Anda di halaman 1dari 20

BAB I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia pada bidang industri, kesehatan dan
penelitian semakin berjalan dengan perkembangan jumlah penduduk, teknologi,
pengetahuan, budaya, dll dan telah terbukti secara nyata memberikan kontribusi
yang berarti bagi masyarakat Indonesia. Di bidang kesehatan, tenaga nuklir
berperan dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan masyarakat antara lain
untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian. Pemanfaatan tenaga nuklir pada
sektor industri secara langsung berperan dalam meningkatkan mutu dan laju
produksi termasuk industri pertambangan yang merupakan salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Efisiensi proses produksi yang tidak akan
pernah mencapai 100 % berdampak dihasilkannya limbah padat, cair, gas yang
harus dikelola dengan bijaksana, artinya bahwa pengelolaan limbah tersebut
mampu mengoptimalkan tuntutan kepentingan dari berbagai pihak terkait,
terutama kepentingan masyarakat dan lingkungan hidup.

Mengingat kompleksnya permasalahan limbah maka sebelum terbentuknya


limbah hendaknya dilakukan tindakan-tindakan yang berorientasi pada upaya
meminimalkan terjadinya limbah yang dapat dilakukan melalui seleksi bahan
baku, rekayasa proses dan penerapan prinsip reuse, recycle dan recovery. Bidang
radioekologi saat ini banyak menarik perhatian para pecinta lingkungan, terutama
berkaitan dengan masalah limbah radioaktif. Limbah radioaktif selama ini tidak
pernah dibuang ke lingkungan secara sembarangan karena telah diatur dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional dan tidak
bertentangan dengan ketentuan yang berlaku secara internasional. Pengaturan
limbah radioaktif dan paparan radiasi secara internasional ditetapkan oleh
International Atomic Energy Agency (IAEA) dan International Commission on
Radiological Protection (ICRP) sedangkan di Indonesia diawasi oleh Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).

Pada dasarnya tingkat bahaya limbah radioaktif tidak berbeda dengan limbah
berbahaya lainnya, yang membedakan adalah penyebab dan mekanisme
terjadinya interaksi dengan target. Karakteristik bahaya dari limbah radioaktif
adalah memancarkan radiasi yang dapat mengionisasi atau merusak target
sehingga menjadi tidak stabil/disfungsi, sedangkan karakteristik bahaya dari
limbah B3 antara lain: mudah meledak, mudak terbakar, beracun, reaktif,
menyebabkan infeksi dan bersifat korosif.
Dalam pengelolaan limbah B3 dikenal konsep Cradle to Grave yaitu
pengawasan terhadap limbah B3 dari sejak dihasilkan hingga penanganan akhir.
Makalah ini akan membahas implementasi dari sistem pengelolaan limbah nuklir
radioaktif untuk limbah radioaktif dengan treatment dari setiap fase akan
menyesuaikan dengan karakteristik limbah radioaktif.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
pencemaran limbah nuklir radioaktif, jenis-jenis pencemaran limbah nuklir
radioaktif dan karakteristik dari limbah radioaktif tersebut.
TUGAS MATA KULIAH ILMU LINGKUNGAN
“PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF”

Di Susun Oleh :
SHIDIQ FATHANAH PUTRA
031 2018 0196

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
 Pengertian Limbah Radioaktif
Limbah Radioaktif adalah zat radioaktif dan atau bahan serta peralatan yang telah
terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir
atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion yang tidak digunakan lagi.
 Pengertian Bahan Bakar Nuklir Bekas
Bahan Bakar Nuklir Bekas adalah bahan bakar nuklir teriradiasi yang dikeluarkan
dari teras reaktor secara permanen dan tidak digunakan lagi dalam kondisinya saat
ini karena penyusutan bahan fisil, peningkatan racun, atau kerusakan akibat radiasi.
 Pengertian Pengelolaan Limbah Radioaktif
Pengelolaan Limbah Radioaktif adalah pengumpulan, pengelompokan, pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan, dan/atau pembuangan Limbah Radioaktif. (Peraturan
Pemerintah No 61 Tahun 2013)
 Pengertian Penghasil Limbah Radioaktif
Penghasil Limbah Radioaktif adalah pemegang izin pemanfaatan sumber radiasi
pengion atau bahan nuklir dan/atau izin pembangunan, pengoperasian dan
dekomisioning instalasi nuklir yang karena kegiatannya menghasilkan Limbah
Radioaktif.

B. Sumber Limbah Radioaktif


1. Bidang Industri
Jenis radiaoktif yang digunakan pada industry antaralain pemancar beta yang
digunakan untuk mengukur ketebalan materi contohnya Sr-90, P-32, TI-208,
untuk pemancar gama sering digunakan sebagai sumber radiasi contohnya
(irradiator Co-60).
2. Bidang Medik
Pemancar beta yang sering digunakan dalam kedokteran misalnya Sr-90, Y-
90,P-32, Re-188.
3. Bidang litbang dan pendidikan
4. Instalasi nuklir
Mekanisme utama yang terjadi dalam reaktor nuklir adalah pembelahan
inti dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
X + n₁ -> Y₁ + Y₂ + nc + Q
Suatu inti atom X yang dapat belah (fisil) seperti U-235 ketika ditembak dengan
neutron termal (n1) akan membelah menjadi dua inti radioaktif Y1 dan Y2 .
Dalam reaksi pembelahan tersebut juga dilepaskan 2 atau 3 buah neutron cepat
(nc) dan sejumlah energi panas (Q). Oleh karena Y1 dan Y2 merupakan inti-inti
yang aktif maka dalam proses tersebut juga dipancarkan berbagai macam radiasi
(a, b dan g).
Dari mekanisme pembelahan (reaksi fisi) di atas terlihat bahwa setiap reaksi
akan menghasilkan lebih dari satu neutron cepat baru, yang bila energinya dapat
diturunkan menjadi neutron termal, akan menyebabkan reaksi pembelahan inti
dapat belah yang lainnya. Proses ini berlangsung terus-menerus dan disebut
sebagai proses reaksi berantai (chain reaction). Dalam reaktor nuklir, proses
reaksi berantai ini dikendalikan secara cermat sedangkan pada bom atau senjata
nuklir reaksi ini dibiarkan tanpa kendali. Energi panas yang dihasilkan dari
reaksi berantai di atas ( Q ) dapat dimanfaatkan untuk menggerakan turbin
sehingga dapat menghasilkan listrik. Fasilitas yang memanfaatkan mekanisme
ini adalah PLTN. Neutron yang dihasilkan dalam reaksi ini juga dapat
digunakan untuk berbagai macam aplikasi dan penelitian, seperti untuk
keperluan produksi zat radioaktif dan analisis bahan yang dilakukan di reaktor
penelitian (research reactor).
5. Dekontaminasi atau Dekominisioning
Dekomisioning adalah kegiatan untuk menghentikan secara tetap beroperasinya
suatu instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan zat radioaktif.
Dekomisioning fasilitas industri yang bahan mentahnya (raw material)
mengandung unsur-unsur radioaktif alam (pabrik kaos lampu dan pabrik
pupuk), akan menghasilkan limbah aktivitas rendah dan sedang dengan volume
yang cukup banyak. Peninngkatan pengoperasian reaktir riset juga
mengahsilkan dekominisioning reactor riset yhang kadaluawarsa dalam jumlah
banyak.
C. Klasifikasi Limbah Radioaktif
a. Berdasarkan asal terbentuknya :
 Alamiah
 Hasil fisi
 Hasil aktivasi
 Akibat kontaminasi
b. Berdasarkan fasanya atau bentuknya :
 Padat

Gol. Paparan radiasi Permukaan (X) Keterangan


( R/jam )

1. X < 0,2 Sumber radiasi pemancar Beta dan

2. 0,2 < X < 2 Gamma,

3. X > 2 Alpha diabaikan.

4. Pemancar alpha yang tidak dapat Sumber radiasi Alpha, beta gamma
menimbulkan kekritisan. diabaikan
Gol. Paparan radiasi Permukaan (X) Keterangan
( R/jam )

Konsentrasi α dalam Ci/ m³ 3


Aktivitas dalam Ci/m

 Cair

Gol. Konsentrasi (K) Keterangan

(Ci/m3 atau mCi/ml)

1 -6 Pada umumnya tidak diolah


K ≤ 10

Langsung dibuang ke lingkungan

2 -6 -3 Pengolahan :evaporasi, penukar


10 < K ≤ 10
ion, secara kimia)

Tidak perlu penahan radiasi

3 -3 -1 Peralatan proses (bag ttentu) perlu


10 < K ≤ 10
penahan radiasi

4 -1 4 Peralatan proses menggunakan


10 < K ≤ 10
penahan radiasi

5 4 Peralatan proses menggunakan


K > 10
penahan radiasi dan pendingin
 Gas
Yang perlu diperhatikan dalam pengolahannya adalah jumlah aktivitas total
dari limbah tersebut. klasifikasi limbah radioaktif dipengaruhi oleh factor
local antaralain lokasi, tinggi cerobong, arah dan kecepatan angin.

Gol. 3 Keterangan
Batas Aktivitas ( A ) ( Ci/m )

1. -10 Tidak diolah, dilepas ke cerobong


A ≤ 10

2. -10 -6 Diolah dengan penyaringan


10 < A ≤ 10

3. -6 Diolah dengan cara khusus


A > 10
(scrubbing, filtrasi)

c. Berdasarkan Aktivitasnya :
Yang mempengaruhi tingkat aktivitas limbah radioaktif adalah tipe radionuklida
yang dikandung, fasilitas pengolahan, dan kadar tertinggi yang diizinkan
dibuang ke lingkungan. Berdasarkan aktivitasnya limbah radioaktof dibagi
menjadi 3 :
 Aktivitas Rendah
Di atas tingkat aman (Clearance level) tetapi dibawah tingkat sedang yang
tidak memerlukan penahan radiasi selama penanganan dalam keadaan
normal dan pengangkutan.
 Aktivitas Sedang
Limbah radioaktif dengan aktivitas di atas tingkat rendah tetapi di bawah
tingkat tinggi yang tidak memerlukan pendingin, dan memerlukan penahan
radiasi selama penanganan dalam kedaan normal dan pengangkutan.
 Aktivitas Tinggi
Aktivitas di atas tingkat sedang, yang memerlukan pendingin dan penahan
radiasi dalam penanganan pada kedaan normal dan pengangkutan, termasuk
bahan bakar nuklir bekas.

D. Pengelolaan Limbah Radioaktif


Pengelolaan limbah radioaktif meliputi proses pengumpulan, pengelompokan,
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan/atau pembuangan Limbah
Radioaktif. Berikut ini merupakan diagram pengelolaan limbah Radioaktif :

Klasifikasi Berdasarkan
Pengumpulan dan Bentuk Fisik, Tingkat
Pengolahan Awal
Pemilahan Aktivitas dan
Pemberian Label

Pengangkutan atau Pengepakan,


Pembuangan Limbah
Pengiriman Limbah pemyimpanan,
Radioaktif
Radiaoktif Penyerahan

Berikut ini merupakan prinsip dasar dalam pengelolaan limbah radioaktif :


1. Perlindungan kesehatan manusia
Limbah radioaktif harus dikelola sedemikian rupa sehingga diperoleh
level yang dapat diterima oleh kesehatan manusia.
2. Proteksi lingkungan
Limbah radioaktif harus dikelola dengan suatu cara sehingga
menghasilkan suatu lingkatan atau level yang dapat diterima untuk
melindungi lingkungan.
3. Proteksi melewati batas Negara
Limbah radioaktif harus dikelola untuk meyakinkan bahwa
kemungkinan dampak yang diterima oleh manusia dan lingkungan
melewati negara yang bersangkutan diperhitungkan.
4. Proteksi untuk generasi yang akan datang’
Limbah radioaktif harus dikelola sehingga dampak yang diprediksi untuk
generasi yang akan datang tidak lebih besar daripada tingkat dampak
yang bisa diterima hari ini.
5. Beban bagi generasi yang akan datang
Limbah radioaktif harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak
membebani generasi yang akan datang.
6. Kerangka kerja legalitas nasional
Limbah radioaktif harus dikelola di bawah kerangka kerja legalitas
nasional termasuk pemisahan tanggung jawab yang jelas serta
dibentuknya fungsi pengaturan yang mandiri.
7. Kendali terhadap timbulnya radiokatif
Timbulnya limbah radioaktif harus diupayakan seminimal mungkin.
8. Timbulnya limbah dan saling ketergantungan dalam pengelolaan.
Harus dipertimbangkan saling ketergantungan diantara langkah-langkah
pada saat timbulnya maupun saat pengelolaan limbah radioaktif.
9. Keselamatan fasilitas
Keselamatan fasilitas pengelolaan limbah radioaktif harus dijamin
sebaik-baiknya selama waktu hidup fasilitas tersebut.
 Penyimpanan Limbah Radioaktif
Penyimpanan limbah radioaktif dibagi menjadi 2 :
a) Penyimpanan Sementara
Persayaratan dari tempat penyimpanan sementara antara lain kemasan
limbah memenuhi kualitas keselamatan dan tidak memberikan
kontaminasi internal maupun eksternal.
b) Penyimpanan Lestari
Berikut ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi lokasi
penyimpanan akhir :
a) Lokasi bebas banjir
b) Tahan gempa dan memenuhi karakteristik materi bumi dan sifat
kimia air
c) Didesain sehingga terhidar dari kekritisan radioaktivitas lingkungan.
d) Memiliki sistem pemantauan radiasi dan radioaktivitas lingkungan.
e) Memiliki sistem pendingin.
f) Memiliki penahan radiasi.
g) Memiliki sistem proteksi fisik.
h) Memenuhi distribusi populasi penduduk dan tata wilayah sekitar
lokasi penyimpanan.
 Pengolahan Limbah Radioaktif
Terdapat 3 prinsip dalam pengolahan limbah radioaktif yaitu :
1. Pengenceran dan Pembauran (dilute and disperse)
Proses pengolahan ini dilakukan terutama untuk limbah cair tingkat
rendah dan sedang yang mempunyai sifat mudah larut atau tersebar
dalam air.
Proses pengenceraan dan pembaruan dilakukan dengan 3 metode
yaitu :
a) Penambahan cairan atau larutan
Dengan tujuan untuk memperkecil konsentrasinya.

b) Melepaskan limbah cair


Proses pelepasan limbah cair sedikit demi sedikit, sehingga
memerlukan waktu yang lama. Proses ini dapat dilakukan dengan
melepaskannya ke kumpulan air yang besar seperti danau atau
lautan. Akan tetapi cara ini dapat menimbulkan masalah lain
yaitu pencemaran air.
Untuk limbah gas dapat dilakukan dengaan mengalirkan melalui
filter sebelum keluar stack atau cerobong. Untuk limbah padat
dilakukan dengan cara penguburan.
2. Penangguhan dan peluruhan (delay and decay)
Tujuan dari proses ini adalah untuk menghilangkan keradioaktifan suatu
radionuklida. Proses ini dilakukan untuk limbah radiaktif yang memiliki
waktu paro pendek (30 hari). Proses ini dilakukan dengan menyimpan
sampai meluruh biasanya 10 kali lamaya waktu paro. Proses ini dapat
digunakan untuk limbah radioaktif cair, padat dan gas. Limbah padat
peluruhannya dapat dilakukan dengan cara sementasi.
3. Pengonsentrasian dan Pengukungan (concentration and contain)
Proses ini digunakan untuk radionuklida dengan waktu paro sedang
sampai tinggi. Prinsip dari proses ini adalah melakukan isolasi untuk
jangka lama setelah proses kondisioning (dikemas sehingga mudah
disimpan). Cara kondisioning untuk limbah cair dengan cara
mengendapkan dan menguapkan. Untuk limbah padat dilakukan dengan
cara dibakar atau dikompaksi atau dipadatkan.
 Pengangkutan Limbah Radioaktif
Pengangkutan limbah radioaktif adalah pemindahan zat radioaktif dari suatu
tempat ke tempat lain melalui jaringan lalu-lintas umum, dengan
menggunakan saran angkutan. Berikut ini merupakan prinsip-prinsip
pengaangkutan limbah radioaktif :
a) Zat radioaktif tidak keluar dari wadahnya baik dalam kondisi
pengangkutan normal maupun kondisi kecelakaan.
b) Paparan radiasi di luar bungkusan dalam batas aman
c) Bahan nuklir dalam pengangkutan harus tetap dalam kondisi aman.
d) Panas yang ditimbulkan zat radiaktif dapat dilepaaskan secara sempurna.
Dalam melakukan pengangkutan limbah diperlukan pembungkus.
Pembungkus adalah perangkat komponen yang diperlukan untuk
mendukung isi zat radioaktif sepenuhnya. Berdasarkan aktivitas dan bentuk
fisik zat radioaktif bungkusan dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Bungkusan dikecualikan (expected packages)


Digunakan untuk zat radiaoktif dengan potensi bahay cukup rendah.
2. Bungkusan industry
Untuk zat radioaktif yang dikenal dengan aktivitas jenis rendah.
3. Bungkusan tipe A
Untuk dapat bertaan di kondisi normal dengan tingkat uji.
4. Bungkusan tipe B
Untuk dapat bertahan dikondisi kecelakaan.
 Pembuangan Limbah Radioaktif
Saat radionuklida dilepas ke lingkungan, makhluk hidup selain
manusia dapat mengalami paparan radiasi pengion, dan dampak dari paparan
tersebut harus diperhitungkan pula. Karena manusia adalah organisme
paling sensitive terhadap radiasi, maka keberadaannya harus diasumusikan,
secara umum, sebagai bagian dari perkiraan dampak lingkungan secara
menyeluruh.
Pembuangan akhir limbah radioaktif kemungkinan memberikan efek
merugikan pada sumber alam yang ada dan digunakan di masa depan
misalnya, terjadinya dampak merugikan bagi tanah, hutan, air permukaan,
air tanah, dan bahan-bahan mentah, setelah waktu yang lama. Jadi
pengelolaan limbah radioaktif harus dilakukan dengan suatu cara untuk
membatasi, sedapat mungkin, dampak-dampak tersebut.

E. Reaksi Peluruhan Limbah Radioaktif


Inti atom yang tidak stabil secara spontan akan berubah menjadi inti atom
yang lebih stabil. Proses perubahan tersebut dinamakan peluruhan radioaktif
(radioactive decay). Dalam setiap proses peluruhan akan dipancarkan radiasi. Bila
ketidakstabilan inti disebabkan karena komposisi jumlah proton dan neutronnya
yang tidak seimbang, maka inti tersebut akan berubah dengan memancarkan radiasi
alfa (α) atau radiasi beta (β). Sedangkan bila ketidakstabilannya disebabkan karena
tingkat energinya yang tidak berada pada keadaan dasar, maka akan berubah dengan
memancarkan radiasi gamma (γ).
Terdapat tiga jenis peluruhan radioaktif secara spontan yaitu peluruhan alfa
(α), peluruhan beta (β), dan peluruhan gamma (γ). Jenis peluruhan atau jenis radiasi
yang dipancarkan dari suatu proses peluruhan ditentukan dari posisi inti atom yang
tidak stabil tersebut dalam diagram N-Z.
1. Peluruhan Alfa (α)
Peluruhan alfa dominan terjadi pada inti-inti tidak stabil yang relatif berat
(nomor atom lebih besar dari 80). Dalam peluruhan ini akan dipancarkan
partikel alfa (α) yaitu suatu partikel yang terdiri atas dua proton dan dua
neutron, yang berarti mempunyai massa 4 sma dan muatan 2 muatan
elementer positif. Partikel α secara simbolik dinyatakan dengan symbol
2He4.
Radionuklida yang mengalami peluruhan akan kehilangan dua
proton dan dua neutron serta membentuk nuklida baru. Peristiwa peluruhan
α ini dapat dituliskan secara simbolik melalui reaksi inti sebagai berikut:
z XA →z - 2YA-4 + α
Contoh peluruhan partikel Alfa yang terjadi di alam adalah:
92 U238 → 90 Th234 + α
Sifat Radiasi Alfa
a. Daya ionisasi partikel alfa sangat besar, kurang lebih 100 kali daya
ionisasi partikel α dan 10.000 kali daya ionisasi sinar γ.
b. Jarak jangkauan (tembus) nya sangat pendek, hanya beberapa mm udara,
bergantung pada energinya.
c. Partikel α akan dibelokkan jika melewati medan magnet atau medan
listrik.
d. Kecepatan partikel α bervariasi antara 1/100 hingga 1/10 kecepatan
cahaya.
2. Peluruhan Beta (β)
Peluruhan beta terjadi pada inti tidak stabil yang relatif ringan. Dalam
peluruhan ini akan dipancarkan partikel beta yang mungkin bermuatan
negatif (β-) atau bermuatan positif (β+). Partikel β- identik dengan elektron
sedangkan partikel β+ identik dengan elektron yang bermuatan positif
(positron). Pada diagram N-Z, peluruhan β- terjadi bila nuklida tidak stabil
berada di atas kurva kestabilan sedangkan peluruhan β+ terjadi bila
nuklidanya berada di bawah kurva kestabilan. Dalam proses peluruhan β-
terjadi perubahan neutron menjadi proton di dalam inti atom sehingga proses
peluruhan ini dapat dituliskan sebagai persamaan inti berikut:
XA →
z z+1 +1YA + -β + ν
Contoh:
15 P32 → 16S32 + -β + ν

Sedangkan dalam proses peluruhan b+ terjadi perubahan proton menjadi


neutron di dalam inti atom sehingga proses peluruhan ini dapat dituliskan
sebagai persamaan inti berikut.
XA → z-1YA + β+ + ν-
z

Contoh:
8 O15 → 7N15 + β+ + ν-
Neutrino (ν+) dan antineutrino (ν-) adalah partikel yg tidak bermassa tetapi
berenergi yg selalu mengiringi peluruhan β.
Sifat Radiasi Beta :
a. Daya ionisasinya di udara 1/100 kali dari partikel α
b. Jarak jangkauannya lebih jauh daripada partikel α, di udara dapat
beberapa cm.
c. Kecepatan partikel β berkisar antara 1/100 hingga 99/100 kecepatan
cahaya.
d. Karena sangat ringan, maka partikel β mudah sekali dihamburkan jika
melewati medium.
e. Partikel β akan dibelokkan jika melewati medan magnet atau medan
listrik.
3. Peluruhan Gamma (γ)
Berbeda dengan dua jenis peluruhan sebelumnya, peluruhan gamma tidak
menyebabkan perubahan nomor atom maupun nomor massa, karena radiasi
yang dipancarkan dalam peluruhan ini berupa gelombang elektromagnetik
(foton). Peluruhap ini dapat terjadi bila energi inti atom tidak berada pada
keadaan dasar (ground state), atau pada bab sebelumnya dikatakan sebagai
inti atom yang isomer. Peluruhan ini dapat terjadi pada inti berat maupun
ringan, di atas maupun di bawah kurva kestabilan. Biasanya, peluruhan γ ini
mengikuti peluruhan α ataupun β. Peluruhan γ dapat dituliskan sebagai
berikut.
XA* → zXA + γ
z

Salah satu contoh peluruhan gamma yang mengikuti peluruhan b


27Co60 → 28Ni60* + β-
28Ni60* → 28Ni60 + γ
Sifat Radiasi Gamma
a. Sinar y dipancarkan oleh nuklida tereksitasi (isomer) dengan panjang
gelombang antara 0,005 A hingga 0,5 A
b. Daya ionisasinya di dalam medium sangat kecil sehingga daya tembusnya
sangat besar bila dibandingkan dengan daya tembus partikel β atau β
c. Karena tidak bermuatan, sinar γ tidak dibelokkan oleh medan listrik
maupun medan magnit
F. Dampak Limbah Radioaktif Terhadap Manusia
Limbah Radioaktif memiliki dampak yang berbahaya terutrama bagi
kesehatan manusia, dikarenakan manusia merupakan makhluk yang paling sensitive
terhadap adanya paparan dari radionuklida. Dampak limbah radioaktiof mirip
dengan dampak ynag ditimbulkan oleh limbah beracun, namun sifat alami radiaktif
memiliki resiko bahaya lainnya, yaitu kemungkinan paparan radiasi pengion.
Sehingga berbeda dengan limbah lainnya maka tingkat yang dapat diterima untuk
perlindungan manusia dan lingkungan harus ada.
Jika radiasi mengenai tubuh manusia kemungkinan yang terjadi adalah
adanya interaksi dengan tubuh atau hanya melewati saja. Interaksi dengan tubuh
dapat berupa proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian
energinya. Ada 2 cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada sel.
Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA sehingga terjadi
perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada DNA terjadi secara
tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal bebas hidroksil.
Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut menimbulkan dampak negative
berupa timbulnya kanker dan kelainan genetic.

BAB III. KESIMPULAN


Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1) Pencemaran limbah radioaktif merupakan pencemaran zat radioaktif dan bahan
serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian instalasi nuklir dan fasilitas pemanfaatan zat radioaktif, yang
tidak dapat digunakan lagi.
2) Limbah radioaktif berdasarkan bentuk fisiknya terdiri dari limbah radioaktif
padat, cair dan gas.
3) Sumber radioaktif bekas antara lain sumber dengan umur paro ≤ 100 hari
dengan aktivitas sangat tinggi, sumber dengan aktivitas rendah, misalnya untuk
tujuan kalibrasi, sumber yang berpotensi memberikan bahaya kontaminasi dan
kebocoran dan sumber dengan umur paro >100 hari yang memiliki aktivitas
tinggi maupun rendah.
DAFTAR PUSTAKA

http://ffarmasi.unand.ac.id/bahanajar,rpkps,jurnal,buku,cv/BA.RPKPS/Rini
%20agustin/Radiofarmasi/MATERI%20PENGELOLAAN%20LIMBAH%20DAN
%20TRANSPORTASI.ppt ( Diakses pada tanggal 18 Juni 2019)
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/198105032008012-
IRMA_RAHMA_SUWARMA/13._radioaktivitas.pdf ( Diakses pada tanggal 18 Juni 2019)
http://iqmal.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/iqmal-kinetika-06b-kinetika-reaksi-
radioaktif.pdf ( Diakses pada tanggal 18 Juni 2019)
http://jdih.ristekdikti.go.id/?q=system/files/perundangan/11748249119.pdf
( Diakses pada tanggal 18 Juni 2019)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Purwanti%20Widhy%20Hastuti,
%20S.Pd.,%20M.Pd./kimia%20inti%20&%20radioaktivitas%20(5).pdf ( Diakses pada
tanggal 18 Juni 2019)
http://www.batan.go.id/prod_hukum/extern/PP27_2002.pdf ( Diakses pada tanggal
18 Juni 2019)
http://www.batan.go.id/pusdiklat/daftar/modules/2008%20Pengelolaan%20Limbah
%20Radioaktif.pdf ( Diakses pada tanggal 18 Juni 2019)
http://www.iaea.org/inis/collection/NCLCollectionStore/_Public/45/058/45058500.
pdf ( Diakses pada tanggal 18 Juni 2019)
https://cobaberbagi.files.wordpress.com/2010/01/peluruhan-radioaktif.ppt (Diakses
pada tanggal 18 Juni 2019)

Anda mungkin juga menyukai