SKENARIO 1 :
Bayi Neno berumur 1 hari dirujuk ke rumah sakit karena muntah-muntah sejak
lahir berwarna hijau dan terlihat lemah. Bayi lahir spontan ditolong bidan puskesmas
dengan BBL 2500 gram dan langsung menangis. Bayi agak sulit menyusu karena terdapat
palatoskisis, dan belum pernah buang air besar sejak lahir. Bayi Neno mengalami
dehidrasi dan hipoglikemia sehingga dirujuk ke rumah sakit. Sebelum dirujuk, dilakukan
pemasangan infus dan bolus dekstrosa 10%.
Bayi Neno datang ke rumah sakit dalam keadaan letargi dan distensi abdomen. Di
IGD, dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan rectal toucher (RT). Pada
pemeriksaan RT didapatkan fesesnya menyemprot. Kemudian dilakukan pemeriksaan foto
polos abdomen yang hasilnya gambaran obstruksi usus letak rendah dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan barium enema didapatkan gambaran zona spastik, zona transisi dan
zona dilatasi. Bayi Neno selanjutnya dikonsultasi ke bagian bedah untuk rencana tindakan
operasi. Dokter menjelaskan kepada Ibu Neno bahwa kelainan seperti ini cukup sering
terjadi dan harus segera ditangani untuk mencegah komplikasi yang dapat berakibat fatal.
Ibu Neno sangat sedih dengan kondisi yang dialami anaknya, ditambah lagi dengan
keluhannya saat ini. Ibu Neno merasakan hemorrhoid yang dialaminya bertambah besar
dan terasa sakit setelah melahirkan. Selain itu giginya yang berlubang juga terasa sakit.
Bagaimana Anda menjelaskan apa yang terjadi pada Bayi Neno dan ibunya?
Jump 1: Terminologi
2. Bolus dekstrosa : obat yang membantu memenuhi kebutuhan gula dalam tubuh
1. Kenapa bayi neno muntah muntah sejak lahir dan terlihat lemah?
: Mengalami gangguan pada usus besarnya,terlihat lemah karena mengalami
hipoglikemia
Warna hijau itu produk cairan empedu
8. Apa tujuan diberikan larutan dekstrosa 10% pada bayi tsb pada saat dirujuk?
: Mengatasi hipoglikemia
12. Apa indikasi dan kontra indikasi dari pemeriksaan rectal toucher?
: bisa terjadi penyakit hemoroid
Kontra indikasi : Dapat menyebarkan infeksi pada prostatnya
14. Apakah Ada Hubungan yang di alami oleh Ibu Neno pada Skenario tersebut yang
mengeluhkan Hemmoroid setelah melahirkan dan gigi nya yang berlubang juga
mengalami sakit ?
: Ibu Neno Tersebut Mengeluhkan Hemmoroid yang terjadi setelah melahirkan
dapat di sebabkan karna ketika Ibu Neno Tersebut Melakukan Persalinan Secara
Normal Maka Ia Membutuhkan Tenaga yang Ekstra di sertai dengan mengenjan
yang keras ketika persalianan menyebabkan pembuluh darah di sekitar anus ikut
mengalami Peningkatan Tekanan yang kuat,Tekanan ini lah yang menyebabkan
terhambatnya aliran darah,sehingga menimbulkan Pembengkakan.Gigi Berlubang
Bu Neno Mengalami Nyeri/Sakit Setelah Melahirkan Hal ini dapat di sebabkan
oleh Bu Neno Sedang Menyusui Anaknya,dimana Ketika Sedang Memberikan ASI
Tersebut Kadar Kalsium Yang ada di dalam Darah Mengalami Kekurangan /
Kehilangan Kalsium.
15. Apa gejala dan tanda pada penyakit bayi neno tsb?
: -Apa saja tanda² pd Hircshprung
1. Anemia dan tanda-tanda malnutrisi
2. Perut membuncit (abdomen
distention) mungkin karena retensi kotoran.
3. Terlihat gelombang peristaltic pada
dinding abdomen
4. Pemeriksaan rectal touche (colok dubur) menunjukkan sfingter anal
yang padat/ketat, dan biasanya fesesakan langsung menyemprot keluar
dengan bau feses dan gas yang busuk.
5. Tanda-tanda edema, bercak-bercak kemerahan khususnya di sekitarumbilicus,
punggung dan di sekitar genitalia ditemukan bila telah
terdapat komplikasi peritonitis (Kessman, 2008; Lakhsmi, 2008)
Jump 4 Skema
Jump 5 : LO
1. Labiopalatoshisis
Definisi:
Bibir sumbing (cleft lip) dan celah pada langit-langit (cleft palate) adalah salah satu cacat
lahir yang sering dijumpai. Sumbing (cleft)adalah kondisi terbelah pada bibir atas, atau
pada atap mulut (langit-langit) atau keduanya.
Labiopalatoschisis
merupakan hasil dari perkembangan struktur wajah pada bayi yang belum lahir tidak
menutup sepenuhnya.
umumnya terjadi sebagai cacat lahir, tetapi juga dapat terkait dengan kondisi genetik.
Pada kebanyakan bayi, serangkaian operasi dapat mengembalikan fungsi normal dan
mencapai penampilan atau estetika yang normal dengan jaringan parut atau bekas luka
minimal.
Etiologi:
Wajah dan tengkorak seorang bayi terbentuk selama 2 bulan pertama di dalam rahim.
Biasanya, jaringan yang membentuk bibir dan langit-langit akan mengalami penutupan.
Namun pada bayi dengan labiopalatoschisis fusi (penutupan) tidak pernah terjadi atau
hanya terjadi sebagian, sehingga meninggalkan sebuah lubang atau celah
Celah palatum terjadi oleh karena suatu kegagalan penyatuan dua prosesus maksilaris kiri
dan kanan atau kegagalan penyatuan prosesus fronto nasalis pada saat perkembangan
janin. Celah palatum dapat menimbulkan beberapa masalah yaitu gangguan pada fungsi
bicara, penelanan, pendengaran, keadaan malposisi gigi-geligi, fungsi pernafasan,
perkembangan wajah dan gangguan psikologis dari orang tua pasien, gangguan pada faring
yang berhubungan dengan fosa nasal, pendengaran, dan bicara. Untuk memperbaiki
terjadinya celah palatum maka dilakukan operasi yaitu palatoplasti.
Tata Laksana:
Operasi
Pembedahan untuk memperbaiki labiopalatoschisis didasarkan pada cacat tertentu. Setelah
perbaikan awal celah, dokter dapat merekomendasikan tindak lanjut operasi untuk
meningkatkan kemampuan bicara atau memperbaiki penampilan atau estetika bibir dan
hidung.
• Operasi biasanya dilakukan dalam urutan berikut:
1. Perbaikan bibir sumbing
Ketika usia 10 minggu-3 bulan
2. Perbaikan celah pada langit-langit
Ketika usia 6-18 bulan
3. Follow-up pasca operasi
Ketika usia 2 tahun-remaja akhir
2. Atresia Esofagus
Definisi:
”respiratory primordium” muncul sebagai tonjolan ke arah ventral pada dasar dari
postpharyngeal foregut di awal minggu keempat kehamilan
trakea yang terletak di ventral menjadi terpisah dengan esofagus yang terletak di dorsal.
pemisahan epitel foregut ditandai oleh adanya peningkatan jumlah sel yang mengalami
apoptosis
perubahan ventral-ke-dorsal pada ekspresi foregut yaitu kearah kranial
pada beberapa studi disebutkan bahwa, defek primer adalah adanya foregut tak-terpisah
yang persisten, sebagai hasil dari kegagalan pertumbuhan trakea atau merupakan
kegagalan trakea yang sudah terbentuk pada saat memisahkan diri dari esophagus
Diagnosis:
Pada prinsipnya terdapat dua tanda nonspesifik pada janin dengan atresia
esofagus yaitu polihidramnion dan tidak ada atau sedikitnya gambaran udara usus.
• Polihidroamnion disebabkan karena gangguan menelan pada janin.
• Dari pemeriksaan USG bisa terlihat gambaran pelebaran esofagus pada leher
• Bayi dengan atresia esofagus tidak bias menelan saliva, sehingga terlihat adanya saliva
yang berlebihan
• Pada bayi baru lahir dari ibu dengan polihidramnion, maka bayinya harus segera
dilakukan pemasangan pipa nasogastrik setelah lahir
• Pada bayi atresia esofagus, terlihat NGT tidak akan bisa masuk
sejauh 9 cm-10cm
Adanya malformasi pada organ-organ yang lain bisa memberikan petunjuk sebagai
kemungkinan penyebab terjadinya atresia esofagus
• Perlu dipertimbangkan merupakan suatu VACTERL yang terdiri dari kelainan pada
Vertebral, Anorectal, Cardiac, Tracheoesophageal, Renal dan Limb
Faktor Resiko
Tata Laksana:
a. DUODENUM
Patofisiologi :
Diagnosis :
Radiologi Abdomen :
- Gambaran Double-Bubble
Terapi :
- Duodeno-Duodenostomy
- Duodeno-Jejunostomy
b. Jujenum
Patofisiologi :
- Kerusakan pembuluh darah yang menimbulkan aseptic necrosis intra uuterin yang
berakhir pada atresia
Diagnosis :
- Meconium keluar > 24 jam dan berwarna keabuan dalam jumlah sedikit
- Abdomen Distensi
Radiologi Abdomen :
Terapi
• Resusitasi cairan
• Antibiotika
c. Ileum
Atresia ileum : obstruksi lebih rendah , NGT tdk efektif, bahaya perforasi & sepsis, cito
4. Stenosis pylorus
- Terjadinya progresif
- Meski diagnosis dapat dibuat pada hari ke -1, biasanya 3-7 mgg jarang hidup mencapai 3
bulan
Diagnostik :
- Anamnesa
- Pemeriksaan Fisik
- Radiologi
(H.P.S)
Anamnesa :
- Isi muntah: bahan yang baru diminum, belum dicerna, kadang muntah bercampur darah
karena gastritis/ gastriectasis
Pemeriksaan Fisik :
Radiologi :
Terapi :
- Puasa
dan elektrolit
- NGT
5. Hernia Diafragmatika
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu
lubang pada diafragma.
Etiologi
• Penyebab pasti hernia masih belum diketahui. Hal ini sering dihubungkan dengan
penggunaan thalidomide, quinine, nitrofenide, antiepileptik, atau defisiensi vitamin A
selama kehamilan.
• Pada neonatus hernia ini disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Seperti
diketahui diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum
transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan
pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi
ketiga unsur dan gangguan pembentukan otot.• Klinis : respiratory distress (cyanosis,
tachypnoe), scaphoid abdomen, bising usus di
thoraks
Tatalaksana
• Pengobatan awal yang mendesak harus mencakup masuknya pipa nasogastrik guna
menggosokkan lambung dan untuk mencegah memburuknya keadaan akibat masuknya gas
terus-menerus ke dalam usus yang mengalami herniasi. Terapi oksigen diperlukan untuk
mengatasi distress dan sianosis bayi tersebut.
Pada bayi yang menderita lebih berat lagi, diperlukan intubasi trakeal, tetapi hanya
ventilasi paru ringan saja yang boleh dilakukan jika ingin mencegah terjadinya
pneumothoraks di satu sisi atau sisi lain
Tatalaksana
• Terapi oksigen diperlukan untuk mengatasi distress dan sianosis pada bayi.
• Pada bayi dengan keadaan yang berat, diperlukan intubasi trakeal, tetapi hanya ventilasi
paru ringan saja yang boleh diberikan untuk mencegah terjadinya pneumothoraks di satu
sisi atau sisi lain
sehingga menyebabkan sirosis hati, gagal hati, dan kematian apabila tidak diterapi.
• Insidens atresia bilier lebih tinggi di Asia, Taiwan (1:6.750) dibandingkan di Eropa
(1:17.000-19.000)
Etiologi
• Etiologi atresia bilier belum diketahui pasti, tetapi mungkin penyebabnya multifaktorial.
• Trias atresia bilier adalah kuning (kolestasis), tinja akolik, urin berwarna gelap, dan
hepatomegali.
Seluruh pasien dengan AB akan terlihat kuning (kolestasis), gejala lainnya dapat
berbeda dari satu pasien dengan pasien lainnya dan dijumpai adanya tinja bewarna dempul
Diagnosis:
• Kadar bilirubin direk serum pada saat bayi dating pada umumnya berkisar 3-12 mg/dl,
aminotrasferase abnormal, dan kadar ALT dan AST berkisar antara 80-200 IU/L.
Gammaglutamyl transpeptidase (GGT) seringkali meningkat, berkisar 100-300 IU/L.
Secara umum, nilai batas GGT > 250 U/L mempunyai sensitivitas 83,3% (95% IK, 55,2-
95,3%) dan spesifisitas 70,6%
(95% IK, 46,9-86,7%) untuk diagnosis AB. Apabila mempertimbangkan usia, pada usia <
4 minggu,
nilai batas 150 U/L memiliki sensitivitas 91,7% dan spesifitas 88% untuk atresia bilier
Diagnosis
• Pemeriksaan ultrasonografi hati pada saat puasa (lebih baik bayi dipuasakan 12 jam bila
dicurigai
AB, tetapi bayi perlu mendapat cairan intravena) pada AB akan menunjukkan gambaran
kandung
empedu yang kecil atau tidak terlihat
• Pada saat setelah diberi minum, pada ultrasonografi tidak tampak kontraksi kandung
Diagnosis:
• Informasi mengenai AB yang paling dapat dipercaya adalah dari gambaran histopatologis
hati (biopsi hati) dan diikuti dengan visualisasi obliterasi duktus biliaris ekstrahepatik
(dengan
Tatalaksana
• Terapi yang diberikan bila bayi datang dengan atresia bilier adalah terapi bedah yaitu
• Di Swedia dilaporkan angka harapan hidup 4 tahun dengan hatinya sendiri adalah 75%
pada
bayi yang menjalani operasi Kasai sebelum usia 46 hari, 33% pada pasien yang menjalani
operasi
Kasar antara 46-75 hari, dan 11% pada pasien yang menjalani pembedahan setelah 75 hari.
Hischsprung Disease adalah kelainan kongenital dimana tidak dijumpai pleksus auerbach
dan pleksus
meisneri pada kolon.
• 90% terletak pada rectosigmoid, akan tetapi dapat mengenai seluruh kolon bahkan
seluruh usus (Total Colonic Aganglionois (TCA))
• Tidak adanya ganglion sel ini mengakibatkan hambatan pada gerakan peristaltik
sehingga terjadi ileus fungsional dan dapat terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan
pada kolon yang lebih proksimal.
• HD terjadi pada satu dari 5000 kelahiran hidup, Insidensi penyakit Hirschsprung di
Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup.
Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka
diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit Hirschsprung.
Etiologi
Penyakit Hirschsprung disebabkan karena kegagalan migrasi sel-sel saraf parasimpatis
myentericus dari cephalo ke caudal. Sehingga sel ganglion selalu tidak ditemukan dimulai
dari
anus dan panjangnya bervariasi keproksimal.
Tipe Hirschsprung’s Disease: Hirschsprung dikategorikan berdasarkan seberapa banyak
colon yang terkena.
Tatalaksana
• Terapi terbaik pada bayi dan anak dengan Hirschsprung tergantung dari diagnosis yang
tepat dan penanganan yang cepat
• Keputusan untuk melakukan Pulltrough ketika diagnosis ditegakkan tergantung dari
kondisi anak dan respon dari terapi awal.
• Decompresi kolon dengan pipa besar, diikuti dengan washout serial, dan meninggalkan
kateter pada rectum harus dilakukan.
• Antibiotik spektrum luas diberikan, dan mengkoreksi hemodinamik dengan cairan
intravena.
• Pada anak dengan keadaan yang buruk, perlu dilakukan colostomy.
• Patofisiologi
- Omphalocele terjadi bila intestine gagal kembali kedalam cavum abdomen pada 10
minggu kehamilan.
Dalam beberapa jam kantong mengering terancam infeksi dan ruptur, kantong jarang
ruptur in utero atau sewaktu melewati jalan lahir
OMPHALOCELE
OMPHALOCELE
2. Jaga agar kantong tetap intact dengan pemasangan selo bag atau urin bag
1.Tutup Primer
2.Gradual Reduction,7-10 hari,dengan alat bantu:
- silastic
- dacron
- lyodura
- composit mesh
Suatu keadaan gawat darurat akut dimana suatu segmen usus masuk ke dalam lumen usus
lain didistalnya. Biasanya bagian proksimal ke distal obstruksi strangulasi usus.
70% usia < 1 tahun, tersering umur 6-7 bulan, laki-laki > perempuan
Etiologi:
90-95 % idiopatik penebalan dinding usus. Pada ileum terminal biasanya hiperplasi
jaringan limfoid sub mucosa krn infeksi virus (adenovirus dan reovirus).
Umur > 2thn atau dewasa: Divertikel meckel, polyp usus, hemangioma, lymphoma, lesi
organ (Ca Colon) menghalangi usus.
Faktor Resiko:
Enteritis akut peristaltik hebat, obat-obat anti diare (anti spasmodik) usus masuk dari
oral ke anal.
Jenis Invaginasi:
Menurut arahnya:
1. Ileo-ileal
2. Ileo-Caecal (terbanyak)
3. Ileo-Colica
4. Caeco-Colica
5. Colo-Colica
1. Simpleks
2. Kompleks
Gejala Klinis
Perut kembung
Muntah-muntah
Rectal toucher: pseudo portio, adanya lendir darah seperti jelly (Currant jelly stool’s)
Trias Klinis:
2. Muntah
Pada pemeriksaan gejala dan tanda obstruksi bisa belum muncul, namun teraba massa di
perut kanan dan kiri atas, bagian bawah caecum teraba kosong: Dance’s sign
- Cupping
- Coilspring
2. Diverticulum Meckel
Johan Frednick Meckel 1808, hanya ada 1 diverticulum dgn lapisan yg sama dgn usus
halus.
Divertikulum Vera/ true: suatu kantong 1-12cm, terletak di ileum terminal, 10-150 cm dari
valvula ileocaecal (Bauhini), sisi antemesenterial. Anak: 40 cm dan dewasa 50 cm dari
valvula.
Gejala Klinis:
Asimptomatik
Simptomatik- Komplikasi
1. Karies dentis
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan cementum,
yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian
diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasibakteri dan kemampuan
pulpa serta penyebaran infeksinya kejaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.
Walaupun demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang
sangat dini penyakit ini dapat dihentikan. (Kidd, 2013)
Faktor Penyebab Karies Faktor utama penyebab karies menurut Hermawan ( 2010) adalah:
1) Gigi dan air ludah Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang banyak
mempermudah terjadinya karies
2). Adanya bakteri penyebab karies Bakteri penyebab karies adalah dari jenis
Streptococcus dan lactobacillus.
3) Makanan yang kita konsumsi Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi
seperti permen dan coklat, memudahkan terjadinya karies Menurut Kidd, (2013) Faktor
penyebab karies adalah plak, peran karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi, dan
waktu .
Pencegahan Karies Gigi Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup
dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut. Pencegahan karies gigi dapat
dibagi atas 2 bagian :
2.Kalkulus
Pengertian Kalkulus
Kalkulus dental adalah plak dental terkalsifikasi yang melekat ke permukaan gigi asli
maupun gigi tiruan. Biasanya kalkulus terdiri dari plak bakteri yang telah mengalami
mineralisasi. Kerusakan awal pada margin gingiva pada penyakit periodontal adalah
disebabkan oleh efek patogenik mikroorganisme di dalam plak.Namun, efeknya bisa
menjadi lebih besar yang disebabkan oleh akumulasi kalkulus karena lebih memberikan
retensi mikroorganisme plak. Pada dasarnya,kalkulus dibagi menjadi dua yaitu kalkulus
supragingiva dan kalkulus subgingiva.
Klasifikasi Kalkulus
a.Kalkulus Supragingiva
b.Kalkulus Subgingiva
Kalkulus subgingiva terletak di bawah margina gingiva dan oleh karena itu, kalkulus ini
tidak terlihat terutama pada pemeriksaan klinis rutin.Lokasi dan luasnya kalkulus
subgingiva dapat dievaluasi atau dideteksi dengan menggunakan alat dental halus seperti
sonde. Kalkulus ini biasanya berwarna coklat tua atau hitam kehijauhijauan, dan
konsistensinya keras seperti batu api, dan melekat erat ke permukaan gigi. Kalkulus
subgingiva juga terbentuk dari cairan sulkular sehingga kalkulus ini disebut dengan
kalkulus serumal.
LO 4: HEMORRHOID
Pengertian
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia lima puluhan, lima puluh persen individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau
memperberat adanya hemoroid (Smeltzer, 2002).
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemorrhoidalis. Di bawah atau diluar linea dentate pelebaran vena yang
berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan diatas atau di
dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) disebut
hemoroid interna (Sudoyo, 2006).
Etiologi
Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang
sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama
duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen, karena
tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen
dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang
berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan- makanan berserat
(sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi. (Sudoyo, 2006)
Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi karena kebiasaan buang air besar tidak tentu dan
setiap kali berak mengedan terlalu keras, terlalu lama duduk sepanjang tahun, infeksi,
kehamilan dapat merupakan faktor-faktor penyebab hemoroid. (Oswari, 2003)
Patofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor
rektum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke sistem portal. Selain
itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.
Hemoroid dapat dibedakan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid eksterna di
bedakan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat
kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu hematoma, walaupun disebut
sebagai hemoroid trombosis eksternal akut. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal
karena ujung- ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang-kadang perlu
membuang trombus dengan anestesi lokal, atau dapat diobati dengan “kompres duduk”
panas dan analgesik. Hemoroid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sekuele
dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah. (Price, 2005)
Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas : derajat 1, bila terjadi
pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus, hanya dapat dilihat dengan
anorektoskop. Derajat 2, pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri ke dalam anus secara spontan. Derajat 3, pembesaran hemoroid yang prolaps dapat
masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. Derajat 4, prolaps hemoroid yang
permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis dan infark. (Sudoyo, 2006)
Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri
hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis. Thrombosis adalah
pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan
nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini
membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps. (Smeltzer, 2002)
Penatalaksanaan
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang
baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang
mengandung buah dan sekam mungkin satu- satunya tindakan yang diperlukan; bila
tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi mengabsorpsi air saat melewati usus dapat
membantu.Rendam duduk dengan salep, dan supositoria yang mengandung anestesi,
astringen (witch hazel) dan tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran
berkurang.
Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang harus diatasi
dengan bedah lebih luas. Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan,
sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan
kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang
kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah;
penempatan Gelfoan atau kasa Oxygel dapat diberikan diatas luka kanal. (Smeltzer, 2002)
Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis, dan
strangulasi.Hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah
dihalangi oleh sfingter ani. (Price, 2005)
Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan takut berak.
Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di anus.
Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal) dari selaput
lendir usus/anus.
Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga tidak bisa
masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin sakit, dan besar. Dan jika tidak
cepat-cepat ditangani dapat busuk. (Dermawan, 2010)
LO5: PEMERIKSAAN RADIOLOGI DAN PENUNJANG KELAINAN KONGENITAL
DAN KELAINAN ANATOMI YANG DIDAPAT PADA SISTEM DIGESTIVUS
Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
Rontgen
Ultrasonografi (USG)
Perunut radioaktif
Pemeriksaan kimiawi.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis
dan pemeriksaan fisik, tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar
sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem
pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.
Endoskopi
a. kerongkongan (esofagoskopi)
b. lambung (gastroskopi)
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi) keseluruhan usus besar
(kolonoskopi).
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari
sekitar 30 cm-150 cm. Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi
fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan. Banyak
endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh
jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang
mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya
diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa
dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan
perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil Sebuah jarum bisa
digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan
perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan
obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang. Endoskopi dapat mencederai atau
bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan
iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
Laparoskopi
Barret’s esophagus
Barret’s esophagus adalah metaplasia epitel squamous esofagus kepada bentuk epitel
columnar.Keadaan ini diakibatkan refluk esofagitis dan mempunyai resiko untuk
terjadinya adenocarcinoma esofagus.Esofagoskopi direkomendasikan pada pasien umur 50
tahun dengan simptom GERD yang persisten.
Kolonoskopi digunakan untuk mendiagnos dan merawat masalah usus besar, ianya adalah
sesuai untuk pendiagnosaan :
Polyp kolon
Kanker kolon
Wasir (Hemoroid)
Diverticulosis