“ISOLASI SOSIAL”
Disusun oleh :
Junaidi Dolang (17061134)
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020
A. Definisi
Menarik diri merupakan suatu percobaan untuk menghindari interaksi dan hubungan
dengan orang lain (Rawlins, 1993). Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain. Hubungan yang sehat dapat digambarkan dengan adanya
komunikasi yang terbuka, mau menerima orang lain, dan adanya rasa empati. Pemutusan
hubungan interpersonal berkaitan erat dengan ketidakpuasan individu dalam proses hubungan
yang disebabkan oleh kurang terlibatnya dalam proses hubungan dan respons lingkungan yang
negatif. Hal tersebut akan memicu rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindar dari
orang lain.
B. Rentan respon
Suatu hubungan antarmanusia akan berada pada rentang respons adaptif dan maladaptif seperti
tergambar di bawah ini.
D. Pohon masalah
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaa medis
A. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam
fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,mulut kering,
kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama jantung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik,
agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
B. Haloperidol (HLP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam fungsi
kehidupan sehari – hari. Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik /parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defikasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
C. Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan idiopatik,sindrom
parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti kolinergik/
parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intra oluker meninggi, gangguan irama jantung).
D. Electro Convulsive Therapy
Electro Convulsive Therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan eletroshock adalah suatu
terapi psiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam pengobatannya. Biasanya ECT
ditunjukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon pada obat psikiatri pada dosis
terapinya. Diperkirakan hampir 1 juta orang di dunia mendapat terapi ECT setiap tahunnya
dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu. ECT bertujuan untuk memberikan efek kejang klonik
yang dapat memberikan efek terapi selama 15 menit.
Penatalakasanaan Keperawatan
A. Terapi individu dan keluarga
Penatalaksanaan isolasi sosial dapat dilakukan dengan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan (SPTK) pada pasien yang lebih dikenal dengan strategi pelaksanaan (SP) yang
terdiri dari beberapa strategi pelaksanaan diantaranya strategi pelaksaan pasien mengajarkan
dengan berinteraksi secara bertahap dan keluarga yang terdiri dari masing-masing empat strategi
pelaksaan (Badar, 2016)
B. Terapi aktivitas kelompok
Menurut Stuart dan Laraia kegiatan kelompok merupakan tindakan keperawatan pada kelompok
dan terapi kelompok. Terapi aktivitas kelompok (TAK), terdiri dari 4 macam yaitu TAK
stimulasi persepsi, TAK stimulasi sensori, TAK stimulasi realita, dan TAK sosialisasi. Terapi
kelompok yang cocok pada pasien isolasi sosial yaitu terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS)
karena klien mengalami gangguan hubungan sosial (Badar , 2016).
F. Asuhan keperawatan
Klasifikai data
Data subjektif Data objektif
- Klien mengatakan ada orang yang - Klien terlihat waspada
sedang mengintai dan akan - Klien sering melihat ke kiri dan kanan
membahayakan dia saat di ajak bicara
- Klien mengatakan sagat terpkul - Klien sering menarik diri dan berdiam
karena kehilangan ibunya diri di kamarnya
- Klienmengatakan merasa tidak
berguna karena tidak bias menjaga
ibunya
- Klien mengatakan tidak mau berbicara
dengan ayah dan adiknya
Analisi data
Data fokus Etiologi Masalah keperawatan
Ds : Isolasi sosial menarik diri Isolasi sosial menarik
- Klienmengatakan merasa diri
tidak berguna karena tidak
bias menjaga ibunya Gangguan sensori persepsi
- Klien mengatakan tidak halusisnai
mau berbicara dengan ayah
dan adiknya
Harga diri rendah
persepsi halusisnai
Intervensi keperaatan
STRATEGI PELAKSANAAN
Isolasi sosial : harga diri rendah
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Klien kurang berinteraksi dengan orang lain
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial menarik diri
3. Tindakan keperawatan :
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
Bantu klien mengetahui penyebab isolasi sosial
Membantu klien untuk latihan berkenalan dengan perawat
B. Strategi komunikasi tindakan keperawatan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
fase ini di mulai saat bertemu pertama kali dengan klien. Saat pertama kali bertemu
dengan klien fase ini di gunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan merupakan
langkah awal dalm membinah hubungan saling percaya.
b. Validasi
pada tahap ini perawat menanyakan apa yang dirasakan klien saat ini, dan menanyakan
kembali pembahasan topic yang di inginkan klien.
c. Kontrak
1) Topik
kontrak topic sesuai yang di inginkan klien.
2) Tempat
Kontrak tempat sesuai dengan yang di inginkan klien.
3) Waktu
Kontrak waktu sesuai kesepakatan dengan klien
2. Fase kerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap ini perawat
bersama klien menghadapi masalah yg di alami pasien. Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan
rencana asuhan yang telah di terapkan. Teknik komunikasi yang sering di gunakan antara lain
mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, sebagai presepsi, memfokuskan dan
menyimpulkan.
3. Fase terminasi
a. Terminasi terjadi jika perawat telah mennyelesaikan proses keperawatan secara
menyeluru. Tugas perawat dalam fase ini yaitu :
b. mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah di lakukan, evaluasi ini disebut
evaluasi objetif
c. melakukan evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu.
d. menyepakati tindak lanjutan terhadap interaksi yang telah di lakukan.
e. membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu di sepakati adalah:
topic, waktu dan tempat pertemuan.
Daftar pustaka
Yusuf.AH dkk 2016.keperawatan kesehatan jiwa jakarta selatan : salemba medika
Nurhalima 2016 praktikum keperawatan jiwa jakarta : kemenkes RI
Nurhalima 2016 keperawatan jiwa jakarta : kemenkes RI
Ns. Emi Wuri Wuryaningsih dkk 2018 buku ajar keperawatan kesehatan jiwa