Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk


keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan
kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Jenis
pelayanan kesehatan adalah rumah sakit tipe satu, dua, dan tiga, rumah sakit
khusus, klinik, Puskesmas dan pelayanan yang menujang kesahatan lainnya.(1)

Maka untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah mengadakan pelayanan


yang bersifat menyeluruh, terpadu, dapat diterima semua kalangan dan terjangkau
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul
oleh pemerintah dan masyarakat luas tanpa mengabaikan mutu pelayanan.
Pelayanan tersebut yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Maka dari itu
jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia maka peran dan
kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan
di Indonesia.(1)

Puskesmas merupakan organisasi dari pemerintah yang memberi fasilitas


pelayanan kesehatan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif
(pengobatan), dan rehabilitative (pemulihan) dari kesehatan masyarakat sampai
perseorangan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan obat merupakan
komponen penting.(2)
2

Subsistem obat dan perbekalan kesehatan terdiri dari 3 unsur utama yakni
jaminan ketersediaan, jaminan merata, dan jaminan mutu. Pada bimbingan
teknologi tersebut dijelaskan bahwa dalam perencanaan, pengeloaan obat, dan
perbekes menggunakan manajemen obat logistic medik atau sering disingkat
OLM yaitu: “langkah 6P” terdiri dari perencanaan,pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, penggunaan obat dan pencatatan yang kemudian dilaporkan, yang
dalam pelaksanaannya diadakan monitoring dan evaluasi setiap bulan.

Perencanaan kebutuhan obat merupakan salah satu aspek penting dan


menentukan dalam pengelolaan obat, karena perencanaan kebutuhan obat akan
mempengaruhi pengadaan, pendistribusian dan pemakaian obat di unit pelayanan
kesehatan, dimana dengan perencanaan kebutuhan obat yang tepat akan membuat
pengadaan menjadi efektif dan efisien sehingga tersedia obat dengan jenis dan
jumlah yang cukup dengan sesuai kebutuhan.(3)

Penelitian tentang perencanaan obat di Rumah Sakit dan Puskesmas di


Indonesia masih sedikit dilakukan, Permasalahan tersebut peneliti sangat tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Perencanaan Obat di
Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam


penelitian ini adalah : bagaimana perencanaan obat di Puskesmas Banda Sakti
Kota Lhokseumawe Tahun 2016-2018.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk Gambaran Perencanaan Obat di Puskesmas Banda Sakti Kota


Lhokseumawe Tahun 2016-2018.
3

a.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Muara Dua sebagai masukan dalam perencanaan obat


dalam rangka peningkatan efisiensi.

2. Bagi instansi pemerintahan khususnya BPJS dalam pengembangan cara dan


metode dalam pembuatan kebijakan untuk menyempurnakan serta
mengoptimalkan pelayanan kesehatan dalam rangka pengadaan obat dengan
e-katalog.

3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang perencanaan obat


di bidang ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan serta dalam penemuan
metodologi baru dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan
2.1.1 Pengertian Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses penyusunan secara sistematis mengenai


kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan, untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.(3)

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara


matang pada hal-hal yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan.(4)

2.1.2 Tujuan Perencanaan

Adapun tujuan perencanaan antara lain :(5)

a. Membantu para pelaksana dalam melaksanakan program dengan


perencanaan yang baik maka setiap pelaksana akan memahami rencana
tersebut dan akan merangsang para pelaksana untuk dapat melakukan
beban tugas masing- masing dengan sebaik-baiknya.

b. Membantu para pelaksana untuk membuat perencanaan pada masa


depan,jadi hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan perencanaan pada saat
ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk menyusun rencana kerja
pada masa depan dan demikian seterusnya.

c. Sebagai upaya pengaturan baik dalam bidang waktu, tenaga pelaksana,


sarana, biaya, tujuan, lokasi serta macam organisasi pelaksananya.
5

2.1.3 Ciri-Ciri Perencanaan

perencanaan yang baik adalah yang mempunyai kriteria antara lain sebagai
berikut :(5)

a. Perencanaan harus mempunyai tujuan yang jelas.


b. Perencanaan harus mengandung uraian yang lengkap tentang segala
aktivitas yang akan dilaksanakan.
c. Perencanaan harus dapat menguraikan pula jangka waktu pelaksanaan
setiap aktivitas ataupun keseluruhan aktivitas yang akan dilaksanakan.
d. Perencanaan harus mencantumkan segala hal yang dipandang perlu
untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang telah disusun, seperti
macam tenaga pelaksananya, besarnya dana dan sumber dana yang
diperkirakan ada.

2.1.4 Jenis Perencanaan

Jika dilihat dari jangka waktu berlakunya perencanaan dapat dibedakan


menjadi tiga jenis, yaitu :(5)

a. Perencanaan jangka panjang (Long-rangeplanning)


Disebut perencanaan jangka panjang, jika masa berlakunya rencana tersebut
antara 12 sampai 20 tahun.
b. Perencanaan jangka menengah (Medium-rangeplanning)
Disebut perencanaan jangka menengah, jika masa berlakunya rencana
tersebut antara 5 sampai 7 tahun.
c. Perencanaan jangka pendek (Short-rangeplanning)
d. Disebut perencanaan jangka pendek, jika masa berlakunya rencana tersebut
hanya untuk jangka waktu 1 tahun saja.
6

2.2 Perencanaan Kebutuhan Obat

2.2.1 Pengertian dan Tujuan Perencanaan Kebutuhan Obat

Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat untuk


menetapkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit dan
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah
ditetapkan.(3)

Adapun tujuan dari perencanaan kebutuhan obat adalah untuk mendapatkan:


a. Jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan
b. Menghindari terjadinya kekosongan obat
c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
d. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

2.2.2 Tahap-Tahap Perencanaan Obat

2.2.2.1 Tahap Pemilihan Obat

Fungsi dari pemilihan atau penyeleksian obat adalah untuk menentukan


apakah obat benar-benar diperlukan dan sesuai dengan jumlah penduduk serta
pola penyakit. Untuk mendapatkan pengadaan obat yang baik, sebaiknya diawali
dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yaitu meliputi :

1) Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit;


2) Obat memiliki keamanan, kemanjuran yang didukung dengan bukti
ilmiah;
3) Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan risiko yang minimal;
7

4) Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas
maupun bioavaibilitasnya.
5) Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dengan biaya yang
baik;

6) Mudah diperoleh dengan harga terjangkau;

2.2.2.2 Tahap Komplikasi Pemakaian Obat

Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian


bulanan tiap-tiap jenis obat selama setahun dan sebagai data pembanding bagi
stok optimum.

Informasi yang didapatkan dari kompilasi pemakaian obat adalah :

a. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada tiap Unit Pelayanan Kesehatan;
b. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun
seluruh Unit Pelayanan Kesehatan.
c. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat kabupaten/kota.

2.2.2.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan berat yang harus


dihadapi oleh Apoteker yang bekerja di Unit Pelayanan Kesehatan maupun di
Gudang Farmasi. Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat dapat terjadi
apabila informasi semata-mata hanya berdasarkan informasi yang teoritis
kebutuhan pengobatan. Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk
pengadaan obat secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka
diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, jumlah serta tepat waktu.

Ada 3 (tiga) cara yang mendasar dalam hal penetapan jumlah persediaan
obat yang harus diperhatikan pada saat perencanaan manajemen persediaan, yaitu
Populasi, Pelayanan dan Konsumsi.(7)
8

Adapun dalam setiap metode tersebut terdapat kelebihan dan kekurangan


yang dimiliki, yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut (3)

Tabel. 3.1
Tabel Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan antara Metode Konsumsi
dan Morbiditas
Metode Kelebihan Kekurangan

Konsumsi 1. Data konsumsi akurat 1. Data konsumsi, data obat


dan merupakan metode dan data jumlah kontak
2. yang
Tidakpaling mudah data
Memerlukan pasien yang dapat
epidemiologi maupun diandalkan mungkin sulit
standar pengobatan diperolehdapat dijadikan
2. Tidak
3. Bila data konsumsi dasar dalam mengkaji
lengkap, pola preskripsi penggunaan obat dan
tidak berubah dan perbaikan preskripsi
kebutuhan relative 3. Tidak dapat dijadikan
konstan maka dasar dalam mengkaji
kemungkinan penggunaan obat dan
kekuranagan atau perbaikan preskripsi
kelebihan obat sangat
kecil.
Morbiditas 1. Perkiraan kebutuhan 1. Membutuhkan waktu dan
yang mendekati tenaga yang terampil
kebenaran 2. Data penyakit sulit
2. Dapat digunakan pada diperoleh secara pasti dan
program-program baru kemungkinan terdapat
penyakit yang tidak
3. Standar pengobatan termasuk dalam daftar/
dapat mendukung usaha tidak melapor
memperbaiki pola 3. Memerlukan system
penggunaan obat pencatatan dan pelaporan
4. Pola Penyakit dan pola
preskripsi tidak selalu
sama
9

5. Dapat terjadi kekurangan


obat karena ada wabah
atau kebutuhan insidentil
tidak terpenuhi
6. Variasi obat terlalu luas

2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

2.3.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.(8)

2.3.2 Tujuan Puskesmas

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan


untuk mewujudkan masyarakat yang :

a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan


hidupsehat;
b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu;
c. hidup dalam lingkungan yangsehat;

d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga kelompok


dan masyarakat.(8)

2.3.3 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

a. Prinsip paradigma sehat, yaitu Puskesmas mendorong seluruh pemangku


kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi
10

resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan


masyarakat.
b. Prinsip pertanggung jawaban wilayah, yaitu Puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Prinsip kemandirian masyarakat, yaitu Puskesmas mendorong kemandirian
hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

d. Prinsip pemerataan, yaitu Puskesmas menyelenggarakan pelayanan


kesehatan yang dapat di akses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di
wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi,
agama, budaya dan kepercayaan.
e. Prinsip teknologi tepat guna, yaitu Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang
sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak
berdampak buruk bagi lingkungan.
f. Prinsip keterpaduan dan kesinambungan, yaitu Puskesmas
mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP
lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang
didukung dengan manajemen Puskesmas.(8)

2.4 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

2.4.1 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah suatu program masyarakat atau


rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan yang menyeluruh bagi setiap
rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif dan
sejahtera yang sesuai dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip equitas yang
terdapat dalam Undang-undang.(9)
11

2.4.2 Pelayanan, Penyediaan, Penggunaan dan Pelayanan Obat


a. Pelayanan obat untuk Peserta JKN di FKTP dilakukan oleh apoteker di
instalasi farmasi klinik pratama/ ruang farmasi di Puskesmas/ apotek sesuai
ketentuan perundang-undangan. Dalam hal ini di Puskesmas belum
memiliki apoteker maka pelayanan obat dapat dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian dengan pembinaan apoteker dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b. Pelayanan obat untuk Peserta JKN di FKTP dilakukan oleh apoteker di
instalasi farmasi rumah sakit/klinik utama/apotek sesuai ketentuan
perundang-undangan.
c. Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada
daftar obat yang tercantum dalam Fornas dan harga obat yang tercantum
dalam e-katalog obat.

d. Pengadaan obat menggunakan mekanisme e-purchasing berdasarkan e-


katalog atau bila terdapat kendala operasioanal dapat dilakukan secara
manual.(10)

2.4.3 Penyediaan Obat

Penyediaan obat di fasilitas kesehatan dilaksanakan dengan mengacu


kepada Fornas dan harga obat yang tercantum dalam e-katalog obat. Pengadaan
obat dalam e-katalog menggunakan mekanisme e-purchasing, atau bila terdapat
kendala operasional dapat dilakukan secara manual. Dalam hal jenis obat tidak
tersedia dalam Fornas dan harganya tidak terdapat dalam e-katalog, maka
pengadaannya dapat menggunakan mekanisme pengadaan yang lain sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.

2.4.4 Penggunaan Obat di Formularium Nasional

Pada pelaksanaan pelayanan kesehatan, penggunaan obat disesuaikan


dengan standar pengobatan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila
12

dalam pemberian pelayanan kesehatan, pasien membutuhkan obat yang belum


tercantum di Formularium nasional, maka hal ini dapat diberikan dengan
ketentuan sebagai berikut:

Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKTP dapat digunakan


apabila sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan standar pelayanan
kedokteran yang biayanya sudah termasuk dalam kapitasi dan tidak boleh
dibebankan kepada peserta.

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan landasan teori di atas maka kerangka teori pada teori diatas
adalah sebagai berikut :

Input

1. SDM
2. Anggaran
3. Metode
4. Pengadaan
5. Sarana dan Prasarana
6. Data

Gambar 2.3 Kerangka Teori


13

BAB III
KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Bedasarkan landasan teori di atas maka kerangka konsep pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :

Skema 3.1 Kerangka Konsep

1. SDM Proses Perencanaan Obat


2. Pengadaan Obat Puskesmas Banda Sakti
Puskesmas Kota Lhokseumawe

3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Skala
No Variabel Definisi Operasional Instrumen
Pengukur

Faktor Yang Mempengaruhi


1 SDM Adalah semua orang di Puskesmas 1. Pedoman Ordinal
14

yang terlibat dalam proses wawancara


perencanaan obat dengan melihat 2. Literatur/
aspek latar belakang pendidikan yang dokumen
tepat, jumlah yang mencukupi dan terkait
pengalaman pelatihan manajemen
logistic farmasi.

2 Pengadaan Adalah Menyusun daftar permintaan 1. Pedoman Ordinal


Obat obat-obatan yang sesuai dengan wawancara
Puskesmas kebutuhan, pengajuan permintaan 2. Literatur/
kebutuhan obat kepada Dinas dokumen
Kesehatan Kota/Gudang Obat dengan terkait
menggunakan formulir Daftar
Permintaan/ Penyerahan Obat, serta
penerimaan dan pengecekan jenis
dan jumlah obat.

3.3 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka peneliti dapat
membuat hipotesis yaitu analisis perencanaan obat di Puskesmas tersebut sesuai
dengan permasalahan yang ada.
15

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe

Kota Lhokseumawe merupakan kota yang terletak pada garis 96 0 20’ – 970
21’ Bujur Timur dan 040 54’ – 050 17’ Lingtang Utara dengan luas wilayah
181.06 Km2. Puskesma Banda Sakti terletak di Jalan Teratai Putih, Hagu Bar.
Laut, Banda Sakti, Kota Lhokseumawe dengan luas wilayah 11,24 Km 2. Yang
terdiri dari 12 desa dengan jumlah penduduk 85.000 jiwa dan Kepadatan 7.278
jiwa/Km2. Batas-batas Puskesmas Banda Sakti adalah :

1. Sebelah Timur dengan Kecamatan Dengan Selat Malaka


2. Sebelah Barat dengan Kecamatan Kecamatan Muara Dua
3. Sebelah Utara dengan Kecamatan Kecamatan Muara Satu

4. Sebelah Selata dengan Kecamatan Dengan Selat Malaka

Jumlah personil di ruang kefarmasian Puskesmas Banda Sakti terdiri dari :

1. Nurhayati : Penanggung Jawab Apoteker/ Koordinator


Apoteker
2. Dwi Handayani : Penanggung Jawab Gudang Farmasi
3. Elisma : Staf Apotik PKM
4. Cut Nurhayati : Staf Apotik PKM
16

5. Yuswina : Staf Apotik PKM


6. Murni : Staf Apotik PKM

Tabel 4.1 Data Tenaga Menurut Pendidikan Puskesmas Banda Sakti

No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah Satuan


1 Dokter 6 Orang
2 Dokter Gigi 1 Orang
3 Tenaga Kesmas 35 Orang
4 Perawat 140 Orang
5 Bidan 88 Orang
6 Tenaga Gizi 3 Orang
7 Tenaga Laboratorium Medik 4 Orang
8 Tenaga Kefarmasian 6 Orang
9 Tenaga Kesling 2 Orang
10 Tenaga Elektromedik 3 Orang
11 Tenaga Fisioterapi 3 Orang
12 Tenaga Administrasi 46 Orang
Jumlah 337 Orang

4.2 Karakteristik Informan


17

Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat


pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Karakteristik Informan


Jenis
No Informan Umur Pendidikan Jabatan
Kelamin
S1- Sarjana
Nanda Sukmawati, Ka. Puskesmas
1. P 52 Kesehatan
SKM., MSM Banda Sakti
Masyarakat
S1- Sarjana Ka. KTU
2. Saiful Bahri, SKM L 47 Kesehatan Puskesmas
Masyarakat Banda Sakti
Dokter
3. dr. Maria Ulfah P 36 dokter Puskesmas
Banda Sakti
Penanggung
4. Dwi Handayani P 42 D-III Am.Far Jawab Gudang
Farmasi PKM

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini
adalah 4 informan, yang terdiri dari 1 informan Kepala Puskesmas Banda Sakti
Kota Lhokseumawe yang berusia 52 tahun dengan pendidikan S1 Kesehatan
Masyarakat, 1 informan Kepala Tata Usaha Puskesmas Banda Sakti yang berusia
47 tahun dengan pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM), 1 informan
Dokter yang berusia 36 tahun dengan pendidikan dokter muda, 1 informan
penanggung jawab apoteker Puskesmas/ Koordinator Ruangan yang merupakan
bertanggung jawab atas masuk dan keluarnya obat serta layak atau tidaknya dalam
pemakaian yang berusia 42 tahun dengan pendidikan Apoteker.

4.3 Wawancara Perencanaan Obat Di Puskesmas Banda Sakti Tahun 2018


18

a. Pernyataan Informan tentang Sumber Daya Manusia dalam


merencanakan kebutuhan obat di Puskesmas Banda Sakti
Tabel 4.2 Matriks Pernyataan Informan tentang Sumeber Dayan
Manusia dalammerencanakan kebutuhan obat di Puskesmas
Banda Sakti
Informan Pernyataan
Informan 1 Pengelola obat di puskesmas ini ada 2
(Kepala Puskesmas) orang tenaga kefarmasian yang sudah
dilatih oleh dinas kesehatan.
Informan 4 SDM di Puskesmas terdiri dari 6 orang
(Staf Pengelola Obat) tenaga farmasi. 2 diantaranya yang
bertanggung jawab/ yang mengelola
obat dan 4 lainnya staf Puskesmas

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa SDM


yang berperan dalam memenuhi kebutuhan obat di puskesmas yaitu
pengelola obat puskesmas yang terdiri dari tenaga teknis kefarmasian
dan pernyataan informan di ruang apotek bahwa 2 orang diantaranya
penanggung jawab/ yang mengelola dan 4 orang lainnya hanya
sebagai staf Puskesmas, ke 6 orang tersebut adalah tenaga teknis
kefarmasian. Hal ini sesuai dengan analisa jabatan bahwa pengelola
obat di puskesmas harus seorang tenaga teknis kefarmasian sehingga
mengerti mengenai manajemen obat dan perbekalan kesehatan.

b. Pernyataan Informan Tentang Pendanaan Dalam Memenuhi


Kebutuhan Obat
19

Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan tentang Pendanaan


Dalam Memenuhi Kebutuhan Obat
Informan Pernyataan
Informan 1 Sumber pendanaan obat dan
(Kepala Puskesmas) perbekalan kesehatan berasal dari dana
DAK, APBD, JKN.
Informan 2 Saya pribadi kurang tahu. Dana
(Kepala KTU) pengadaan obat dan perbekalan
kesehatan yang mengetahuinya ya
dinas kesehatan kita hanya
mengajukan permintaan saja.
Informan 4 Pendanaan dalam memenuhi
(Staf Pengelola Obat) kebutuhan obat di puskesmas tahun
2018 ini berasal dari dana DAK. Tapi
kalo ada obat yang tidak tersedia di
instalasi farmasi dapat diadakan
melalui dana kapitasi JKN.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa dana


dalam pemenuhan obat di puskesmas berasal dari dana DAK (Dana
Alokasi Khusus) dan dana kapitasi JKN. Sedangkan APBD Kota
Lhokseumawe apabila DAK dan JKN kekurangan dana baru di
alokasikan untuk pengadaan obat.

c. Pernyataan Informan tentang Metode yang digunakan dalam


merencanakan kebutuhan obat di Puskesmas Banda Sakti

Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan tentang Metode yang


digunakan dalam merencanakan kebutuhan obat di Puskesmas
Banda Sakti
Informan Pernyataan
Informan 1 Kurang tau, setau saya tidak
(Kepala Puskesmas) menggunakan metode karena kita
untuk merencanakan obat disusun
berdasarkan jenis penyakit yang terjadi
di wilayah puskesmas. Itu saja.
Informan 3 Biasanya sistem perencanaan obat
(Dokter Puskesmas) menggunakan metode konsumsi
20

Kayaknya berdasarkan epidemiologi


Informan 4 kak. Kemudian disesuaikan dengan
(Staf pengelola obat) pemakaian obat di puskesmas,
sehingga dapat ditentukan jenis dan
jumlah obat apa yang akan diadakan.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa kepala


puskesmas kurang mengetahui metode yang digunakan karena
disusun berdasarkan jenis penyakit yang terjadi di wilayah
puskesmas. Sedangkan pengelola obat menyusun perencanaan obat
berdasarkan epidemiologi kemudian disesuaikan dengan kebutuhan
obat di puskesmas. Sementara kepala tata usaha mengatakan metode
yang digunakan adalah metode konsumsi dimana dihitung
berdasarkan rata-rata pemakaian per tahun kemudian dikompilasikan
dengan ketersediaan obat selama 18 bulan kedepan. Disini dapat
diketahui bahwa rencana kebutuhan obat puskesmas disesuaikan
dengan pemakaian obat di puskesmas selama setahun kemudian
diserahkan kepada instalasi farmasi untuk dikompilasikan dengan
puskesmas yang lain.

d. Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana yang


Mendukung Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di Puskesmas
Banda Sakti

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang Sarana dan


Prasarana yang Mendukung Dalam Perencanaan Kebutuhan
Obat di Puskesmas Banda Sakti
Informan Pernyataan
Informan 1 Sarananya untuk sampai saat ini masih
(Kepala Puskesmas) terus kita upayakan berupa kartu stok
barang, buku pengeluaran harian,
komputer dan printer.
Informan 2 Sudah memadai semua berasal dari
21

(Kepala KTU) dinas kesehatan.


Untuk perencanaan obat sarananya
Informan 4 cukup memadai kok, kan hanya
(Staf pengelola obat) sederhana aja kan. Seperti komputer,
printer, kartu persediaan barang dan
ATK.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa sarana


dan prasarana dalam memenuhi kebutuhan obat hingga saat ini sudah
memadai baik itu berupa komputer, printer, kartu persediaan barang
dan ATK yang diperlukan. Informan Kepala Puskesmas mengatakan
bahwa sarana dan prasarana berasal dari dinas kesehatan.

e. Pernyataan Informan Tentang Data Yang Dibutuhkan Dalam


Merencanakan Kebutuhan Obat di Puskesmas Banda Sakti

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Data Yang


Dibutuhkan Dalam Merencanakan Kebutuhan Obat di
Puskesmas Banda Sakti
Informan Pernyataan
Informan 1 Pokoknya dokumennya itu mengacu
(Kepala Puskesmas) pada Formularium nasional, LPLPO
puskesmas.
Informan 2 Dokumen yang dijadikan acuan dalam
(Kepala KTU) penyusunan perencanaan obat dalam
Formularium nasional, Daftar Obat
Essensial Nasional, rekapitulasi hasil
rencana kebutuhan obat puskesmas
dan data laporan bulanan distribusi
obat dan perbekalan kesehatan di
instalasi farmasi
Data LPLPO la Kak. Data permintaan
Informan 4 obat dari dokter juga. Selain itu harus
(Staf pengelola obat) berpatokan sama Formularium
nasional.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa ketiga


informan memperoleh data yang dijadikan acuan dalam menyusun
22

perencanaan obat adalah Formularium nasional, Daftar Obat


Essensial Nasional, LPLPO dan rekapitulasi rencana kebutuhan obat
puskesmas. Data yang ada dalam Formularium nasional dan Daftar
Obat Essensial Nasional adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan
untuk pelayanan kesehatan dan di upayakan tersedia di fasilitas
kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatannya.

f. Pernyataan Informan Tentang Perencanaan Kebutuhan Obat di


Puskesmas Banda Sakti

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang Perencanaan


Kebutuhan Obat di Puskesmas Banda Sakti
Informan Pernyataan
Informan 1 Ada. Sesuai dengan kebutuhan
(Kepala Puskesmas) puskesmas dengan jumlah pasien
tergantung target pasien per tahun,
seringnya penyakit yang diderita
pasien, dilihat dari 10 penyakit
terbesar. Obat yang dibutuhkan di drop
ke puskesmas secara bertahap.
Obatnya per triwulan dilihat dari
kunjungan tidak bisa sekaligus. Obat
yang diusulkan tidak terpenuhi
seluruhnya karena ada beberapa item
obat yang tidak terpenuhi apalagi
sekarang pake e-katalog makanya bisa
obat kurang. Perencanaan obat
dilakukan oleh pengelola obat di
puskesmas ini kemudian
melaporkannya kepada dinas
kesehatan. Ya, dalam merencanakan
kebutuhan obat termasuk untuk peserta
JKN karena tidak ada perbedaan antara
pasien umum dan JKN.

Ada. Setiap tahunnya disuruh. Di drop


Informan 4 secara bertahap karena keadaan
(Staf pengelola obat) gudang yang tidak memungkinkan
23

secara keseluruhan. Obat tidak


terpenuhi seluruhnya karena sistem
pemesanannya menggunakan sistem e-
katalog. Perencanaan obat dilakukan
dengan cara mengisi daftar rencana
kebutuhan obat puskesmas kemudian
melaporkannya kepada dinas
kesehatan melalui instalasi farmasi.
Dalam merencanakan kebutuhan obat-
obat ya semuanya untuk peserta JKN
dek.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa


perencanaan obat oleh pengelola obat dengan cara mengisi daftar
rencana kebutuhan obat dan melaporkannya kepada dinas kesehatan
melalui instalasi farmasi untuk ditindaklanjuti. Obat-obat yang
dibutuhkan di drop secara bertahap karena permintaan obat
dilakukan per triwulan dan keadaan gudang yang tidak
memungkinkan secara keseluruhan. Kedua informan mengatakan
obat-obat yang diusulkan tidak terpenuhi seluruhnya karena sistem
pemesanannya menggunakan e-katalog. Dalam merencanakan
kebutuhan obat-obat termasuk untuk peserta JKN karena tidak ada
perbedaan antara pasien umum dan JKN.

g. Pernyataan Informan tentang Penentuan Jenis Obat


Bedasarkan E-katalog dan Fornas Dalam Merencanakan Obat
di Puskesmas Banda Sakti
24

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Penentuan


Jenis Obat Bedasarkan E-katalog dan Fornas Dalam
Merencanakan Obat di Puskesmas Banda Sakti
Informan Pernyataan
Informan 1 Ya tergantung pada obat yang paling
(Kepala Puskesmas) dibutuhkan di puskesmas ini sehingga
dapat tersedia di puskesmas sesuai
dengan fungsi dan tingkatannya.
Informan 3 (Kepala KTU) Mengacu pada DOEN dan
Formularium nasional yang digunakan
sebagai dasar untuk perencanaan dan
pengadaan.
Berdasarkan pada permintaan dari
Informan 4 seluruh sektor yang berperan dalam
(Staf pengelola obat) pengobatan di puskesmas.
Perencanaan obat dilakukan
berdasarkan jumlah dan jenis obat
yang paling banyak dikonsumsi pasien.
Lagian kan bisa dilihat para pasien
yang datang penyakitnya apa jadi tentu
aja obatnya tertentu yang habis.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui


bahwa Kepala Puskesmas menentukan jenis obat mengacu pada
obat yang paling dibutuhkan di puskesmas sedangkan pengelola obat
menentukan jenis obat dari permintaan seluruh sektor yang berperan
dalam pengobatan di puskesmas. Kepala IFK menentukan jenis obat
berdasarkan DOEN dan Formularium nasional. Dari data ini
diperoleh bahwa jenis obat yang direncanakan oleh puskesmas
akan di sesuaikan dengan DOEN dan Formularium nasional oleh
petugas instalasi farmasi.

h. Pernyataan Informan tentang Penentuan Jumlah Obat Dalam


Merencanakan Kebutuhan Obat Di Puskesmas Banda Sakti
25

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang Penentuan


Jumlah Obat Dalam Merencanakan Kebutuhan Obat Di
Puskesmas Banda Sakti
Informan Pernyataan
Informan 3 Penentuan jumlah obat berdasarkan
(Dokter Puskesmas) kebutuhan rata-rata pertahun dan
disesuaikan dengan 10 penyakit
terbesar yang ada di wilayah kerja
puskesmas ini.
Informan 1 Jumlah obat yang akan diadakan
(Kepala Puskesmas) dihitung berdasarkan hasil rekapitulasi
rencana kebutuhan obat di semua
puskesmas lalu dibandingkan dengan
sisa stok di instalasi farmasi dan
ketersediaan obat selama 18 bulan.
Banyaknya obat yang akan
Informan 4 direncanakan berasal dari rekapitulasi
(Staf pengelola obat) rencana kebutuhan obat di pustu dan
poskesdes ditambah kebutuhan obat di
puskesmas pertahun.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa


banyaknya obat yang akan direncanakan oleh puskesmas berasal dari
kebutuhan obat di pustu dan poskesdes ditambah dengan kebutuhan
obat di puskesmas dalam 1 tahun. Kemudian hasilnya dikirim ke
instalasi farmasi untuk di rekapitulasi dan disesuaikan dengan sisa
stok di instalasi farmasi dan ketersediaan obat selama 18 bulan.

i. Pernyataan Informan tentang Penyesuaian Rencana Pengadaan


Obat Dalam Memenuhi Kebutuhan Obat Di Puskesmas Banda
Sakti
26

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang Penyesuaian


Rencana Pengadaan Obat Dalam Memenuhi Kebutuhan Obat
Di Puskesmas Banda Sakti
Informan Pernyataan
Informan 1 Pengadaan obat dilakukan 1 kali dalam
(Kepala Puskesmas) setahun oleh dinas kesehatan.
Informan 2 Pengadaan obat biasanya dilaksanakan
(Kepala KTU) oleh dinas kesehatan.
Rencana pengadaan obat biasanya
Informan 4 dilakukan sesuai dengan jadwal yang
(Staf pengelola obat) tertera pada RKA Dinas Kesehatan
Daerah Kota Lhokseumawe.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa


pengadaan obat direncanakan 1 kali dalam setahun oleh dinas
kesehatan sesuai dengan jadwal yang tertera pada RKA (Rencana
Kegiatan dan Anggaran).

j. Pernyataan Informan tentang Pencatatan dan Pelaporan


Kebutuhan Obat Di Puskesmas Banda Sakti

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan tentang Pencatatan


dan Pelaporan Kebutuhan Obat Di Puskesmas Banda Sakti
Informan Pernyataan
Informan 1 Pencatatan ada 2. Pertama dicatat pada
(Kepala Puskesmas) kartu stok yang ditempel atau
digantung pada setiap item obat ketika
ada mutasi obat. Kedua dicatat pada
kartu stok induk yang merupakan
detail dari obat dan perbekalan
kesehatan yang ada di instalasi
farmasi. Pelaporannya ada laporan
bulanan, laporan triwulan, dan akhir
tahun.
Informan 2 Alur keluar masuk obat dicatat dalam
(Kepala KTU) kartu persediaan barang dan buku
pemakaian harian, sedangkan
27

laporannya berupa LPLPO yang


dikirimkan setiap bulan dan pada akhir
tahun dibuat laporan sisa stok akhir
tahun.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa


pencatatan dan pelaporan di puskesmas terdiri dari buku pemakaian
harian, laporan LPLPO dan laporan akhir tahun sedangkan di
instalasi farmasi terdiri dari kartu persediaan, laporan bulanan,
laporan triwulan dan laporan akhir tahun.

k. Pernyataan Informan tentang Otonomi Puskesmas Dalam


Perencanaan Obat Setelah Era JKN

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan tentang Otonomi


Puskesmas Dalam Perencanaan Obat Setelah Era JKN
Informan Pernyataan
Informan 1 Tidak ada perbedaan antara sebelum
(Kepala Puskesmas) dan sesudah berlakunya JKN. Sama
aja.
Informan 2 Setelah berlakunya JKN, puskesmas
(Kepala KTU) diperbolehkan untuk melaksanakan
pengadaan obat melalui dana kapitasi
untuk obat-obat yang dianggap kurang
atau tidak ada di instalasi farmasi.
Kurang tau. Karena perencanaan obat
Informan 4 yang sudah dibuat oleh puskesmas
(Staf pengelola obat) diserahkan kepada dinas kesehatan.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa


puskesmas mempunyai kebebasan dalam pemenuhan obat
menggunakan dana kapitasi JKN untuk obat-obatan yang dianggap
kurang atau tidak ada di instalasi farmasi.
l. Pernyataan Informan Tentang Kendala Dalam Perencanaan,
Pengadaan Obat-Obat Dalam Era JKN
28

Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan tentang Kendala


Dalam Perencanaan, Pengadaan Obat-Obat Dalam Era JKN
Informan Pernyataan
Informan 1 Ada obat-obatan yang tidak tersedia di
(Kepala Puskesmas) puskesmas karena stoknya tidak ada
dari dinas kesehatan.
Ya masalahnya Kak pernah terjadi
Informan 4 kekosongan dan kekurangan obat di
(Staf pengelola obat) puskesmas ini karena stok dari
instalasi farmasi tidak ada. Stok lebih
juga terjadi untuk obat yang jarang
dipake disini.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa


kendala kekosongan dan kekurangan obat di puskesmas ini
dikarenakan dari intansi farmasi tidak ada. Dan stok lebih juga
terjadi bagi obat yang jarang dipakai.

m. Pernyataan Informan Tentang Cara Mengatasi Permasalahan


Kendala Dalam Perencanaan, Pengadaan Obat-Obat Dalam Era
JKN

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang Cara


Mengatasi Permasalahan Kendala Dalam Perencanaan,
Pengadaan Obat-Obat Dalam Era JKN
Informan Pernyataan
Informan 1 Untuk obat-obat yang tidak ada
(Kepala Puskesmas) ataupun stoknya kurang kita usahakan
dengan cara membelinya dari luar
dengan menggunakan dana kapitasi
JKN.
Ya Membuat usulan kepada
Informan 4 puskesmas untuk mengadakan obat
(Staf pengelola obat) melalui dana kapitasi JKN. Kalo
memang tidak bisa maka pasien
diberikan resep untuk beli obat diluar.
Dari pernyataan informan di atas diketahui bahwa untuk
mengatasi permasalahan kekurangan atau kekosongan obat dapat
29

dilakukan dengan cara membelinya dari luar dengan menggunakan


dana kapitasi JKN. Dan apabila tidak bisa maka pasien diberikan
resep untuk membeli obat diluar puskesmas seperti apotik dan lain
sebagainya.

n. Pernyataan Informan Tentang Tindakan Yang Dilakukan Jika


Terjadi Kekosongan Obat

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang Tindakan


Yang Dilakukan Jika Terjadi Kekosongan Obat

Informan Pernyataan
Informan 1
(Kepala Puskesmas)
Informan 3 Biasannya diganti dengan obat yang
(Dokter Puskesmas) memiliki komposisi yang sama atau
mengusulkan kepada pasien untuk beli
obat diluar jika memang itu
dibutuhkan
Bila terjadi kekokongan obat, tindakan
Informan 4 yang dilakukan itu memberikan copy
(Staf pengelola obat) resep kepada pasien, atau konsultasi
dengan dokter

Dari pernyataan informan di atas diketahui bahwa bila terjadi


kekosongan obat maka dokter akan menggantikan obat tersebut
dengan obat lainnya yang memilikai komposisi yang sama atau
memberikan copy resep kepada pasien untuk membelikan obat
tersebut diluar puskesmas seperti apotek dan lainnya.

BAB V
30

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai gambaran perencanaan obat di

Puskesmas Banda Sakti dapat disimpulkan bahwa:

1. Perencanaan obat di Puskesmas Banda Sakti belum 100 % sesuai

dengan kebutuhan puskesmas. Masih banyak kendala dalam stok obat

puskemas dikarekan obat yang diperlukan lebih sedikit daripada obat

yang tidak diperlukan, akibatnya obat yang diperlukan akan habis

atau tidak mencukupi kebutuhan sedangkan obat yang tidak

diperlukan akan lebih banyak tersisa. Data-data yang diperlukan

dalam membuat perencanaan obat belum dapat digunakan secara

optimal. Dari segi dana, sarana dan prasarana sudah mencukupi.

2. Penentuan jenis obat berdasarkan Fornas dan e-katalog masih terdapat

kendala karena tidak semua item obat yang dibutuhkan terdapat di

daftar e-katalog. Penentuan jumlah obat dan penyesuaian rencana

pengadaan obat tidak dilakukan tahapan penyesuaian rencana

pengadaan obat baik analisis ABC maupun analisis VEN karena

tenaga pengelola obat tidak mengetahui banyak terhadap teknik

analisis tersebut.
31

3. Berdasarkan gambaran yang dilakukan terhadap perencanaan obat

tahun 2019 di Puskesmas Banda Sakti dinyatakan belum sesuai antara

jumlah pemakaian selama tahun 2017 dengan perencanaan tahun

2018.

5.1 Saran

1. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe untuk tetap

terus melakukan pembinaan mengenai manajemen pengelolaan obat

dan perbekalan kesehatan di puskesmas sehingga meningkatkan

kualitas tenaga pengelola obat di puskesmas.

2. Diharapkan kepada pengelola obat Puskesmas Banda Sakti untuk

mempelajari lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara

perencanaan obat yang baik di puskesmas sehingga perencanaan

sesuai dengan kebutuhan puskesmas serta mengikuti pelatihan

manajemen logistik farmasi khususnya pada perencanaan obat.

3. Diharapkan kepada Puskesmas Banda Sakti untuk penyesuaian

rencana pengadaan obat memakai analisis kombinasi ABC-VEN,

karena dengan gabungan dua analisis ini pihak perencana dapat

menentukan jenis obat-obatan yang menjadi prioritas untuk diadakan

maupun dihapuskan dalam daftar perencanaan obat.


32

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi


Farmasi Kabupaten/Kota. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan. Jakarta. Buku Pegangan Sosialisasi JKN dalam SJSN.
Jakarta. 2010-2014.(1)

2. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta. 2014(1).

3. Depkes RI. Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat. Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. 1990(2),(4),(6),(7).

4. Siagian, Sondang P. Filsafat Administrasi. Gunung Agung. Jakarta. 1970(4).

5. Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan: Edisi Ketiga. Binarupa


Aksara : Jakarta. 1996(4),(5).

6. Silalahi, Bennet NB. Prinsip Manajemen Rumah Sakit, Lembaga


Pengembangan Manajemen Indonesia. Jakarta. LPMI. 1989(7).

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia tentang Pengelolaan dan


Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Jakarta. nomor
32 Tahun 2014(7).

8. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Jaminan Sosial


Nasional. Pasal 19 Ayat 1, Nomor 40 Tahun 2004(9),(10).
33

9. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Peraturan Presiden Nomor
70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah(10).

10. Dahlan, S.M. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, Selemba Medika,
Jakarta. Tahun 2010.(15).

11. Machfoedz, Mahmud.”Komikunikasi Pemasaran Modern”, Cetakan


Pertama Cakra Ilmu, Yokyakatrta. 2010(16).

12. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta.


Bandung. 2009(17).

13. Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial.


Salemba Humanika. Jakarta. 2012(17).

Anda mungkin juga menyukai