Konsep Mutu Pelayanan Keperawatan
Konsep Mutu Pelayanan Keperawatan
Oleh :
Sri Visco
183110195
DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Idrawati Bahar.S,Kep.M,Kep
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kurnia, taufik
dan hidayah-Nya kepada kami. Dengan demikian saya masih bisa menyelesaikan tugas resume
yang diberikan yang berjudul “konsep mutu pelayanan keperawatan”. Saya menyadari bahwa
tugas yang saya buat ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca. Harapan saya semoga resume yang saya susun
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, semoga Allah SWT senantiasa memeberi petunjuk
terhadap segala upaya yang kami lakukan dalam menyelesaikan laporan ini.
Penyusun
07 September 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Pelayanan adalah produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan
barang atau jasa. Jasa diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan
pelayanan (Supranto, 2006). Kotler (1997) dan Tjiptono (2004), menjelaskan karakteristik
dari pelayanan sebagai berikut :
a. Intangibility (tidak berwujud), yaitu suatu pelayanan mempunyai sifat tidak berwujud,
tidak dapat dirasakan atau dinikmati, tidak dapat dilihat, didengar dan dicium sebelum
dibeli oleh konsumen. Misalnya : pasien dalam suatu rumah sakit akan merasakan
bagaimana pelayanan keperawatan yang diterimanya setelah menjadi pasien rumah
sakit tersebut.
b. Inseparibility (tidak dapat dipisahkan), yaitu pelayanan yang dihasilkan dan
dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk
diserahkan kepada pihak lainnya, dia akan tetap merupakan bagian dari pelayanan
tersebut. Dengan kata lain, pelayanan dapat diproduksi dan dikonsumsi/dirasakan
secara bersamaan. Misalnya : pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien
dapat langsung dirasakan kualitas pelayanannya.
c. Variability (bervariasi), yaitu pelayanan bersifat sangat bervariasi karena merupakan
non standardized dan senantiasa mengalami perubahan tergantung dari siapa
pemberi pelayanan, penerima pelayanan dan kondisi di mana serta kapan
pelayanan tersebut diberikan. Misalnya : pelayanan yang diberikan kepada pasien di
ruang rawat inap kelas VIP berbeda dengan kelas tiga.
d. Perishability (tidak tahan lama), dimana pelayanan itu merupakan komoditas yang
tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Misalnya : jam tertentu tanpa ada pasien di
ruang perawatan, maka pelayanan yang biasanya terjadi akan hilang begitu saja
karena tidak dapat disimpan untuk dipergunakan lain waktu.
Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat.
a. Struktur, sarana fisik, perlengkapan, dan perangkat organisasi dan manajemen mulai dari
keuangan, SDM, dan sumber daya lainnya
b. Proses, semua kegiatan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan mulai dari dokter,
perawat, apoteker dan professional lainnya dalam berinteraksi dan berkomuniksi dengan
klien.
c. Output, hasil akhir kegiatan dan pelayanan professional yang telah diberikan kepada klien
dalam meningkatkan derjat kesehatan dan kepuasan klien
II. Mutu Pelayanan Keperawatan.
a. PengertianMutu Pelayanan Keperawatan
Mutu pelayanankeperawatan adalah derajat kesempurnaan pelayanankesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuaidengantingkat kepuasan rata-
rata penduduk, serta yang menyelenggarakannyasesuai dengan standar dan kode etik
profesi yang telah ditetapkan denganmenyesuaikan potensi sumber daya yang tersedia secara
wajar, efisien dan efektifserta diberikan secara aman, danmemuaskan sesuai dengan norma,
etika, hukum,dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuanpemerintah dan masyarakat konsumen(Morgan, 2007).
Standar praktek keperawatan telah disahkan oleh MENKES Rl dalam Surat Keputusan
Nomor : 660/Menkes/SK/IX/1987. Kemiidian diperbaruhi dan disahkan berdasarkan SK
DIRJEN YANMED Rl No : 00.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus 1993. Kemudian pada tahun
1996,DPP PPNI menyusun standar profesi keperawatan SK No : 03/DPP /SKI/1996 yang terdiri
dari standar pelayanan keperawatan, praktek keperawatan, standar pendidikan keperawatan dan
standar pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Berbagai sudut pandang mengenai definisi mutu pelayanan keperawatan tersebut diantaranya
yaitu :
Pengertian mutu pelayanan kesehatan bersifat multi-dimensional yang berarti mutu dilihat
dari sisi pemakai pelayanan kesehatan dan penyelenggara pelayanan kesehatan (Azwar, 1996)
a. Dari pihak pemakai jasa pelayanan, mutu berhubungan erat dengan ketanggapan dan
keterampilan petugas kesehatan dalam memenuhi kebutuhan klien. komunikasi,
keramahan dan kesungguhan juga termasuk didalamnya.
b. Dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan, mutu berhubungan dengan dokter,
paramedis, derajat mutu pemakaian dan playanan yang sesuai dengan perkembangan
teknologi.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1998), mutu pelayanan didefinisikan sebagai suatu hal
yang menunjukkan kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang dapat menimbulkan kepuasan klien
sesuai dengan tingkat kepuasan penduduk, serta pihak lain, pelayanan yang sesuai dengan kode
etik dan standard pelayanan yang professional yang telah ditetapkan. Tappen (1995)
menjelaskan bahwa mutu adalah penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai
dengan standar yang berlaku serta tercapainya tujuan yang diharapkan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa mutu pelayanan kesehatan sesuatu hal yang dapat meningkatkan kepuasan
dan kenyamanan klien dengan menyelenggarakan sebuah pelayanan yang optimal sesuai dengan
kode etik dan standard pelayanan professional yang berlaku serta selalu menerapkan pelayanan
yang dinamis berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
a. Wujud nyata (tangibles) adalah wujud Iangsung yang meliputi fasilitas fisik, yang
mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM
perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan.
b. Kehandalan (reliability) adalah aspek-aspek keandalan system pelayanan yang diberikan
oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan rencana
kepedulian perusahaan kepada permasalahan yang dialami pasien, keandalan
penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan janji yang
dibenikan,keakuratan penanganan.
c. Ketanggapan (responsiveness) adalah keinginan untuk membantu dan menyediakan jasa
yang dibutuhkan konsumen. Hai ini meliputi kejelasan informasi waktu penyampaian
jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam
membantu konsumen, keluangan waktu pegawai dalam menanggapi permintaan pasien
dengan cepat.
d. Jaminan (assurance) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan memberikan
jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman selama berurusan dengan
karyawan, kesabaran karyawan, dan dukungan pimpinan terhadap staf. Dimensi kepastian
atau jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi :
1. Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh
para karyawan untuk melakukan pelayanan
2. Kesopanan (Courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan
3. Kredibilitas (Credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada
perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya.
e. Empati (empathy), berkaitan dengan memberikan perhatian penuh kepada konsumen yang
meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara pribadi kepada konsumen,
pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepentingan, kesesuaian
waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen. Dimensi emphaty ini merupakan
penggabungan dari dimensi :
a. Struktur (Input)
1) fasilitas fisik, yang meliputi ruang perawatan yang bersih, nyaman dan aman,
serta penataan ruang perawatan yang indah;
2) peralatan, peralatan keperawatan yang lengkap, bersih, rapih dan ditata dengan
baik;
3) staf keperawatan sebagai sumber daya manusia, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas; dan keuangan, yang meliputi bagaimana mendapatkan sumber dan alokasi
dana.
4) Faktor-faktor yang menjadi masukan ini memerlukan manajemen yang baik, baik
manajemen sumber daya manusia, keuangan maupun logistik.
b. Proses (Process)
Tappen (1995) juga menjelaskan bahwa pendekatan pada proses dihubungkan dengan
aktivitas nyata yang ditampilkan oleh pemberi pelayanan keperawatan. Hal ini termasuk
perawatan fisik, intervensi psikologis seperti pendidikan dan konseling, dan aktivitas
kepemimpinan. Penilaian dapat melalui observasi atau audit dari dokumentasi. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pendekatan ini difokuskan pada pelaksanaan pemberian pelayanan
keperawatan oleh perawat terhadap pasien dengan menjalankan tahap-tahap asuhan
keperawatan. Dan dalam penilaiannya dapat menggunakan teknik observasi maupun audit
dari dokumentasi keperawatan. Indikator baik tidaknya proses dapat dilihat dari kesesuaian
pelaksanaan dengan standar operasional prosedur, relevansi tidaknya dengan pasien dan
efektifitas pelaksanaannya.
c. Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat terhadap pasien.
Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun
negatif. Sehingga baik tidaknya hasil dapat diukur dari derajat kesehatan pasien dan kepuasan
pasien terhadap pelayanan perawatan yang telah diberikan (Donabedian, 1987 dalam
Wijono 2000). Sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa outcome berkaitan dengan hasil
dari aktivitas yandiberikan oleh petugas kesehatan. Hasil ini dapat dinilai dari efektifitas
dari aktivitas pelayanan keperawatan yang ditentukan dengan tingkat kesembuhan dan
kemandirian. Sehingga dapat dikatakan bahwa fokus pendekatan ini yaitu pada hasil dari
pelayanan keperawatan, dimana hasilnya adalah peningkatan derajat kesehatan pasien dan
kepuasan pasien. Sehingga kedua hal tersebut dapat dijadikan indikator dalam menilai mutu
pelayanan keperawatan. Pendekatan-pendekatan di atas dapat digunakan sebagai indikator
dalam melakukan penilaian terhadap mutu. Namun sebagai suatu sistem penilaian mutu
sebaiknya dilakukan pada ketiga unsur dari sistem tersebut yang meliputi struktur, proses dan
hasil. Dan setelah didapatkan hasil penilaiannya, maka dapat dilakukan strategi yang tepat
untuk mengatasi kekurangan atau penilaian negatif dari mutu pelayanan tersebut. Namun
seiring berjalannya waktu, strategi peningkatan mutu mengalami perkembangan yang dapat
menjadi wacana kita mengenai strategi mana yang tepat dalam melakukan upaya yang
berkaitan dengan mutu pelayanan keperawatan. Oleh karena itu pada sub bab berikutnya
akan dibahas mengenai strategi dalam mutu pelayanan keperawatan.
Keperawatan sudah banyak didefinisikan oleh para ahli, dan menurut Herderson (1966,
dalam Kozier et al, 1997) menjelaskan keperawatan sebagai kegiatan membantu individu sehat
atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas untuk membuat individu tersebut sehat atau sembuh
dari sakit atau meninggal dengan tenang (jika tidak dapat disembuhkan), atau membantu apa
yang seharusnya dilakukan apabila ia mempunyai cukup kekuatan, keinginan, atau pengetahuan.
Sedangkan Kelompok Kerja Keperawatan (1992) menyatakan bahwa keperawatan adalah suatu
bentuk layanan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan, berbentuk
layanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat baik sakit maupun sehat, yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Layanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, serta kurangnya kemauan dalam melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara
mandiri.
Menurut Depkes RI (dalam Onny, 1985) telah menetapkan bahwa pelayanan perawatan
dikatakan berkualitas baik apabila perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien sesuai
dengan aspek-aspek dasar perawatan. Aspek dasar tersebut meliputi aspek penerimaan,
perhatian, tanggung jawab, komuniksi dan kerjasama. Selanjutnya masing-masing aspek
dijelaskan sebagai berikut:
a. Aspek penerimaan
Aspek ini meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum, menyapa
semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain, menerima pasien tanpa
membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan budaya, sehingga pribadi
utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki minat
terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas.
b.Aspek perhatian
Aspek ini meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu
bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada
pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka terhadap
setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.
c. Aspek Komunikasi
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik
dengan pasien, dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi antara pasien
dengan perawat, dan adanya hubungan yang baik dengan keluarga pasien.
d. Aspek kerjasama
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien.
Aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu mencurahkan
waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak.
DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/0