Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

(KORBAN NAPZA)

Disusun Oleh :
1. Muhammad Dava Akmal Fasha (11181030)
2. Nabila Sahya Nirmala (11181031)
3. Niken Ayu Suci Ramadan (11181032)
4. Nindi Ayu Putri (11181033)
5. Novaria Br Surbakti (11181034)
6. Nurhalimah Lubis (11181035)
7. Rimba Geselahanizahra (11181036)

S1 KEPERAWATAN (REG.11A)

STIKes PERTAMINA BINA MEDIKA


Jl. Bintaro Raya No. 10 Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan
Telp : (021)-7234122/7207184, Fax : (021)-7234126

i
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
A. Pengertian........................................................................................................................................4
B. Jenis-jenis narkotika........................................................................................................................4
C. Factor-faktor penyebab seseorang menjadi penyalahgunaan NAPZA.............................................4
D. Efek samping NAPZA.....................................................................................................................6
E. Rehabilitasi......................................................................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................................9
1. Pengkajian.......................................................................................................................................9
2. Tanda dan Gejala...........................................................................................................................10
3. Data yang harus dikaji...................................................................................................................11
4. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................................15
5. Tindakan Keperawatan..................................................................................................................15
6. Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Penyalahgunaan Zat.................................................................18
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................19
A. Kesimpulan....................................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Narkotika, Psikototropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) atau lebih dikenal
dikalangan umum sebagai NARKOBA (Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif)
merupakan bahan yang digunakan dalam bidang kesehatan misalnya untuk efek
penghilang rasa sakit. Efek lain yang ditimbulkan NAPZA adalah efek nikmat. Efek
tersebut yang menyebabkan NAPZA banyak disalahgunakan untuk pemakaian di luar
bidang kesehatan. Penggunaan NAPZA yang ditujukan untuk kenikmatan termasuk
dalam penyalahgunaan obat.
Penyalahgunaan obat ini sangat berbahaya karena di antaranya dapat
mengakibatkan penyebaran virus HIV. Perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia
melalui IDU (Injecting Drug Use) atau obat yang disuntikan diperkirakan mencapai 60%
dan 40% kasus infeksi baru virus HIV yang muncul pada kelas usia 15-24 tahun sebagai
akibat penggunaan jarum suntik (Rusmiyati,2006)
Penyalahgunaan Narkoba telah mengancam anak usia sekolah terutama remaja
yang ditunjukkan oleh penelitian Direktorat IV/TP Narkoba KT Bareskrim Polri, Tindak
Pidana Narkoba berdasarkan usia, tahun 2008 urutan ke-4 ditempati oleh tersangka
narkoba dengan kelas usia 16-19 tahun yaitu sebanyak 2001 tersangka dari sekitar 44.694
total jumlah tersangka atau sekitar 4,48% dari jumlah tersangka. Tindak pidana narkoba
berdasarkan latar belakangnya pelajar menduduki peringkat ke-5 sebanyak 654 tersangka
dari 44.694 total jumlah tersangka atau sebesar 1,47% dari total jumlah tersangka. Tindak
pidana narkoba sesuai jenis kelamin menunjukkan lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan dengan wanita yaitu sebesar 41.340 dari 44.694 kasus (BNN, 2009).
Remaja memiliki kerentenan dalam hal penyalahgunaan obat disebabkan oleh
beberapa faktor di antaranya faktor internal dari remaja itu sendiri. Masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini remaja
memiliki sifat keingintahuan yang tinggi mengenai hal-hal yang baru disekitarnya. Hal

1
ini karena sebagai remaja tidak memiliki pengetahuan tentang NAPZA dan bahayanya
bagi kesehatan dan masa depannya. Oleh karena itu sebeulum adanya tindakan
penyalahgunaan akibat dari ketidaktahuan remaja maka perlu dilakukan tindakan
pencegahan melalui penyuluhan yang diberikan kepada remaja.
Untuk dapat mengurangi tingginya penyalahgunaan NARKOBA, Pemerintah dan
BNN telah mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan arahan United Nations Office on
Draugs and Crime yakni merehabilitasi pecandu, bukan memenjarakan. Kebijakan ini
pun sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 Pasal 54 tentang Narkotika yang
menyebutkan bahwa “Korban Penyalahgunaan Narkotika Wajib di Rehabilitasi”.
Undang-Undang tersebut juga mengatur bahwa rehabilitasi adalah alternative lain dari
hukuman penjara.
Rehabilitasi merupakan suatu proses pemulihan kepada para korban
penyalahgunaan NARKOBA, sehingga mereka dapat kembali berperan dan beraktivitas
secara normal didalam masyarakat. Terapi medis merupakan terapi yang lazim digunakan
dan bertujuan untuk mengurangi racun yang berada di dalam tubuh. Terapi ini merupakan
terapi awal bagi para korban penyalahgunaan NARKOBA agar dapat terputus dari jeratan
NARKOBA. Selain terapi medis, terdapat pula terapi psikologis yaitu terapi yang
ditujukan untuk mengembalikan kondisi sosial korban penyalahgunaan NARKOBA ini.

B. Rumusan masalah
1. Untuk membuat pasien NAPZA sembuh
2. Untuk membuat pasien NAPZA tidak lagi ketergantungan
3. Untuk membuat pasien NAPZA sehat jasmani,rohani
4. Untuk membuat pasien dengan gangguan jiwa segera membaik

C. Tujuan

a. Tujuan umum
Untuk mempermudah memahami materi dalam Bab ini, penulis membagi menjadi 2
(dua) topik yaitu :
1. Topik1 akan membahas mengenai perkembangan keperawatan jiwa

2
2. Topik 2 akan membahas mengenai konsep dasar keperawatan jiwa.
b. Tujuan Khusus
Topik 1 bertujuan agar Anda mampu
1. Menjelaskan kembali perkembangan keperawatan jiwa di dunia
2. Menjelasakan kembali perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia.
Topik 2 bertujuan mampu
1. Menjelaskan kembali pengertian kesehatan jiwa
2. Menjelaskan kembali ciri sehat jiwa
3. Menerapkan paradigma keperawatan jiwa dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa
4. Menerapkan model konsep keperawatan jiwa dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
NAPZA atau Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya merupakan zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat adiktif adalah
bahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang yang menggunakannya akibat
timbulnya ketergantungan psikis seperti golongan nikotin.

B. Jenis-jenis narkotika
Narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman yang dapat menyebabkan
hilang kesadaran dan dapat menimbulkan ketergantungan. Golongan I adalah narkotika
yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk
terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, contohnya
heroin. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki khasiat pengobatan dan
sering digunakan sebagai obat alternatif tapi sebagai pilihan yang terakhir, contohnya
morfin. Jenis-jenis NAPZA antara lain heroin, morfin, ganja, ekstasi, sabu-sabu, obat
penenang.

C. Factor-faktor penyebab seseorang menjadi penyalahgunaan NAPZA


1. Penyebab dari diri sendiri yaitu Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan Kepribadian yang lemah Kurangnya percaya diri Tidak mampu
mengendalikan diri Dorongan ingin tahu,ingin mencoba,ingin meniru Dorongan ingin

4
berpetualang Mengalami tekanan jiwa Tidak memikirkan akibatnya dikemudian hari
Ketidaktahuan akan bahaya narkoba.
2. Penyebab yang bersumber dari keluarga(orang tua) Salah satu atau kedua orang tua
adalah pengguna narkoba Tidak mendapatkan perhatian,dan kasih sayang dari orang
tua Keluarga tidak harmonis(tidak ada komunikasi yang terbuka dalam keluarga)
Orang tua tidak memberikan pengawasan kepada anaknya Orang tua terlalu
memanjakan anaknya Orang tua sibuk mencari uang/mengejar karir sehingga
perhatian kepada anaknya menjadi terabaikan.
3. Penyebab dari teman/kelompok sebaya Adanya satu atau beberapa teman kelompok
yang menjadi pengguna narkoba Adanya anggota kelompok yang menjadi pengedar
narkoba Adanya ajakan atau rayuan dari teman kelompok untuk menggunakan
narkoba Paksaan dari teman kelompok agar menggunakan narkoba karena apabila
tidak mau menggunakan akan dianggap tidak setia kawan Ingin menunjukan
perhatian kepada teman
4. Penyebab yang bersumber dari lingkungan Masyarakat tidak acuh atau tidak peduli
Longgarnya pengawasan sosial masyarakat Sulit mencari pekerjaan Penegakan
hukum lemah Banyaknya pelanggaran hukum Kemiskinan dan pengangguran yang
tinggi Menurunnya moralitas masyarakat Banyaknya pengedar narkoba yang mencari
konsumen Banyaknya pengguna narkoba disekitar tempat tinggal. Ada beberapa
faktor yang menjadi penyebab penyalahgunaan narkotika pada seseorang.
Berdasarkan kesehatan masyarakat, faktor-faktor penyebab timbulnya
penyalahgunaan narkotika, terdiri dari:
a. Faktor Individu
Tiap individu memiliki perbedaan tingkat resiko untuk menyalahgunakan
NAPZA. Faktor yang mempengruhi individu terdiri dari faktor kepribadian dan
faktor konstitusi. Alasan-alasan yang biasanya berasal dari diri sendiri sebagai
penyebab penyalahgunaan NAPZA antara lain:
1) Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir
panjang mengenai akibatnya
2) Keinginan untuk bersenang-senang
3) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya

5
4) Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok
5) Lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup
6) Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan
ketagihan
7) Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau
kelompok pergaulan untuk menggunakan NAPZA
b. Faktor Lingkungan, meliputi:
1) Lingkungan Keluarga: Hubungan ayah dan ibu yang retak, komunikasi
yang kurang efektif antara orang tua dan anak, dan kurangnya rasa hormat
antar anggota keluarga merupakan faktor yang ikut mendorong seseorang
pada gangguan penggunaan zat.
2) Lingkungan Sekolah: Sekolah yang kurang disiplin, terletak dekat tempat
hiburan, kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan
diri secara kreatif dan positif, dan adanya murid pengguna NAPZA
merupakan faktor kontributif terjadinya penyalahgunaan NAPZA.
3) Lingkungan Teman Sebaya: Adanya kebutuhan akan pergaulan teman
sebaya mendorong remaja untuk dapat diterima sepenuhnya dalam
kelompoknya. Ada kalanya menggunakan NAPZA merupakan suatu hal
yng penting bagi remaja agar diterima dalam kelompok dan dianggap
sebagai orang dewasa.

D. Efek samping NAPZA


Penyalahgunaan NAPZA sangat memberikan efek yang tidak baik dimana bias
mengakibatkan adiksi (ketagihan) yang berakibat pada ketergantungan. Menurut Hawari,
hal tersebut terjadi karena sifat-sifat narkoba yang menyebabkan (Azmiyati, SR, 2014):
1. Keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire) keinginan untuk
memperoleh zat tersebut dengan cara apapun untuk memperolehnya.
2. Kecendrungan untuk menambahkan takaran atau dosis dengan toleransi tubuh.
3. Ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan
menimbulkan gejala-gejala kejiwaan, seperti kegelisahan, kecemasan, depresi, dan
sejenisnya.

6
4. Ketergantungan fisik yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan
gejala fisik yang dinamakan gejala putus obat (withdrawal symptoms) seperti : jalan
sempoyongan, bicara pelo(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif, nafas
sesak, denyut jantung dan nadi lambat.

E. Rehabilitasi
Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika adalah suatu proses pengobatan untuk
membebaskan pecandu dari ketergantungan, dan masa menjalani rehabilitasi tersebut
diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman. 15 Rehabilitasi terhadap pecandu
narkotika juga merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang mengintegrasikan
pecandu narkotika ke dalam tertib sosial agar dia tidak lagi melakukan penyalagunaan
narkotika. Adapun Jenis-Jenis Rehabilitasi atau Istilah rehabilitasi dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdiri dari 2 (dua) yaitu:
1. Rehabilitasi medis yaitu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika,sesuai Pasal 1 angka 16
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Rehabilitasi medis yang
diberikan terhadap anak korban penyalahgunaan Narkotika dilakukan dengan cara
memberikan obat tertentu untuk mengurangi ketergantungan terhadap narkotika
tersebut. Tentunya pemberian obat ini disesuikan dengan kebutuhan atau tingkat sakit
yang dialami akibat sakau.
2. Rehabilitasi Sosial yaitu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental
maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi
sosial dalam kehidupan masyarakat, sesuai Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Selanjutnya dalam pelaksanaan Rehabilitasi terdapat beberapa tahapan yang haru
dilalui. Adapun tahap-tahap rehabilitasi bagi pecandu narkoba :
a. Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa seluruh
kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang
memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi
gejala putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari jenis

7
narkoba dan berat ringanya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan,
pengalaman, dan keahlian guna memdeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut.
b. Tahap rehabilitasi nonmedis, tahap ini pecandu ikut dalam program rehabilitasi.
Di Indonesia sudah di bangun tempat-tempat rehabilitasi, sebagai contoh di
bawah BNN adalah tempat rehabilitasi di daerah Lido (Kampus Unitra), Baddoka
(Makassar), dan Samarinda. Di tempat rehabilitasi ini, pecandu menjalani
berbagai program diantaranya program therapeutic communities (TC), 12 steps
(dua belas langkah, pendekatan keagamaan, dan lain-lain.
c. Tahap bina lanjut (after care), tahap ini pecandu diberikan kegiatan sesuai dengan
minat dan bakat untuk mengisi kegiatan sehari-hari, pecandu dapat kembali ke
sekolah atau tempat kerja namun tetap berada di bawah pengawasan.
Dalam setiap tahap rehabilitasi diperlukan pengawasan dan evaluasi secara terus
menerus terhadap proses pulihan seorang pecandu. Pengawasan di tiap tahap
rehabilitasi bertujuan agar dapat mengetahui sejauh mana pengaruh kegiatan-
kegiatan yang diberikan dalam upaya menyembuhkan para pecandu.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian pada seseorang dengan penyalahgunaan zat biasanya disebabkan oleh
beberapa hal seperti:
a. Faktor individu Individu dengan kepribadian rendah diri, mudah kecewa, suka coba-
coba / bereksperimen dan bersikap antisosial, berisiko untuk melakukan
penyalahunakan zat(Napza)
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan pergaulan yang kurang baik dapat mendorong seseorang melakukan
penyalahgunaan zat (napza), misalnya komunikasi dalam keluarga yang tidak akrab,
kelompok sebaya yang menggunakan napza dan banyaknya tempat untuk
memperoleh napza dengan mudah. Selain itu, pengawasan dari masyarakat yang
longgar, misalnya hukum yang tidak tegas menyebabkan peredaran napza secara
gelap terus berlangsung.
c. Faktor zat
1) Zat itu sendiri memberikan kenikmatan, mudah diperoleh dan harganya terjangkau,
diperoleh dengan gratis/tanpa keluar biaya.
2) Situasi yang berisiko tinggi untuk menggunakan napza adalah kondisi emosi yang
tidak stabil, konflik dengan orang lain, dan adanya tekanan sosial.
d. Sumber koping
Yang sangat dibutuhkan untuk membantu indivu terbebas dari penyalahgunaan zat
yaitu kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang efektif, ketrampilan
menerapkan sikap asertif dalam kehidupan sehari-hari,perlunya dukungan sosial yang
kuat, pemberian alternative kegiatan yang menyenangkan,ketrampilan melakukan
teknik reduksi stress, ketrampilan kerja dan motivasi untuk mengubah perilaku.
e. Mekanisme koping.

9
Individu dengan penyalahgunaan zat seringkali mengalami kegagalan dalam
mengatasi masalah. Mekanisme koping sehat dan individu tidak mampu
mengembangkan perilaku adaptif.
f. Mekanisme pertahanan ego yang khas digunakan pada individu penyalahguna zat
meliputi penyangkalan terhadap masalah, rasionalisasi, projeksi, tidak tanggung
jawab terhadap perilakunya, dan mengurangi jumlah alkohol atau obat yang
digunakan.

2. Tanda dan Gejala


Tabel dibawah ini akan menjelaskan mengenai tanda dan gejala intoksikasi serta tanda
dan gejala putus zat dari berbagai zat aditif

Tabel 3.1
Tanda dan Gejala Intoksikasi

opiat Ganja Sedative- Alcohol amfetamin


hipnotik
- Eforia - Eforia - pengendalian - mata merah - selalu
- Mengantuk - mata diri - bicara cadel terdorong
- Bicara merah berkurang - jalan untuk
cadel - mulut - jalan - sempoyong bergerak
- Konstip kering sempoyonga an - berkering
asi - banyak n - perubahan at
- Penuru bicara dan - mengantuk persepsi - gemetar
nan tertawa - memperpanja - penurunan - cemas
Kesada - nafsu ng tidur kemampua - depresi
ran makanMe - hilang n menilai - paranoid
ningkat kesadaran
- gangguan
persepsi

10
Table 3.2
Tanda dan gejala putus zat
Opiat Ganja Sedatif- Alcohol Amfetamin
hipnotik
 nyeri  jarang  cemas  cemas  cemas
 mata dan ditemukan  tangan  depresi  depresi
hidung gemetar  muka  kelelahan
berair  perubahan merah  energi
 perasaan persepsi  mudah berkurang
panas  gangguan marah  kebutuhan
dingin daya ingat  tangan tidur
 diare  tidak bisa gemetar meningkat
 gelisah tidur  mual
 tidak bisa muntah
tidur  tidak bisa
tidur

3. Data yang harus dikaji


Table dibawah ini menggambarkan hasil pengkajian pada pasien dengan
penyalahgunaan zat.
Table 3.3.
Pengkajian pada penyalahgunaan zat
Pengkajian Intoksikasi With drawal Overdosis
1. Sedative- 1. Penurunan fungsi 1. penurunan 1. Respon psikologik
hipnotics mental : tingkat 2. Withdrawal ringan :
(depresan ) penurunan kesadaran kecemasan akut,
kemampuan 2. Penurunan atau iritabel, nervousness,
memahami, tidak adanya kesulitan konsentrasi,

11
gangguan respon insomnia,
memori, terhadap nyeri nightmares(mimpi
penurunan 3. Depresi buruk)
kemampuan pernapsan 3. Withdrawal berat :
mengambil 4. Pernafasan disorientasi, delirium,
keputusan, lambat paranoid,
mengantuk, 5. Ketidak kekerasan,ketakutan,
perhatian seimbangan depersonalisasi.
berkurang atau cairan dan 4. Respon fisiologik
terbatas. elektrolit 5. Tremor, takikardia,
2. Kerusakan headache, iritabel,
koordinasi ansietas, postural
motorik : hipotensi, insomnia,
penekanan keringan dingin,
bicara, ataksia, 6. Kejang menyeluruh
hiperefleksia, 7. Kontraksi mioklonik
peningkatan 8. Halusinasi biasanya
reaksi pendengaran
3. Mood eforia, 9. Delirium, kerusakan
labil penurunan memory jangka lama
kecemasan dan sekarang,
4. Penghambatan disorientasi halusinasi
5. Disfungsi syaraf penglihatan,
cranial : pendengaran dan
nistagmus, perabaan
diplopia 10. Hipertensi
6. Penurunan nadi, 11. Diare
penurunan TD 12. Kolapsnya
dan RR pembuluh darah
2. Stimulan 1. Penghambat 1. Hiperaktifitas, Respon psikologik :
(amfetamin psikologis : ansietas 1. Crash fase :

12
dan kokain ) kecemasan 2. Kebingungan depresi,agitasi, high
2. Clear sensor halusinasi drug craving,
tampak 3. Paranoid keletihan, keinginan
kebingungan dan 4. Kejang dan untuk tidur, dan tidak
halusinasi koma adanya drug caving
3. Peningkatan 5. Takikardia Respon fisiologik :
aktivitas 1. Iskemia miokar
psikomotor, 2. Dystonia akut
tremor
4. Peningkatan nadi
dan tekanan
darah
5. Penurunan nafsu
makan
6. Midriasis
3. Narkotik 1. Eforia dengan 1. Penurunan Psikologis
perubahan sensori tingkat 1. Ansietas, gelisah.
persepsi, kesadaran Disforia, gangguan
pemahaman 2. Depresi mood dan tidur
buruk,gangguan pernafasan Fisiologik
memori 3. Bradikardia 1. Kram pada
2. Mengantuk, hipotensi lambung, nausea dan
penurunan 4. Atoni vomiting
interaksi sosial gastrointestinal 2. Diaphoresis
3. ‘miosis, 3. Hipertensi
kontraksi pupil 4. Nyeri pada otot
abnormal dan punggung
4. Hipotensi 5. Bulu kuduk berdiri
ringan dengan 6. Menguap
takikardia, 7. Midrasis
penurunan 8. Diare

13
respirasi
4. Alkohol 1. Penghambatan 1. Respirasi 1. Gelisah, iritabel,
psikologis : menurun ansietas agitasi
kecemasan, 2. Merasa 2. Anoreksia nausea,
keterbatasan dalam dingin vomiting
pengambilan 3. Kulit 3. Tremor,
keputusan, lembab peningkatan nadi,
impulsive, 4. Puplis peningkatan TD
hiperseks kontriksi 4. Insomnia, sering
2. Clear sensori mimpi buruk
tampa 5. Kerusakan
kebingungan dan konsentrasi, memori
halusinasi, dan pengambilan
penurunan keputusan
keletihan, 6. Peningkatan
keinginan tinggi, sensitifitas terhadap
peningkatan bunyi atau suara.
ketertarikan
tergadap
lingkungan
3. Peningkatan
aktivitas
psikomotor, tremor
4. Peningkatan
nadidan tekanan
darah

14
4. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajaian maka diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan, adalah: Koping individu tidak efektif

5. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien:
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat
2) Pasien dapat mengenali dampak penggunaan zat
3) Pasien dapat meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan zat
4) Pasien dapat mengontrol keinginan untuk menggunakan zat
5) Pasien dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
6) Pasien dapat mengubah gaya hidup
7) Pasien dapat menggunakan terapi psikofarmaka secara tepat dan benar

b. Tindakan
1) Diskusikan bersama pasien tentang dampak penggunaan zat terhadap:
a) Kesehatan : tanda dan gejala intoksikasi dan penyakit fisik
b) Sosial atau hubungan dengan orang lain (pergaulan)
c) Pendidikan atau pekerjaan
d) Ekonomi atau keuangan
e) Hukum

2) Diskusikan tentang kehidupan pasien sebelum menggunakan zat, kemudian harapan


pasien untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang setelah tahu dampaknya.

3) Diskusikan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti.

a) Hal-hal positif yang masih dipunyai pasien (kesehatan / pergaulan / pendidikan /

15
pekerjaan / ekonomi / hukum), misalnya pasien masih kuat secara fisik, tidak ada
komplikasi penyakit akibat penggunaan zat.

b) Latih pasien untuk mensyukuri keadaannya tersebut


(1) Sebutkan lebih sering hal-hal yang patut disyukuri (latihan afirmasi)
(2) Sebutkan berulang-ulang keinginan untuk berhenti (latihan afirmasi)

4) Diskusikan cara mengontrol keinginan menggunakan zat dengan cara:


a). Menghindar, misalnya: tidak pergi ke tempat-tempat yang ada pengedar, tidak melewati
tempat yang mempunyai kenangan saat masih menggunakan zat, tidak bergabung / bergaul
dengan pengguna.
b). Mengalihkan, misalnya: menyibukkan diri dengan aktivitas yang padat dan menyenangkan.
c). Menolak, misalnya: mengatakan tidak, walaupun ditawarkan gratis dan tetap mengatakan
tidak,walaupun sekali saja.d) Latih pasien mengontrol keinginan menggunakan zat
(1) Menghindar
(2) Mengalihkan
(3) Menolak

5) Diskusikan cara menyelesaikan masalah yang sehat


a) Mengenali cara pasien menyelesaikan masalah selama ini, misalnya segera
menggunakan zat bila ada masalah
b) Untung rugi cara tersebut digunakan
c) Tawarkan cara yang sehat untuk menyelesaikan masalah, contoh:
(1) Secara verbal : jika pasien sering dicurigai dan dituduh pakai NAPZA oleh
orang tua maka pasien mengungkapkan bahwa pasien kecewa belum
dipercaya oleh keluarga, kemudian bicarakan dengan orang tua bahwa tidak
dipercaya itu membuat kesal dan dapat menimbulkan sugesti, katakan hal-
hal yang diharapkan terhadap orang lain secara jujur dan terbuka, sepakati
dengan orang tua kalau pasien akan mengatakan secara

16
jujur pada keluarga jika pasien ternyata pakai lagi, dan keluarga akan
membantu pasien untuk berobat
(2) Secara fisik : ambil waktu luang untuk diri sendiri dengan jalan-jalan,
melakukan aktifitas untuk menyalurkan kekesalan, seperti olah raga,
relaksasi atau kegiatan lain yang disukai pasien
(3) Secara sosial : cari bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah
(4) Secara spiritual : mengadukan masalah kepada Tuhan dan menyakini
bahwa akan ada bantuan dari YANG MAHA KUASA
d) Latih pasien menggunakan cara tersebut dengan:
(1) Mengenali situasi yang berisiko tinggi
(2) Kondisi emosi negatif, misalnya kesal, dituduh pakai lagi
(3) Konflik dengan orang lain, misalnya bertengkar karena dilarang keluar rumah atau
dituduh mencuri
(4) Tekanan sosial, misalnya dipaksa sebagai syarat untuk bergabung dengan kelompok
tertentu
(5) Tidak menggunakan zat untuk menyelesaikan masalah, tetapi menggunakan cara yang
sehat menyelesaikan masalah.

6) Diskusikan gaya hidup yang sehat


a) Makan dan buang air secara teratur
b) Bekerja dan tidur secara teratur
c) Menjaga kebersihan diri
d) Latih pasien mengubah gaya hidup
(1) Tentukan aktivitas sehari-hari dan hobi
(2) Buat jadwal aktivitas
(3) Tentukan pelaksanaan jadwal tersebut
7) Latih pasien minum obat sesuai terapi dokter tekankan pada prinsip benar dosis
obatnya

17
6. Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Penyalahgunaan Zat
Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan penyalahgunaan zat memerlukan
perhatian dankewaspadaan perawat. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk
mengevaluasi hasil intervensi terhadap pasien dengan penyalahgunaan zat.
a. Apakahpasien telah mencapai tujuan yang telah ditentukan ?
b. Dapatkahpasien berkomunikasi secara efektif tanpa harus membela diri ?
c. Apakah pasien melakukan aktifitas sehari-hari tanpa menggunakan obat ?
d.Apakah pasien terlibat secara aktif pada berbagai kegiatan sosial eksternal?
e. Apakah pasienmampu memanfaatkan sumber internal secara konsisten agar dapat
produktif ditempat bekerja dan terlibat dalam hubungan interpersonal yang berarti

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Narkotika, Psikototropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) atau lebih dikenal
dikalangan umum sebagai NARKOBA (Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif)
merupakan bahan yang digunakan dalam bidang kesehatan misalnya untuk efek
penghilang rasa sakit. penyalahgunaan Narkoba merupakan salah satu bentuk prilaku
menyimpang yang dilakukan oleh seseorang sebagai akibat dari perkembangan zaman
dan teknologi yang begitu pesat disamping kurangnya pengawasan dari orang tua
maupun pemerintah. Prilaku menyimpang dengan menggunakan Narkoba yang dilakukan
oleh seseorang ini termasuk kedalam kategori kejahatan tanpa korban (crime without
victim), kejahatan tanpa korban yang berarti kejahatan ini tidak menimbulkan korban
sama sekali, akan tetapi si pelaku sendirilah sebagai korbannya.

B. Saran
Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini, maka disarankan beberapa hal
yaitu Pentingnya penyebaran informasi secara kontinyu tentang NAPZA dan dampaknya
bagi pecandu NAPZA melalui konseling, penyuluhan, dan media, Diharapkan peran serta
orang tua dan masyarakat agar selalu lebih memberikan pengawasan terhadap anak di
dalam pergaulan sehari-hari serta selalu memperhatikan perubahan-perubahan prilaku
atau sikap sehingga terhindar dari terjadinya penyalahgunaan Narkoba.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/169828-ID-faktor-faktor-penyebab-penyalahgunaan-na.pdf
https://journal.unnes.ac.id/jurnal-kesehatan-masyarakat/3376-7155-1-SM.pdf
https://jurnal.unissula.ac.id/2567-5822-1-SM.pdf
https://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/keperawatan-
jiwa-komprehensif.pdf
https://www.researchgate.net/publication/317040335_Buku_Ajar_Keperawatan_Kesehat
an_jiwa

20

Anda mungkin juga menyukai