Anda di halaman 1dari 1

Manusia adalah makhluk Tuhan yang multidimensi dan kompleks.

Sejak sejarah peradaban umat


manusia ditulis, iya selalu dijadikan objek kajian yang tidak pernah habis untuk ditelaah. Manusia adalah
keturunan nabi Adam, ia diciptakan berdasarkan kehendak dan kuasa-Nya tanpa melalui proses biologis
sebagaimana lazimnya manusia-manusia keturunannya.

manusia dalam konteks penciptaannya disamakan dengan penyebutan tugas yang diembannya. Hal ini
menunjukkan adanya korelasi antara wujud manusia dan eksistensinya. pengobatan manusia sebagai
khalifah di atas bumi merupakan suatu kehormatan sekaligus kepercayaan terbesar dari Allah yang tiada
tara.

Asal usul kejadian manusia menurut ajaran agama Islam berbeda dengan pendapat para ahli filsafat dan
antropologi, terutama Darwin dan pengikut teori evolusinya. manusia yang hidup di mana pun di
belahan dunia berasal dari satu keturunan yaitu Adam as. Dari anak cucu Adam lah manusia
berkembang biak dan bertebaran ke seluruh pelosok bumi.

Manusia terdiri dari beberapa dimensi yaitu jasad, ruh, akal dan hati, serta nafsu. Akal dan hati adalah
dimensi yang terpenting bagi manusia. sesuatu yang paling menonjol membedakan manusia dari
makhluk lain adalah akal dan daya untuk memahami. Dengan potensi akal dan hati, manusia menjadi
makhluk mulia, makhluk berpengetahuan, makhluk dinamis, makhluk berbudaya ya dan beragama. Akal
manusia bukan sesuatu yang tidak terbatas. Sebab bagaimanapun, akal merupakan ciptaan an-nur batas
dan hanya dapat menampung sesuatu sesuai dengan kapasitas dan fitrahnya. Dengan kata lain,
kesempurnaan akal adalah kesempurnaan yang tidak absolut. Karenanya nya dibantu oleh dimensi
lainnya yang turut mendukung seperti perasaan, insting, kalbu, dan nafsu. Dimensi-dimensi komplemen
ini banyak sekali membantu akal untuk menemukan, merumuskan kan dan menyimpulkan sesuatu.
Walaupun demikian, capaian yang dihasilkan oleh akal dan subsistensi tersebut tetap saja tidak
sempurna dan absolut, karena potensi yang dimiliki unsur-unsur ruhaniah ini terbatas pada batasan
kapasitas dan potensinya.

eksistensi manusia dengan keragaman dimensi yang dimiliki merupakan suatu sistem yang inheren dan
padu. Bukan terpisah-pisah yang berakibat terjadinya dikotominasi dan paradoks. Pada hari akhirat
nantinya, pertanggungjawaban yang diberikan manusia kepada Allah adalah pertanggungjawaban
terhadap segala dimensi yang ada pada dirinya sebagai suatu totalitas wujudnya.

Anda mungkin juga menyukai