Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PENUTUP

3.1 Hasil dari Proses Asetosolv


Pada permulaan tahun 1980-an, Nirnz dan koleganya dari German Institute of
Wood Chemistry-Hamburg memperkenalkan sebuah proses organosolv bernama
Acetosolv. Proses ini menggunakan pelarut utama asam asetat (93%) dan 0,5 – 3,0%
HCl sebagai katalisnya. Dengan suhu pemasakan 110oC selama 0,5 jam (tergantung
jenis kayu), bilangan kappa yang diperoleh adaIah 8-11 untuk hardwood dan 19-21
untuk softwood, dibandingkan dengan 18 - 30 untuk masing-masing jenis kap dengan
proses kraft (Nhz, et al., 1989). Kekuatan tarik pulpnya setara dengan kekuatan tarik
pulp kraft, tetapi kekuatan sobeknya 30 - 40% lebih rendah. Penggunaan HCl sebagai
katalis menimbulkan masalah korosi pada instrumentasi pemasak. Karena rnasalah
korosi ini Nirnz beralih ke suatu sistem berbeda, yang disebut sebagai sistem
Acetocell. Proses ini tetap menggunakan asarn asetat sebagai pelarut, namun tanpa
kehadiran katalis. Sebagai gantinya, proses ini diterapkan pada suhu tinggi. Proses
Acetocell ini telah melangkah maju sampai dengan skala pilot plant oleh Veba Oel
AG. Proses ini menghasilkan produk berupa furfural, levulinic acid,
hydrommethylfurfural, metanol, dan metil asetat. Nimz dan Casten (1984 dalam
Muladi, 1992) yang mematenkan proses pulping dengan menggunakan asam asetat
terhadap kayu atau tanaman semusim ditambah sedikit garam asam sebagai
katalisator, menyebutkan bahwa keuntungan dari proses acetosolv adalah bahwa
bahan pemasak yang digunakan dapat diambil kembali tanpa adanya proses
pembakaran bahan bekas pemasak. Tidak seperti proses pemasakan pulp dengan
metode kraft yang limbah larutan pemasaknya atau black liquor harus dimasukkan ke
dalam furnace yang panas dan bertekanan tinggi untuk mendapatkan sisa larutan
pemasak yang mengandung senyawa sulfit dalam bentuk abu yang kemudian abu ini
harus dicampur dengan lime atau CaO untuk menghilangkan bahan kimia asal seperti
NaOH, Na2S, dan Na2CO3 membentuk green liquor.
Proses asetosolv lebih menguntungkan karena tidak perlu menggunakan
furnace untuk pembakaran daur ulang black liquor, karena hanya dengan pemisahan

10
secara destilasi saja sudah bisa, tidak terlalu memahan biaya untuk bahan bakar pada
pembakaran di furnace.

11

Anda mungkin juga menyukai