Anda di halaman 1dari 33

MODUL 1

KELAINAN KONGENITAL DAN KELAINAN ANATOMI YANG DIDAPAT

PADA SISTEM DIGESTIVUS

SKENARIO 1 :

Bayi Neno Yang Malang

Bayi Neno berumur 1 hari dirujuk ke rumah sakit karena muntah-muntah sejak
lahir berwarna hijau dan terlihat lemah. Bayi lahir spontan ditolong bidan puskesmas
dengan BBL 2500 gram dan langsung menangis. Bayi agak sulit menyusu karena terdapat
palatoskisis, dan belum pernah buang air besar sejak lahir. Bayi Neno mengalami
dehidrasi dan hipoglikemia sehingga dirujuk ke rumah sakit. Sebelum dirujuk, dilakukan
pemasangan infus dan bolus dekstrosa 10%.

Bayi Neno datang ke rumah sakit dalam keadaan letargi dan distensi abdomen. Di
IGD, dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan rectal toucher (RT). Pada
pemeriksaan RT didapatkan fesesnya menyemprot. Kemudian dilakukan pemeriksaan foto
polos abdomen yang hasilnya gambaran obstruksi usus letak rendah dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan barium enema didapatkan gambaran zona spastik, zona transisi dan
zona dilatasi. Bayi Neno selanjutnya dikonsultasi ke bagian bedah untuk rencana tindakan
operasi. Dokter menjelaskan kepada Ibu Neno bahwa kelainan seperti ini cukup sering
terjadi dan harus segera ditangani untuk mencegah komplikasi yang dapat berakibat fatal.
Ibu Neno sangat sedih dengan kondisi yang dialami anaknya, ditambah lagi dengan
keluhannya saat ini. Ibu Neno merasakan hemorrhoid yang dialaminya bertambah besar
dan terasa sakit setelah melahirkan. Selain itu giginya yang berlubang juga terasa sakit.

Bagaimana Anda menjelaskan apa yang terjadi pada Bayi Neno dan ibunya?

Jump 1: Terminologi

1. Palatoskisis : Celah pada langit langit mulut/bibir sumbing

2. Bolus dekstrosa : obat yang membantu memenuhi kebutuhan gula dalam tubuh

3. Latergi : Suatu keadaan penurunan kesadaran,menggambarkan saat seseorang


tertidur lelap dan akan tertidur Kembali saat dibangunkan

4. Distensi abdomen : Kondisi peregangan/pembengkakkan abdomen,Ketika ada zat


gas/cairan dan menyebabkan perut mengembang

5. Pemeriksaan barium enema : Pemeriksaan radiologi untuk menilai usus


besar,dimasukkan cairan ke rectum untuk memudahkan melihat usus besar pasien
dari X-ray

6. Rectal toucher : corak dubur,pemeriksaan rectum bagian bawah,Tindakan yang


dilakukkan dengan cara memasukkan jari ke arah posterior

Jump 2&3 : Rumusan masalah dan hipotesa

1. Kenapa bayi neno muntah muntah sejak lahir dan terlihat lemah?
: Mengalami gangguan pada usus besarnya,terlihat lemah karena mengalami
hipoglikemia
Warna hijau itu produk cairan empedu

2. Mengapa bayi neno mengalami kesulitan menyusu?


: Disebabkan karena palatoskisis

3. Bagaimana etiologi dari palatoskisis?


: Faktor genetik
Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C dan Zn
dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut dibutuhkan dalam tumbuh
kembang organ selama masa embrional. Selain itu gangguan sirkulasi foto
maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama masa
embrional.

4. Kenapa bayi neno mengalami dehidrasi dan hipoglikemia?


:karena mengalami palatoskisis jadi susah menerima air,hipoglikemia : pengaruh
dm pada ibu

5. Kenapa bayi neno mengalami distensi abdomen?


: Karena adanya massa abdomen/penumpukkan gas di abdomen

6. Mengapa feses bayi bisa menyemprot saat dilakukan rt?


: Ketika dilakukan rt mengalami obstuksi dan fesesnya akan menyemprot keluar
fesesnya dapat menyemprot karena terdorong udara yang terperangkap
7. Bagaimana tatalaksana hipoglikemia pada bayi neno?
: Tatalaksana hipoglikemia pada neonatus yang adalah teruskan pemberian ASI
setiap 1-2 jam atau 3-10 ml/kg, selanjutnya monitor kadar gula darah setiap kali
sebelum bayi minum sampai gula darah stabil. Hindari pemberian minum yang
berlebihan. Jika kadar gula darah tetap rendah walaupun setelah diberi minum,
dapat dimulai infus glukosa. Pemberian ASI dapat dilanjutkan selama pemberian
infus glukosa.

8. Apa tujuan diberikan larutan dekstrosa 10% pada bayi tsb pada saat dirujuk?
: Mengatasi hipoglikemia

9. Apa gejala dari penyakit hemoroid yang diderita ibu neno?


: Hemoroid sering disebut wasir
Gejala umum : gatal atau sakit di sekitar anus,nyeri hebat
Nyeri hebat yang timbul karena terdapat thrombosis yang luas dengan udem dan
radang
• Perdarahan biasanya timbul pada hemorrhoid interna akibat traiuma feses yang
keras
• Anemia berat biasanya terjadi akibat perdarahan yg berulang
• Prolapse pada rectum biasanya timbul sewaktu defekasi dan reduksi spontan
sewaktu defekasi
• Iritasi kulit perinatal dan menimbulkan rasa gatal yg di sebabkan oleh
kelembaban yg terus menerus pada anus sehingga terjadi rangsangan mucus.

10. Bagaimana tatalaksana pada ibu neno?


: a. Pemeriksan fisik
Dapat dilakukan dengan : inspeksi, colok dubur, anuskopi dan sigmoidoskopi.
Hasil pemeriksaan fisik:
• Terdapat pembengkakan vena yang mengalami prolapse
• Lokasi di atas linea dendata atau dibawah linea dentate
b. Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rectal dan mengevaluasi
tingkat kebesaran atau pembengkakan hemoroid
• Pemeriksaan sigmoidoskopi untuk mengevaliuasi perdarahan rectal dan rasa tak
nyaman seperti fisura anal, fistula, colitis, polip rectal dan kanker.
karies : menurut who mengutamakan Tindakan preventive

11. Bagaimana komplikasi dan prognosis dari bayi neno?


:komplikasi : enterokolitis

12. Apa indikasi dan kontra indikasi dari pemeriksaan rectal toucher?
: bisa terjadi penyakit hemoroid
Kontra indikasi : Dapat menyebarkan infeksi pada prostatnya

13. Apakah hasil diagnosis dari bayi neno tsb?


: Hirschsprung desease.
Normalnya, otot pada usus secara ritmis
akan menekan feses hingga ke rectum.
Pada penyakit Hirschsprung, saraf (sel
ganglion) yang berfungsi untuk
mengontrol otot pada organ usus tidak
ditemukan. Hal ini mengakibatkan feses
tidak dapat terdorong, seperti fungsi
fisiologis seharusnya

14. Apakah Ada Hubungan yang di alami oleh Ibu Neno pada Skenario tersebut yang
mengeluhkan Hemmoroid setelah melahirkan dan gigi nya yang berlubang juga
mengalami sakit ?
: Ibu Neno Tersebut Mengeluhkan Hemmoroid yang terjadi setelah melahirkan
dapat di sebabkan karna ketika Ibu Neno Tersebut Melakukan Persalinan Secara
Normal Maka Ia Membutuhkan Tenaga yang Ekstra di sertai dengan mengenjan
yang keras ketika persalianan menyebabkan pembuluh darah di sekitar anus ikut
mengalami Peningkatan Tekanan yang kuat,Tekanan ini lah yang menyebabkan
terhambatnya aliran darah,sehingga menimbulkan Pembengkakan.Gigi Berlubang
Bu Neno Mengalami Nyeri/Sakit Setelah Melahirkan Hal ini dapat di sebabkan
oleh Bu Neno Sedang Menyusui Anaknya,dimana Ketika Sedang Memberikan ASI
Tersebut Kadar Kalsium Yang ada di dalam Darah Mengalami Kekurangan /
Kehilangan Kalsium.

15. Apa gejala dan tanda pada penyakit bayi neno tsb?
: -Apa saja tanda² pd Hircshprung
1. Anemia dan tanda-tanda malnutrisi
2. Perut membuncit (abdomen
distention) mungkin karena retensi kotoran.
3. Terlihat gelombang peristaltic pada
dinding abdomen
4. Pemeriksaan rectal touche (colok dubur) menunjukkan sfingter anal
yang padat/ketat, dan biasanya fesesakan langsung menyemprot keluar
dengan bau feses dan gas yang busuk.
5. Tanda-tanda edema, bercak-bercak kemerahan khususnya di sekitarumbilicus,
punggung dan di sekitar genitalia ditemukan bila telah
terdapat komplikasi peritonitis (Kessman, 2008; Lakhsmi, 2008)
Jump 4 Skema
Jump 5 : LO

1. Kelainan konginetal pada sistem digestivus


2. Kelainan anatomi pada sistem digestivus
3. Kelainan rongga mulut
4. Hemorrhoid
5. Pemeriksaan radiologi dan penunjang pada kelainan konginetal dan kelainan
anatomi didapat pada sistem digestivus
LO 1: KELAINAN KONGENITAL PADA SISTEM DIGESTIVUS

1. Labiopalatoshisis

Definisi:

Bibir sumbing (cleft lip) dan celah pada langit-langit (cleft palate) adalah salah satu cacat
lahir yang sering dijumpai. Sumbing (cleft)adalah kondisi terbelah pada bibir atas, atau
pada atap mulut (langit-langit) atau keduanya.

Labiopalatoschisis

merupakan hasil dari perkembangan struktur wajah pada bayi yang belum lahir tidak
menutup sepenuhnya.

umumnya terjadi sebagai cacat lahir, tetapi juga dapat terkait dengan kondisi genetik.

Pada kebanyakan bayi, serangkaian operasi dapat mengembalikan fungsi normal dan
mencapai penampilan atau estetika yang normal dengan jaringan parut atau bekas luka
minimal.

Etiologi:

Wajah dan tengkorak seorang bayi terbentuk selama 2 bulan pertama di dalam rahim.
Biasanya, jaringan yang membentuk bibir dan langit-langit akan mengalami penutupan.
Namun pada bayi dengan labiopalatoschisis fusi (penutupan) tidak pernah terjadi atau
hanya terjadi sebagian, sehingga meninggalkan sebuah lubang atau celah

Celah palatum terjadi oleh karena suatu kegagalan penyatuan dua prosesus maksilaris kiri
dan kanan atau kegagalan penyatuan prosesus fronto nasalis pada saat perkembangan
janin. Celah palatum dapat menimbulkan beberapa masalah yaitu gangguan pada fungsi
bicara, penelanan, pendengaran, keadaan malposisi gigi-geligi, fungsi pernafasan,
perkembangan wajah dan gangguan psikologis dari orang tua pasien, gangguan pada faring
yang berhubungan dengan fosa nasal, pendengaran, dan bicara. Untuk memperbaiki
terjadinya celah palatum maka dilakukan operasi yaitu palatoplasti.

Tanda dan Gejala:

Adapun tanda dan gejalanya, antara lain:


1. Beberapa bayi dengan bibir sumbing atau celah pada langit-langit mengalami masalah
pada saat makan.

2. Gassiness dan regurgitasi yang berlebihan dari hidung.

Tata Laksana:

Operasi
Pembedahan untuk memperbaiki labiopalatoschisis didasarkan pada cacat tertentu. Setelah
perbaikan awal celah, dokter dapat merekomendasikan tindak lanjut operasi untuk
meningkatkan kemampuan bicara atau memperbaiki penampilan atau estetika bibir dan
hidung.
• Operasi biasanya dilakukan dalam urutan berikut:
1. Perbaikan bibir sumbing
Ketika usia 10 minggu-3 bulan
2. Perbaikan celah pada langit-langit
Ketika usia 6-18 bulan
3. Follow-up pasca operasi
Ketika usia 2 tahun-remaja akhir

2. Atresia Esofagus

Definisi:

Atresia Esofagus adalah kelainan kongenital dimana terjadinya diskontinuitas esophagus


yang disertai dengan atau tanpa fistula ke trachea.
Anomali ini terjadi pada kehamilan minggu ke empat, dimana pada fase tersebut terjadinya
kegagalan pemisahan esofagus dan trachea.

”respiratory primordium” muncul sebagai tonjolan ke arah ventral pada dasar dari
postpharyngeal foregut di awal minggu keempat kehamilan

trakea yang terletak di ventral menjadi terpisah dengan esofagus yang terletak di dorsal.

pemisahan epitel foregut ditandai oleh adanya peningkatan jumlah sel yang mengalami
apoptosis
perubahan ventral-ke-dorsal pada ekspresi foregut yaitu kearah kranial

pada beberapa studi disebutkan bahwa, defek primer adalah adanya foregut tak-terpisah
yang persisten, sebagai hasil dari kegagalan pertumbuhan trakea atau merupakan
kegagalan trakea yang sudah terbentuk pada saat memisahkan diri dari esophagus

Diagnosis:

Pada prinsipnya terdapat dua tanda nonspesifik pada janin dengan atresia
esofagus yaitu polihidramnion dan tidak ada atau sedikitnya gambaran udara usus.
• Polihidroamnion disebabkan karena  gangguan menelan pada janin.
• Dari pemeriksaan USG bisa terlihat gambaran pelebaran esofagus pada leher
• Bayi dengan atresia esofagus tidak bias menelan saliva, sehingga terlihat adanya saliva
yang berlebihan
• Pada bayi baru lahir dari ibu dengan polihidramnion, maka bayinya harus segera
dilakukan pemasangan pipa nasogastrik setelah lahir
• Pada bayi  atresia esofagus, terlihat NGT tidak akan bisa masuk
sejauh 9 cm-10cm

Adanya malformasi pada organ-organ yang lain bisa memberikan petunjuk sebagai
kemungkinan penyebab terjadinya atresia esofagus
• Perlu dipertimbangkan merupakan suatu VACTERL  yang terdiri dari kelainan pada
Vertebral, Anorectal, Cardiac, Tracheoesophageal, Renal dan Limb

Faktor Resiko

A. >2500gram dan keadaan baik 95%


B 1. Berat lahir 1800-2500 gram dan keadaan umum baik
2. berat lahir cukup, pneumoni sedang, dan kelainan kongenital sedang 68%
C 1. Berat lahir < 1800 gram
2. Berat lahir cukup, pneumoni berat, dan kelainan kongenital berat 6%

Tata Laksana:

Setelah diagnosis tegak, rujuk ke instansi spesialisasi bedah anak


• Bayi dirawat dalam unit perawatan intensif dimasukkan kedalam inkubator portabel
dantanda–tanda vital selalu perlu dimonitor
• Kateter hisap ukuran 10 F dipasang pada kantung atas esofagus
• Bayi preterm dengan distres pernafasan membutuhkan pemasangan pipa
endotracheal dan ventilasi mekanik
• Pemasangan NGT dan pengisapan secara berkala
• Kepala bayi diposisikan lebih tinggi dengan miring kiri atau kanan.
• Pemasangan jalur intravena
• Pemeriksaan lengkap dan mencari kemungkinan adanya kelainan kongenital penyerta
• Semua bayi dengan atresia esofagus harus diperiksa Echocardiogram
3. Atresia Intestinal

a. DUODENUM

Insiden : - 1 : 5000-10000, 25-30 % bersamaan dengan Down‘s Syndrome ( Mongolism )

Patofisiologi :

- Kegagalan proses vacuolisasi selama periode embrio

- Biasa bersamaan dengan annular pancreas (1/3 tengah)

Diagnosis :

- Ibu dengan Polyhidramnion saat hamil

- Bayi dengan Mongolism : curiga Atresia Duodenum

- Muntah ( bisa berwarna hijau ) / bilius

- Abdomen bagian atas cembung

Radiologi Abdomen :

- Gambaran Double-Bubble

- K/P pemeriksaan Barium Meal

Terapi :

- Duodeno-Duodenostomy

- Duodeno-Jejunostomy

b. Jujenum
Patofisiologi :

- Kerusakan pembuluh darah yang menimbulkan aseptic necrosis intra uuterin yang
berakhir pada atresia

Diagnosis :

- Adanya Polyhidramnion ( saat kehamilan )

- Meconium keluar > 24 jam dan berwarna keabuan dalam jumlah sedikit

- Muntah berwarna hijau / bilius

- Abdomen Distensi

Radiologi Abdomen :

- Barium Enema: Gambaran colon dengan diameter

yang kecil (mikro colon) dan tiba-tiba terhenti pada

bagian yang obstruksi

Terapi

• Resusitasi cairan

• Dekompresi dengan NGT

• Antibiotika

• Operasi: tergantung pada status klinis pasien,letak atresia,keadaan usus

proximalnya,patensi usus distal dan kelainan

lain yang menyertai

c. Ileum

Atresia ileum : obstruksi lebih rendah , NGT tdk efektif, bahaya perforasi & sepsis, cito

operasi dgn persiapan 6 jam

4. Stenosis pylorus

Insiden : - 1 : 900 kelahiran hidup , Laki : perempuan = 4 : 1

- Ibu menderita H.P.S menurunkan pada anak 4 x lebih besar

- Terjadinya progresif

- Causa tidak diketahui


Patofisiologi :

- Meski diagnosis dapat dibuat pada hari ke -1, biasanya 3-7 mgg jarang hidup mencapai 3
bulan

Diagnostik :

- Anamnesa

- Pemeriksaan Fisik

- Radiologi

a. HIPERTROFI PILORUS STENOSIS

(H.P.S)

Anamnesa :

- Mula -mula minum biasa

- Muntah proyektil (Projectile Vomiting) sesaat setelah minum

- Tampak kehausan, nafsu minum baik

- Isi muntah: bahan yang baru diminum, belum dicerna, kadang muntah bercampur darah
karena gastritis/ gastriectasis

Pemeriksaan Fisik :

- Terlihat gelombang peristaltik (Maagen Steifung)

- Teraba masa daerah quadrant kanan atas

Radiologi :

- Penyempitan pylorus: String Sign (+)

- Pengosongan lambung lambat

HIPERTROFI PILORUS STENOSIS

Terapi :

- Puasa

- Intra Venous Fluid Drips  Koreksi Dehydrasi

dan elektrolit

- NGT

- Kateter: Pantau urine out put


- Operasi: Pyloromyotomy (Fredet-Ramsted)

5. Hernia Diafragmatika

Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu
lubang pada diafragma.

Etiologi

• Penyebab pasti hernia masih belum diketahui. Hal ini sering dihubungkan dengan
penggunaan thalidomide, quinine, nitrofenide, antiepileptik, atau defisiensi vitamin A
selama kehamilan.

• Pada neonatus hernia ini disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Seperti
diketahui diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum
transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan
pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi
ketiga unsur dan gangguan pembentukan otot.• Klinis : respiratory distress (cyanosis,
tachypnoe), scaphoid abdomen, bising usus di

thoraks

• X-ray : bayangan loop usus, mediastinal shifting

Tatalaksana

• Pengobatan awal yang mendesak harus mencakup masuknya pipa nasogastrik guna
menggosokkan lambung dan untuk mencegah memburuknya keadaan akibat masuknya gas
terus-menerus ke dalam usus yang mengalami herniasi. Terapi oksigen diperlukan untuk
mengatasi distress dan sianosis bayi tersebut.

Pada bayi yang menderita lebih berat lagi, diperlukan intubasi trakeal, tetapi hanya
ventilasi paru ringan saja yang boleh dilakukan jika ingin mencegah terjadinya
pneumothoraks di satu sisi atau sisi lain

Tatalaksana

• Pemasanagan pipa nasogastrik guna menggosokkan lambung dan untuk mencegah


memburuknya keadaan akibat masuknya gas terus-menerus ke dalam usus yang
mengalami herniasi.

• Terapi oksigen diperlukan untuk mengatasi distress dan sianosis pada bayi.

• Pada bayi dengan keadaan yang berat, diperlukan intubasi trakeal, tetapi hanya ventilasi
paru ringan saja yang boleh diberikan untuk mencegah terjadinya pneumothoraks di satu
sisi atau sisi lain

6. Atresia bilier (AB)


Atresia bilier adalah suatu penyakit yang disebabkan kerusakan progresif saluran

empedu ekstrahepatik dan akhirnya juga mengenai saluran empedu intrahepatik

sehingga menyebabkan sirosis hati, gagal hati, dan kematian apabila tidak diterapi.

• Insidens atresia bilier lebih tinggi di Asia, Taiwan (1:6.750) dibandingkan di Eropa

(1:17.000-19.000)

Etiologi

• Etiologi atresia bilier belum diketahui pasti, tetapi mungkin penyebabnya multifaktorial.

• Beberapa mekanisme yang dipikirkan sebagai penyebab adalah

a. Defek akibat infeksi virus sebelumnya

b. Kerusakan karena terpapar toksin

c. Disregulasi imun atau autoimun

d. Redisposisi genetikGejala dan tanda

• Trias atresia bilier adalah kuning (kolestasis), tinja akolik, urin berwarna gelap, dan
hepatomegali.

Seluruh pasien dengan AB akan terlihat kuning (kolestasis), gejala lainnya dapat

berbeda dari satu pasien dengan pasien lainnya dan dijumpai adanya tinja bewarna dempul

Diagnosis:

• Kadar bilirubin direk serum pada saat bayi dating pada umumnya berkisar 3-12 mg/dl,

aminotrasferase abnormal, dan kadar ALT dan AST berkisar antara 80-200 IU/L.
Gammaglutamyl transpeptidase (GGT) seringkali meningkat, berkisar 100-300 IU/L.
Secara umum, nilai batas GGT > 250 U/L mempunyai sensitivitas 83,3% (95% IK, 55,2-
95,3%) dan spesifisitas 70,6%

(95% IK, 46,9-86,7%) untuk diagnosis AB. Apabila mempertimbangkan usia, pada usia <
4 minggu,

nilai batas 150 U/L memiliki sensitivitas 91,7% dan spesifitas 88% untuk atresia bilier

Diagnosis

• Pemeriksaan ultrasonografi hati pada saat puasa (lebih baik bayi dipuasakan 12 jam bila
dicurigai

AB, tetapi bayi perlu mendapat cairan intravena) pada AB akan menunjukkan gambaran
kandung
empedu yang kecil atau tidak terlihat

• Pada saat setelah diberi minum, pada ultrasonografi tidak tampak kontraksi kandung

empedu (ukuran kandung empedu sama dengan saat puasa).

Diagnosis:

• Informasi mengenai AB yang paling dapat dipercaya adalah dari gambaran histopatologis

hati (biopsi hati) dan diikuti dengan visualisasi obliterasi duktus biliaris ekstrahepatik
(dengan

kolangiografi intraoperatif). Kolangiografi intraoperatif adalah baku emas diagnosis AB.

Tatalaksana

• Terapi yang diberikan bila bayi datang dengan atresia bilier adalah terapi bedah yaitu

hepatoportoenterostomi (yang paling sering dilakukan adalah operasi Kasai)

• Di Swedia dilaporkan angka harapan hidup 4 tahun dengan hatinya sendiri adalah 75%
pada

bayi yang menjalani operasi Kasai sebelum usia 46 hari, 33% pada pasien yang menjalani
operasi

Kasar antara 46-75 hari, dan 11% pada pasien yang menjalani pembedahan setelah 75 hari.

7. Hischsprung Disease (HD)

Hischsprung Disease adalah kelainan kongenital dimana tidak dijumpai pleksus auerbach
dan pleksus
meisneri pada kolon.
• 90% terletak pada rectosigmoid, akan tetapi dapat mengenai seluruh kolon bahkan
seluruh usus (Total Colonic Aganglionois (TCA))
• Tidak adanya ganglion sel ini mengakibatkan hambatan pada gerakan peristaltik
sehingga terjadi ileus fungsional dan dapat terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan
pada kolon yang lebih proksimal.
• HD terjadi pada satu dari 5000 kelahiran hidup, Insidensi penyakit Hirschsprung di
Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup.
Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka
diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit Hirschsprung.

Etiologi
Penyakit Hirschsprung disebabkan karena kegagalan migrasi sel-sel saraf parasimpatis
myentericus dari cephalo ke caudal. Sehingga sel ganglion selalu tidak ditemukan dimulai
dari
anus dan panjangnya bervariasi keproksimal.
Tipe Hirschsprung’s Disease: Hirschsprung dikategorikan berdasarkan seberapa banyak
colon yang terkena.

Tipe HirschsprunG disease meliputi:


• Ultra short segment: Ganglion tidak ada pada bagian yang sangat kecil dari rectum.
• Short segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian kecil dari colon.
• Long segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian besar colon.
• Very long segment: Ganglion tidak ada pada seluruh colon dan rectum dan kadang
sebagian usus kecil
Diagnosis
• Diagnosis penyakit ini dapat dibuat berdasarkan adanya konstipasi pada neonatus. Gejala
konstipasi yang sering ditemukan adalah terlambatnya mekonium untuk dikeluarkan dalam
waktu 48 jam
setelah lahir. Tetapi gejala ini biasanya ditemukan pada 6% atau 42% pasien.
• Gejala lain yang biasanya terdapat adalah: distensi abdomen, gangguan pasase usus, poor
feeding, vomiting.
• Pemeriksaan barium enema akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.

Tatalaksana
• Terapi terbaik pada bayi dan anak dengan Hirschsprung tergantung dari diagnosis yang
tepat dan penanganan yang cepat
• Keputusan untuk melakukan Pulltrough ketika diagnosis ditegakkan tergantung dari
kondisi anak dan respon dari terapi awal.
• Decompresi kolon dengan pipa besar, diikuti dengan washout serial, dan meninggalkan
kateter pada rectum harus dilakukan.
• Antibiotik spektrum luas diberikan, dan mengkoreksi hemodinamik dengan cairan
intravena.
• Pada anak dengan keadaan yang buruk, perlu dilakukan colostomy.

8. OMPHALOCELE ( EXOMPHALOS, AMNIOCELE )

• Insiden - Bervariasi 1 dalam 3000 – 3 dalam 10.000 kelahiran.

• Patofisiologi

- Omphalocele terjadi bila intestine gagal kembali kedalam cavum abdomen pada 10
minggu kehamilan.

- Insiden malrotasi (non-rotation) pada omphalocele menjadi tinggi (50%)Mempunyai


selaput translucent dan avascular yang terdiri dari 2 lapis.

 lapis dalam : peritoneum

 lapis luar : amniotic membrane

diantara kedua lapisan terdapat Wharton’s Jelly.


Umbilical Cord berada dipuncak kantong dengan pembuluh darah berjalan sepanjang
dinding kemudian masuk ke abdomen.

Dalam beberapa jam kantong mengering terancam infeksi dan ruptur, kantong jarang
ruptur in utero atau sewaktu melewati jalan lahir

OMPHALOCELE

1. Ada Sejak Lahir

2. Kondisi Kantong (Prognosis baik bila kantong utuh)

3. Isi kantong ( Stomach, Usus, Liver, Spleen )

a. lebih berpotensi terluka oleh trauma

4. Ukuran Defect : < 5 cm  Prognosis Baik

5. Adanya Anomali lain

- Gastrointestinal Tract ( Non Rotation)

- Jantung ( Ventricular Septal Defect )

- Ginjal ( Malformation of the urogenital system )

- Macroglossia ( Beckwith’s Syndrome )

6. DD/ Gastrischisis ( Bila Omphalocele Pecah )

OMPHALOCELE

DIAGNOSIS & CLINICAL FEATURESINITIAL TREATMENT OF OMPHALOCELE

1. Jaga Agar bayi tetap hangat

2. Jaga agar kantong tetap intact dengan pemasangan selo bag atau urin bag

3. Jaga agar kantong intact

4. Posisi badan miring

5. Jangan coba mereduksi isi

6. Jika kantong ruptur lindungi isi

7. Pasang NGT dan bayi dipuasakan

8. Koreksi defenitif sesegera mungkin

Defenitif Treatment of Omphalocele

1.Tutup Primer
2.Gradual Reduction,7-10 hari,dengan alat bantu:

- silastic

- dacron

- lyodura

- composit mesh

3.Simple abdominal skin flap

4.Mengolesi kantong dengan :

- mercurochrome 3-5 % steril atau topical antimicrobial lain.

LO 2: KELAINAN ANATOMI PADA SISTEM DIGESTIVUS


1. Invaginasi

Suatu keadaan gawat darurat akut dimana suatu segmen usus masuk ke dalam lumen usus
lain didistalnya. Biasanya bagian proksimal ke distal  obstruksi  strangulasi usus.

Usus yang masuk : Intussuseptum

Usus yang menerima: Intussusepien

Dapat terjadi pada semua umur

70% usia < 1 tahun, tersering umur 6-7 bulan, laki-laki > perempuan

Etiologi:

90-95 % idiopatik  penebalan dinding usus. Pada ileum terminal biasanya  hiperplasi
jaringan limfoid sub mucosa krn infeksi virus (adenovirus dan reovirus).

Umur > 2thn atau dewasa: Divertikel meckel, polyp usus, hemangioma, lymphoma, lesi
organ (Ca Colon)  menghalangi usus.

Post operasi (adanya band)

Faktor mobilitas (proximal bebas = ileum) vs distal terfiksir = caecum).

Faktor Resiko:

Perubahan diet makan

Enteritis akut  peristaltik hebat, obat-obat anti diare (anti spasmodik)  usus masuk dari
oral ke anal.

Jenis Invaginasi:

Menurut arahnya:

1. Oral invaginasi: Oral masuk ke anal

2. Anal invaginasi: Anal masuk ke oral (jarang)


Menurut letaknya:

1. Ileo-ileal

2. Ileo-Caecal (terbanyak)

3. Ileo-Colica

4. Caeco-Colica

5. Colo-Colica

Menurut kekuatan peristaltik:

1. Simpleks

2. Kompleks

Gejala Klinis

Tergantung lamanya invaginasi

Riwayat radang saluran nafas atau diare sebelumnya

Tiba-tiba menangis kesakitan, kemudian reda  disertai gejala obstruksi

Perut kembung

Flatus (-), defekasi (-)/ lendir darah

Muntah-muntah

Rectal toucher: pseudo portio, adanya lendir darah seperti jelly (Currant jelly stool’s)

Trias Klinis:

1. Abdominal pain (Colicky pain)

2. Muntah

3. BAB lendir darah seperti (Jelly Currant jelly stool’s)

Pada pemeriksaan gejala dan tanda obstruksi bisa belum muncul, namun teraba massa di
perut kanan dan kiri atas,  bagian bawah caecum teraba kosong: Dance’s sign

Rontgen abdomen 3 posisi:

- Air fluid level

- Distribusi udara tidak merata


Barium enema  diagnostik dan terapi (kontraindikasi pada perforasi, toksik, > 48 jam,
obstruksi berat, recurrence). Dikerjakan dgn tekanan hidrostatik utk mendorong usus yang
masuk ke arah proksimal, + Flouroskopi bila tdk ada obstruksi yg jelas.

- Cupping

- Coilspring

USG: Doughnut sign

2. Diverticulum Meckel

Kongenital: penutupan tdk sempurna DOM (ductus vitellinus) 

Johan Frednick Meckel 1808, hanya ada 1 diverticulum dgn lapisan yg sama dgn usus
halus.

Divertikulum Vera/ true: suatu kantong 1-12cm, terletak di ileum terminal, 10-150 cm dari
valvula ileocaecal (Bauhini), sisi antemesenterial. Anak: 40 cm dan dewasa 50 cm dari
valvula.

Gejala Klinis:

Asimptomatik

Simptomatik- Komplikasi

LO 3: KELAINAN RONGGA MULUT

1. Karies dentis
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan cementum,
yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian
diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasibakteri dan kemampuan
pulpa serta penyebaran infeksinya kejaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.
Walaupun demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang
sangat dini penyakit ini dapat dihentikan. (Kidd, 2013)

Faktor Penyebab Karies Faktor utama penyebab karies menurut Hermawan ( 2010) adalah:

1) Gigi dan air ludah Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang banyak
mempermudah terjadinya karies

2). Adanya bakteri penyebab karies Bakteri penyebab karies adalah dari jenis
Streptococcus dan lactobacillus.

3) Makanan yang kita konsumsi Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi
seperti permen dan coklat, memudahkan terjadinya karies Menurut Kidd, (2013) Faktor
penyebab karies adalah plak, peran karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi, dan
waktu .

Pencegahan Karies Gigi Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup
dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut. Pencegahan karies gigi dapat
dibagi atas 2 bagian :

1) Tindakan Praerupsi Tindakan Praerupsi di tujukan demi kesempurnaan struktur email


dan dentin atau gigi pada umumnya. Yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuan
gigi kecuali protein untuk pembentukan matriks gigi, juga terutama vitamin dan zat
mineral yang memengaruhi atau menentukan kekuatan dan kekerasan gigi. Vitamin atau
mineral tersebut adalah :

a) Vitamin- vitamin : terutama A, C, D


b) Mineral- mineral : terutama Ca, P, F, Mg Oleh karena itu, sebelum terjadinya
pengapuran pada gigi bayinya, ibu hamil dapat diberi makanan yang mengandung unsur-
unsur yang dapat menguatkan email dan dentin

2) Tindakan Pasca erupsi Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencegah


terjadinya ketidakseimbangan tersebut atau mengembalikan ke keadaan normal. Ada
beberapa metode yang dapat diberitahukan untuk memecah siklus terjadinya karies.
(Tarigan, 2013) Adapun metode yang dapat dilakukan adalah : Pengaturan Diet, Kontrol
Plak, Penggunaan Flour, Keadaan pH mulut rendah, Kekurangan cairan saliva, Kontrol
bakteri, Penutup fisur.

2.Kalkulus

Pengertian Kalkulus

Kalkulus dental adalah plak dental terkalsifikasi yang melekat ke permukaan gigi asli
maupun gigi tiruan. Biasanya kalkulus terdiri dari plak bakteri yang telah mengalami
mineralisasi. Kerusakan awal pada margin gingiva pada penyakit periodontal adalah
disebabkan oleh efek patogenik mikroorganisme di dalam plak.Namun, efeknya bisa
menjadi lebih besar yang disebabkan oleh akumulasi kalkulus karena lebih memberikan
retensi mikroorganisme plak. Pada dasarnya,kalkulus dibagi menjadi dua yaitu kalkulus
supragingiva dan kalkulus subgingiva.

Klasifikasi Kalkulus

a.Kalkulus Supragingiva

Kalkulus supragingiva terletak di koronal margin gingiva.Kalkulus biasanya berwarna


putih kuningan dan keras dengan konsistensi liat dan mudah terlepas dari permukaan
gigi.Dua lokasi yang paling umum untuk perkembangan kalkulus supragingiva adalah
permukaan bukal molar rahang atas dan permukaan lingual dari gigi anterior mandibula
karena permukaan gigi ini mempunyai self-cleansing yang rendah.Kalkulus supragingiva
paling sering terbentuk dibagian permukaan lingual dari gigi anterior mandibular dan di
permukaan bukal dari molar pertama maksila.Kalkulus supragingiva juga dikenal sebagai
kalkulus saliva karena pembentukannya dibantu oleh saliva.

b.Kalkulus Subgingiva

Kalkulus subgingiva terletak di bawah margina gingiva dan oleh karena itu, kalkulus ini
tidak terlihat terutama pada pemeriksaan klinis rutin.Lokasi dan luasnya kalkulus
subgingiva dapat dievaluasi atau dideteksi dengan menggunakan alat dental halus seperti
sonde. Kalkulus ini biasanya berwarna coklat tua atau hitam kehijauhijauan, dan
konsistensinya keras seperti batu api, dan melekat erat ke permukaan gigi. Kalkulus
subgingiva juga terbentuk dari cairan sulkular sehingga kalkulus ini disebut dengan
kalkulus serumal.

LO 4: HEMORRHOID
Pengertian

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia lima puluhan, lima puluh persen individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau
memperberat adanya hemoroid (Smeltzer, 2002).

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemorrhoidalis. Di bawah atau diluar linea dentate pelebaran vena yang
berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan diatas atau di
dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) disebut
hemoroid interna (Sudoyo, 2006).

Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum (Potter,


2006).

Etiologi

Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang
sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama
duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen, karena
tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen
dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang
berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan- makanan berserat
(sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi. (Sudoyo, 2006)

Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi karena kebiasaan buang air besar tidak tentu dan
setiap kali berak mengedan terlalu keras, terlalu lama duduk sepanjang tahun, infeksi,
kehamilan dapat merupakan faktor-faktor penyebab hemoroid. (Oswari, 2003)

Faktor predisposisi terjadinya hemoroid adalah herediter, anatomi, makanan, pekerjaan,


psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan
sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.Umumnya
faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. (Mansjoer, 2000)

Patofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor
rektum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke sistem portal. Selain
itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.

Hemoroid dapat dibedakan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid eksterna di
bedakan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat
kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu hematoma, walaupun disebut
sebagai hemoroid trombosis eksternal akut. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal
karena ujung- ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang-kadang perlu
membuang trombus dengan anestesi lokal, atau dapat diobati dengan “kompres duduk”
panas dan analgesik. Hemoroid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sekuele
dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah. (Price, 2005)

Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas : derajat 1, bila terjadi
pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus, hanya dapat dilihat dengan
anorektoskop. Derajat 2, pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri ke dalam anus secara spontan. Derajat 3, pembesaran hemoroid yang prolaps dapat
masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. Derajat 4, prolaps hemoroid yang
permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis dan infark. (Sudoyo, 2006)
Manifestasi Klinis

Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri
hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis. Thrombosis adalah
pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan
nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini
membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps. (Smeltzer, 2002)

Penatalaksanaan

Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang
baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang
mengandung buah dan sekam mungkin satu- satunya tindakan yang diperlukan; bila
tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi mengabsorpsi air saat melewati usus dapat
membantu.Rendam duduk dengan salep, dan supositoria yang mengandung anestesi,
astringen (witch hazel) dan tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran
berkurang.

Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid. Fotokoagulasi inframerah,


diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang digunakan untuk melekatkan
mukosa ke otot yang mendasarinya.Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid
berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini membantu mencegah prolaps.

Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid dengan cara


membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun
hal ini relatif kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena
menyebabkan keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan
lama sembuhnya.

Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang harus diatasi
dengan bedah lebih luas. Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan,
sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan
kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang
kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah;
penempatan Gelfoan atau kasa Oxygel dapat diberikan diatas luka kanal. (Smeltzer, 2002)

Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis, dan
strangulasi.Hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah
dihalangi oleh sfingter ani. (Price, 2005)

Komplikasi hemoroid antara lain :

Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan takut berak.
Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di anus.

Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal) dari selaput
lendir usus/anus.

Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.

Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga tidak bisa
masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin sakit, dan besar. Dan jika tidak
cepat-cepat ditangani dapat busuk. (Dermawan, 2010)
LO5: PEMERIKSAAN RADIOLOGI DAN PENUNJANG KELAINAN KONGENITAL
DAN KELAINAN ANATOMI YANG DIDAPAT PADA SISTEM DIGESTIVUS

Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:

Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh)

Rontgen

Ultrasonografi (USG)

Perunut radioaktif

Pemeriksaan kimiawi.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis,


menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada
juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa;
sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.

Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis
dan pemeriksaan fisik, tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar
sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.

Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem
pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.

Endoskopi

Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat


optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan
untuk memeriksa:

a. kerongkongan (esofagoskopi)

b. lambung (gastroskopi)

c. usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).

Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:

rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi) keseluruhan usus besar
(kolonoskopi).

Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari
sekitar 30 cm-150 cm. Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi
fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan. Banyak
endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh
jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.

Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang
mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya
diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.

Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa
dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:

Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan
perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil Sebuah jarum bisa
digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan
perdarahannya.

Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih


dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan
dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.

Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan
obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.

Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang. Endoskopi dapat mencederai atau
bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan
iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.

Laparoskopi

Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop


Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total. Setelah kulit
dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian
endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.

Dengan laparoskopi dokter dapat:

a. mencari tumor atau kelainan lainnya

b. mengamati organ-organ di dalam rongga perut

c. memperoleh contoh jaringan

d. melakukan pembedahan perbaikan.

Endoskopi saluran cerna atas/ esophagogastroduodenoskopi

Barret’s esophagus

Barret’s esophagus adalah metaplasia epitel squamous esofagus kepada bentuk epitel
columnar.Keadaan ini diakibatkan refluk esofagitis dan mempunyai resiko untuk
terjadinya adenocarcinoma esofagus.Esofagoskopi direkomendasikan pada pasien umur 50
tahun dengan simptom GERD yang persisten.

Pemeriksaan  endoskopi untuk saluran cerna bagian bawah

Kolonoskopi dan Sigmoidoskopi

Kolonoskopi digunakan untuk mendiagnos dan merawat masalah usus besar, ianya adalah
sesuai untuk pendiagnosaan :

Polyp kolon

Kanker kolon

Penyakit radang usus (Ulcerative Colitis dan Crohn’s disease)

Wasir (Hemoroid)

Diverticulosis

Anda mungkin juga menyukai