Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kejadian Penyakit Hepatitis B Pada Ibu


Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cikande Kota Serang Tahun 2019

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).Dengan
sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengar yaitu telinga dan indra
penglihat yaitu mata (Notoatmodjo, 2012).

Hasil analisis tabel silang antara pengetahuan dengan kejadian penyakit Hepatitis B pada
ibu hamil diperoleh pada kelompok kasus lebih banyak responden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 60%. Sedangkan pada kelompok kontrol yang lebih banyak
pengetahuan kurang baik sebanyak 84,7%.

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan Uji Chi Square diperoleh nilai
P=0,000 maka ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian
penyakit Hepatitis B pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cikande Kota Serang
tahun 2019. Dan dari hasil analisis pula diperoleh nilai OR=0,124 yang artinya responden
yang memiliki pengetahuan kurang baik terhadap penyakit Hepatitis B tidak memiliki
resiko 0,124 kali lebih besar terkena penyakit Hepatitis B dibandingkan dengan
responden yang memiliki pengetahua baik tentang penyakit Hepatitis B.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sutiyono dan Wahyu (2015) tentang
ada hubungan pengetahuan keluarga mengenai hepatitis dengan perilaku pencegahan
penularan hepatitis pada keluarga pasien yang berisiko tinggi dengan nilai P=0,005 dan
OR=0,669. ( Penelitian lainnya baik yang sejalan atau mendukung, dan tidak sejalan atau tidak
mendukung)
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan masih banyak pengetahuan responden terhadap
penyakit Hepatitis B yang kurang baik. Didapatkan nilai minimal pengetahuan dengan
rata-rata 2.96 atau 3 dan nilai maksimal 6. Hal tersebut dikarenakan berbagai hal seperti,
kurangnya motivasi masyarakat terhadap kesehatan terutama bagi ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan penyakit Hepatitis B, kurangnya penyuluhan bagi ibu hamil di
sekitar wilayah kerja Puskesmas Cikande.

B. Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Kejadian Penyakit
Hepatitis B Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cikande Kota Serang
Tahun 2019

Cara cuci tangan yang baik adalah dengan menggunakan sabun dan air bersih mengalir
karena kuman mudah menpel di kedua telapak tangan, terutama di bawah kuku jari.
Waktu yang tepat saat sebelum dan sesudah makan, sebelum memgang makanan,
sebelum melakukan kegiatan jari-jari ke dalam mulut atau mata, sesudah melakukan
kegiatan (berolahraga, memegang uang, memegang binatang, berkebun) dan memegang
sarana umum (seperti pegangan bis, gagang pintu, dll), sesudah buang air besar (BAB)
dan buang air kecil (BAK) (Kemenkes RI).

Hasil analisis tabel silang antara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan kejadian
penyakit Hepatitis B diperoleh pada kelompok lebih banyak responden yang memiliki
perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang kurang baik yaitu sebanyak 100%
sedangkan pada kelompok kontrol yang lebih banyak memiliki perilaku CTPS yang baik
yaitu sebanyak 54,3%.

Berdasarkan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai
P=0,000 maka ada hubungan yang signifikan antara perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) dengan kejadian penyakit Hepatitis B pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Cikande Kota Serang tahun 2019. Dan dari hasil analisis pula diperoleh nilai
OR=0,478 yang artinya responden dengan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
yang kurang baik memiliki resiko 0,478 kali lebih besar terkena penyakit Hepatitis B
dibandingkan dengan responden yang perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun yang baik dan
sesuai dengan persyaratan dari Kemenkes.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Puti Sari,dkk (2018) dengan judul
hubungan perilaku cuci tangan, pengelolaan air minum dan rumah sehat dengan kejadian
Hepatitis di Indonesia dengan menggunakan regresi logistic untuk melihat hubungan
antara lingkungan dengan perilaku saniter terhadap kejadian Hepatitis di Indonesia.
Menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih berperilaku kurang saniter (97,5%)
dengan mayoritas responden yang terkena Hepatitis memiliki perilaku tidak saniter
(3,3%). Dari lima perilaku saniter, perilaku yang paling dominan berhubungan dengan
penyakit Hepatitis adalah cuci tangan pakai sabun (OR=1,77).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan masih banyak responden yang memiliki
perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) kurang baik. Hal itu dikarenakan berbagai hal
seperti, mencuci tangan tidak menggunakan air mengalir namun hanya menggunakan air
loogan/atau kolam, menggunakan gayung, tidak mencuci tangan setelah melakukan
aktifitas rumah tangga, tidak mencuci tangan sebelum makan, dan serta tidak
menggunakan lap kering/tisu setelah mencuci tangan.

C. Hubungan Antara Jamban Sehat Dengan Kejadian Penyakit Hepatitis B Pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cikande Kota Serang Tahun 2019

Pengertian lainnya tentang jamban adalah pengumpulan kotoran manusia di suatu tempat
sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan
menganggu estetika (Hasibuan, 2009). Sementara menurut Kementrian Kesehatan RI
jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus rantai
penularan penyakit (Kepmenkes, 2008: 852).

Hasil analisis tabel silang antara jamban sehat dengan kejadian penyakit Hepatitis B pada
ibu hamil diperoleh pada kelompok kasus lebih banyak responden yang memiliki jamban
sehat tidak memenuhi syarat yaitu 91,4% dibandingkan pada kelompok kontrol yaitu
70%.
Berdasarkan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai
P=0,014 maka ada hubungan yang signifikan antara jamban sehat dengan kejadian
penyakit Hepatitis B pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cikande Kota Serang
tahun 2019. Dan dari hasil analisis pula diperoleh nilai OR=4.571 yang artinya responden
dengan jamban sehat tidak memenuhi syarat memiliki resiko 4.571 kali lebih besar
terkena penyakit Hepatitis B dibandingkan dengan responden yang jamban sehat
memenuhi syarat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Penelitian selanjutnya Elvi Juliansyah,
dkk (2017) yang dilakukan di Puskesmas Sungai Durian yang merupakan salah satu
puskesmas dengan angka kejadian hepatitis paling tinggi pada tahun 2013 terdapat 81
kasus dan angka kejadian tertinggi terdapat di Kelurahan Kapuas Kanan Hulu yaitu 64
kasus metode penelitian menggunakan survai analitik dengan pendekatan case control
subjek penelitian sebanyak 124 orang dengan 64 orang sebagai kasus yang pernah
terkena kasus hepatitis dan kotrolnya sebanyak 64 orang yang tidak terkena hepatitis
teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. kepemilikan jamban nilai
P=0,000 dengan kejadian hepatitis.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan masih banyak jamban sehat responden yang
tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan berbagai hal seperti, pembuangan kotoran
tidak menggunakan septic tank, di dalam kamar mandi atau MCK tidak terdapat air dan
sabun yang cukup untuk pemenuhan syarat jamban sehat.

D. Hubungan Antara Rumah Sehat Dengan Kejadian Penyakit Hepatitis B Pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cikande Kota Serang Tahun 2019

Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan jasmani dan
rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya
produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh
lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan
rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan
pemukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
yang rendah, karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya
(Notoatmodjo, 2003).

Hasil analisis tabel silang antara rumah sehat dengan kejadian penyakit Hepatitis B pada
ibu hamil diperoleh pada kelompok kasus lebih banyak responden yang memiliki rumah
sehat yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 94,3% sedangkan pada kelompok
kontrol yang lebih banyak yaitu sebanyak 67,1%.

Berdasarkan analisis bivariat dengan menggunakan Uji Chi Square diperoleh nilai
P=0,000 maka ada hubungan yang signifikan antara rumah sehat dengan kejadian
penyakit Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Cikande Kota Serang tahun 2019. Dari
hasil analisis pula diperoleh nilai OR=33.717 yang artinya responden dengan kondisi
rumah sehat yang kurang memenuhi persyaratan memiliki resiko 33.717 kali lebih besar
terkena penyakit Hepatitis B dibandingkan dengan responden yang meiliki persyaratan
kondisi rumah sehat yang baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Puti Sari, dkk (2018) mengenai faktor-
faktor risiko. Pengetahuan imunisasi hepatitis, personal hygine dalam perilaku cuci
tangan mempengaruhi kejadian terhadap penyakit hepatitis hal ini didukung dari
penelitian Hubungan Perilaku Cuci Tangan, Pengelolaan Air Minum dan Rumah Sehat
dengan Kejadian Hepatitis di Indonesia Tahun 2018 Penelitian ini menggunakan regresi
logistik untuk melihat hubungan antara perilaku saniter dan faktor lingkungan dengan
prevalensi hepatitis memiliki hubungan dengan penyakit hepatitis dengan rumah sehat
(OR=2,64) dan lokasi tempat tinggal (OR=1,39) dengan kejadian hepatitis.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan masih banyak responden yang memiliki
kondisi rumah sehat yang kurang memenuhi persyaratan kurang baik. Hal tersebut
dikarenakan berbagai hal seperti, lantai dan dinding di dalam rumah tidak terbuat dari
bahan yang kedap air, kondisi MCK yang kurang air dan tidak terdapat sabun, terdapat
sarang tikus, dan kondisi jendela yang jarang terbuka.
E. Hubungan Antara Pengelolaan Air Minum Dengan Kejadian Penyakit Hepatitis B
Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cikande Kota Serang Tahun 2019

Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga adalah melakukan kegiatan
mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan menjaga
kualitas air dari sumber air yang akan di gunakan untuk air minum, serta menerapkan
prinsip hygiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan rumah tangga ( Permenkes No.
3 tahun 2014 ).

Penelitian Elvi Juliansyah, dkk ,(2017) selanjutnya dilakukan di Puskesmas Sungai


Durian yang merupakan salah satu puskesmas dengan angka kejadian hepatitis paling
tinggi pada tahun 2013 terdapat 81 kasus dan angka kejadian tertinggi terdapat di
Kelurahan Kapuas Kanan Hulu yaitu 64 kasus metode penelitian menggunakan survai
analitik dengan pendekatan case control subjek penelitian sebanyak 124 orang dengan 64
orang sebagai kasus yang pernah terkena kasus hepatitis dan kotrolnya sebanyak 64 orang
yang tidak terkena hepatitis teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling. Hasil menunjukan bahwa ada hubungan sumber air minum nilai P=0,000
dengan kejadian hepatitis.

F. Hubungan Antara Penggunaan Alat Makan Bersama Dengan Kejadian Penyakit


Hepatitis B Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cikande Kota Serang
Tahun 2019

Kebersihan peralatan makanan yang kurang baik akan mempunyai peranan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangbiakan kuman, penyebaran penyakit dan keracunan, untuk
itu peralatan makanan haruslah dijaga terus tingkat kebersihannya supaya terhindar dari
kontaminasi kuman pathogen serta semaran zat lainnya. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengerahui kualitas makanan jadi yaitu terjadinya kontaminasi makanan oleh bakteri
melalui kontamnasi peralatan yang tidak bersih (Anonim, 2011).
Hasil analisis tabel silang antara penggunaan alat makan bersama dengan kejadian
penyakit Hepatitis B pada ibu hamil diperoleh

Berdasarkan analisis bivariate dengan menggunakan Uji Chi Square diperoleh nilai P=

Menurut penelitian Siti Rahmah (2014), yaitu Hubungan Faktor Perilaku dengan
Kejadian Hepatitis A di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Tahun 2013. Penelitian
ini menggunakan desain peneitian case control uji statistik Chi square hasil penelitian
tidak mencuci alat dengan sabun nilai P=0,02 tukar menukar alat makan dengan nilai P =
0,00 sering makan diwarung yang hanya mencuci dengan satu ember nilai P=0,00 dan
tidak memperhatikan kebersihan warung nilai P=0,00 mempunyai hubungan yang
signifikan dengan hepatitis.

G. Hubungan Antara Penggunaan Alat Potong Kuku Bersama Dengan Kejadian


Penyakit Hepatitis B Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cikande Kota
Serang Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai