Disusun Oleh :
APOTEKER ANGKATAN XXXVIII
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang senantiasa melimpahkan karunia dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang tepat
waktu. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu
syarat bagi penyusun sebagai mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker di
Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional untuk memperoleh gelar
Apoteker. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia
Farma 476 Citra Raya Tangerang berlangsung pada periode Maret 2020.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terimakasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada bapak Rafky Putra, S.Farm., Apt. selaku
pembimbing PKPA dari Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang juga
kepada ibu Hervianti Nurfitria Nugrahani, M. Farm.,Apt selaku pembimbing
PKPA dari Institut Sains dan Teknologi Nasional yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran dalam mengarahkan dan memberikan bimbingan serta memberi
dukungan moril maupun saran selama pelaksanaan PKPA sehingga laporan ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam pelaksanaan maupun penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) ini penyusun dapat menyelesaikannya berkat dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta,
Dr. Refdanita, M.Si., Apt.
2. Kepala Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, Institut Sains dan
Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta, Jenny Pontoan, M. Farm., Apt
3. Pharmacy Manager, Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang , Rafky
Putra, S.Farm., Apt
4. Seluruh staf dan pegawai Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang yang
telah banyak membantu selama Praktik Kerja Profesi Apoteker.
5. Ibu dan Bapak staf pengajar beserta segenap karyawan Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional.
6. Seluruh pihak yang telah membantu selama penulisan laporan PKPA.
ii
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kesalahan maupun
kekurangan, oleh karena itu penyusun menerima saran dan kritik dari berbagai
pihak yang bertujuan untuk membangun dan memperbaiki laporan ini sehingga
menjadi lebih baik lagi. Harapan dari penyusun semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat baik untuk penyusun maupun pembaca khususnya di bidang
kefarmasian.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
3.9 Evaliuasi Mutu .......................................................................................... 48
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 49
4.1 Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang ....................................... 49
4.2 Sumber Daya Kefarmasian Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya ............ 50
4.3 Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya
Tangerang .................................................................................................... 50
4.4 Evaluasi Mutu Pelayanan di Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya
Tangerang .................................................................................................... 57
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 58
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 58
5.2 Saran ......................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 59
LAMPIRAN ......................................................................................................... 61
LAPORAN TUGAS KHUSUS ........................................................................... 72
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Maping Lokasi ................................................................................. 61
Lampiran 2: Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya ............................................. 62
Lampiran 3: Struktur Organisasi .......................................................................... 63
Lampiran 4: Swalayan Farmasi ............................................................................ 64
Lampiran 5: Ruang Peracikan Obat ..................................................................... 65
Lampiran 6: Ruang penyimpanan obat keras ....................................................... 66
Lampiran 7: Etiket Obat ....................................................................................... 67
Lampiran 8:Surat Pesanan.................................................................................... 68
Lampiran 9: Faktur Pembelian ............................................................................. 69
Lampiran 10: Kuitansi dan Struk Apotek ......... Error! Bookmark not defined.70
Lampiran 11: PIO (Pemberian Informasi Obat) Error! Bookmark not defined.71
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung
penggunaan Obat yang rasional. Dalam melakukan praktik tersebut, Apoteker
juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan Obat, melakukan
evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk
melaksanakan semua kegiatan itu, diperlukan Standar Pelayanan Kefarmasian.
1.2 Tujuan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma bertujuan
agar calon apoteker mampu:
2
d. Mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi
yang professional di Apotek.
1.3 Manfaat
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma
bermanfaat agar calon apoteker:
a. Dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang
profesional dan bertanggung jawab.
b. Dapat memberikan gambaran nyata tentang kondisi apotek yang
sesungguhnya dan sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan
komunikasi serta kemampuan manajerial.
c. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pelayanan kefarmasian di
apotek.
d. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman lain dari aspek administrasi dan
perundang-undangan, aspek manajerial, aspek pelayanan kefarmasian
(Pharmaceutical care), aspek bisnis dalam pengelolaan apotek
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
1. Persyaratan Administrasi:
a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi.
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).
c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku.
d. Memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)
2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.
3. Wajib mengikuti pendidikam berkelanjutan/ Continuing Profesional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan
berkesinambungan.
4. Apoteker harus mampu mengindentifikasi kebutuhan akan
pengembengan diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop,
pendidikan berkelanjutan atau mandiri.
5
5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang-undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar
pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dank ode etik) yang
berlaku.
Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang Apteker harus
menjalankan peran yaitu:
1. Pemberi layanan.
2. Pengambil keputusan.
3. Komunikator.
4. Pemimpin.
5. Pengelola.
6. Pembelajar seumur hidup.
7. Peneliti.
6
salinan Resep, etiket dan label Obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan
cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, dapat dilengkapi dengan
pendingin ruangan (air conditioner).
2.4.3 Ruang Penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan Resep.
2.4.4 Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan
kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat
bantu konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan
pasien.
2.4.5 Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi
dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari
pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,
lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
2.4.6 Ruang Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai serta Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
7
2.5.2 Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2.5.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
2.5.4 Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah
lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis
informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya
memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out).
2.5.5 Pemusnahan dan penarikan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker
dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan
Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
8
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita
Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana
terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
2.5.6 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
2.5.7 Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk xpenjualan) dan pencatatan lainnya
9
disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal
dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan
untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat
untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya. Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan
akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
10
c. Izin Khusus Penyaluran Narkotika.
3. Lembaga Ilmu pengetahuan yang memperboleh, menanam,
menyimpan, dan menggunakan Narkotika dan/ atau Psikotropika
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi harus memiliki
izin dari Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
11
kefarmasian harus mampu menjaga keamanan, khasiat, dan mutu
Narkotuka, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
12
c. Mempunyai satu pintu dengan dua buah kunci yang berbeda;
d. Kunci ruangan khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/
Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan; dan
e. Tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker
penanggung jawab/ Apoteker yang ditunjuk.
3. Lemari khusus yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
harus memenuhi syarat sebegai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang kuat;
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang
berbeda;
c. Harus diletakkan dalam ruangan khusus di sudut gudang untuk
Instalasi Farmasi Pemerintah;
d. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untu
Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, dan Instalasi
Farmmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan; dan
e. Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/
Apoteker yang di tunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
13
Pemusnahan (Permenkes No. 3 Tahun 2015 Pasal 38)
1) Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a sampai
dengan huruf d dilaksanakan oleh Industri Farmasi, PBF, Instalasi
Farmasi Pemerintah, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi
Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, Dokter atau Toko Obat.
2) Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang memenuhi
kriteria pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf
asampai dengan huruf d yang berada di Puskesmas harus
dikembalikan kepada Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah setempat.
3) Instalasi Farmasi Pemerintah yang melaksanakan pemusnahan harus
melakukan penghapusan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
4) Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang
berhubungan dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 huruf e dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.6.5 Pencatatan dan Pelaporan (Permenkes No. 3 Tahun 2015 Pasal 43)
(1) Industri Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek,
Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Klinik,Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau dokter praktik perorangan
yang melakukan produksi, Penyaluran, atau Penyerahan
Narkotika,Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib membuat
pencatatan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
(2) Toko Obat yang melakukan penyerahan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi wajib membuat pencatatan mengenai pemasukan
dan/atau pengeluaran Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi.
(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) paling
sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi;
14
b. jumlah persediaan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan;
f. jumlah yang disalurkan/diserahkan;
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/
penyerahan; dan
h. paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
(4) Pencatatan yang dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) harus dibuat sesuai dengan dokumen penerimaan dan
dokumen penyaluran termasuk dokumen impor, dokumen ekspor
dan/atau dokumen penyerahan.
15
(3) Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat wajib membuat, menyimpan,
dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran
Narkotika,Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat
jadi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan.
(4) Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah wajib membuat, menyimpan,
dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota
setempatdengan tembusan kepada Kepala Balai setempat.
(5) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(4) paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika,
dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran;
f. jumlah yang disalurkan; dan
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran
dan persediaan awal dan akhir.
(6) Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik,
Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan wajib
membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan
penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
Kepala Balai setempat.
(7) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) paling sedikit terdiri
atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika,
dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. jumlah yang diterima; dan d.jumlah yang diserahkan.
16
(8) Puskesmas wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan
Psikotropika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(9) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(4) dan ayat (6) dapat menggunakan sistem pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi secara elektronik.
(10) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(4) dan ayat (6) disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan
berikutnya.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan
Narkotika,Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi diatur oleh
Direktur Jenderal.
17
Pertimbangan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi dan dosis Obat;
2. Aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
3. Duplikasi dan/atau polifarmasi;
4. Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,
manifestasi klinis lain);
5. Kontra indikasi; dan
6. Interaksi.
2.7.2 Dispensing.
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal
sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. Menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep;
b. Mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. warna putih untuk Obat dalam/oral;
b. warna biru untuk Obat luar dan suntik;
c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
18
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
Obat yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari
penggunaan yang salah.
Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:
1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah Obat (kesesuaian antara penulisan
etiket dengan Resep);
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat;
5. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait
dengan Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan Obat
dan lain-lain;
6. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya tidak stabil;
7. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau
keluarganya;
8. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan);
9. Menyimpan Resep pada tempatnya;
10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan menggunakan
Formulir 5 sebagaimana terlampir.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau
pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada
pasien yang memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan
memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
19
2.7.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO).
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala
aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas
dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus,
rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,
efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau
kimia dari Obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan);
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
mahasiswa farmasi yang sedang praktik profesi;
5. Melakukan penelitian penggunaan Obat;
6. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7. Melakukan program jaminan mutu.
2.7.4 Konseling.
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB,
DM, AIDS, epilepsi).
20
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda
tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang
diberikan dalam konseling.
21
Kegiatan :
1. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat
2. Mengisi formulir monitoring efek samping obat (MESO).
3. Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat nasional dengan
menggunakan formulir monitoring efek samping obat.
Faktor yang perlu diperhatikan :
1. Kerjasama dengan tim kesehatan lain
2. Ketersediaan formulir monitoring efek samping obat.
22
2.8.2 Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan
disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
obat bebas terbatas adalah “lingkaran biru dengan garis tepi berwarna
hitam”, seperti terlihat pada gambar berikut:
23
Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat narkotika
adalah “tanda palang berwarna merah dalam lingkaran putih bergaris
tepi merah”, seperti terlihat pada gambar berikut:
c. Prekusor
Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika.
Golongan dan jenis prekursor menurut Peraturan Pemerintah No 40
Tahun 2010 tentang Prekusor adalah :
Aceric Anhydride
24
N-Acetylanthranilin Acid
Ephedrine
Ergometrine
Ergotamine
Isosafrole
Lysergic Acid 25
3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propanone
Norephedrine.
1-Phenyl-2-Propanone
Piperonal
Potassium
Permanganat
Pseudoephedrine.Safrole
Acetone
Anthranilic Acid
Ethyl Ether
Hydrochloric Acid
Methyl Ethyl Ketone
Phenylacetic Aci
Piperidin
Sulphuric Acid
Toluene
25
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko
pada kelanjutan penyakit
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan
yang dapat dipertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri.
26
2. Perbandingan harga Obat.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring
terhadap seluruh proses pengelolaan Sediaan Farmasi.
Contoh:
1. Observasi terhadap penyimpanan Obat.
2. Proses transaksi dengan distributor.
3. Ketertiban dokumentasi.
2.9.2 Indikator Evaluasi Mutu
a. Kesesuaian proses terhadap standar.
b. efektifitas dan efisiensi.
27
BAB III
28
khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia (Kimia Farma,
2012).
29
Operasional membawahi Manager Controller, Compliance & Risk
Management dan Manager Principal & Merchendise. Direktur Operasional
juga mengoordinasi PT. KF Distribusi, KF Klinik dan KF Optik. Direktur
Keuangan membawahi Manager Akuntansi, Keuangan & IT dan Manager
Apotik Bisnis (Unit Bisnis). Direktur SDM & Umum membawahi Manager
Human Capital & General Affair).
Terdapat 2 (dua) jenis Apotek Kimia Farma, yaitu apotek administrator
yang sekarang disebut Business Manager (BM) dan apotek pelayanan.
Business Manager membawahi beberapa apotek pelayanan yang berada dalam
suatu wilayah. Business Manager bertugas menangani pembelian,
penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada di
bawahnya.
Konsep BM ini bertujuan agar pengelolaan aset dan keuangan dari apotek
dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, serta memudahkan
pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan
yang didapat melalui konsep BM adalah :
a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.
b. Apotek-apotek pelayanan dapat lebih fokus pada kualitas pelayanan,
sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan berdampak pada
peningkatan penjualan.
c. Merasionalkan jumlah SDM, terutama tenaga administrasi yang diharapkan
berimbas pada efisiensi biaya.
d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber
barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat
memperbesar range margin atau HPP yang lebih rendah.
Sedangkan apotek pelayanan lebih fokus pada pelayanan perbekalan
farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas
dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan
setinggitingginya.
Business Manager secara struktur organisasi langsung membawahi para
manager apotek pelayanan. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari
fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masing-masing.
30
3.4 Logo
Makna Tulisan biru di dalam kata Kimia Farma mengandung arti produk-
produk yang dihasilkan haruslah berkualiatas dan bermutu, sehingga mampu
meningkatkan kepercayaan terhadap produknya tersebut. Garis setengah
melingkar yang berwarna oranye melambangkan harapan yang dicapai oleh
kimia farma dalam meningkatkan dan mengembangkan produknya yang
inovatif dan bermutu.
a. Simbol Matahari
1) Paradigma baru, matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru yang
lebih baik.
2) Optimis, matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya
tersebut adalah penggambaran optimisme PT. Kimia Farma dalam
menjalankan bisnisnya.
3) Komitmen, matahari selalu terbit dari arah timur dan tenggelam ke arah
barat secara teratur dan terus menerus, memiliki makna adanya
komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang
diemban oleh PT. Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
4) Sumber energi, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan
PT. Kimia Farma yang baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi
bagi kesehatan masyarakat.
5) Semangat yang abadi, warna orange berarti semangat, warna biru berarti
keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna
yaitu semangat yang abadi.
b. Jenis Huruf
Dirancang khusus untuk kebutuhan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk yang
disesuaikan dengan bilai dan image yang telah menjadi energi bagi PT.
Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan
identitas yang telah ada.
31
c. Sifat Huruf
1) Kokoh, memperlihatkan PT. Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar
dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan
merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
2) Dinamis, dengan jenis huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan
optimisme.
3) Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan
keramahan PT. Kimia Farma dalama melayani konsumennya.
32
Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang terdiri dari 1 orang
Pharmacy Manager (PhM), 1 orang Apoteker Pengelola Apotek (APA),
5 orang tenaga teknis kefarmasian. Tenaga non teknis kefarmasian yang
terdapat pada apotek yaitu SPG, perawat dan juru parkir.
Lokasi Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang terletak di Jl.
Raya Raya Boulevard B 10A No.17-18R Citra Raya, Cikupa - Tangerang
Berada di lingkungan yang sangat strategis dan ramai karena terletak
didekat kompleks perumahan dan pusat perbelanjaan pada tepi jalan raya
dua arah yang dapat dilalui oleh kendaraan umum dan pribadi. Area parkir
terletak di depan dan dikhususkan bagi pelanggan apotek.
B. Tata Ruang
Ditinjau dari tata ruangnya, apotek terdiri dari 1 lantai yang dilengkapi
dengan pendingin ruangan (AC) dan penerangan lampu yang baik. Kegiatan
pelayanan di apotek, ruang praktek dokter umum, ruang rekam medis
terdapat di lantai 1, sedangkan lantai 2 merupakan ruang praktek dokter
gigi .
Pengaturan tata ruang ini ditujukan untuk kelancaran kegiatan di apotek
dan kenyamanan pasien. Sesuai dengan standarisasi tata ruang dalam apotek
dari Kimia Farma pusat, tata ruang Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya
Tangerang berkonsep terbuka sehingga pasien dapat melihat langsung apa
yang sedang dilakukan oleh para pegawai apotek.
Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam apotek
antara lain :
1. Ruang tunggu
Ruang tunggu terdapat di dalam, didepan tempat pelayanan resep. Ruang
ini dilengkapi dengan pendingin ruangan sehingga dapat memberikan
kenyaman bagi pasien yang menunggu.
33
2. Swalayan Farmasi
Swalayan farmasi terdiri dari perbekalan kesehatan yang dapat dibeli
secara bebas tanpa resep dokter. Area swalayan farmasi terletak dekat
pintu masuk dan mudah terlihat dari ruang tunggu, menyediakan obat
bebas, obat bebas terbatas, obat herbal, vitamin dan food suplemen, alat
kesehatan, perawatan tubuh, perawatan bayi, makanan dan minuman
ringan serta produk susu. Produk-produk ditata dan disusun sedemikian
rupa berdasarkan golongan/jenis produk agar menarik perhatian dan
memudahkan pelanggan dalam memilih produk yang dibutuhkan.
3. Tempat Penerimaan Resep
Bagian pelayanan resep ini dipisahkan oleh counter yang tidak terlalu
tinggi dan merupakan tempat bagi pasien yang ingin membeli obat tanpa
maupun dengan resep dokter namun dengan pengarahan oleh apoteker
dalam pemberian informasi obat.
4. Ruang Penyimpanan Obat dan Ruang Peracikan
Ruang penyimpanan obat terletak di bagian belakang tempat penerimaan
resep dan penyerahan obat. Pada ruangan ini terdapat lemari yang terdiri
dari banyak rak dimana obat tersusun sedemikian rupa sehingga mudah
untuk disimpan dan dijangkau pada saat penyiapan, peracikan dan
pengemasan. Setiap jenis obat dimasukkan ke dalam kotak yang
berukuran sama dan tersusun rapi pada rak obat.
Pada kotak diberi label nama obat dan dilengkapi dengan kartu stok.
Penataan obat disusun berdasarkan bentuk sediaan, (sediaan padat;
setengah padat; cair oral; cair tetes mata, hidung, telinga; topikal; dan
preparat mata). Penyusunan obat dilakukan secara farmakologis (kelas
terapi) dan alfabetis agar mempermudah dalam pencarian dan
penyimpanan obat. Penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik,
narkotika & psikotropika, dan obat-obatan yang harus disimpan di kulkas
(suhu dingin).
Ruang peracikan menyatu dengan ruang penyimpanan obat, dilengkapi
dengan fasilitas untuk peracikan seperti, blender, lumpang dan alu, bahan
baku, bahan pengemas seperti cangkang kapsul, kertas perkamen, kertas
34
pembungkus puyer, serta wastafel. Pada ruang peracikan ini dilakukan
kegiatan penimbangan, pencampuran, peracikan dan pengemasan obat-
obat yang dilayani berdasarkan resep dokter.
5. Kasir dan Penyerahan Obat
Bagian kasir terdapat disebelah kiri tempat penyerahan obat yang
menjadi tempat pembayaran baik pembelian obat dengan resep maupun
tanpa resep.
6. Ruang Praktek Dokter
Ruang praktek dokter yang tersedia yaitu praktek dokter umum yang
tersedia disebelah ruang tunggu dan ruang praktek dokter gigi yang
berada pada lantai dua bangunan.
7. Ruangan Bagian Administrasi
Ruangan ini dilengkapi dengan komputer untuk mengiput barang-
barang yang dikirim oleh distributor/ pemasok, mengecek harga barang
dan ketersediaan barang, dan lain-lain.
35
effort dan result dari nilai tertinggi hingga terendah. Dilakukan analisa
jumlah dan jenis barang yang dibutuhkan melalui sistem pareto.
Dengan demikian dapat segera diketahui jenis obat yang bersifat
slow moving maupun fast moving sehingga pembelian barang menjadi
lebih efektif. Pareto dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Pareto A: Pemesanan 10-20% total item barang yang
mempresentasikan 60-70% total nilai penjualan.
b. Pareto B: Pemesanan 20 % dari total item barang yang
mempresentasikan 20 % total nilai penjualan.
c. Pareto C : Pemesanan 60-70 % dari total item barang yang
mempresentasikan 10-20% total nilai penjualan.
Dan buku defekta ini merupakan buku yang berisi catatan sediaan
farmasi yang akan habis atau sudah habis persediaanya di apotek.
Pencatatan terhadap buku defekta dilakukan setiap hari oleh petugas
dengan cara memeriksa barang yang kosong atau hampir habis. Adapun
buku penolakan merupakan buku yang berisikan nama obat yang habis
dan atau menolak permintaan / kebutuhan pasien.
36
a. Pengadaan Min-Max
Pengadaan yang dilakukan sesuai dengan pengolahan dari sistem
POS (Point Of Sales) yang diolah oleh bagian pengadaan BM kepada
UB Regional setempat sesuai dengan riwayat penjualan. Pengadaan
Min-Max dilakukan dengan mengambil data 3 bulan terakhir.
b. Pengadaan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
Pengadaan BPBA yaitu permintaan barang yang berada di
golongan pareto dan barang yang sudah habis stok namun tidak
dikirimkan pada system Min-Max. Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA), pada akhir minggu BPBA divalidasi, selanjutnya BPBA
dikirim ke Business Manager (BM) secara online. BM akan merekap
permintaan tersebut dan akan membuat Surat Pesanan (SP) ke
Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah dipilih. PBF akan
mengirim barang-barang yang dipesan ke apotek Kimia Farma 476
Citra Raya Tangerang yang disertai dengan faktur pembelian.
c. Dropping antar apotek
Dropping adalah istilah yang digunakan untuk peminjaman
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang dilakukan ke apotek
Kimia Farma lain dengan menggunakan BPBA. Dropping dilakukan
jika barang yang diminta tidak dapat dipenuhi karena tidak adanya
persediaan barang. Hal ini dilakukan untuk menghindari penolakan
resep. Pengadaan seperti ini memberikan keuntungan menurunnya
kejadian penolakan resep sehingga bertambahnya loyalitas pasien
karena ketersediaan barang.
d. Pembelian/Pengadaan Mendesak (CITO)
Pengadaan perbekalan farmasi yang dapat dilakukan kapan saja,
karena dibutuhkan segera (cito) oleh pasien. Pengadaan cito ini
dilakukan jika apotek sudah meminta dropping ke apotek kimia
farma lain ataupun pembelian mendesak tetap sulit dilakukan dan
jika ada permintaan pembelian sediaan farmasi dari pasien yang
sangat banyak yang menyebabkan stok pesediaan barang kita
menjadi kosong sedangkan barang tersebut termasuk fast moving
37
maka dapat dilakukan pemesanan cito. Proses pemesanan hampir
sama dengan pesanan rutin, harus dibuat BPBA yang kemudian
dikirim ke Business Manager untuk dibuatkan surat pesanan. Tetapi
pada pemesanan ini dapat dilakukan kapanpun di luar hari
pengadaan rutin.
Bagian pembelian Business Manager membuat surat pesanan
yang berisi nama distributor, nama barang, kemasan, jumlah barang
dan potongan harga yang kemudian ditandatangani oleh bagian
pembelian dan Manager Apotek Pelayanan. Surat pesanan dibuat
rangkap dua untuk dikirim ke pemasok dan untuk arsip apotek.
Pemasok akan mengantar langsung barang yang dipesan melalui
bagian pembelian BM ke apotek pelayanan yang bersangkutan
disertai dengan dokumen faktur dan SP (surat pesanan). Setelah
dilakukan pengecekan, faktur di entry oleh Apotek Pelayanan
kemudian dikirim ke Business Manager bagian hutang atau pemasok
mengantarkan barang ke gudang BM.
Untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, terdapat formulir
khusus SP Narkotika dan Psikotropika. Pengadaan psikotropika dan
pengadaan narkotika dilakukan oleh masing-masing apotek
pelayanan langsung kepada PBF Kimia Farma melalui surat pesanan
(SP) tertentu yang harus ditandatangani oleh apoteker pengelola
apotek.
Selain pengadaan diatas Apotek Kimia Farma juga melakukan
pengadaan dengan sistem konsinyasi. Konsinyasi merupakan bentuk
kerjasama yang biasanya dilakukan untuk produk atau obat-obat
baru, barang promosi, alat kesehatan, food supplement. Konsinyasi
dilakukan dengan cara menitipkan produk dari perusahaan kepada
Kimia Farma, kemudian setiap bulannya dilakukan pengecekan dari
pihak perusahaan untuk mengetahui jumlah produk yang terjual.
Barang konsinyasi ini apabila tidak laku, maka dapat diretur dan
yang difakturkan untuk dibayar adalah barang yang terjual saja.
38
3.7.3 Penerimaan Barang
Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya dapat
berasal dari distributor. Perbekalan farmasi yang telah dipesan akan
dikirim ke apotek disertai faktur sebanyak 2 rangkap atau lebih yang
ditandatangi oleh petugas penerima dan diberi stempel apotik. Lembar
faktur asli disimpan oleh PBF, kemudian foto copy 2 rangkap sebagai
arsip apotek dan 1 foto copy untuk distributor sebagai bukti serah terima
barang dari distributor ke Apotek. Kemudian petugas apotek melakukan
pemeriksaan terhadap barang yang diterima meliputi nama, kemasan,
jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch dan kondisi barang serta
dilakukan pencocokan antara faktur dengan surat pesanan yang meliputi
nama, kemasan, jumlah, harga barang, diskon serta nama distributor.
3.7.4 Penyimpanan
a. Penyimpanan obat di ruang penyimpanan dan peracikan
Setiap obat dimasukkan dalam sebuah kotak dan disusun secara
alfabetis dalam rak penyimpanan obat. Rak penyimpanan obat
dikelompokkan berdasarkan efek farmakologi dan bentuk sediaan dan
disusun secara alfabetis alfabetis, terdapat pula lemari es untuk
menyimpan obat-obat seperti suppositoria, ovula, insulin. Terdapat
meja untuk menulis etiket dan aktivitas penyiapan obat lain sebelum
diserahkan kepada pasien.
Tiap kotak obat diberi identitas berupa nama obat, dosis, bentuk
sediaan dan/ atau nama pabrik, juga dilengkapi dengan kartu stok
masing-masing obat untuk mencatat keluar masuknya barang. Setiap
pemasukan dan pengeluaran obat/ barang harus diinput kedalam
sistem komputer dan lembaran resep asli dikumpulkan menurut
nomor urut dan tanggal resep serta disimpan sekurang-kurangnya tiga
tahun. Pada setiap tahapannya, petugas apotek wajib membubuhkan
paraf atas apa saja yang dikerjakan pada resep tersebut, sehingga jika
terjadi sesuatu dapat dipertanggung jawabkan atas pekerjaan yang
dilakukan, dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal
pemasukan/pengeluaran, nomor dokumen, jumlah barang yang
39
dimasukkan/dikeluarkan, sisa barang, tanggal kadaluarsa, nomor
batch serta paraf petugas.
3.7.5 Pemusnahan
Produk farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai dengan
standar yang berlaku harus dimusnahkan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada pemusnahan sediaan farmasi antara lain:
a) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau
rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
40
b) Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Pihak ke tiga dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
c) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek
dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan
dengan Berita Acara Pemusnahan Resep selanjutnya dilaporkan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3.7.6 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian di Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya dilakukan
dengan cara melakukan uji petik dan Stock opname (SO) tiap tiga bulan
sekali. Uji petik merupakan uji untuk memastikan bahwa data stok
barang dikomputer sama dengan jumlah fisik yang ada di Apotek. Uji
petik dilakukan setiap hari dan minimal 20 item setiap harinya, jika
ditemukan ketidaksesuaian maka perlu dilakukan penelusuran terhadap
masalah tersebut.
Stock opname (SO) sama dengan uji petik untuk memastikan bahwa
data stok barang dikomputer sama dengan jumlah fisik yang ada di
Apotek. Uji petik didokumentasikan dalam buku khusus uji petik
sedangkan Stock opname (SO) dibuatkan lembar khusus Stock opname
(SO) dan dicatat dalam kartu stok obat. Menggunakan kartu stok baik
dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.
41
3.7.7 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya
terdiri dari laporan stock opname, laporan kegiatan apotek, laporan
keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi laporan narkotika
dan psikotropika yang dilakukan setiap bulan.
42
f. Interaksi obat.
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, penyiapan sediaan farmasi, alkes, dan bahan medis habis
pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan
upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication
eror).
Pelayanan resep di Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya terbagi atas
pelayanan resep tunai dan pelayanan resep kredit yang disertai kegiatan
pengkajian resep serta pengelolaan resep.
1. Pelayanan Resep Tunai
Pelayanan resep tunai adalah pelayanan resep yang pembayarannya
dilakukan secara tunai. Penjualan obat dengan resep tunai dilakukan
terhadap pelanggan yang langsung datang ke apotek untuk menebus
obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai. Prosedur pelayanan
resep tunai adalah sebagai berikut:
a. Pada bagian penerimaan resep, Apoteker/ Asisten Apoteker
menerima resep dari pasien/ keluarga pasien, lalu memeriksa
kelengkapan dan keabsahan resep.
b. Asisten Apoteker akan memeriksa ketersediaan obat dalam
persediaan. Bila obat tidak tersedia atau kosong, maka dilihat stock
obat yang ada di kimia farma lainnya dan atau menawarkan obat
lain yang memiliki kandungan yang sama dan bertanya kepada
pasien/ keluarga jikalau setuju atau tidak. Bila obat yang
dibutuhkan tersedia, selanjutnya dilakukan pemberian harga dan
diberitahukan kepada pasien/keluarga pasien. Setelah disetujui
oleh pasien/keluarga pasien, petugas apotek akan meminta nomor
telepon dan alamat pasien sebagai arsip dan segera dilakukan
pembayaran tunai atau menggunakan debet/kredit card atas obat
pada bagian kasir. Bila obat hanya diambil sebagian, maka petugas
membuat Salinan resep untuk pengambilan sisanya. Bagi yang
43
memerlukan kwitansi dapat pula dibuatkan kwitansi dan Salinan
resep dibelakang kwitansi.
c. Setelah dilakukan pembayaran, pasien diberikan struk
pembayaran, dan menunggu di ruang tunggu apotek.
d. Kasir menyerahkan resep kepada bagian peracikan atau penyiapan
obat. Selanjutnya asisten apoteker pada bagian peracikan obat atau
penyiapan obat akan meracik dan menyiapkan obat sesuai dengan
resep.
e. Setelah selesai disiapkan obat diberi etiket dan dikemas.
f. Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali dengan
orang yang berbeda meliputi resep, nama pasien, kebenaran obat,
jumlah dan etiketnya.
g. Obat diserahkan kepada pasien/keluarga pasien sesuai dengan
resep, lalu memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO)/ konseling
kepada pasien.
44
dengan pasien. Selanjutnya, pasien memutuskan penebusan obat
diluar formularium dengan membayar tunai obat tersebut, atau
konfirmasi kepada dokter dengan obat lain yang memiliki
kandungan yang sama yang ada dalam formularium.
c. Apabila stok kurang untuk memenuhi kebutuhan pasien, maka obat
akan di catat dalam buku bon obat, dan pasien akan diberikan nota
obat yang berlaku 15 hari sejak tanggal resep. Pasien akan
dihubungi jika stok obat telah tersedia di apotek.
d. Pada saat penyerahan obat, petugas meminta tanda tangan dan
nomor telepon pasien sebagai bukti penerimaan obat
Resep-resep kredit yang telah diberi harga diserahkan kebagian
administrasi untuk dikumpulkan, dicatat dan dijumlahkan berdasarkan
instansi lalu dikirimkan ke BM, di BM dibuatkan kwitansi untuk
penagihan kepada perusahaan atau instansi terkait.
3.8.2 Dispensing
Dispensing yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya
terdiri dari penyiapan, penulisan etiket obat, penyerahan, dan pemberian
informasi obat. Penyiapan obat sesuai dengan permintaan resep yaitu
menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan permintaan resep.
Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat,
kemudian melakukan peracikan obat jika diperlukan. Selanjutnya
pemberian etiket, meliputi etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan
warna biru untuk obat luar/suntik. Setelah itu memasukkan obat ke dalam
wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk menjaga
mutu obat dan menghindari penggunaan obat yang salah. Setelah
penyiapan obat selanjutnya dilakukan penyerahan namun sebelum
diserahkan kepada pasien dilakukan pemeriksaan kembali mengenai
penulisan nama pasien pada etiket, nama obat, cara penggunaan serta
jenis dan jumlah obat. Selanjutnya memanggil nama pasien, memeriksa
ulang identitas dan alamat pasien. Menyerahkan obat yang disertai
45
pemberian informasi obat dengan cara memberitahu manfaat obat,
kegunaan dan indikasi, makanan dan minuman yang dihindari serta efek
samping obat.
3.8.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Kimia Farma 476 Citra
Raya dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek atau aping. Pelayanan
Informasi Obat yang diberikan meliputi indikasi obat, aturan pakai, cara
pemakaian, efek samping yang mungkin terjadi dan interaksi serta hal
umum lainnya yang ditanyakan oleh pasien.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek Kimia Farma 476
Citra Raya Meliputi :
a) Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
b) Membuat dan menyebarkan buletin/ brosur/ leaflet.
c) Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
d) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi / profesi apoteker yang sedang praktik profesi.
3.8.4 Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami Obat yang digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB,
DM, AIDS, epilepsi).
46
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk
indikasi penyakit yang sama.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
47
Efek Samping Obat (MESO) dan Melaporkan ke Pusat Monitoring
Efek Samping Obat Nasional.
48
BAB IV
PEMBAHASAN
Tata ruang dan bangunan Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang
sudah sesuai dengan Permenkes RI No 9 Tahun 2017, dimana bangunan apotik
telah memenuhi persyarataan peraturan tersebut yang terdiri dari ruang
penerima resep, pelayanan resep dan peracikan, penyerahan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan, konseling, penyimpanaan Sediaaan Farmasi dan Alat
Kesehatan, arsip, ruang tunggu, ruang administrasi, toilet yang dilengkapi
dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik,
ventilasi dan sistem sanitasi yang baik.
Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang merupakan salah satu unit
pelayanan yang berada di bawah naungan Unit Bisnis Manajer Kimia Farma
Tangerang Raya. Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang dipimpin
oleh seorang Pharmacy Manager (PhM) yang bertanggung jawab kepada
Kepala Unit Business Manager Tangerang Raya.
Berdasarkan teori, salah satu tugas PhM adalah membuat visi dan misi,
namun tidak demikian halnya dengan Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya
Tangerang karena Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang merupakan
apotek jaringan sehingga visi dan misinya mengacu pada Kimia Farma pusat.
49
4.2 Sumber Daya Kefarmasian Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya
Sebagaimana yang di atur dalam Permenkes No 73 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker,
dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian
yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik. Apotek Kimia
Farma 476 Citra Raya Tangerang memiliki sekitar 8 pegawai yang terdiri dari
1 PhM (Pharmacy Manager) yang memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker
(STRA), 1 orang Apoteker Pengelola Apotek, dan Tenaga Teknis Kefarmasian
yang secara perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
yang memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK).
4.3 Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya
Tangerang
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai Meliputi : Perencanaan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan,
Pemusnahan, Pengendalian, Pencatatan dan Pelaporan.
4.3.1 Perencanaan
Perencanaan pengadaan obat-obat di Apotek Kimia Farma 476 Citra
Raya Tangerang dilakukan berdasarkan analisis pareto, buku defecta dan
buku penolakan. Analisis Pareto merupakan cara perencanaan pengadaan
barang berdasarkan effort dan result dari nilai tertinggi hingga terendah.
Dilakukan analisa jumlah dan jenis barang yang dibutuhkan melalui
sistem pareto.
Dengan demikian dapat segera diketahui jenis obat yang bersifat
slow moving maupun fast moving sehingga pembelian barang menjadi
lebih efektif. Jenis Pareto yang di gunakan oleh Apotek Kimia Farma 476
Citra Raya Tangerang yaitu Pareto A Pemesanan 20% total item barang
yang mempresentasikan 80% total nilai penjualan.
Dan buku defekta ini merupakan buku yang berisi catatan sediaan
farmasi yang akan habis atau sudah habis persediaanya di apotek.
Pencatatan terhadap buku defekta dilakukan setiap hari oleh petugas
dengan cara memeriksa barang yang kosong atau hampir habis. Adapun
buku penolakan merupakan buku yang berisikan nama obat, bahan obat,
50
obat tradisional, kosmetik, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
lainnya yang habis dan atau menolak permintaan/ kebutuhan pasien.
4.3.2 Pengadaan
Pengadaan perbekalan Farmasi meliputi obat, bahan obat, obat
tradisional, kosmetik, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya.
Bagian pengadaan dari apotek pelayanan membuat daftar kebutuhan
barang atau bon permintaan barang apotek (BPBA) sesuai dengan buku
defekta yang sebelumnya telah di seleksi dan telah mendapat persetujuan
dari manager apotek, selanjutnya BPBA dikirim ke Business Manager
(BM) secara online.
BM akan merekap permintaan tersebut dan akan membuat Surat
Pesanan (SP) ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah dipilih.
Pemilihan pemasok didasarkan pada beberapa faktor, antara lain legalitas
pemasok, kecepatan pengiriman barang, potongan harga yang diberikan,
sistem pembayaran yang ditawarkan PBF akan mengirim barang-barang
yang dipesan ke apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang yang
disertai dengan faktur pembelian. Pengadaan di Apotek Kimia Farma 476
Citra Raya Tangerang terdiri pengadaan rutin, pengadaan non rutin dan
pengadaan konsinyasi.
Sistem lain yang dianut dari Apotek Kimia Farma adalah sistem
jejaring (groupping). Dimana setiap apotek kimia farma yang tergabung
dalam 1 bisnis manager akan terhubung satu sama lainnya. Salah satu
keuntungan ketika stok barang di apotik kosong, Apotek Kimia Farma
476 Citra Raya Tangerang bisa “meminjam” barang dari Apotek Kimia
Farma terdekat. Hal ini tentu saja memberikan kemudahan kepada pasien
ketika obat yang akan di beli tersedia di Apotek Kimia Farma 476 Citra
Raya Tangerang.
4.3.3 Penerimaan
Obat yang berasal dari PBF diterima oleh petugas apotek dan
kemudian dilakukan pengecekan terhadap setiap obat berdasarkan
51
kesesuaian dengan SP, kemudian pengecekan terhadap nama barang,
jumlah dan tanggal Expire date (ED) yang disesuaikan dengan faktur
pembelian. Apabila barang yang diterima telah sesuai dengan faktur
maka akan diberikan stempel apotek serta tanda tangan petugas penerima
pada faktur (tanggal, bulan, tahun dan nama jelas).
Untuk barang yang diterima melalui sistem dropping, penerimaan
barang harus disertai bukti dropping dari apotek pemberi. Kemudian
apotek penerima melakukan pelaporan ke BM melalui sistem
komputerisasi pada kolom administrasi pembelian dan stok barang
apotek secara otomatis akan bertambah.
4.3.4 Penyimpanan
Perbekalan farmasi yang diterima langsung di Apotek Kimia Farma
476 Citra Raya Tangerang disimpan di rak penyimpanan yang berisi
kumpulan box obat berlabel Kimia Farma, yang mencantumkan nama
obat dan kekuatan sediaan, sedangkan untuk nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa tidak tercatum. Hal tersebut menandakan bahwa dari segi
penyimpanan belum sesuai dengan pedoman standar pelayanan
kefarmasian. Penyimpanan box obat tidak diberi jarak atau dijeda antara
obat yang sama tapi kekuatan berbeda, hal ini memungkinkan terjadinya
salah pengambilan obat. Obat yang terindikasi merupakan LASA (Look
Alike Sound Alike) sebaiknya tidak di simpan dalam satu box obat yang
sama, ataupun bersebelahan, untuk meminimalkan kesalahan
pengambilan obat sebaiknya obat LASA dipisah dengan minimal satu
item obat lain dan diberi label LASA.
Sistem penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya
Tangerang berdasarkan bentuk sediaan, Kelas terapi dan dan disusun
secara Alfabetis. Hampir semua obat-obatan di Apotek Kimia Farma 476
Citra Raya Tangerang disusun secara alfabetis dengan tujuan untuk
memudahkan dalam hal pencarian obat-obatan. Aktivitas farmakologi
Obat-obat dengan bentuk sediaan tablet di Apotek Kimia Farma 476
Citra Raya Tangerang disusun berdasarkan indikasi atau Kelas terapi,
52
diantaranya yaitu antibiotik, anti hipertensi dan kardiovaskular, anti
alergi, pencernaan, antidiabetik, hormon, vitamin dan food suplement.
Sedangkan untuk yang berdasarkan bentuk sediaan seperti
penyimpanan salep atau krim, tetes mata, tetes telinga, dan obat-obat
untuk pemakaian luar lainnya yang kemudian disusun lagi secara
alfabetis dengan tujuan memudahkan dalam pencarian obat.
Obat- obat yang termolabil seperti suppositoria dan sediaan injeksi
disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 2-8oC dengan tujuan
menjaga stabilitas obat sehingga tidak berubah baik bentuk, warna dan
kandungannya. Obat-obat bebas dan alat kesehatan disimpan
berdasarkan kegunaanya di tempat penjualan swalayan farmasi yang
berada di dekat kasir.
Obat Narkotika, Prekursor Farmasi, dan Psikotropika disimpan pada
lemari khusus, rapat, terkunci, dan tidak terlihat oleh pasien atau
pengunjung apotek. Pendistribusian produk menggunakan sistem FIFO
(First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Sistem FIFO
yaitu produk yang diterima merupakan produk yang pertama dijual,
sedangkan sistem FEFO adalah produk dengan tanggal kadaluarsa yang
lebih cepat merupakan produk yang pertama dijual. Hal ini dilakukan
untuk mencegah adanya produk kadaluwarsa yang belum terjual.
Di Apotek Kimia Farma Citra Raya lebih prioritas menggunakan sistem
FEFO yaitu produk dengan tanggal kadaluarsa yang lebih cepat.
4.3.5 Pemusnahan
Obat-obat kadaluarsa atau rusak dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Obat - obatan kadaluarsa atau rusak dikirim ke BM
untuk kemudian dimusnahkan oleh BM. Berita acara pemusnahan
dikirim ke apotek Kimia Farma 476 Citra Raya setelah obat
dimusnahkan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang mengandung
narkotik atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan saksikan Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
53
4.3.6 Pengendalian
55
Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) dan produk swalayan farmasi
lainnya.
Pelayanan resep tunai dilakukan terhadap pelanggan yang langsung
datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar
secara tunai. Sedangkan pelayanan resep kredit diberikan kepada instansi
atau perusahaan yang telah menjalin kerjasama dengan Apotek Kimia
Farma seperti In health, Admedika, dll. Pelayanan obat-obat golongan
narkotika dan psikotropika berbeda dengan obat golongan lainnya.
Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang hanya diperbolehkan
melayani resep narkotika dari resep asli.
Kegiatan dispensing dilakukan setelah pengkajian resep dengan
tahapan :
1. Menyiapkan obat sesuai permintaan resep
2. Menghitung jumlah kebutuhan obat sesuai permintaan resep
3. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
obat,
4. Melakukan peracikan obat bila diperlukan,
5. Memberikan etiket Putih untuk obat dalam/oral, warna biru untuk obat
luar dan suntik,
6. Memasukan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan
yang salah.
7. Setelah penyiapan obat dilakukan pemeriksaan kembali mengenai
penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dan resep),
8. Memanggil nama, memeriksa ulang identitas pasien, memeriksa obat
yang disertai pemberian informasi obat,
9. Memberikan informasi dan cara penggunaan obat dan hal-hal yang
terkait dengan obat antara lain menfaat obat, makanan dan minuman
yang harus dihindari, kemungkinan efek samping obat dan lain-lain.
56
Pelayanan Informasi Obat di Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya
umumnya dilakukan pada saat menyerahkan obat yang menjelaskan
tentang aturan pakai dan cara penggunaan obat yang sesuai dengan resep
pasien. Informasi yang diberikan meliputi dosis, efek samping, konsumsi
obat yang rasional, dan sebagainya. PIO yang diberikan merupakan
jawaban atas pertanyaan pasien tentang segala hal yang berkaitan dengan
obat terutama untuk pasien yang melakukan pengobatan sendiri,
misalnya dengan memberikan alternatif pilihan obat sesuai dengan
penyakit yang dikeluhkan.
Kegiatan konseling di Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya
Tangerang belum berjalan secara maksimal, hal ini disebabkan karna
keterbatasan ruangan dan banyaknya pasien yang berkunjung ke apotik,
sehingga informasi penggunaan obat diberikan sewaktu penyerahan obat.
Pemantauan terapi obat merupakan proses yang memastikan bahwa
seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya tidak melakukan pemantauan terapi
obat dikarenakan pasien yang datang ke Apotek tidak tetap.
Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang belum melakukan
monitoring efek samping obat dikarenakan belum ada laporan keluhan
mengenai efek samping obat pada pasien.
4.4 Evaluasi Mutu Pelayanan di Apotek Kimia Farma 476 Citra Raya
Tangerang
a. Mutu menejerial meliputi:
Audit Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
lainnya (stok opname) yang dilakukan setiap tiga bulan sekali.
b. Audit keuangan yang dilakukan oleh menejer Apotek dan bagian keungan
Apotek.
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dengan adanya kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek
Kimia Farma 476 Citra Raya Tangerang yang dilaksanakan pada bulan
Maret 2020 dapat memberikan kesempatan belajar bagi calon Apoteker
untuk memahami peran Apoteker.
2. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP (kasa, pispot,
masker, handscoon, alat cek gula darah, thermometer, plester, dll) di
Apotek, mulai dari perencanaan berdasarkan system pareto.
3. Pendistribusian produk menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out, kemudiaan untuk Obat kadaluwarsa atau
rusak dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pengendalian
berdasarkan Stok opname, stok opname dilakukan setiap tiga bulan.
5.2 Saran
1. Penyimpanan sediaan tablet di dalam box obat sebaiknya hanya satu jenis
obat saja untuk mencegah kesalahan pengambilan obat.
2. Untuk Obat dengan nama yang sama namun memiliki kekuatan sediaan
yang berbeda, hendaknya dipisahkan atau dijeda dengan minimal satu obat
lain dan diberi label LASA.
3. Produk farmasi maupun non-farmasi yang ada di swalayan hendaknya
diberi label harga sehingga memudahkan pelayanan bagi pasien dan
efisiensi waktu.
58
DAFTAR PUSTAKA
59
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.
11. Pawitan, Gandy dan Pramasatya, Amithya, 2006. Aplikasi Analisis Pareto
Dalam Pengendalian Inventori Bahan Baku, Jurnal Administrasi Bisnis
Universitas Parahyangan.
60
LAMPIRAN
61
Lampiran 2. Apotek Kimia Farma Citra Raya
62
Lampiran 3. Struktur Organisasi
63
Lampiran 4. Swalayan Farmasi
64
Lampiran 5. Ruang peracikan obat
65
Lampiran 6. Ruang penyimpanan obat keras
66
Lampiran 7. Etiket Obat
67
Lampiran 8. Surat Pesanan
68
Lampiran 9. Faktur Pembelian
69
Lampiran 10. Kuitansi dan Struk Apotek Kimia Farma Citra Raya
70
Lampiran 11. Formulir PIO (Pemberian Informasi Obat)
71
LAPORAN TUGAS KHUSUS
R/ Flunarizin 10 mg no III
S 1 dd 1
R/ Pc t no X
S 3 dd 1
72
Berat Badan Pasien
Alamat Pasien / Institusi √
Nomor Telepon Pasien √
2. Nama Dokter √
No.SIP √
Alamat √
No.Telpon √
Paraf √
Tanggal Penulisan Resep √
3. Tanda R/ pada bagian kiri √
Nama setiap obat dan √
komposisinya
b. Pengkajian Farmasetik
73
Bentuk Kekuatan
No. Nama Obat Sediaan Sediaan Stabilitas Kompatibilitas
c. Pengkajian Klinis
Tidak
No. Kajian Ada Keterangan
ada
1. Benar dosis √
2. Benar waktu frekuensi dan √
74
2 Paracetamol Per Oral 0,5-1 g 4-6 setiap 3x1 Sesuai
jam. IV 33-50 kg: 15 mg / kg
4-6 jam jika diperlukan.
Maks: 3 g / hari:> 50 kg: 1 g
4-6 jam jika diperlukan.
Pemasok As Rektal:
0,5-1 g 4-6 setiap jam. Maks:
4 g setiap hari.
75
1. Flunarizine (10mg) Mengantuk, mual, Berikan informasi
muntah, diare, sakit kepada pasien untuk
perut, depresi. segera hubungi dokter
76
samping yang dirasakan kepada dokter. Penggunaan obat yang
diresepkan memiliki interaksi dengan beberapa obat antikonvulsan
seperti fenitoin, carbamazepine, dan as.valproat sehingga perlu
diperhatikan apakah pasien menggunakan obat-obatan yang
termasuk kedalam daftar interaksi obat dan perlu diinformasikan
kepada pasien untuk tidak mengkonsumsi kopi atau teh bersamaan
dengan obat karena dapat meningkatkan kerja obat.
77