id
TESIS
Oleh
Dedhi Subandriyo
S501008013
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ke hadirat Alloh, Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk
dan rahmat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaian Tesis dengan
Tesis ini dimaksudkan sebagai penelitian yang merupakan salah satu persyaratan
untuk mencapai derajat magister, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakan
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Sebelas Maret.
3. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, SpPD-KR FINASIM, selaku Dekan
4. Dr. Hari Wujoso, dr. SpF, MM selaku Ketua Program Studi Magister
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5. Ari Natali P. dr. MPH. Ph.D. selaku Sekretaris Program Studi Magister
6. Sugeng Budi Santosa, dr, SpAn. KMN selaku Kepala SMF Ilmu Anestesi
dan masukan yang diberikan pada penulis dalam menyelesaikan karya tulis
ini.
7. Mulyo Hadi Sudjito dr, SpAn KNA selaku Ketua Program Studi
dan memberikan masukan dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih telah
9. Kedua orang tua penulis, Bapak Endi Suwadji dan Ibu Titik Murgiati yang
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10. Istri tercinta dan tersayang, Nurul Indarti Setyaningrum, yang tak pernah
menjalani pendidikan.
11. Kakak-kakakku yang penulis cintai dan sayangi, yang selalu memberi
terkhusus dr. Frans Kausario dan dr. Arya Windhi yng telah membantu
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tesis ini yang tidak
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik
Dedhi Subandriyo, dr
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACK
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Latar Belakang : Nyeri kronis pasca bedah merupakan salah satu konskuensi dari
adanya proses inflamasi yang berlebihan. Proses inflamasi pasca bedah diawali
dengan pelepasan mediator inflamasi oleh sel residen, dimana salah satunya
adalah sel mast. Ketotifen sebagai agent stabilisasi sel mast, telah terbukti
mencegah terjadinya degranulasi sel mast yang akan melepaskan berbagai
mediator, termasuk sitokin proinflamasi interleukin 6.
Tujuan : Membuktikan pengaruh pemberian ketotifen terhadap penurunan kadar
interleukin 6 serum dan skor nyeri pada operasi mastektomi
Metode : Uji klinik dengan desain double blind randomized controlled trial. 30
pasien yang menjalani operasi mastektomi dibagi menjadi dua kelompok. K1,
kelompok ketotifen terdiri dari 15 pasien yang menjalani operasi mastektomi
dengan pemberian ketotifen oral perioperatif, dan K2, kelompok kontrol terdiri
dari 15 pasien yang menjalani operasi mastektomi yang diberikan plasebo oral.
Sebelum operasi dan hari ketiga setelah operasi pasien di periksa kadar interleukin
6 serum dan skor nyeri. Perubahan kadar interleukin 6 dan skor nyeri sebelum dan
setelah operasi yang didapat di analisa dengan uji statistik independent t-test.
Hasil : Ada perbedaan yang bermakna (p < 0.05) dari perubahan kadar interleukin
6 dan skor nyeri pada kelompok yang diberi ketotifen yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kesimpulan : Ketotifen mempunyai peran dalam pencegahan nyeri paska operasi,
dimana ketotifen efektif mengendalikan reaksi inflamasi yang berlebihan paska
operasi yang ditandai dengan hambatan produksi interleukin 6.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ix
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Farmakokinetik............................................................ ...................... 44
d. Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian .................................................. 44
e. Efek Samping .................................................................................... 45
4. Sel Mast .................................................................................................. 46
B. Kerangka Teori ............................................................................................ 53
C. Kerangka Konsep ......................................................................................... 54
D. Hipotesis ...................................................................................................... 55
C. Pembahasan………………………………………………... ....................... 69
A. Kesimpulan ................................................................................................. 72
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
komplek yang ikut andil dalam suatu proses inflamasi dan nyeri akut pasca
operasi, dan dalam beberapa kasus berlanjut ke nyeri kronik pasca operasi.
memberikan obat-obat tersebut di atas, dan non steroid anti inflamasi drugs
(NSAID) yang bekerja pada jalur cyclooxygenase (COX) inhibitor, baik COX-1
maupun COX-2 paling banyak digunakan, namun pada hambatan pada jalur
dihasilkan dari jalur ini memiliki andil yang besar dalam proses inflamasi
migrasi ke daerah inflamasi seperti netrofil, basofil, makropage dan sel mast
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
inflamasi, nyeri akut bahkan timbulnya nyeri kronis pasca operasi (Smyth &
luka operasi sembuh bisa menjadi suatu masalah. Hal tersebut dikenal sebagai
nyeri kronis pasca bedah, yang berlangsung antara tiga sampai enam bulan
pasca operasi (Kehlet et al., 2006). Disebutkan antara 10 sampai 50% pasien
kaki, maupun coronary artery bypass grafting (CABG) (Tillu et al., 2012).
datangnya sel-sel lekosit seperti netrofil, basofil dan sel mast yang melepaskan
mediator inflamasi terutama yang diperankan oleh sel mast, sehingga proses
inflamasi yang terjadi bertambah hebat (Smyth & Fitzgerald, 2012). Beberapa
growth factor-β. TNF-α dan IL-6 dari sel mast meningkatkan migrasi lekosit
dalam hal pertahanan diri, sitokin proinflamasi bisa memacu terjadinya kondisi
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dari proses inflamasi yang berlebihan maupun suatu manifestasi dari nyeri
neuropati yang disebabkan oleh cedera pembedahan pada syaraf perifer (Kehlet
et al., 2006). Kejadian nyeri kronis pasca bedah relatif tinggi, dan hal itulah
inflamasi pasca bedah sebagai usaha untuk mengurangi kejadian nyeri kronis
reseptor histamin, efek lain yang menguntungkan dari obat ini berhubungan
sel Mast, basofil dan netrofil. Dari penelitian Novianto (2013) telah
tikus wistar yang dilakukan insisi pembedahan dan penelitian Apandi (2013)
mediator sel Mast dengan cara kombinasi, memblokade influks Ca++ dari
beberapa mediator pro-fibrotik dari sel Mast juga disekresi lewat mekanisme
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang memiliki peran terjadinya nyeri kronis pasca operasi, sehingga bisa
setiap hari dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RS. Dr. Moewardi dan resiko
terjadinya nyeri kronis paska operasi pada pasien ini juga tinggi.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
2. Apabila penelitian ini terbukti, maka dapat dijadikan sebagai dasar untuk
operasi.
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. NYERI
adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis
dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan
yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, luka operasi atau terinfeksi.
Radang atau inflamasi merupakan satu dari respon utama sistem kekebalan
dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
al, 2007).
Respon inflamasi dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam
dan aktivasi molekul adhesi, akan memungkinkan sel darah putih bermigrasi
atau nyeri, rubor atau memerah, functio laesa atau daya pergerakan
yang sering menjadi keluhan utama yang dirasakan pasien sehingga mencari
itu sendiri harus ditujukan terhadap proses yang mendasari dari timbulnya
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
nyeri tersebut, termasuk dalam usaha mengontrol nyeri yang terjadi. Pasien
adalah nyeri neuropatik yaitu nyeri yang disebabkan oleh sinyal yang
sistim syaraf. Terdapat beberapa hal yang sama pada pola nyeri yaitu pola
(inflammatory pain), dan bisa juga karena adanya kerusakan jaringan syaraf
yang disebut nyeri neuropatik (neuropatic pain). Nyeri pasca bedah adalah
suatu nyeri akut yang termasuk nyeri patologik dan terjadi oleh sebab
kerusakan jaringan dan reaksi inflamasi. Sensasi nyeri yang dirasakan pasca
bedah bisa disebabkan oleh karena ada sensitisasi syaraf perifer dan
sensitisasi syaraf sentral. Dari segi perjalanan waktu, nyeri terbagi atas nyeri
akut dan nyeri kronik, dimana nyeri pasca bedah termasuk dalam nyeri akut.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sedangkan nyeri kronik tidak selalu disebabkan oleh adanya nosiseptif ini.
Nyeri akut yang tidak ditangani dengan baik bisa berkembang menjadi nyeri
tentang adanya ancaman bahaya atau cedera. Stimulasi suhu (>42oC), kimia
(misalnya pH, produk plasma) atau kerusakan mekanis pada ujung sensorik
otak dan talamus. Sistem poyeksi ini mewakili dasar rangsangan somatik
dan visera yang memberikan hasil berupa usaha menarik diri atau keluhan
informasi nyeri yang dibawa dari reseptor perifer di kulit dan viseral ke
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
input sensorik tersebut ke medula spinalis dan batang otak. Akson sensorik
visera, meninges) dan terdiri dari tiga macam serabut saraf (Marsaban et al,
2009)
melalui ligant-gated ion chennel atau dapat pula melalui reseptor metabotropik
yang berkaitan dengan sistem second messenger untuk dapat mengaktifkan dan
perbedaan mediator dan mekanisme kerja pada saat nyeri. (Marsaban et al,
2009)
1. Transduksi
commit
endogen berupa bradikinin, to user
substansi P, serotonin, histamin, ion H, ion K,
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan prostaglandin. Zat kimia ini terlepas ke dalam cairan ekstraseluler yang
PGs, LTs dan bradikinin. Dari sel mast dilepaskan histamin. Kombinasi
jaringan dan reparasi luka. Mediator juga mengaktifkan nosiseptor. PGs dan
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
langsung bekerja pada neuron sensoris dengan menstimuli sel lain untuk
TNF, IFN. Sitokin ini dengan cepat akan berinteraksi dengan saraf perifer
Proses transduksi dapat dihambat oleh obat anti inflamasi non steroid
2. Transmisi
yang tidak bermielin atau bermielin halus. Stimulus yang dapat direspon
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
gelatinosa (lamina II, III), lamina V dan lamina IV. Impuls ditransmisi ke
3. Modulasi
adalah sistem gerbang kendali spinal atau the gate control theory of
2006)
4. Persepsi
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sinyal kognitif pada korteks afeksi dan kognisi akan berintergrasi dan
sederhana persepsi adalah hasil integrasi dari apa yang ada pada pusat
(Setiabudi, 2005).
(Gambar 2.1). Semakin besar kerusakan jaringan yang ada semakin besar
pula mediator inflamasi yang dihasilkan dan semakin luas juga proses
inflamasi yang terjadi sehingga akibat yang ditimbulkan yaitu nyeri juga
kaskade dari sel-sel imun , seperti sel mast, netrofil, makrofag dan limfosit-
mediator nyeri. Beberapa tipe sel imun juga berperan penting dalam
perifer. Walaupun peran dan waktu pemunculan sel-sel tersebut belum jelas
benar, mereka tampak bersamaan pada saat proses inflamasi terjadi. Gambar
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2 menjelaskan, pasca cidera sel mast dan makrofag diaktifkan, beberapa
2007).
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
,sel glia dan sel saraf membentuk jaringan yang terintegrasi yang
mengandung emapat ikatan ganda yang dimulai pada posisi omega-6 untuk
6). Eikosanoid sendiri adalah hasil produk oksigenasi asam lemak rantai
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dilepaskan atau dimobilisasi dari fosfolifid membran oleh satu atau lebih
lipase dari tipe fosfolipase A2 (PLA2) (Gambar 2.1). Setidanya ada tiga
PLA2 sitosol, PLA2 sekretori dan PLA2 yang tak bergantung pada kalsium.
eikosanoid yang disisntesis yaitu spesies, jenis sel dan fenotipe tertentu sel.
a. Jalur siklooksigenase
secara konstan pada kebanyakan sel tanpa adanya. rangsangan dari luar.
gen respon dini yang terangsang secara bermakna oleh shear stress,
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang berasal dari COX-2 ginjal penting untuk perkembangan ginjal yang
sedangkan pada dosis yang lebih tinggi dapat menghambat COX-1 dan
dan sintase. Prostaglandin berbeda satu dengan yang lainnya karena dua
misal, E dan F pada PGE dan PGF) dan jumlah ikatan ganda pada rantai
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Jalur lipoksigenase
leukotrien A4 (LTA4) yang tidak stabil. Zat antara ini dapat berubah
dan LTE4. Ketiga produk ini dikenal sebagai leukotrien sisteinil atau
yang disekresikan pada asma dan anafilaksis. Kedua leukotrien ini juga
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
atau inflamasi yang disebut efek kemotaktik (Smyth & Fitgerald, 2012,
Gambar 2.4 Biosistesis leukotrien (LT): LTC4, LTD4 dan LTE4 secara
Fitgerald, 2012)
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(Madsen et al, 1992). Leukotrien memiliki peran yang sangat besar terhadap
interleukin 6 dan sitokinnya) dan hal ini dapat mensensitisasi aferen sensoris
kebanyakan pasien dengan nyeri kronis pasca bedah (Niraj & Rowbotham,
2011).
kaskade dari sel-sel imun , seperti sel mast, netrofil, makrofag dan limfosit-
mediator nyeri. Beberapa tipe sel imun juga berperan penting dalam
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perifer. Walaupun peran dan waktu pemunculan sel-sel tersebut belum jelas
benar, mereka tampak bersamaan pada saat proses inflamasi terjadi. Gambar
2.1 menjelaskan, pasca cidera sel mast dan makrofag diaktifkan, beberapa
2007).
,sel glia dan sel saraf membentuk jaringan yang terintegrasi yang
mekoordinir respon imun dan memodulasi eksitabilitas dari jalur nyeri (Ren
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.5. Imunofisiologi pasca cidera saraf tepi (Sumber : thacker et al.,
2007).
Seperti terlihat pada gambar 2.5, pasca cidera terjadi aktivasi sel-sel
imun residen, elemen-elemen non neural ( sel Schwann, sel mast, netrofil,
makrofag dan sel T) ikut terlibat serta berproliferasi dan melepaskan TNFα,
Hingga saat ini dikenal ada dua macam nyeri persisten kronis, yaitu
timbul akibat kerusakan saraf perifer atau saraf sentral. Pada nyeri
commit
nosiseptif, lesi pertama dan prosesto peradangan
user menyebabkan perubahan
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penyertaan nosiseptor yang normalnya tidak aktif, aktivasi kanal ionik dan
glia dengan sistem saraf akan merubah sensitivitas nyeri dan memediasi
Intensitas dan durasi dari nyeri tergantung sifat trauma itu sendiri, proses
yang kurang baik atau merusak proses penyembuhan luka itu sendiri
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berlebihan. Pada keadaan nyeri kronis bisa jadi disebabkan oleh pelepasan
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
selama tiga bulan setelah tindakan bedah berlangsung. Nyeri yang timbul
akibat konsekuensi dari suatu keganasan atau infeksi kronis tidak termasuk
dalam definisi ini. Nyeri kronis pasca bedah bisa terjadi pada operasi besar
operasi kecil seperti operasi hernia dan vasektomi (Akkaya & Ozkan, 2009)
diamati bahwa 50% pasien mungkin menderita nyeri kronis pasca operasi
yang berbeda, bahkan setelah suatu tindakan operasi yang sama (Akkaya &
Ozkan, 2009).
sering kejadian nyeri kronis pasca operasi. Tabel 2.1 menyajikan salah satu
contoh dari penelitian tentang data kejadian nyeri kronis pasca operasi dari
estimasi seberapa sering kejadian nyeri kronis pasca operasi dari masing-
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cedera saraf perifer besar pada saat tindakan bedah. Pada nyeri yang
respon terhadap cedera jaringan dan inflamasi. Hal ini terjadi akibat
neuron sistem saraf pusat (sensitisasi sentral), nyeri inflamasi dapat timbul
merupakan nyeri yang timbul setelah cedera saraf dan sistem transmisi
sensorik di sumsum tulang belakang dan otak (Akkaya & Ozkan, 2009).
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1. Perkiraan kejadian nyeri kronis pasca bedah (Sumber : Niraj &
Rowbotham, 2011).
operasi merupakan salah satu prasyarat terjadinya nyeri kronis pasca bedah.
cedera saraf interkostal di sekitar tempat insisi hingga 50-100%. Selain itu,
commit to
sensorik dan respon somatosensori user rangsangan listrik pada daerah
terhadap
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penelitian di atas. Maguire et al. dalam Taylan & Derya (2009) melakukan
sebelum, segera setelah operasi, minggu ke enam pasca operasi dan bulan
cedera saraf interkostal dan nyeri kronis. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai kontribusi sistem saraf pusat dan perifer untuk mengetahui
pada tingkat mana suatu lesi dapat menimbulkan neyri neuropatik melalui
cedera saraf serta cedera jaringan selain saraf yang rawan menimbulkan
menjadi penyebab meningkatnya kejadian nyeri kronis pasca bedah. Jika ini
bisa dilakukan, maka intervensi yang spesifik bisa kita lakukan. Beberap
a. Nyeri praoperasi
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2011).
Ozkan, 2009).
b. Cedera syaraf
nyeri kronis pasca bedah. Hal ini faktor yang paling penting pada
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kuatnya nyeri pada awal pasca operasi menjadi hal yang sangat
yang signifikan pada operasi hernia repair, tetapi penelitian lain pada
e. Faktor genetik
f. Faktor Pembedahan
terjadinya nyeri kronis pasca bedah, yaitu: durasi operasi, teknik bedah
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menemukan lebih banyak nyeri kronis yang terjadi setelah operasi lama
g. Faktor Psikososial
fase. Yang pertama adalah fase inflamasi, kemudian diikuti oleh fase
(Prasetyono, 2009).
1. Fase Inflamasi
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
formasi jala fibrin, sementara itu terjadilah reaksi inflamasi (Guo &
Dipietro, 2010).
2. Fase Proliferasi
ini adalah penutupan luka dan perbaikan jaringan vaskuler (Reinke &
Sorg, 2012).
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Proses epitelisasi dimulai dari tepi luka oleh sel punca dari
folikel rambut dan kelenjar keringat. Proses ini diaktivasi oleh jalur
sinyal dari sel epitel dan nonepitel pada tepi luka yang melepaskan
3. fase maturasi
fase ini berlangsung dari hari ke-7 dan bisa berlangsung lebih
Sesudah lima hari periode jeda, dimana saat ini bersesuaian dengan
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(Sudrajad, 2006).
satu tahun dan tetap berjalan dengan lambat seumur hidup. Pada proses
parut kolagen yang relatif avaskuler dan aseluler. Pengerutan luka yang
terjadi karena pergerakan ke dalam dari tepi luka juga merupakan faktor
1. Verbal Rating Scale : Metode ini menggunakan suatu word list untuk
dirasakan dari word list yang ada. Penilaian ini ada beberapa kriteria :
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
nyeri yang dirasakan. Metode ini tidak dapat digunakan pada anak
dari 0-3.
5. Faces Pain Scale : metode ini dengan cara melihat mimic wajah pasien
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. INTERLEUKIN 6
Ternyata sel-sel lain seperti makrofag, eosinofil, sel mast, sel endotel, dan
epitel juga memproduksi sitokin. Oleh karena itu istilah yang lebih tepat
interaksi antar sel dan memacu reaktivitas imun, baik pada imunitas
sebagai respon terhadap mikroba dan antigen lain yang diperantarai dan
mengatur reaksi imunologik dan reaksi inflamasi. Banyak sitokin yang telah
tersebut yang ternyata mempunyai sifat biokimia dan sifat biologik serta
commit to user
fungsi yang serupa. Nama yang disepakati adalah intrleukin yang berarti
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
beberapa jenis interleukin yaitu IL-1 hingga IL-35, dan berbagai percobaan
fungsi serta mengontrol sel sistim imun dan jaringan (Baratawidjaja, 2006).
limfosit-T sitotoksik dan sel NK. IL-6 adalah salah satu mediator yang
commit to user
paling awal dan penting dalam induksi dan mengontrol sintesa protein fase
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
akut pada trauma, infeksi, pembedahan, dan luka bakar. Setelah terjadi
hari. IL-6 dipertimbangkan sebagai marker yang sangat relevan dari derajat
3. KETOTIFEN
mempunyai efek anti histamin dan anti anafilaktik. Hal itu ditunjukkan
pelepasan histamin dan leukotrien dari basofil dan jaringan paru, untuk
kalsium, untuk memblok reaksi anafilaktik kulit pasif, dan untuk mencegah
asma baik yang disebabkan oleh obat atau yang disebabkan oleh alergen.
reseptor H1. Ketotifen telah disetujui oleh FDA sebagai terapi tambahan
pada dewasa dan anak diatas 15 tahun dengan asma, dan baru-baru ini FDA
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
al., 2012).
a. Struktur Kimia
b. Mekanisme Kerja
sel mast dan derivat netrofil mediator inflamasi. Pada banyak penelitian
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
stabilisator sel mast yang mencegah degranulasi sel mast dengan cara
et al., 2010)
modulator sel Mast yang menginduksi aksi pro-inflamasi. Sel Mast juga
angitensin dalam nefrophati IgA. Sekresi sitokin dari sel Mast dan sel
peningkatan IL-4,5,6 yang merupakan sitokin dari sel TH2 dan sel Mast.
c. Farmakokinetik
mencapai kadar puncak dalam plasma dalam 2-4 jam setelah pemberian.
dari ketotifen sediaan tablet lepas lambat. Karena adanya efek first-pass
plasma setelah dosis oral multipel sebesar 1mg, 2 kali sehari adalah 1.92
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mg/L pada dewasa dan 3.25 mg/L pada anak-anak, dengan daerah
dibawah kurva konsentrasi-waktu 16.98 mg/L dan 20,72 mg/L. Obat ini
metabolit-metabolit ini dalam urine adalah sebanyak 50% dan 10% dari
Pembersihan obat ini dari plasma bersifat bifasik, dengan waktu paruh
distribusi 3 jam dan waktu paruh eliminasi 22 jam pada orang dewasa.
Pola eliminasi pada anak-anak sama dengan pada dewasa. Tidak tersedia
data mengenai efek farmakokinetik obat ini pada usia lanjut atau pada
Ketotifen dalam bentuk tablet dapat diberikan pada orang dewasa dengan
dosis 1 mg, dua kali sehari digunakan bersama makanan. Dosis dapat
mengantuk, gunakan 0,5 dua kali sehari atau 1 mg pada malam hari dan
kemudian dinaikkan sampai dosis terapetik penuh. Jika perlu dosis dapat
2011).
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Untuk anak > 3 tahun diberikan sebanyak 1 mg, dua kali sehari.
Pada anak usia 6 bulan - 3 tahun diberikan dosis 0,05 mg/ kg BB dengan
pemberian per oral dua kali sehari. Pada anak-anak, dosis dapat dimulai
dengan setengah dari dosis normal dan ditingkatkan sampai dosis optimal
e. Efek Samping
diberikan secara hati-hati pada pasien yang alergi terhadap obat ini
(Dewoto, 2009).
4. Sel Mast
ilmuwan dari jerman pada tahun 1878. Distribusi dari sel mast sangat luas,
dalam jaringan, sel mast cenderung banyak berada disekitar pembuluh darah
dan serabut syaraf, dan berada dekat dengan permukaan epitel dan mukosa.
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang berbeda pula. Granula sel mast bisa hanya mengandung tryptase saja
cathepsin G (MCTC). Masing-masing tipe granula ini dominan pada sel mast
di lokasi-lokasi tertentu. MCT adalah tipe sel mast yang banyak berada di
alveoli paru-paru, mukosa usus halus, dan pada mukosa mata yang alergi.
MCTC sangat dominan pada kulit yang normal, pembuluh darah, submukosa,
Sel mast berasal dari stem cells haematopoietic, dari sunsum tulang
jaringan, sel mast bisa hidup sampai berbulan-bulan, pada kondisi tertentu,
sel mast bisa bermigrasi melalui sistim limfatik (Nigrovic & Lee, 2013).
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.11. Asal dan diferensiasi sel mast (Sumber : Nigrovic & Lee,
2013)
jaringan atau rongga serosal yang bervascularisasi di mana sel Mast pada
akhirnya akan berada. Pada vertebrata, sel Mast secara luas didistribusikan
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
progenitor sel mast (MCPs). MCPs beredar dalam darah dan masuk ke
cell factor (SCF) diperlukan untuk menjaga keberlangsungan dari sel mast,
tapi fenotip dari sel mast matur bisa berbeda-beda tergantung dari
tambahan yang berefek pada proliferasi sel mast atau fenotip aeperti il-3, il-
4, il-9, TGF β1 dan faktor mikro lingkungan. Jumlah populasi sel mast dapat
meningkat pada saat terjadi respon T helper 2 (TH2) terhadap infeksi parasit
juga proliferasi dari sel mast residen pada lokasi tersebut (Galli et al., 2008).
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dari sel-sel yang rusak, seperti heat-shock protein dan high mobility
group box 1 protein ( Rittner, 2008). TLRs berada dalam sel-sel imun,
termasuk monosit atau makrofag dan sel dendritik, dan sel imun yang
residen, sel mast dan makrofag juga diaktifkan dalam beberapa menit
Dubner, 2010).
beberapa mediator, kontak antar sel, dan trauma dapat mengaktifkan sel
mast (Nigrovic & Lee, 2013). Aktivasi ini akan menyebabkan sel mast
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mediator atau sitokin dalam pola yang berbeda tergantung jenis dan
sel-T, netrofil, dan monosit serta melibatkan makrofag (Ren & Dubner,
2010).
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berasal dari intraseluler dan influk Ca2+ dari ekstraseluler melalui kanal
Gambar 2.14. Respon kanal calcium selama aktivasi sel mast (Sumber :
Tshori & Razin, 2010).
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pada saat proses degranulasi yang terjadi secara bertahap. Lebih jauh sel
mast dapat melepaskan satu dari tipe granula, tapi tidak dengan yang lain.
Mungkin juga sel mast dapat membuat keluarnya sitokin dan kemokin
deferensiasi sel mast dan macam stimulus yang mengaktivasi sel mast
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mediator proinflammasi, TNF, Il-1, dan Il-6; sitokin Th2 Il-4, Il-5, Il-10,
dan Il-13; faktor kemotaktik meliputi Il-8 dan MIP-α; growth factor
untuk fibroblas, pembuluh darah, dan yang lain seperti βFGF, VEGF, dan
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.13).
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. KERANGKA TEORI
Trauma Pembedahan
Fragmentasi Fosfolipid
Enzim fosfolipase
Asam Arakidonat
Hidroperoksida Endoperoksidasi
Ketotifen
IL1β TNFα IL 6
Nyeri
committeori
Gambar 2.17 Kerangka to user
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Keterangan :
: merangsang/memicu
: menghambat
C. KERANGKA KONSEP
Trauma Pembedahan
Ketotifen
IL 6
Nyeri
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. HIPOTESIS
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
bulan Juni sampai Juli 2014. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Bedah Pusat
ini oleh karena tiap harinya tindakan pembedahan mastektomi cukup banyak.
B. JENIS PENELITIAN
Controlled Trial Double Blind yang pada pasien yang menjalanai operasi
penelitian dibagi menjadi dua yaitu kelompok ketotifen (K1), dan kontrol (K2),
ketotifen oral dari dua jam sebelum operasi sampai dua hari hari
plasebo oral.
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
POPULASI
Bedah Pusat RSUD Dr. Moewardi dalam kurun waktu Juni sampai dengan
Juli 2014.
Kriteria inklusi :
Kriteria eksklusi :
SAMPEL
Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu pemberian ketotifen
dan plasebo serta satu variabel terikat yaitu kadar Interleukin 6 serum, maka
”rule of thumb” maka besar sampel yang diperlukan adalah 30 pasien, jadi
commit
masing-masing kelompok adalah to user
15 pasien.
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Bebas
Ketotifen
2. Variabel Terikat
Kadar Interleukin 6
Skor Nyeri
E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Ketotifen adalah Suatu obat golongan anti histamine dalam bentuk tablet
ketotifen 1 mg yang dibuat dalam bentuk kapsul warna putih, dengan dosis
Alat ukur : -
yaitu sebelum pemberian obat pertama kali dan pada hari ketiga setelah
Satuan ukur : pg / mL
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Skor nyeri merupakan penilaian intensitas nyeri pasien yang diperiksa dua
kali yaitu sebelum pemberian obat pertama kali dan pada hari ketiga
setelah operasi.
F. INSTRUMEN PENELITIAN
a. Spuit 3 mL
b. Ketotifen oral
c. Plasebo oral
Immunosorbent Assay)
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
G. ALUR PENELITIAN
Sampel
Randomisasi
Pembedahan Pembedahan
Analisis data
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Jalannya Penelitian
a. Pasien ASA I dan II yang tiba di kamar operasi yang dijadwalkan untuk
status fisik (ASA), dan monitoring vital sign (tekanan darah, nadi, suhu).
h. Setelah tiga hari pasca irisan pembedahan diambil sampel kedua (T2)
dikocok perlahan.
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
H. ANALISA PENELITIAN
Statistic 17.0 . Data demografi dan hasil penelitian dinilai apakah distribusinya
normal atau tidak dilakukan Uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel 30.
Untuk menguji data dasar umur dan berat badan dilakukan dengan
Independent Samples t Test apabila distribusi data normal. Bila distribusi data
Independent Samples t Test bila distribusi data normal. Bila distribusi data
I. PERIJINAN PENELITIAN
Ethical clearance
manusia.
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KEGIATAN WAKTU
Perijinan
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan data
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
Surakarta yang merupakan uji klinik dengan desain Randomized Controlled Trial
Double Blind pada pasien yang menjalanai operasi elektif sebagai subyek
pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kelompok penelitian
ini dibagi menjadi dua yaitu kelompok 1 (K1) sebesar 15 pasien diberi obat
15 pasien diberi placebo (dalam 1 kapsul) sebanyak 2 kali sehari dari 2 jam
sebelum operasi sampai 2 hari pasca operasi. Kedua kelompok kemudian diukur
jumlah kadar IL 6 serum yaitu pada saat sebelum operasi (base line) dan pada
pada pasien kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) untuk diamati dan dilihat
kenormalan datanya sebagai penentu uji analisis statistik yang digunakan sebagai
pengujian hipotesis. Data dianalisis dengan program SPSS Statistic 17.0 pada uji
sampel 30.
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kolmogorov-
Variabel Kelompok Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Tabel 4.1 menjelaskan data demografi pada penelitian ini yaitu umur, tinggi
badan, dan berat badan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
mempunyai distrubusi data normal karena nilai p (sig) pada shapiro-wilk lebih
B. ANALISIS DATA.
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah umur, berat badan, tinggi
badan, serum IL 6 dan VAS sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Untuk
mengetahui penyebaran data maka dilakukan uji homogenitas dengan uji Barlett
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
rata berat badan pada kelompok perlakuan 58,73±9,498 dan kelompok kontrol
responden, tinggi badan dan berat badan adalah homogen atau mempunyai
penyebaran data (varians) yang sama karena Levene test p-value > 0.05.
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kadar IL 6 pada kelompok kontrol yaitu 18,8713±16,1102 dan nilai P=0,024 < 0,05
hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna perubahan kadar IL 6
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
-10
Perlakuan Kontrol
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada grafik 4.1. menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan ada 2 pasien
Tabel 4.4 uji mann whitney nampak bahwa nilai rata-rata VAS pada kelompok
1,20±0,862 dengan p-value < 0.001 yang berarti ada perbedaan yang bermakna
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
-1
-2
-3
Perlakuan Kontrol
commit to
Grafik 4.2 Perubahan VAS Kelompok user dan Kelompok Kontrol
Perlakuan
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. PEMBAHASAN.
merupakan salah satu sebab dari adanya kejadian nyeri kronis pasca bedah (Kehlet
et al., 2006). Proses inflamasi yang terjadi setelah incisi pembedahan diawali
dengan adanya pelepasan mediator inflamasi di jaringan perifer oleh sel residen
dimana salah satunya adalah sel mast (yasuda et al., 2013). Ketotifen, sebagai
pasien diantaranya diberikan ketotifen oral, yang dilakukan pada dua jam sebelum
operasi sampai dua hari pasca operasi, dengan waktu pemberian dilakukan tiap 12
jam. Sebelum diberikan obat pertama kali, pasien diambil sampel darah untuk
mediator inflamasi pada waktu itu didapatkan dalam jumlah yang signifikan.
Proses penyembuhan luka secara sederhana dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
inflamasi terjadi pada hari ke tiga sampai hari kelima pasca trauma, dimana pada
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
fase ini banyak dikeluarkan sitokin proinflamasi dan faktor pertumbuhan untuk
hasil penelitian ini didapatkan nilai rata-rata perubahan kadar Interleukin 6 antara
yaitu 18,8713±16,1102 dan nilai P=0,024 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada
diberikan tiap 12 jam mulai dua jam sebelum operasi sampai dua hari pasca
operasi, efektif dalam menurunkan respon inflamasi yang terjadi paska operasi
yang dapat dilihat dari kadar IL 6 setelah pemberian obat lebih rendah pada
signifikan pada perubahan kadar IL 6 antara sebelum dan sesudah pemberian obat,
Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa peningkatan skor nyeri yang
dinilai menggunakan visual analog scale (VAS) pada kelompok ketotifen lebih
rendah dibanding dengan peningkatan VAS kelompok kontrol pada pasien paska
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sel mast merupakan salah satu dari sel residen yang ikut memproduksi
hal ini akan menurunkan pengeluaran interleukin 6 dan mediator inflamasi lainnya
yang dihasilkan oleh sel mast. Hal ini akan membantu dalam mengendalikan
proses inflamasi yang terjadi pasca cedera jaringan, yang selanjutnya diharapkan
bahwa pada periode inflamasi yang terjadi dalam tahap-tahap penyembuhan luka,
Akhirnya diharapkan bahwa kejadian nyeri kronis pasca bedah yang salah satunya
D. KETERBATASAN PENELITIAN
1. Pada penelitian ini kami hanyan mengukur salah satu mediator pro inflamasi
yaitu interleukin 6. Sedangkan masih ada mediator pro inflamasi lain seperti
2. Pada penelitian kami hanya digunakan satu obat dari golongan antihistamin
yaitu ketotifen.
3. Pengukuran skor nyeri paska operasi pada penelitian kami hanya dilakukan
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
A. KESIMPULAN
B. SARAN
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Aryana IGP Suka dan Biran Sjaiful I. 2006. Konsep Baru Kortikosteroid Pada
Penanganan Sepsis. Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK
UNUD/RS Sanglah.
Baratawidjaja KG, 2006. Sitokin. In: Imunologi Dasar, Edisi VII. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta. pp: 119-38.
Crawley G.C., Foster S.J, Mcmillan R.M. & Walker E.R.H. 1995. Discovery of
ZD2138, a potent, Selective, Well-Tolerated, Nonredox Inhibitor of The
Enzime 5-Lipoxygenase. The Search for Anti-Inflammatory Drudgs.
Abstr. pp 191-231.
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lalenoh HJ, Lalenoh DC. 2009. Pregabalin dan Gabapentin sebagai Analgesia
Preemptif. Majalah Anesthesia & Critical Care. Vol. 27:3.
Madsen J. Rask, Bukhave K., Laursen L.S. & Lauritsen K. 1992. 5-Lipoxygenase
inhibitors for the treatment of inflammatory bowel disease. Abstr.
Volume 36, Issue 3-4, pp C37-C46.
Marsaban AHM, Bagianto H, Ma’as EM. 2009. Mekanisme dan Fisiologi Nyeri.
In: Panduan Tatalaksana Nyeri Perioperatif. Departemen Anestesiologi
FKUI, Jakarta. pp: 1-24.
Murti B. 2010. Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kualitatif dan
kuantitatif di bidang kesehatan. Edisi ke-2 Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Murphy Glenn S., Szokol Joseph W, Greenberg Steven B, Avram Michael J,
Vender Jeffery S, Nisman Margarita and Vaughn Jessica. 2011.
Preoperative Dexamethasone Enhances Quality of Recovery after
Laparoscopic Cholecystectomy: Effect on In-hospital and Postdischarge
Recovery Outcomes. Anesthesiology Perioperative Medicine Volume 114
- Issue 4 - pp 882-890
Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe C.C. (2001). Farmakologi Ulasan
Bergambar. Lippincot’s Illustrated Reviews: Farmacology. Penerjemah
Azwar Agoes. Edisi II. Jakarta. Widya Medika. Halaman 259.
Nigrovic P, Lee DM. 2013. Mast Cells. In: Firestein GS, Budd RC, Gabriel SE,
McInnes MB, O’Dell JR (eds.), Kelleys Texbook of Rheumatology, Nine
Edition. Elsevier Inc. pp. 232-44.
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ren K, Dubner R. 2010. Interactions Between the immune And nervous Systems
in Pain. Nat Med. 16(11): 1267-1276
Rittner HL, Brack A, Stein C. 2008. Pain and The Immune System. British
Journal of Anaesthesia. 101:40–44
Sudrajad I, 2006. Perbandingan dan Hubungan Skor Histologi CD8+ dan Rasio
Skor Histologi CD4+ di Sekitar Luka dengan dan tanpa Infiltrasi
Levobupivakain pada Penyembuhan Luka Pasca Incisi. Tesis S2,
Universitas Dionegoro, Semarang.
Tshori S, Razin E. 2010. Mast Cell Degranulation and Calcium Entry-the Fyn-
Calcium Store Connection. Journal of Leukocyte Biology. 88: 837-838
Waldron N. H., Jones C. A., Gan T. J. , Allen T. K. and. Hab A. S. 2012. Impact
of perioperative dexamethasone on postoperative analgesi and side-
effects: systematic review and meta-analysis. British Journal of
Anaesthesia, 10.1093 Page 1-10
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 1
Nama : ……………………………………………………… L / P
No CM : …………………………………………………………….
Alamat : …………………………………………………………….
dan Skor Nyeri Pada Operasi Mastektomi”.. Dan Bahwa saya telah
Surakarta,…………………….. 2014
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 2
Mastektomi”
Tanggal : ……………
No. RM : …………....
Umur : ……………tahun
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
*
Umur Perlakuan .110 15 .200 .954 15 .594
*
Kontrol .151 15 .200 .890 15 .068
*
Kontrol .174 15 .200 .921 15 .201
*
BB Perlakuan .180 15 .200 .929 15 .261
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
*
IL6 Perlakuan .142 15 .200 .951 15 .538
*
Kontrol .146 15 .200 .940 15 .378
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
*
IL6_K1_ssdh .179 15 .200 .956 15 .625
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
DATA RESPONDEN
T-Test
Group Statistics
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Umur Equal 2.087 .160 -.337 28 .739 -1.400 4.158 -9.917 7.117
variances
assumed
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Mann-Whitney Test
Group Statistics
Ranks
Total 30
Total 30
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b
Test Statistics
IL6_Sebelum IL6_Sesudah
Z -1.141 -2.033
a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .267 .041
Group Statistics
commit to user
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 30
Total 30
b
Test Statistics
VAS_Sebelum VAS_Sesudah
Z -1.087 -3.514
a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .367 .000
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IL6
NO
D1 D2 Perubahan
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
VAS
NO
D1 D2 Perubahan
1 2 1 -1
2 2 2 0
3 2 0 -2
4 1 1 0
5 1 1 0
6 1 1 0
7 1 2 1
8 1 1 0
9 1 1 0
10 1 1 0
11 1 1 0
12 1 1 0
13 1 3 2
14 2 3 1
15 2 2 0
commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1 2 2 0
2 2 3 1
3 1 3 2
4 2 3 1
5 1 3 2
6 1 1 0
7 1 2 1
8 1 2 1
9 1 4 3
10 2 3 1
11 2 4 2
12 2 3 1
13 1 3 2
14 2 2 0
15 2 3 1
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
T-Test
Group Statistics
95% Confidence
Interval of the
Difference
IL6 Equal 8.273 .008 -2.381 28 .024 -10.41933 4.37617 -19.38351 -1.45515
variances
assumed
commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Group Statistics
Descriptive Statistics
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 30
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b
Test Statistics
VAS
Mann-Whitney U 40.000
Wilcoxon W 160.000
Z -3.191
a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 4
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 5
commit to user
93