Anda di halaman 1dari 15

Bendung Katulampa

Bendung Katulampa adalah bangunan yang terdapat di Kelurahan Katulampa,


Kota Bogor, Jawa Barat. Daerah irigasi yang dilayani pada saat itu seluas 7.145
Ha. Berlokasi di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor,
pada ketinggian ± 367.005 m diatas permukaan laut. Data lain juga menunjukkan
bahwa, daerah irigasi yang dapat dilayani adalah seluas 5000 hektar yang terdapat
pada sisi kanan dan kiri bending. Sistem irigasi yang digunakan untuk daerah
tersebut adalah sistem irigasi Oosterslokkan (Kali Baru) yang merupakan sistem
irigasi tertua yang dibangun oleh Belanda di bumi Nusantara, khususnya Pulau
Jawa, sekaligus sebagai sistem irigasi sangat signifikan. Saluran irigasi dari
bendung ini mempunyai kapasitas maksimum sekitar 6.000 liter perdetik. Fungsi
irigasi saat ini adalah :
 Irigasi sawah dan kolam (mulai menurun)
 Air baku industri
 Air domestik
 Air baku untuk Kebun Raya Bogor  dan Istana Bogor
 Stabilisasi muka air tanah dangkal bagi sebagian kabupaten Bogor
 Kota Bogor dan Kota Depok
 Penggelontoran  untuk Kota Depok dan DKI Jakarta
 Drainase air limpasan
Fungsi lain Bendung Katulampa, Bogor, adalah untuk memantau ketinggian
air sebagai peringatan dini kemungkinan terjadinya banjir di daerah hilir seperti
Jakarta dan penyaluran irigasi. Belanda membangun bendung di Katulampa
dengan tujuan untuk mengukur debit air Ciliwung yang akan mengalir ke Batavia.
Hal itu dimaksudkan sebagai semacam sistem peringatan dini agar kemungkinan
banjir bisa diketahui dan diantisipasi para pejabat tinggi pemerintahan Hindia-
Belanda. Fungsi lain dari bendungan Katulampa adalah sebagai sistem informasi
dini terhadap bahaya banjir Ciliwung yang akanmemasuki Batavia/Jakarta.
Data mengenai ketinggian air di bendung Katulampa ini memperkirakan
bahwa sekitar 3 - 4 jam kemudian air akan sampai di daerah Depok. Selanjutnya
di Bendung Depok ketinggian air dipantau dan dilaporkan ke Jakarta sehingga
masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar aliran Sungai Ciliwung sudah dapat
mengantisipasi sedini mungkin datangnya air banjir yang akan melewati daerah
mereka. Semua catatan ini lalu dilaporkan lewat telepon ke berbagai pihak yang
berkepentingan. Mereka antara lain Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, pos
pemantau ketinggian air Ciliwung di Depok, dan petugas Pintu Air Manggarai,
dan Pemerintah Kota Bogor. Selanjutnya informasi tersebut disebarluaskan
melalui media elektronik, seperti televisi, radio dan online (internet).

2. Data Teknis Bendung


1. Fungsi Utama    : Bangunan pengambilan air untuk irigasi
2. Fungsi Lainnya   :
 Bangunan kontrol dasar sungai ciliwung
 Pemantau elevasi banjir ciliwung di daerah hulu
3. Data Fisik           :
Luas DAS Ciliwung                         : ± 150,30 Km2
Panjang Sungai Ciliwung                 : ± 200 Km
Luas Areal (Ciliwung-Katulampa)   : semula 7.145 Ha sekarang 333 Ha
Jumlah Pintu Penguras                     : 4 buah masing-masing lebar 4 m
Jumlah pintu pengambilan irigasi    : 5 buah
Lebar bendung                                  : 82, 5 m2
Panjang bendung                              : 74 m
Ambang basah                                  : 60 m
Tinggi mercu dari dasar sungai        : 250 m
Debit minimum untuk irigasi              : 1.000 m3/detik
4. Debit maksimum banjir :
1. 12 Februari 2010                  : 630,05 m3/detik (h = 250 cm)
2. 30 Januari 2002                    : 607,23 m3/detik (h = 160 cm)
3. 3 Februari 2007                    : 629,97 m3/detik (h = 240 cm)
5. Ketinggian air :
            Kondisi normal           : 50 cm
            Siaga empat                 : 50 – 80 cm
            Siaga Tiga                   : 80 – 150 cm
            Siaga Dua                    : 150 – 200 cm
            Siaga Satu                   : > 200 cm
                                   
3. Proses Pembangunan
Pembangunan Bendung Katulampa sudah direncanakan sejak tahun 1889 dan
selesai dibangun pada tahun 1911, oleh Pemerintah Hindia - Belanda, di bawah
pengawasan  Tn. Frekis (Pengawas/Tuan tanah). Proyek pembangunan bendungan
ini dimulai pada 16 April 1911 dan selesai pada awal Oktober 1912, sebelum
akhirnya diresmikan penggunaannya pada 11 Oktober 1912. Bendungan ini
awalnya disebut Katoelampa-Dam, selesai dibangun dan diresmikan Pemerintah
Kolonial Hindia-Belanda pada 1912. Bending ini merupakan karya Ir Van Breen. 
Total biaya yang dikeluarkan adalah sekitar 80.000 gulden pada jaman itu.
Kepemilikan bendung Katulampa ini adalah oleh Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air, Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciliwung –
Cisadane, Provinsi Jawa Barat. Bendung ini melayani daerah irigasi sekitar
Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.

4. Pengelolaan
Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam
segala bidang kehidupan disusun pola pengelolaan sumber daya air. Pola
pengelolaan sumber daya air tersebut disusun berdasarkan wilayah sungai dengan
prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah, serta dilakukan dengan
melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha seluas-luasnya. Pola pengelolaan
sumber daya air ini didasarkan pada prinsip keseimbangan antara upaya
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air.
Pengelola Bendung Katulampa adalah Pemerintah Kota Bogor. Maka, dengan
kata lain, bendung Katulampa merupakan termasuk bendung Kota/ Kabupaten.
Hal ini dikarenakan daerah layan irigasi bendung Katulampa yang masih hanya
termasuk dalam Kota Bogor. Dan bendung Katulampa tersebut dikelola oleh
Permerintah Kota/ Kabupaten.
Susunan Organisasi Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Ciliwung-Cisadane terdiri atas :
a. Kepala;                                            
b. Subbagian Tata Usaha;
c. Seksi Irigasi;
d. Seksi Sungai, Danau, Waduk dan Pantai;
e. Kelompok Jabatan Fungsional; dan
f. Sub Unit Pelayanan.

5. Usia Teknis Bendung


Sejauh ini, pelayanan bendung Katulampa masih tergolong bagus. Namun,
sebagai masalah umum bendung, bendung Katulampa juga selalu mengalami
sedimentasi pada dasar bendung yang mengakibatkan volume air akan berkurang
dan akan menjadi salah satu penyebab kelebihan tinggi muka air dan akan
menjadi banjir. Oleh karena itu,salah satu contoh upaya pemerintah setempat
untuk selalu menjagaa kualitas layan bendung Katulampa adalah dengan
menguras bendung secara rutin. Sebagai contoh kasusnya adalah berikut.
       Sudah empat hari enam petugas Bendungan Ciliwung Katulampa atau BCK
bersama 16 warga setempat melakuan pengerukan material endapan di depan
BCK. Mereka bekerja dari pukul 07.30 sampai 16.00. Rencananya pengerukan
akan dikerjakan selama 10 hari. Ketinggian air di bawah normal. Jadi, aman untuk
melakukan pemeliharaan bendungan dengan cara mengeruk batu koral pasir dan
material lainnya yang mengendap di depan pintu bendungan. Selama tidak ada air
atau hujan turun di Puncak, arus dan air di BCK aman. Selama empat hari kerja,
relatif tidak ada hujan deras di kawasan Puncak dan Katulampa sehingga
pengerukan sedimentasi bendungan dapat dilaksanakan dengan baik. Dua puluh
orang yang melakukan pengerukan mendapat uang lelah Rp 40.000 per hari yang
berasal dari dana pemeliharaan BCK yang dikeluarkan oleh Balai Pendayagunaan
Sumber Daya Air Bogor.
Pengerukan harus dilakukan agar air yang datang dari kawasan hulu sedapat
dan sebanyak mungkin terkumpul atau terbendung dahulu di BCK untuk
mengurangi air tersebut cepat sampai ke Jakarta. Selain itu, pengerukan dilakukan
untuk memelihara fungsi bendungan dan keindahan bendungan itu sendiri.
Sedimentasi dari dalam bendungan itu langsung dibuang ke bawah bendungan
untuk memperkuat bagian dasar luar bendungan dari terpaan air yang terjun dari
bendungan. Sedimentasi itu berupa batu koral dan pasir yang tidak ada nilai
ekonomisnya.

Bagian Bagian Bendung :

1. Tubuh Bendung

Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk


membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi
awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan
bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran
sungai.

2. Pintu Air (Gates)

Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur,
membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup.

Bagian-bagian pintu air :

1. Daun Pintu (gate leaf) Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan
air dan dapat digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran
air
2. Rangka Pengatur Arah Gerakan (Guide Frame)

Rangka Pengatur Arah Gerakan Adalah alur dari baja atau besi
yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga agar
gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.

3. Angker (anchorage)

Angker Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan
digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat
memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
4. Hoist

Hoist Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat
dibuka dan ditutup dengan mudah.

3. Pintu pengambilan (intake)


Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran
dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada
bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan
bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat
pengambilan dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula.
Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka
pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung.
Hal ini akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras
dan cukup satu saja. Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai
baik pada palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan
terjadi loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan
menimbulkan gerusan setempat (local scauring). Untuk meredam kecepatan yang
tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah
merupakan suatu bentuk pertemuan antara penampang miring, penampang
lengkung, dan penampang lurus.

4. Konstrusi Peredam Energi


Bangunan Peredam Energi yaitu bagian dari bangunan pengelak yang
berfungsi untuk meredam tenaga air pada saat melewati pembendungan.

Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Ruang olak tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai
tidak membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi
oleh tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu
dengan muka air banjir hilir.

2. Ruang olak tipe Schoklitsch

Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya


dengan peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk
hidrolis kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu
tinggi energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan
muka air banjir di hilir.

3. Ruang olak tipe Bucket


Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu Solid bucket,
slotted rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe
ini mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun
perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini
digunakan bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa (boulder).
Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang
melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan
melantngkearahhilirnya.

4. Ruang olak tipe The SAF

Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls) Ruang olakan tipe ini
memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan bentuk ruang olakan lain
dimana ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis tipe ini
mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan 17.
Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan bahwa panjang kolam dan
tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh perlengkapan.
Kolam ini akan lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai
beberapa kelemahan, yaitu faktor keselamatan rendah.

5. Pintu penguras

Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung dan
kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak
daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri
bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu
pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung, maka penguras pun terletak
pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua
buah, mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu
pintu pengambilan lewat tubuh bendung.
Pintu penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan
bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00
sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini
berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu
tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat,
pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila ada
benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya
dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian atas
dapat diturunkan dan benda-benda hanyut dapat lewat diatasnya.
6. Kantong Lumpur

Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang


lebih besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan
persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap
dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala melalui saluran
pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan
endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.

7. Bangunan Pelengkap

Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke


bangunan utama untuk keperluan :
 Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
 Pengoperasian pintu.
 Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga
eksploitasi dan pemeliharaan.
 Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah
dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.

8. Tipe-tipe Mercu Bendung

a. Tipe Mercu Bulat

Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang
jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Tipe ini
banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu
selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream
line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari-jari hilir akan
digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.

b. Tipe Mercu Ogee

Bentuk mercu type ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung
ambang tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub
atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit
rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan
permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan digunakan tipe ogee adalah
karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe
mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai muka untuk
menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga
lebih hemat.

c. Tipe Mercu Vlughter

Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak
membawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai