Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH FARMAKOEPDEMIOLOGI

PERAN FARMAKOEPIDMIOLOGI BAGI APOTEK/ PUSKESMAS

DESAIN EPIDEMIOLOGI EKSPERIEMNTAL DAN OBSERVANTIONAL

DISUSUN OLEH: KELOMPOK I

ALFIYAN JUMDARI M
NURALANG HOTNITA SIDABALOK
HENNY E.T KALA ROBIATI SARAGIH
STEVANI SOSELISA YOEL WORAID
YULISA MATULESSY LAHERMAN KEPNO

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PAPUA) SORONG

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA

PRODI FARMASI

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Farmakoepidemiologi ini dengan judul “ Peranan Farmakoepidemiologi di apotek/
puskesmas serta desain epidemiologi eksperimental dan konvensional beserta dengan
contohnya. “. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Farmakoterapi 1.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Farmakoepidemiologi dan kepada
teman teman yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Sorong, Oktober 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Alasasn Penulisan 1

C. Manfaat Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Definisi Farmakoepidemiologi 2

B. Peran farmakoepidemiologi dalam Apotek dan Puskesmas 3

a. Peran farmakoepidemiologi dalam Apotek 3

b. Peran farmakoepidemiologi di Puskesmas 5

C. Desain Epidemiologi Eksperimental dan Observasional 6

a. Desain Epidemiologi eksperimental 6

b. Desain Epidemiologi Observasional 20

BAB III PENUTUP 26

A. Kesimpulan 26

B. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman cakupan area studi
farmakoepidemiologi dimulai dari efek samping obat, pola kebermanfaatan obat,
efikasi obat, dan pemantauan pemasaran obat. Studi yang menghubungkan ilmu
epidemiologi, farmasi klinik, farmakologi, biostatistik, demografi, dan sains
sosial telah berkembang pesat.
Farmakoepidemiologi sangat berperan dalam pengambilan keputusan terapi
yang paling tepat untuk pasien . Hal yang mendasar yang menjadi tantangan
dalam pengembangan farmakoepidemiologi adalah kurangnya sumber daya
praktisi yang berkemampuan akibat ketiadaan edukasi yang memadai.
Desain eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil
jauh sebelum eksperimen dilakukan agar supaya data yang semestinya diperlukan
dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada analisis obyektif dan
kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas.

B. Alasan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana peranan farmakoepidemiologi pada apotek dan
puskesmas.
2. Untuk mengetui desain epidemiologi eksperimental dan konvensional beserta
dengan contohnya.

C. Manfaat Penulisan
Diharpkan agar makalah ini menambah wawasan pembaca tentang peranan
Farmakoepidemiologi khususnya untuk Mahasiswa/i Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) PAPUA SORONG dan msyarakat sorong pada umumnya

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Farmakoepidemiologi
Farmakoepidemiologi berasal dari dua kata yang terdiri dari “pharmaco”
yang berarti obat dan “epidemiology” yang berarti populasi besar. Dengan kata
lain farmakoepidemiologi adalah studi yang mempelajari hubungan pengaruh
klinis suatu obat terhadap suatu populasi. Cakupan area studi
farmakoepidemiologi dimulai dari efek samping obat, pola kebermanfaatan obat,
efikasi obat, dan pemantauan pemasaran obat. Studi yang menghubungkan ilmu
epidemiologi, farmasi klinik, farmakologi, biostatistik, demografi, dan sains
sosial telah berkembang pesat.
Farmakoepidemiologi sangat berperan dalam pengambilan keputusan terapi
yang paling tepat untuk pasien . Hal yang mendasar yang menjadi tantangan
dalam pengembangan farmakoepidemiologi adalah kurangnya sumber daya
praktisi yang berkemampuan akibat ketiadaan edukasi yang memadai.

B. Peran farmakoepidemiologi dalam Apotek dan Puskesmas


a) Peran Farmakoepidemiologi dalam Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam
membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
atau masyarakat.
Peran farmakoepidemiologi di apotek yaitu meliputi farmakovigilan.
farmakovigilan adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari tentang
deteksi, penilaian, pemahaman dan pencegahan efek samping dari obat.

5
farmakovigilan yang mencakup kegiatan mendeteksi dan monitoring efek
yang tidak diharapkan dan merugikan pasien. Berkembangnya obat-obatan
baru di pasaran, maka resiko terjadinya efek yang tidak diinginkan dari obat
pada pelaksanaan terapi farmakologis semakin meningkat Edukasi terhadap
ROTD menjadi penting, mengingat kejadian tersebut berpengaruh terhadap
kualitas hidup pasien dan biaya terapi yang harus ditanggungnya
Farmakoepidemiologi sangat berperan dalam pengambilan keputusan
terapi yang paling tepat untuk pasien dalam bidang farmakoepidemiologi
Good pharmacovigilance processes (GVPV) yang berfokus pada peningkatan
laporan yang dengan jelas dan akurat mengidentifikasi reaksi obat yang
merugikan. Edukasi terhadap ROTD menjadi penting, mengingat kejadian
tersebut berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien dan reaksi obat yang
akan merugikan pasien, guna mencegah dan mendeteksi lebih dini
kemungkinan morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh terapi obat.
Salah satu keberhasilan peran yang ditunjukkan adalah pelaporan secara jeli
dan waspada terhadap kejadian ROTD yang disebabkan oleh obat-obatan
yang diduga memicu mortalitas dan morbiditas. Maka peran apotek disini
untuk masyarakat sangat penting unutk memberikan edukasi terhadap pasien
dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. 
contoh peranan farmakoepidemiologi di apotek yaitu peberian obat
antihipertensi yang di beli di apotek oleh pasien, obat-obat antihipertensi
dilaporkan memicu terjadinya disfungsi ereksi. Golongan CCB adalah
kategori obat yang paling sering diresepkan, tetapi β blocker memiliki
frekuensi kejadian ROTD lebih tinggi Reaksi dosis awal atau saat
peningkatan dosis obat antihipertensi sering mengakibatkan penurunan
tekanan darah secara mendadak, hipotensi postural, pusing, syncope, sakit
kepala, lesu, atau gejala lainnya. Maka dari tu peranan farmasi disini yaitu

6
mmonitoring efek yang tidak diharapkan dan merugikan pasien pada
pemberian obat antihipertensi.
b) Peran Farmakoepidemiologi di puskesmas
Farmakovigilan mencakup kegiatan mendeteksi kejadian efek obat
yang tidak diduga, yang tidak diharapkan dan yang merugikan.
Farmakoepidemiologi seringkali dianggap sebagai sub-domain dari
farmakovigilan. Dalam farmakoepidemiologi dilakukan kuantifikasi
frekuensi kejadian adverse effect (efek obat yang merugikan) dan
mengidentifikasi pada sub populasi mana terjadi variasi terhadap besarnya
efek tersebut. Laporan adanya adverse effect dimulai sejak akhir abad 19 saat
ditemukan bahwa penggunaan kloroform dapat meningkatkan resiko kejadian
gagal jantung. 
Sebuah contoh adverse effect yang mungkin telah terdengar akrab
adalah kasus thalidomide. Obat ini awalnya dikatakan aman dan secara
khusus diperuntukkan bagi pasien hamil, tetapi kemudian ternyata ditemukan
bahwa thalidomide menyebabkan phocomelia bila dikonsumsi pada trimester
pertama kehamilan. Pada tahun 1938 terungkap bahwa dietil glikol yang
digunakan sebagai pelarut sulfanilamid menyebabkan kebutaan. Kejadian-
kejadian ini membuat para pengambil kebijakan di beberapa negara mulai
mengembangkan sebuah sistem untuk monitoring keamanan obat. Di
Amerika FDA mulai mengumpulkan laporan kasus semua kejadian Adverse
Drug Reaction (ADR) pada tahun 1960. Pada era 1960an, atas tragedi
thalidomide dan sesudahnya atas penemuan bahwa kontrasepsi oral
meningkatkan resiko penyakit thromboembolic, maka dibuatlahCommittee
on Safety of Medicine (CSM) di UK dan sistem-sistem pelaporan spontan
yang serupa di Eropa.
Pada era tahun 1990an ditemukan bahwa thalidomide dapat
memberikan hasil yang menguntungkan pada pengobatan leprosy serta
beberapa kasus pada pengobatan AIDS. Ini menunjukkan bahwa meskipun

7
suatu obat adalah berbahaya bagi sebuah sub populasi tertentu (fetus) tapi
pada sub-populasi yang lain obat tersebut dapat justru berguna (pasien
terineksi HIV atau leprosy).
Keamanan obat merupakan salah satu peran pokok farmasis
dimanapun mereka bekerja baik di pabrik, puskesmas otoritas kesehatan.
Farmasi harus menjadi advisor pada penggunaan obat, dalam
memperkenalkan suatu obat, dalam kasus penarikan obat dari pasaran atau
dalam menentukan apakah sebuah kejadian merupakan ADR atau bukan.
Farmakovigilan didefinisikan oleh WHO sebagai: ‘the detection, assessment,
and prevention of adverse drug effects in humans’. Sumber farmakovigilan
adalah sistem pelaporan secara nasional akan sebuah kasus yang diduga ADR
dan hasil kajian farmakoepidemiologi. Tujuan utama farmakovigilan adalah
1. Deteksi dini adverse effect yang belum diketahui dan interaksi
2. Deteksi terhadap peningkatan frekuensi adverse effect yang telah
diketahui
3. Identifikasi faktor resiko dan mekanisme yang mendasari sebuah adverse
effect
4. Menetapkan aspek kuantitatif dari sebuah resiko
5. Analisis dan penyebaran informasi yang dibutuhkan bagi peresepan dan
regulasi obat. Informasi utama farmakovigilan bersumber dari pasien,
dokter, dan farmasis
.
C. Desain Epidemiologi Eksperimental dan Observasional
a. Desain Epidemiologi eksperimental
a) Definis Desain Eksperimen
Desain eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu
diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar supaya data yang semestinya
diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada analisis obyektif
dan kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas.

8
Rancangan studi eksperimen adalah jenis penelitian yang dikembangkan
untuk mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat. Menurut
Bhisma Murti rancangan studi ini digunakan ketika peneliti atau oranglain
dengan sengaja memperlakukan berbagai tingkat variabel independen kepada
subjek penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh variabel independen
tersebut terhadap variabel dependen.
Berdasarkan penelitian tersebut studi eksperimen (studi perlakuan atau
intervensi dari situasi penelitian ) terbagi dalam dua macam yaitu rancangan
eksperimen murni dan quasi eksperimen.
Tujuan dari penelitian eksperimental itu sendiri adalah Untuk
memperoleh atau mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
diperlukan dan berguna dalam melakukan penelitian persoalan yang akan
dibahas. Dengan cara: Desain yang sederhana dan Efisien
Tujuan lain dari penelitian experimental adalah untuk mengukur efek
dari suatu intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya.
Desain ini merupakan metode utama untuk menginvestigasi terapi baru.
Misal, efek dari obat X dan obat Y terhadap kesembuhan penyakit Z atau
efektivitas suatu program kesehatan terhadap peningkatan kesehatan
masyarakat. Beberapa contoh penelitian dengan desain experimental, seperti;
mengukur efektivitas penggunaan antibiotik terhadap perawatan wanita
dengan gejala infeksi saluran urin dengan hasil tes urine negatif  /negative
urine dipstict testing dan  efektivitas program MEND (Mind, Exercise,
Nutrition, Do it) terhadap tingkat obesitas pada anak-anak 
b) Prinsip-Prinsip dasar Desain eksperimental
Prinsip dasar dalam DE yang lazim digunakan yaitu: Replikasi,
Pengacakan dan Kontrol local.
1) Replikasi
Merupakan pengulangan eksperimen dasar, dimaksudkan untuk:

9
 Memberikan taksiran kekeliruan eksperimen, untuk menentukan
panjang interval konfidens (selang kepercayaan) atau dapat
digunakan sebagai satuan dasar pengukuran untuk penetapan taraf
signifikan
 Menghasilkan taksiran yang lebih akurat untuk kekeliruan
eksperimen
 Memungkinkan untuk memperoleh taksiran yang lebih baik
mengenai efek rata-rata suatu factor
Kekeliruan eksperimen yaitu Menyatakan kegagalan dari dua unit
eksperimen identik yang dikenai perlakuan untuk memberikan hasil
yang sama. Contoh: kekeliruan waktu menjalankan eksperimen,
kekeliruan pengamatan, variasi bahan eksperimen, variasi antara unit
eksperimen dan pengaruh gabungan semua faktor tambahan Untuk
mengurangi kekeliruan dapat menggunakan bahan eksperimen yang
homogen, menggunakan informasi yang sebaik-baiknya tentang
variabel yang telah ditentukan dengan tepat, melakukan eksperimen
dengan teliti, menggunakan DE yang lebih efisien
Efek dan interaksi Dalam keperluan desain eksperimen, variabel
bebas dinamakan faktor, dan nilai-nilai atau klasifikasi-klasifikasi dari
sebuah faktor dinamakan taraf faktor. Faktor-faktor dinyatakan dengan
huruf kecil a, b, c, d, dst.., sedangkan taraf faktor dinyatakan dengan
angka 1, 2, 3, dst yang dituliskan sebagai indeks untuk faktor yang
bersangkutan. Contohnya Ketika meneliti metoda pengajaran terhadap
mahasiswa. Maka hasilnya akan bergantung pada faktor-faktor jenis
kelamin, cara mengajar, lama mengajar, dan waktu pelajaran yang
diberikan. Yang merupakan taraf faktor dari faktor a (jenis kelamin)
adalah laki-laki (1) dan perempuan (2) Jika ada 3 cara mengajar maka
diperoleh taraf faktor b1, b2, b3. Jika lama mengajar diklasifikasikan

10
selam enam bulan dan satu tahun maka taraf faktornya adalah c1, c2
Jika waktu pelajaran yang diberikan adalah pagi, siang, sore, dan
malam hari, maka taraf faktornya adalah d1, d2, d3, d4.
2) Pengacakan
Berpedoman pada prinsip sampel acak yang diambil dari sebuah
populasi atau berpedoman pada perlakuan acak terhadap unit
eksperimen, maka pengujian dapat dijalankan seakan-akan asumsi yang
diambil telah terpenuhi Pengacakan tidak menjamin terjadinya
independen, melainkan hanya memperkecil adanya korelasi antar
pengamatan Pengacakan juga merupakan suatu cara menghilangkan
bias.
Unit eksperimen Yang dimaksud adalah unit yang dikenai
perlakuan tunggal dalam sebuah replikasi eksperimen dasar Seorang
karyawan merupakan unit eksperimen dalam percobaan meneliti
pengaruh kondisi lingkungan kerja terhadap produktivitas karyawan
Perlakukan adalah sekumpulan kondisi eksperimen yang akan
digunakan terhadap unit eksperimen dalam ruang lingkup desain yang
dipilih Perlakuan dapat berbentuk tunggal atau kombinasi. Contoh
percobaan efek lingkungan kerja terhadap produktivitas kerja
karyawan, maka perlakuan bisa berbentuk: Suhu, noise, pencahayaan,
fasilitas kerja, sirkulasi udara.
3) Kontrol local
Merupakan langkah-langkah atau usaha-usaha yang berbentuk
penyeimbangan, pemblokan, dan pengelompokan unit-unit eksperimen
yang digunakan dalam desain. Kontrol lokal menyebabkan desain lebih
efisien, yaitu menghasilkan prosedur pengujian dengan kuasa yang lebih
tinggi.

11
Penyemimbangan adalah Usaha memperoleh unit eksperimen,
usaha pengelompokan, pemblokan dan penggunaan perlakuan
sedemikian sehingga dihasilkan konfigurasi formasi yang seimbang.
Pemblokan adalah Pengalokasian unit-unit eksperimen ke dalam
blok sehingga unit-unit dalam blok secara relatif bersifat homogen
sedangkan sebagian besar dari variasi yang dapat diperkirakan di antara
unit-unit telah terbaur dengan blok. Variasi yang dapat diduga tidak
menjadi bagian daripada kekeliruan eksperimen, sehingga desain lebih
efisien. Contohnya ada 12 komponen mesin. Enam jenis X, tiga jenis Y,
dan tiga jenis Z. Jenis diambil sebagai blok. Blok pertama terdiri dari 6
buah komponen jenis X. Blok kedua terdiri dari 3 buah komponen jenis
Y. Blok ketiga terdiri dari 3 buah komponen jenis Z.
Pengelompokan adalah Penempatan sekumpulan unit eksperimen
ke dalam kelompok-kelompok agar kelompok yang berbeda
memungkinkan untuk mendapatkan perlakuan yang berbeda pula.
Contohnya ketika meneliti pengaruh tiga macam cara penyampaian
materi terhadap mahasiswa. Terdapat 11 mahasiswa, yang dibagi
menjadi 3 kelompok, (4-4-3). Penempatan atau pemilihan mahasiswa ke
dalam kelompokkelompok dilakukan secara acak. Masing-masing
kelompok diberikan materi dengan cara berbeda (A-B-C)
c) Contoh desain Eksperimental
Contoh Desain Eksperimen adalah : pengaruh viskositas dan volume
pelumas dalam menghasilkan akselerasi pada mesin V6. Pertanyaan yang
muncul:
1. Bagaimana pengaruh tersebut harus diukur?
2. Karakterisitik apa yang harus dianalisis?
3. Bagaimana eksperimen harus dilakukan?
4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi?

12
5. karakteristik yang harus dianalisis tersebut?
6. Faktor-faktor manakah yang penting untuk dianalisis?
7. Berapa besar pengaruh yang dianggap penting?
8. Perlukah eksperimen kontrol diambil untuk dijadikan perbandingan?
d) Jenis-jenis Desain Epidemiologi Eksperimental
Secara garis besar, desain eksperimental dalam epidemiologi, dibagi
menjadi dua kelompok besar; 1) penelitian eksperimen /randomised controlled
trial (RCT) dan 2) penelitian eksperimen klaster / cluster randomised
controlled trial (Cluster RCT). Eksperimen dengan desain RCT umumnya
dilakukan untuk intervensi secara individu seperti percobaan obat baru,
efektivitas vaksin sedangkan kluster RCT dilakukan untuk intervensi secara
kelompok (cluster) seperti untuk melihat efektivitas promosi dan pelayanan
kesehatan. Dalam perhitungan analisa statistik dan perhitungan sampel,
korelasi dan jumlah kluster lebih harus diperhitungkan dibandingkan desain
RCT yang berasumsi setiap individu itu mandiri. Berikut perbedaaan RCT
dan cluster RCT secara umum
a) Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled Trial /RCT)
Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang memperlakukan
dan memanipulasi sujek penelitian dengan kontrol secara ketat. Penelitian
eksperimen mempunyai ciri :
1)   Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang diteliti
(memanipulasi suatu variabel).
2) Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara acak
untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.
3)  Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol
hampir semua pengaruh faktor penelitian terhadap variabel hasil yang
diteliti

13
Kelebihan penelitian experimental adalah memungkinkan untuk dilakukan
randomisasi dan melakukan penilaian penelitian dengan double-
blind. Teknik randomisasi hanya dapat dilakukan pada penelitian
intervensi dibandingkan penelitian observasional. Dengan teknik
randomisasi, peneliti bisa mengalokasikan sampel penelitian ke dalam dua
atau lebih kelompok berdasarkan kritieria yang telah ditentukan peneliti
(gambar 1, 2) lalu diikuti ke depan. Teknik randomisasi bertujuan untuk
menciptakan karakteristik antar kelompok hampir sama dalam penelitian.
Kemudian, desain ini juga memungkinkan peneliti melakukan double-
blind, dimana peneliti maupun responden tidak mengetahui status
responden apakah termasuk dalam kelompok intervensi atau non-
intervensi.  Kekuatan desain ini bisa meminimalisir faktor perancu yang
dapat menyebabkan bias dalam hasil penelitian. Kelemahan penelitian
experimental berkaitan dengan masalah etika, waktu dan masalah
pengorganisasian penelitian

14
Bentuk- Bentuk Desain True Experiments (eksperimen Murni),
diantaranya sebagai berikut:
1) Pretest-Posttes Control Group Design
Terdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian
diberi pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara group
eksperimen dan grup kontrol, kemudian grup eksperimen diberikan
perlakuan sedangkan grup kontrol tidak, selanjutnya pada beberapa
waktu diberi postest pada kedua kelompok tersebut.
Hasil pretest  yang baik adalah jika nilai grup eksperimen tidak
berbeda secara signifikan. Bagan dari desain penelitian tersebut adalah
sebagai berikut

Kelas Pretest Treatment Posttest


R Eksperimen T1 X T2
R kontrol T1  - T2

Pada penelitian ini karena dilakukan randomisasi, maka kedua


kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum dilakukan perlakuan,
sehingga perbedaan hasil postes pada kedua kelompok tersebut dapat
disebut sebagai pengaruh dari perlakuan. Desain ini merupakan

15
desain yang terkuat di dalam mengontrol ancaman-ancaman terhadap
validitas, tetapi desainini sulit dilakukan di lapangan karena dari segi
etika, karena melakukan perlakuan pada kelompok yang satu dan
tidak melakukan perlakuan pada kelompok lain. Rancangan ini dapat
diperluas dengan melibatkan lebih dari satu variabel independent,
artinya perlakuan pada lebih dari satu kelompok dengan bentuk
perlakuan yang berbeda. Pada desain ini kesimpulan mengenai efek
perbedaan antara perlakuan satu sama dengan lainnya dicapai tanpa
menggunkan kelompok kontrol.3
2) Posttest-Only Control Group Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing
dipilih secara random (R). Grup pertama diberi perlakuan (X) dan
grup yang lain tidak. Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Kelas Treatment Posttest


R Eksperimen X T2
R Kontrol  - T2

Dalam penelitian tersebut, pengaruh perlakuan dianalisis


dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan
yang signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka
perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
Pada penelitianini peneliti dapat mengukur pengaruh perlakuan
pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan kelompok
tersebut dengan kelompok kontrol, tetapi peneliti tidak dapat
menentukan sejauh mana atau seberapa besar perubahan itu terjadi,
sebab pretest tidak dilakukan untuk data awal. 

3) The Salomon Three Group

16
Dalam desain ini dipilih tiga kelompok secara random. Dua
kelompok diberikan pretest dan satu kelompok tidak. Kemudian satu
dari kelompok yang  diberikan pretest dan kelompok yang tidak
diberikan pretest diberikan perlakuan eksperimen. Setelah itu ketiga
kelompok ini diberi posttest.

Treatmen
Kelas Pretest Posttest
t
R Eksperimen T1 X T2
R Kontrol 1 T1 - T2
R Kontrol 2 -  X T2

4) Randomized Solomon Four-Group Design.


Dalam desain ini dipilih tiga kelompok secara random. Dua
kelompok diberi pretest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari
kelompok pretest dan satu dari kelompok yang tidak diberikan pretest
diberi perlakuan eksperimen. Setelah itu keempat kelompok ini diberi
posttest.
Treatmen
Kelas Pretest Posttest
t
R Eksperimen T1 X T2
R Kontrol 1 T1 - T2
R Kontrol 2 -  X T2
R Kontrol 3 -  - T2

Desain penelitian ini dapat mengatasi kelemahan eksternal


validitas yang ada pada desain pretest-postest with control group.
Apabila pretes mungkin mempengaruhi subjek sehingga mereka
menjadi lebih sensitif terhadap perlakuan dan mereka bereaksi secara
berbeda dari subjek yang mengalami pretes, maka eksternal validitas
terganggu dan kita tidak dapat membuat generalisasi dari penelitian

17
itu untuk populasi, demikian pula kalau ada interaksi antara pretes
dengan perlakuan. 1
5) Pretest Control Group Design
RO1 X O2
RO3     O4
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dipilh secara
random kemudian diberi pretest untuk mengetahui adakah perbedaan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil prestes
yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara
signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2-O1)-(O4-O3). 

b) Quasi Eksperimen
Quasi Eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang
dalam mengontrol situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan
rancangan tertentu dan atau penunjukkan subjek penelitian secara tidak
acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.
Quasi experiments disebut juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk
desain ini merupakan pengembangan dari true experimental design yang
sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak
digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika peneliti
dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi
tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam
eksperimen ini, jika menggunakan random tidak diperhatikan aspek
kesetaraan maupun grup kontrol. Dibagi atas beberapa jenis diantaranya
sebagai berikut;

1. Desain Rangkaian Waktu (Time Series Design)

18
Desain penelitian ini seperti pada desain pretes-postes, tetapi
mempunyai keuntungan dengan melakukan pengukuran yang
berulang-ulang sebelum dan sesudah perlakuan. Dengan menggunakan
serangkaian pengukuran maka validitasnya lebih tinggi, dan pengaruh
faktor luar dapat dikurangi karena pengukuran dilakukan lebih dari
satu kali, baik sebelum maupun sesudah perlakuan, tetapi dalam desain
ini tidak ada kelompok kontrol.
Ciri desain ini adalah grup yang digunakan tidak dapat dipilih
secara random. Sebelum diberi perlakuan, grup diberi pretest sampai
empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan.
O1O2O3O4 X O5O6O7O8
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak
dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok
diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui
kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan.
Bila hasil pretestselama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda,
berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak
konsisten Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui
dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian
ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak
memerlukan kelompok kontrol.
Hasil pretest yang baik adalah O1=O2=O3=O4 dan hasil perlakuan
yang baik adalah O5=O6=O7=O8. Besarnya pengaruh perlakuan
adalah  (O5+O6+O7+O8)-(O1+O2+O3+O4). 
2. Non-Equivalen Group Desain
Desain ini hampir mirip dengan pretest-postest control group
design, tetapi pada desain ini kelompok ekperimen dan kelompok
kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok
eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati

19
kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua
kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan
terakhir diberikan posttest..
O1 X O2
O3     O4
Desain ini dilakukan untuk membandingkan hasil intervensi
program kesehatan di suatu kontrol yang serupa, tetapi tidak perlu
kelompok yang benar-benar sama, sehingga sering dilakukan dalam
penelitian lapangan.
Contoh desain tersebut adalah dilakukan penelitian untuk mencari
pengaruh adanya tambahan dosis obat pada sekelompok pasien
terhadap tekanan jantung. Dalam desain penelitian dipilih satu
kelompok pasien, yang separo diberi perlakuan dengan ditambah dosis
obat tertentu dan yang separo tidak. O1 dan O3 merupakan tekanan
jantung sebelum ditambah dosis. O2 merupakan tekanan jantung
setelah ditambah dosis. O4 tekanan jantung yang tidak diberi tambahan
dosis. Pengaruh tambahan dosis terhadap tekanan jantung adalah (O 2-
O1)-(O4-O3).3
3. Desain Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control
Time Series Design)
 Desain ini sama sperti pada desain rangkaian waktu, tetapi dengan
menggunakan kelompok pembanding (kontrol). Keuntungan desain ini
adalah lebih menjaminadanya validitas internal yang tinggi, karena
lebih memungkinkan adanya kontrol terhadap validitas internal.1
4. Desain Separate Sample Pretest-Postest
Dalam desain penelitian ini pengukuran pertama (pretest) dilakukan
terhadap sampel yang dipilih secara random dari populasi tertentu,
kemudian dilakukan perlakuan atau program pada seluruh populasi.
Selanjutnya dilakukan pengukuran kedua (postest) padakelompok

20
sampel lain, yang juga dipilih secara random dari populasi yang sama.
Desain ini sangat baik untuk menghindari pengaruh atau efek dari test.
Desain penelitian ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian
kesehatan dan keluarga berencana. 
Ciri dari quasi eksperimen :
1) Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek penelitian secara
tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat
faktor penelitian. Hal ini disebabkan karena ketika pengalokasian
faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis,
atau tidak praktis menggunakan randominasi.
2) Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan
pengalokasian faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak
mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan randominasi
sehingga sulit mengontrol variabel secara ketat
Tujuan penelitian experimen semu adalah untuk memperkirakan kondisi
eksperimen murni dalam keadaan tidak memungkinkan untuk mengontrol
dan atau  memanipulasi semua variabel yang relevan. Penelitian  ini
bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen, namun
pemilahan kedua kelompok tersebut tidak dengan teknik random.
Penelitian eksperimental semu bertujuan untuk menjelaskan hubungan-
hubungan, mengklarifikasi penyebab terjadinya suatu peristiwa, atau
keduanya. Desain penelitian quasi eksperimen sering digunakan pada
penelitian lapangan. Berikut adalah  langkah-langkah eksperimen quasi :
1) Melakukan tinjauan literature, terutama yang berhubungan dengan
masalah yang akan di teliti.
2) Mengidentifikasi dan membatasi masalah penelitian
3) Merumuskan hipotesis-hipotesis penelitian
4)  Menyusun rencana eksperimen, yang biasanya mencakup

21
5) Melakukan pengumpalan data tahap pertama
6) Melakukan pengumpalan data tahap pertama (pretest)
7) Melakukan eksperimen
8)  Mengumpulkan data tahap kedua (posttest)
9) Mengolah dan menganalisis data.
10) Menyusun  laporan

b. Desain Epidemiologi Observasional


Desain Epidemiologi Observasional Adalah penelitian yang dilakukan dengan
cara pengamatan (observasi) dan mencatat ciri-ciri/fenomena alam.
Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong lintang
(cross sectional) dan studi Kohort.
1. Studi potong lintang (Cross sectional)
Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan epidemiologi
yang mempelajari hubungan penyakit dan faktor penyebab yang
mempengaruhi penyakit tersebut dengan mengamati status faktor yang
mempengaruhi penyakit tersebut secara serentak pada individu atau
kelompok pada satu waktu.
Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-
variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk
efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Langkah – langkah
penelitian cross sectional :
1) Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi
faktor resiko dan faktor efek
2) Menetapkan subjek penelitian.
3) Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang
merupakan faktor resiko dan efek sekaligus   berdasarkan status
keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data)

22
4) Melakukan analisi korelasi dengan cara membandingkan proporsi
antar kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran)
Contoh : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil
dengan Berat Badab Bayi Lahir (BBL) denagn menggunakan rancanagn
atau pendekatan cross sectional.
Ciri khas rancangan cross sectional :
1) Peneliti melakukan observasi / pengukuran variabel pada suatu saat
tertentu.
2) Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua faktor baik
pemajanan (exposure) maupun penyakit yang dinilai pada waktu
yang sama.
3) Hanya menggambarkan hubungan aosiasi bukan sebab akibat.
4) Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan
tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.
Kelebihan rancangan cross sectional : Mudah dilaksanakan, Sederhana,
Ekonomis dalam hal waktu,  Hasilnya dapat diperoleh dengan cepat dan
Dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik
variabel resiko maupun efek
Kekurangan rancangan cross sectional :
1) Diperlukan subjek penelitian yang besar.
2) Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat.
3) Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.
4) Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan efek paling lemah bila
dibandingan dengan dua rancangan epidemiologi yang lain
2. Kasus kontrol (case control)
   Rancangan Kasus Kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang
mempelajari hubungan antara penyebab suatu penyakit dan penyakit yang
diteliti dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol
berdasarkan status penyebab penyakitnya. Penelitian case control adalah

23
suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor
resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Tahap-
tahap penelitian case control :
1) Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek.
2) Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel).
3) Identifikasi kasus.
4) Pemilihan subjek sebagai kontrol.
5) Melakukan pengukuran retrospetif (melihat ke belakang) untuk
melihat faktor resiko.
6) Melakukan analisis dengan menbandingkan proporsi antara
variabel-variabel objek penelitian dengan variabel-variabel kontrol
Contoh : Peneliti ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi
(kekurangan gizi) pada balita dengan prilaku pemberian makanan oleh
ibu.
Ciri rancangan kasus kontrol :
1) Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau
tidak (kontrol) suatu kasus yang ingin diamati kemudian proporsi
pemajanan dari kedua kelompok tersebut dibandingkan.
2) Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel
bebas (penyebab).
3) Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama.
4) Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek
(subjek (kasus) yang terkena penyakit) sedangkan variabel
bebasnya dicari secara retrospektif.
5) Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan
karakteristik yang sama dengan kasus.
6) Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan
diteliti

24
Kelebihan rancangan penelitian case control :
1) Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus jarang atau yang
masa latennya panjang
2) Hasil dapat diperoleh dengan cepat
3) Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit
4) Subjek penelitian sedikit
5) Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat
6) Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil
penelitian lebih tajam dibanding dengan hasil rancangan cross
sectional.
Kekurangan rancangan penelitian case control :
1) Sulit menentukan kontrol yang tepat
2) Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh
3) Sukar untuk menyakinkan dua kelompok tersebut sebanding
4) Tidak dapat dipakai lebih dari satu variabel dependen
5) Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak
dapat dikendalikan
3. Kohort
Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang
mempelajari hubungan antara penyebab dari suatu penyakit dan penyakit
yang diteliti dengan membandingkan kelompok terpajan dan kelompok
yang tidak terpajan berdasar status penyakitnya. Penelitian kohort adalah
suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor resiko dengan faktor efek melalui pendekatan longitudinal
kedepan atau prospektif. Langkah – langkah pelaksanaan penelitian
kohort :
1) Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek
2) Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)

25
3) Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek dengan
efek negatif
4) Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
5) Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang
ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada
kedua kelompok
6) Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang
mendapat efek positif dengan subjek yang mendapat efek negatif
baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok kontrol
Contoh : Penelitian ingin membuktikan adanya hubungan antara cancer
(Ca) paru (efek) dengan merokok (risiko) dengan menggunakan
pendekatan atau rancangan prospektif.
Ciri khas dari rancangan kohort :
1) Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara
yang berbaris maju ke depan
2) Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor
tertentu dan kemudian diikuti dalam periode waktu tertentu
untuk menentukan munculnya penyakit pada tiap kelompok
3) Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor
resiko dan efek
4) Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau
efek diikuti secara prospektif
5) Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui
variabel terikat (akibat)
6) Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif.

Kelebihan Rancangan kohort :


1) Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan
penyakit atau efek yang diteliti.

26
2)  Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara
faktor resiko dengan efek secara temporal.
3) Dapat meneliti beberapa efek sekaligus.
4) Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang.
5) Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan.
6) Dapat menetapkan hubungan temporal.
7) Mendapat incidence rate
8) Biasnya lebih kecil

Kekurangan rancangan kohort :


1) Memerlukan waktu yang lama.
2) Sarana dan biaya yang mahal.
3) Rumit.
4) Kurang efisien untuk kasus yang jarang.
5) Terancam Drop Out dan akan mengganggu analisis.
6) Menimbulkan masalah etika.
7) Hanya dapat mengamati satu faktor penyebab

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Farmakoepidemiologi berasal dari dua kata yang terdiri dari “pharmaco”
yang berarti obat dan “epidemiology” yang berarti populasi besar. Dengan
kata lain farmakoepidemiologi adalah studi yang mempelajari hubungan
pengaruh klinis suatu obat terhadap suatu populasi.
Desain eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu
diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar supaya data yang semestinya
diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada analisis obyektif
dan kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas
Desain Epidemiologi Observasional Adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara pengamatan (observasi) dan mencatat ciri-ciri/fenomena alam

B. Saran
Dengan berakhirnya tugas makalah ini diharapkan untuk setiap pembaca
memebeikan saran dan alasan demi kesmpurnaan makalah kami selanjutnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://metopidfkmunsri.blogspot.co.id/2013/10/penelitian-experimental-dalam.html
http://lelyria.lecture.ub.ac.id/files/2016/02/01.-Desain-Eksperimen-Pengantar.pdf
http://youngqie.blogspot.co.id/2014/12/penelitian-eksperimen-quasi-dan.html

29

Anda mungkin juga menyukai