Anda di halaman 1dari 15

The Nurse Future

Selasa, 17 April 2018

TEKNIK, STRATEGI DAN PELAKSANAAN TAHAP-TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

MAKALAH KOMUNIKASI

“ TEKNIK DAN STRATEGI PELAKSANAAN TAHAP-TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK “

Kelompok 4 :

1. Afrilia Kartini

2. Ellyanah Sari

3. Yoga Prasetyo

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

SAMPIT
2018

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayah- Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah komunikasi dengan judul “Teknik Dan Strategi
Pelaksanaan Tahap-Tahap Komunikasi Terapeutik”. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas
perhatiannya terhadap makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
sendiri dan khususnya pembaca.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan
serta kekurangan . Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan kesan dari
semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah komunikasi yang kami harapkan sebagai
pengoreksi untuk kami.

Sampit, Maret 2018

Penyusun
Daftar Isi

Halaman Judul ......................................................................................................... 1

Kata Pengantar ......................................................................................................... 2

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ....................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

C. Tujuan .................................................................................................... 4

BAB II Pembahasan

A. Fase-Fase Komunikasi Terapeutik ........................................................ 5

B. Teknik dan Strategi Komunikasi Terapeutik ......................................... 7

C. Proses Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan ............................. 11

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ........................................................................................... 13

B. Saran ..................................................................................................... 13

Daftar Pustaka ......................................................................................................... 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada
pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien. Dalam
pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat
memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada
klien. Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin
hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra
rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan
terhadap sesama manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa fase-fase dalam melakukan komunikasi terapeutik?

2. Apa teknik-teknik dari komunikasi terapeutik?

3. Bagaimana proses komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

4. Apa strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

C. Tujuan Makalah

1. Membekali perawat pada saat akan melekukan tindakan kepada pasien

2. Agar perawat dan pasien terjalin komunikasi yang baik

3. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.

4. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fase-Fase Komunikasi Terapeutik

1. Tahap Persiapan (Prainteraksi)

Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada
tahap ini perawat juga mencari informasi tentang klien. Kemudian perawat merancang strategi untuk
pertemuan pertama dengan klien.

· Tugas perawat pada tahap ini antara lain:

a) Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum berinteraksi dengan klien,


perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri. Perasaan apa yang muncul sehubungan dengan interaksi
yang akan dilakukan.

b) Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan ini sangat penting dilakukan agar
perawat mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal pada saat berinteraksi dengan klien.
Misalnya seorang perawat mungkin mempunyai kekuatan mampu memulai pembicaraan dan sensitif
terhadap perasaan orang lain, keadaan ini mungkin bisa dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya
dalam membuka pembicaraan dengan klien dan membina hubungan saling percaya.

c) Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting karena dengan mengetahui
informasi tentang klien perawat bisa memahami klien. Paling tidak perawat bisa mengetahui identitas
klien yang bisa digunakan pada saat memulai interaksi.

d) Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu merencanakan


pertemuan pertama dengan klien. Hal yang direncanakan mencakup kapan, dimana, dan strategi apa
yang akan dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut (Suryani, 2005).

2. Tahap Perkenalan

Perawat harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien (Brammer dalam Suryani, 2005).
Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan
akan mendorong klien untuk membuka dirinya (Suryani, 2005). Tujuan tahap ini adalah untuk
memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini.
· Tugas perawat pada tahap ini antara lain:

a) Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka. Hubungan
saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan hubungan terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani,
2005), karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak mungkin akan terjadi keterbukaan antara kedua
belah pihak. Karena itu, untuk mempertahankan atau membina hubungan saling percaya perawat harus
bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan menghargai klien
(Suryani, 2005).

b) Merumuskan kontrak pada klien (Christina, dkk, 2002). Pada saat merumuskan kontrak
perawat juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi peran-peran perawat dan klien agar tidak terjadi
kesalah pahaman klien terhadap kehadiran perawat. Disamping itu juga untuk menghindari adanya
harapan yang terlalu tinggi dari klien terhadap perawat karena karena klien menganggap perawat
seperti dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Perawat perlu
menekankan bahwa perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah ada
pada diri klien sendiri (Suryani, 2005).

c) Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap ini perawat
mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan memberikan pertanyaan terbuka,
diharapkan perawat dapat mendorong klien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya sehingga
dapat mengidentifikasi masalah klien.

d) Merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi bersama klien
karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai. Tujuan ini dirumuskan setelah klien
diidentifikasi.

3. Tahap Kerja

Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan
pikirannya. Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat pada tahap
kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active listening, perawat membantu
klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan
mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah dipilih.

4. Tahap Terminasi
Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir
dari tiap pertemuan perawat-klien, setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu kembali dengan
klien pada waktu yang telah ditentukan.Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan secara keseluruhan.

· Tugas perawat pada tahap ini antara lain:

a) Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Dalam mengevaluasi,
perawat tidak boleh terkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar
mengulang atau menyimpulkan.

b) Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan perasaan klien
setelah berinteraksi dengan perawat. Perawat perlu mengetahui bagaimana perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat.

c) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.

d) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu,
dan tujuan interaksi.

B. Teknik & Strategi komunikasi Terapeutik

1. Bertanya

Bertanya (questioning) merupakan tehnik yang dapat mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan
dan pikirannya. Tehnik berikut sering digunakan pada tahap orientasi.

a. Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatif

Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya perawat sensitif terhadap
pikiran dan perasaan serta secara langsung berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan
nonfasilitatif (nonfacilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena memberikan
pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan, bersifat mengancam, dan tampak kurang
pengertian terhadap klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005).

b. Pertanyaan terbuka dan tertutup

Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat membutuhkan jawaban yang banyak
dari klien. Dengan pertanyaan terbuka, perawat mampu mendorong klien mengekspresikan dirinya
(Antai-Otong dalam Suryani, 2005). Pertanyaan tertutup (closed question) digunakan ketika perawat
membutuhkan jawaban yang singkat.

c. Inapropriate quantity question


Inapropriate quantity question yaitu pertanyaan yang kurang baik dari sisi jumlah pertanyaan, yang
mengakibatkan klien bingung dalam menjawab. Terlalu banyak pertanyaan merupakan tindakan yang
tidak tepat karena menimbulkan kebingungan klien untuk menjawab (Long, L dalam Suryani, 2005).

d. Inapropriate quality question

Inapropriate quality question yaitu pertanyaan yang tidak baik diberikan pada klien dan biasanya dimulai
dengan kata “why” (mengapa).

2. Mendengarkan

Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi. Mendengarkan adalah proses
aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima.
Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien dengan penuh perhatian.
Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong pembicaraan klien.

3. Mengulang

Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk
menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien (Keliat, Budi
Anna, 1992).

4. Klarifikasi

Klarifikasi adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk
menjelaskan arti dari ungkapannya. Pada saat klarifikasi, perawat tidak boleh menginterpretasikan apa
yang dikatakan klien, juga tidak boleh menambahkan informasi. Apabila perawat menginterpretasikan
pembicaraan klien, maka penilaiannya akan berdasarkan pandangan dan perasaannya.

5. Refleksi

Refleksi adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal
ini digunakan untuk memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan
menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap klien.

6. Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk membahas masalah inti
dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan. Dengan demikian akan terhindar dari
pembicaraan tanpa arah dan penggantian topik pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
mengguanakan metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien
menyampaikan masalah penting.

7. Diam

Tehnik diam digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum menjawab pertanyaan
perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran
masing-masing. Tehnik ini memberikan waktu pada klien untuk berfikir dan menghayati, memperlambat
tempo interaksi, sambil perawat menyampaikan dukungan, pengertian, dan penerimaannya.

8. Memberi Informasi

Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat
membantu dalam mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan
dengan perawatan diri dan penyembuhan klien. Informasi yang diberikan pada klien harus dapat
memberikan pengertian dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi klien serta membantu dalam
memberikan alternatif pemecahan masalah.

9. Menyimpulkan

Menyimpulkan adalah tehnik komunikasi yang membantu klien mengeksplorasi poin penting dari
interaksi perawat-klien. Tehnik ini membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang
sama saat mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali komunikasi
yang telah dilakukan.

10. Mengubah Cara Pandang

Tehnik mengubah cara pandang ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak
melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja. Tehnik ini sangat bermanfaan terutama ketika
klien berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya.

11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami
klien supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan
gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.

12. Membagi Persepsi

Membagi persepsi adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau pikirkan.
Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan antara respos verbal dan
respons nonverbal klien.

13. Mengidentifikasi Tema

Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu manangkap tema dari
seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah
penting. Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada
awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.

14. Humor

Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Florence Nightingale dalam
Anonymous (1999) dalam Suryani (2005) pernah mengatakan suatu pengalaman pahit sangat baik
ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta
menurunkan tekanan darah dan nadi.

15. Memberikan Pujian

Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan klien ketika
berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan
perilaku klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Reniforcement bisa diungkapkan dengan kata-kata
ataupun melalui isyarat nonverbal.
C. Proses Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan

1. Proses Komunikasi

a. Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dapat
berupa pengalaman, ide atau tindakan.

b. Pengirim/ sumber/ encorder, disebut juga komunikator. Bisa perorangan atau kelompok.

c. Pesan/ berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuh atau ekspresi
wajah.

d. Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan pesan pada penerima/
sasaran.

e. Penerimaan/ sasaran/ decoder, kepada siapa pesan yang ingin disampaikan tersebut dituju.

f. Umpan balik/ feed back/ respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan.

2. Komunikasi Terapeutik dalam Perawatan.

a. Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)

1) Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.

2) Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi.

3) Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.

4) Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.

5) Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang sesuai.

6) Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yang dibutuhkan.

b. Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)

1) Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.

2) Sesi perencanaan tim kesehatan.


3) Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.

4) Membuat rujukan.

c. Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)

1) Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).

2) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

3) Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.

4) Meningkatkan harga diri pasien.

5) Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.

6) Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.

d. Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)

1) Memperkenalkan diri kepada pasien.

2) Memulai interaksi dangan pasien.

3) Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.

4) Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.

5) Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.

e. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)

1) Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.

2) Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.

3) Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan


serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi
nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.

2. Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan
sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi
hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan
kemampuan berhubungan terapeutik.

B. Saran

1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk mendapatkan
persetujuan tindakan yang akan di lakukan.

2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang mudah di
mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.

3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Delami Ernawati, dkk 2009. Komunikasi keperawatan, Jakarta : trans info media

Nurhasana N. 2010 . ilmu komunikasi dalam kontreks keperawatan, Jakarta : trans info media

Tyastuti siti , dkk . 2008 . komunikasi dan konelin dalam pelayanan kebidanan . Yogyakarta : fitramaya.

Machfoedz Mahmud, 2009. Komunikasi keperawatan ( komunikasi terapeutik) yogyakarta: ganbika

Dalami,Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media

di April 17, 2018

Berbagi

2 komentar:

Nursing17 April 2018 16.45


Bagus sekali, nambah pengetahuan👍👍

Balas

Balasan

Unknown18 April 2018 06.00

iya, terima kasih

Balas

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Unknown

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai