keharaan di oleh keracunan ion, cekaman osmotik dan
tanah terdampak, kedua cara perbaikan ini kekurangan hara.
tidaklah mudah dijalankan dan memerlukan Gejala keracunan garam pada tanaman padi
waktu yang lama dan usaha-usaha yang berupa terhambatnya pertumbuhan,
terintegrasi. Pada kenyataannya, restrukturisasi berkurangnya anakan, ujung-ujung daun
dan rehabilitasi tanaman pangan berjalan bewarna keputihan dan sering terlihat bagian-
lambat. Pembatas utama adalah perbaikan bagian yang khlorosis pada daun, dan walaupun
sistem irigasi dan drainase yang tidak mudah tanaman padi tergolong tanaman yang
dilaksanakan. Sedangkan peningkatan nutrisi tolerannya sedang, pada nilai EC sebesar 6-10 dS
tanah yang optimum sangat memerlukan irigasi m-1 penurunan hasil gabah mencapai 50%
dan drainase yang baik. (Brinkman dan Singh, 1982). Lebih jauh,
Dobermann and Fairhurst (2000) menyimpulkan
Tabel 1. Hasil analisa kimia lumpur Lapindo dengan bahwa padi relatif lebih toleran terhadap
metode SEM-EDX di lokasi Siring salinitas saat perkecambahan, tapi tanaman bisa
dipengaruhi saat pindah tanam, bibit masih
muda, dan pembungaan.
Pengaruh lebih jauh terhadap tanaman padi
adalah: 1) berkurangnya kecepatan perkecam-
bahan; 2) berkurangnya tinggi tanaman dan
jumlah anakan; 3) pertumbuhan akar jelek; 4)
sterilitas biji meningkat; 5) kurangnya bobot 1000
gabah dan kandungan protein total dalam biji
karena penyerapan Na yang berlebihan; dan 6)
berkurangnya penambatan N2 secara biologi dan
Tabel 2. Hasil analisa kimia lumpur Lapindo Fakultas lambatnya mineralisasi tanah. Menurut Mengel
Pertanian UNIBRAW and Kirkby (1979), pengaruh merusak dari
Unsur Nilai Unsur Nilai salinitas sering juga tergantung pada stadia
Sulfur (S) ppm > 50 Natrium (Na-dd) >1 pertumbuhan tanaman. Bagi kebanyakan jenis
me/100g tanaman stadia bibit adalah sangat peka
Kalium (K-dd) > 1 Aluminium (Al- > 0,2 terhadap salinitas.
me/100g dd) me/100
Pada umumnya tanaman serealia, hasil biji
Kalsium(Ca-dd) > 10 Besi (Fe >700
kurang dipengaruhi dibanding jerami. Tapi pada
me/100g tersedia) ppm
Magnesium (Mg- > 2 Khlor (Cl ≥1
padi sebaliknya yang terjadi; tanaman padi paling
dd) 100g tersedia) % peka pada stadia berbunga dan pembentukan
KTK (me/100g) > 40 DHL mS/cm > 14 biji.
Pada awal penanaman kebanyakan tanaman
b. Terhadap Tanaman dan Komoditas tumbuh dan berproduksi jelek. Masalah-masalah
Pertanian salinitas, penggenangan (waterlogging), dan
Salinitas merupakan salah satu cekaman nutrisi tanaman timbul. Perubahan kesuburan
abiotik yang sangat mempengaruhi produktivitas tanah dan perubahan kimia, fisika dan biologi
dan kualitas tanaman. Lahan pasang-surut, lainnya yang berhubungan dengan salinitas di
terdapat disepanjang daerah pantai Sumatra, lahan terkena tsunami ditunjukkan oleh hasil
Kalimantan, Jawa, Irian dan pulau-pulau lainnya, padi yang sangat rendah. Pertumbuhan tanaman
terdiri dari berbagai ekosistem yang dipengaruhi padi yang tidak baik, pembentukan dan pengisian
oleh pergerakan air pasang dan salinitas dengan biji yang rendah banyak ditemukan. Petani-
tingkat yang bervariasi. Lahan tersebut dapat petani padi di lokasi terdampak melaporkan
diklasifikasikan berdasarkan kedalaman gambut, kegagalan pertumbuhan padi dan panenan dari
sifat-sifat tanah dan tingkat pengaruh air pasang, pertanaman padi tahun pertama sampai dengan
dan disebut sebagai daerah “pasang-surut”, tahun ke empat (puso permanen).
dimana padi sawah merupakan komponen utama Beberapa jenis tumbuhan yang mampu hidup
pola tanam. Pertumbuhan akar, batang dan luas dengan baik pada habitat dengan tingkat salinitas
daun berkurang karena cekaman garam, yaitu; tinggi, dan disebut sebagai halofit. Tumbuhan
ketidak-seimbangan metabolik yang disebabkan tersebut teradaptasi terhadap konsentrasi garam
yang tinggi melalui beberapa mekanisme. Suatu
gen ketahanan salinitas telah berhasil di-

J-PAL, Vol. 3, No. 1, 2012 23


Pengelolaan Lahan dan Budidaya Tanaman Lahan Terdampak Lumpur (Thohiron., et al.)

introduksikan dari tumbuhan halofit, Atriplex usaha yang sangat direkomendasikan untuk
gmelini, ke varietas padi yang peka salinitas mengembalikan produktivitas lahan dan tanaman
(varietas Kinuhikari dari Jepang) membentuk padi di tanah terdampak.
transgenik yang lebih tahan salin (Masaru et al.
2002). PEMBAHASAN UMUM
Budidaya varietas tanaman tahan salin di Bertitik tolak dari beberapa permasalahan
lahan sawah terdampak merupakan salah satu terkait dampak lumpur marine terhadap
upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan degradasi kesuburan lahan, maka setidaknya ada
dan tanaman. Sebagai contoh untuk komoditas 3 (tiga) strategi pendekatan yang dilakukan
padi, terdapat beberapa varietas/ kultivar tahan dalam upaya merehabilitasi lahan sekaligus
salin. Di pantai Tamilnadu-India, terdapat banyak pengurangan dampak, yaitu:(1) implementasi
jenis padi lokal dan tanaman lain yang dapat teknologi sistem perbaikan (rehabilitasi) kesu-
bertahan dari gelombang pasang-surut dan buran lahan-lahan berlumpur di wilayah terdam-
intrusi air laut. Beberapa jenis padi lokal tersebut pak (bioremediasi) secara in-situ; (2) pemilihan
adalah Kuzhivedichan, Kallurundai dan Kundali, komoditi spesifik dan penggunaan varietas
Rassi,Vikas, Somasila, Swarna, Deepti dan unggul adaptif-toleran kondisi lingkungan
Vedagiri. Pada tahun 1998, Khar Land Research tersebut; dan (3) optimalisasi teknologi sistem
Station-India merilis varietas padi unggul tahan penggunaan sumber material lumpur sebagai
salin yaitu Panvel 1, Panvel 2 and Panvel 3. bahan pembenah lahan diperkaya (enriched soil
Varietas Panvel 1 memberikan hasil gabah amelioran) secara ex-situ.
tertinggi sebesar 4,4 t ha–1 (Zeng et al. 2003). Di a. Pengelolaan Sistem Perbaikan (Rehabilitasi)
Indonesia varietas unggul padi tahan salin Lahan
diantaranya adalah Kapuas, Cisadane, Dalam pengelolaan sistem perbaikan lahan
Cisanggarung, IR42 dan IR64 yang menunjukkan lumpur marine, penanganan akan difokuskan dan
adaptasi baik di tanah bergambut. Sedangkan diprioritaskan dalam upaya-upaya remediasi (bio)
varitas-varitas Mendawak, Krueng Aceh, Seilalan, dan ameliorasi tanah. Upaya tersebut dapat
Banyu Asin dan Cisadane toleran terhadap ditempuh melalui beberapa cara antara lain: (1)
salinitas pada stadia vegetatif dan respon pengapuran untuk meningkatkan pH (derajat
terhadap drainase dan pemupukan. Untuk lahan keasaman tanah) dan mengatasi keracunan Al
yang dipengaruhi air pasang di pantai varietas dan Fe; (2) ameliorasi pada lapisan tanah atas
seperti Kapuas, Lambur dan suatu varietas lokal, (top saoil) dan bawah (sub-soil) menggunakan
berikut beberapa galur dari IRRI (International gypsum; (3) pengkayaan bahan organik dengan
Rice Research Institute) digolongkan toleran pengembalian residu tanaman dan pupuk
terhadap salinitas pada stadia vegetatif. Varietas- kompos; (5) pengkayaan hara mikro terutama
varietas padi yang dianggap toleran terhadap dalam bentuk chelat atau fritted trace element
kondisi-kondisi tanah yang berhubungan dengan (FTE); (7) pengkayaan dan optimasi peran
gambut, kemasaman dan salinitas di lahan mikroba bermanfaat; dan (8) pemeliharaan
pasang-surut adalah Banyuasin, Batanghari, kesuburan tanah dengan penyediaan sumber air
Dendang, Indragiri, Punggur, Martapura, irigasi.
Margasari, Siak Raya, Air Tenggulang, Lambur b. Pengelolaan Sistem Budidaya Tanaman
dan Mendawak dapat digunakan namun Pengelolaan lahan sawah terdampak dan
adaptasinya di daerah tertentu memerlukan kemudian menatanya secara tepat merupakan
pengujian dan evaluasi lebih jauh. salah satu keberhasilan dalam mengembalikan
Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan fungsi produksi dan jasa bioekohidrologis lahan
yaitu: (1) penggunaan varietas tanaman tahan sawah. Sistem pengelolaan dan penataan lahan
salinitas; (2) penyiapan fasilitas drainase untuk dan penentuan jenis komoditas yang sesuai
mencuci kelebihan garam-garam, dan (3) sangat tergantung pada kondisi biofisik tipe
pengelolaan nutrisi tanaman yang baik, termasuk lahan dan kondisi airnya yang kesemuanya
hara mikro. Penyediaan drainase memerlukan merupakan sistem dalam manajemen
struktur sistem irigasi dan drainase yang baik, pengelolaan lapang-lapang produksi (agronomi).
dan pengelolaan nutrisi tanaman yang baik Sistem budidaya pada lahan sawah terdampak
bukanlah sesuatu yang mudah. Kedua cara ini dapat secara hipotesis dibagi menjadi empat
tidak mudah dilaksanakan, karena itu macam yaitu sistem sawah, tegalan, surjan, dan
keberhasilannya lama. Dalam waktu dekat, caren.
penggunaan varietas padi yang tahan merupakan

24 J-PAL, Vol. 3, No. 1, 2012


Pengelolaan Lahan dan Budidaya Tanaman Lahan Terdampak Lumpur (Thohiron., et al.)

1) Sistem Sawah mengurangi resiko kegagalan. Selain itu, surjan


Sawah adalah sebidang lahan yang dibatasi juga dapat digunakan sebagai sarana suksesi dari
oleh pematang untuk menampung kelebihan air pertanaman Padi dan Palawija.
sehingga kondisinya menjadi tergenang untuk Pembuatan surjan dilakukan dengan cara
dibutuhkan tanaman padi. Selanjutnya Najiyati merendahkan/menggali sebagian permukaan
(2005), sawh adalah lahan untuk usahatani yang tanah dan meninggikan permukaan tanah lainnya
bisa tergenang air pada waktu dibutuhkan secara beraturan. Bagian yang direndahkan
terutama untuk menanam Padi sawah. Pada disebut tabukan atau sawah, digunakan untuk
waktu-waktu tertentu, airnya dapat dikeluarkan bertanam padi terutama di musim hujan. Pada
sehingga tanah menjadi macak-macak atau musim kemarau, lahan sawah masih dapat
kering. digunakan untuk bertanam Palawija atau
Sawah hanya dibuat pada lahan potensial, sayuran. Bagian yang ditinggikan disebut guludan
bergambut, dan gambut dangkal dengan atau baluran yang dapat digunakan untuk
kedalaman kurang dari 75 cm. Tanah gambut bertanam Palawija, sayuran, Padi gogo, atau
dengan kedalaman lebih dari 75 cm terutama tanaman tahunan/ keras. Apabila bagian guludan
yang belum matang, sulit dibuat sawah. Hal ini surjan digunakan untuk tanaman tahunan
karena dalam keadaan tergenang, lahan seperti (Pisang), penataan lahan ini disebut pula sebagai
itu akan amblas jika diinjak. Disamping itu, sistem lorong atau wanatani.
lapisan kedap air atau tapak bajak (hard pan) Pembuatan surjan di lahan yang mengandung
sulit dibentuk sehinggga banyak memerlukan pirit, dilakukan secara bertahap. Pertama-tama
pasokan air. hanya berupa guludan memanjang saja
2) Sistem Surjan kemudian diperlebar setiap kali habis panen
Sistem surjan sudah sejak lama dikenal dan hingga memperoleh ukuran yang dikehendaki.
diterapkan petani di beberapa lokasi di Sumatera Jika pitritnya dangkal, sebaiknya tidak dibuat
dan Kalimantan terutama pemanfaatan lahan surjan tetapi disawahkan saja.
gambut dangkal (< 75 cm) untuk budidaya 3) Sistem Tegalan
pertanian. Sistem budidayanya masih tradisional Lahan tegalan adalah lahan yang permukaan
sehingga produksinya tidak memadai, namum tanahnya tidak tergenangi air. Lahan ini dapat
sistem ini mempunyai kearifan tradisional yang dibuat di lahan tergenang atau rawa jika airnya
ramah lingkungan. terbatas atau tidak mungkin disawahkan dan
tidak dapat dibuat surjan. Lahan ini digunakan
Caren keliling Caren palang
untuk bertanam padi gogo, palawija, sayuran,
dan tanaman tahunan.
Meskipun tidak tergenang air, tegalan di
lahan rawa perlu dijaga kelembabannya
terutama bila piritnya dangkal atau tanahnya
gambut. Drainase di lahan ini juga harus lancar
untuk membuang senyawa-senyawa beracun
terutama di lahan sulfat masam, lahan gambut,
dan lahan bukaan baru. Untuk itu, lahan perlu
dilengkapi dengan tata saluran yang tepat dan
Tanggul Tanggul dilengkapi dengan pintu-pintu air yang berfungsi
baik.
Gambar 1. Penataan lahan sistem tegalan Saluran pengendali (terdiri atas saluran cacing
dan saluran kolektor) adalah saluran yang berada
Surjan dibangun untuk memperoleh/ mem- di dalam lahan pertanaman. Saluran ini dibuat
bentuk lahan sawah yang bisa ditanami padi dan terutama di lahan sulfat masam dan gambut
lahan kering yang bisa ditanami palawija, dengan tujuan untuk memperlancar distribusi air,
sayuran, atau tanaman tahunan dalam waktu memperlancar drainase, mempertahankan ke-
yang bersamaan. Sistem penataan lahan ini lembaban tanah, dan mencuci senyawa beracun.
sering dibuat petani karena lahan tidak terluapi Saluran kolektor dimaksudkan untuk
air atau pasokan air terbatas sehingga tidak mempertahkan muka air tanah, sedangkan
dapat membuat sawah pada seluruh lahan. saluran cacing untuk memperlancar distribusi air
Keuntungan pembuatan surjan adalah petani dan drainase dalam petakan lahan.
dapat menganekaragamkan komoditas sehingga

J-PAL, Vol. 3, No. 1, 2012 25


Pengelolaan Lahan dan Budidaya Tanaman Lahan Terdampak Lumpur (Thohiron., et al.)

4) Sistem Caren lainnya atau antara tanaman tahunan dengan


Lahan tergenang seperti rawa lebak tengahan tanaman semusim. Biasanya dipilih jenis
ditata dengan sistem caren yang dikombinasikan tanaman yang memiliki perbedaan tinggi agar
dengan surjan atau saluran cacing. Prinsip distribusi cahaya matahari lebih merata, memiliki
pembuatan caren adalah seperti membuat perbedaan umur sehingga memiliki waktu panen
embung atau tandon air di masing-masing lahan yang tidak sama, dan memiliki sistem perakaran
sehingga bisa mengurangi genangan di musim yang berbeda agar tidak terjadi perebutan unsur
hujan dan menjadi sumber air di musim kemarau. hara. Sebagai contoh adalah tumpang sari antara
Caren biasanya dibuat pada masing-masing lahan tanaman jagung dengan tanaman kedelai, atau
petani. Satu unit caren umumnya berkisar antara jagung dengan kacang tanah.
0.25 – 0.5 ha. Tumpang sari memiliki kelebihan diantaranya
karena distribusi kebutuhan tenaga kerja dan
pendapatan lebih menyebar. Di samping itu,
resiko kegagalan menjadi lebih kecil. Kegagalan
panen umumnya hanya terjadi untuk satu jenis
tanaman. Apabila satu jenis tanaman gagal panen
karena suatu hal, petani masih dapat
mengharapkan keberhasilan dari tanama lainnya.
3) Tumpang Gilir
Tumpang gilir adalah sistem pertanaman
dengan membudidayakan lebih dari satu jenis
tanaman pada tempat yang sama tetapi dengan
Saluran cacing Saluran drainase
k waktu tanam yang berbeda. Jenis yang ditanam
u
Gambar 4. Sistem Caren a merupakan tanaman semusim yang memiliki
r
t perbedaan ketinggian. Sebagai contoh, tanaman
e
c. Pengelolaan Sistem Pertanaman r jagung ditanam terlebih dahulu dengan sistem
Sistem pertanaman adalah pengaturan jenis monokultur. Dua hingga tiga minggu sebelum
tanaman dan pola tanam dalam suatu lahan panen, tanaman kacang tanah ditanam di sela-
untuk memperoleh produksi dan keuntungan sela barisan tanaman jagung.
yang optimum. Sebagai alternatif pilihan, Sistem ini digunakan biasanya untuk
beberapa sistem pertanaman yang perlu mengejar berakhirnya musim hujan sehingga
diketahui untuk dapat digunakan dalam kgiatan tanaman yang kedua masih dapat memperoleh
budidaya lahan lumpur marine, diantaranya suplai air. Di samping itu, juga untuk menghemat
adalah monokultur, tumpangsari, tumpang gilir, waktu dan lahan sehingga diperoleh
sistem lorong atau wanatani, dan sistem terpadu. produktivitas lahan yang lebih tinggi.
1) Monokultur 4) Sistem Lorong atau Wanatani
Monokultur adalah sistem pertanaman dalam Sistem lorong atau wanatani merupakan
suatu lahan dengan satu jenis tanaman. Tanaman sistem budidaya tanaman tahunan dan semusim
yang diusahakan dapat berupa tanaman semusim dalam waktu yang bersamaan. Tanaman
atau tanaman tahunan. Monokultur mempunyai semusim ditanam diantara satu hingga dua
kelebihan karena pelaksanaan budidayanya lebih barisan tanaman tahunan. Guludan surjan yang
mudah, serta kebutuhan tenaga kerja per satuan ditanami tanaman tahunan, juga termasuk
luas lahan lebih sedikit. Kelemahannya, budidaya wanatani.
mempunyai resiko kegagalan yang lebih besar. Di Jenis tanaman tahunan yang dibudidayakan
samping itu, kebutuhan tenaga kerja biasanya bisa berupa tanaman perkebunan, buah-buahan,
menumpuk pada waktu tertentu. Di waktu lain, atau tanaman kehutanan. Kelebihan sistem ini,
petani menganggur karena tidak ada pekerjaan. petani dapat memperoleh penghasilan dari
2) Tumpang sari tanaman semusim sambil menunggu tanaman
Tumpang sari adalah sistem pertanaman tahunan memberikan pendapatan.
dalam suatu lahan dengan dua jenis tanaman Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem
atau lebih yang ditanam pada waktu yang wanatani adalah barisan tanaman tahunan harus
bersamaan. Jenis tanaman yang diusahakan membujur ke arah timur dan barat serta jarak
biasanya tanaman semusim dengan tanaman tanamnya tidak terlalu dekat. Maksudnya, agar
semusim lainnya. Tetapi bisa juga antara distribusi sinar matahari dapat merata sehingga
tanaman tahunan dengan tanaman tahunan

26 J-PAL, Vol. 3, No. 1, 2012


Pengelolaan Lahan dan Budidaya Tanaman Lahan Terdampak Lumpur (Thohiron., et al.)

tanaman semusim tetap dapat memperoleh sinar Alam, S.M., R. Ansari dan M.A. Khan. 2001. Reclaiming
matahari sepanjang hari. Saline/Sodic Soil. The Dawn Group of Newspaper.
5) Sistem Terpadu Anon, 2009. Pedoman Teknis Reklamasi Lahan TA,
2009: Direktorat Pengeloaan Lahan, Dirjen
Pertanian terpadu merupakan sistem
Pengelolaan Lahan dan Air. Deptan, Jakarta,
budidaya dua jenis komoditas pertanian atau
Januari 2009.
lebih dalam satu siklus yang saling berkaitan. Ayers, R.S. dan D.W. Westcot. 1994. Water Quality of
Sebagai contoh adalah pemeliharaan ternak Agriculture. Food And Agriculture Organization of
ayam, dipadukan dengan budidaya ikan, dan The United Nations Rome.
tanaman sayuran. Ikan dan ayam dipelihara Brinkman, R dan V.P Singh. 1982. Rapid reclamation of
dengan sistem longyam, yaitu pembuatan kolam brackish water fishponds in acid sulfate soils. ILRI.
ikan di bawah kolong kandang ayam. Kotoran Publ. Wageningen. Netherlands. p: 318-330.
ayam digunakan untuk membuat pupuk kandang Conway, G.R., I. Manwan dan D.S. McCauley. 1984.
The Sustainability of Agricultural Intensification in
atau kompos/ bokasi. Sisa seleksi hasil sayuran
Indonesia. The Ford Foundation and The Agency
dapat digunakan untuk pakan ayam dan pakan
for gricultural Research and Developm ent.
ikan. Ministry of Agriculture, Jakarta.
Pupuk kandang dan kompos yang dihasilkan Franzen, D.C. Fanning, dan T. Gregoire. 1994.
dapat digunakan untuk memupuk tanaman Managing Saline Soil in The North Dacota. North
sayuran atau tanaman tahunan. Sementara Dacota State University. NDSU Extension Service.
daun-daun tanaman tahunan dan tanaman Hardjowigeno, S. 1996. Pengembangan lahan gambut
penutup tanah dapat digunakan sebagai bahan untuk pertanian: suatu peluang dan tantangan.
pembuatan kompos. Tanaman penutup tanah, Bahan Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanah.
Fakultas Pertanian. Bogor.
dapat pula dimanfaatkan sebagai pakan ternak
Jumberi,A. dan M.P.Yufdy. 2007. Potensi Penanaman
ruminansia.
Serealia dan Sayuran pada Tanah Terkena Dampak
Tsunami. Balai Penelitian Tanah Rawa dan BPTP
KESIMPULAN Sumatra Utara.
1. Salinitas dan toksisitas unsur meracun Mengel, K. dan E.A. Kirkby. 1979. Principles of Plant
menjadi masalah penting pada lahan sawah Nutrition. International Potash Institute. P.O. Box
terdampak lumpur marine yang telah banyak CH-3048 Worblaufen-Bern, Switzerland.
menimbulkan dampak pada degradasi Najiati, S., Muslihat, dan I Nyoman N. Suryadiputra.
kesuburan lahan pertanian dan lingkungan. 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk
Pertanian Berkelanjutan. Proyek Climate Change,
2. Pengaruh salinitas lumpur marine tersebut
Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands
antara lain terlihat dari perubahan pada
International-Indonesia Programme and Wildlife
aspek kesuburan lahan sawah dan Habitat Canada. Bogor. 241 pp.
pertumbuhan tanaman. Sembiring dan A.Gani. 2007. Adaptasi Varietas Padi
3. Upaya pengelolaan lahan terdampak lumpur pada Tanah Terkena Tsunami. Balai Besar
marine yang dilakukan lebih ditujukan pada Penelitian Tanaman Padi
agroekologi biofisik lahan yang meliputi Zeng, L., S.M. Lesch dan C.M. Grieve. 2003. Rice
pengelolaan sistem perbaikan kesuburan growth and yield respond to changes in water
lahan (rehabilitasi), sistem budidaya tanaman depth and salinity stress. Agricultural Water
Management 59: 67–75.
dan sistem pengelolaan pertanaman (pola
pertanaman).
4. Penggunaan komoditas dan varietas/ kultivar
toleran dan adaptif salin sangat diperlukan
untuk mengembalikan dan meningkatkan
produktivitas lahan dan produksi tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Abrol, I. P. 1986. Salt-Affected Soils: Problems and
Prospects in Developing Countries. In: Global
Aspects of Food Production. P: 283-305 M.S.
Swaminathan and S.K. Sinha (Eds.). Tycooly
International Riverton, New Jersey-United States.
Agus, F., dan IGM. Subiksa. 2007. Status Hara Tanah
Terpengaruh Lumpur Tsunami dan Implikasi
Pengelolaannya. Balai Penelitian Tanah Bogor.

J-PAL, Vol. 3, No. 1, 2012 27

Anda mungkin juga menyukai