Januari 2018
Kepada Yth
Ketua Pengadilan Hubungan Industrial
Pada Pengadilan Negeri Palu
Di –
Palu
Dengan Hormat,
Merupakan Para Advokat dan Para Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah Konfederasi
Serikat Buruh Sejahtera Indonesia [ DPW (K)SBSI ] Provinsi Sulawesi Tengah, Yang
Berdomisili Hukum beralamat Kantor di Jalan Cut Mutia No. 09 C, Kelurahan
Besusu Barat, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.dan
selanjutnya bertindak Untuk dan atas nama kepentingan Hukum:
CV. WARNA SARI berkedudukan domisili hukum di jalan Yos Sudarso, No. 5, Tlp
(0461) 21322- 08114501574, Kelurahan Keraton, Kecamatan.
Luwuk, Kabupaten. Banggai, Prov. Cq Direktur Utama CV Warna
Sari, Tuan Amin Wijaya Kusuma, Lahir dimakassar, Tanggal Lahir.
10 Oktober 1980, kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan.
Wiraswasta, Beralamat. Tinggal di Jalan Yos Sudarso, No. 05,
Kelurahan Keraton RT. 017/RW.008, Kelurahan Keraton
Kecamatan Luwuk, Kabupaten. Banggai Sulawesi Tengah. Untuk
selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT
2. Bahwa Penggugat dan masa Kerja 1 Tahun 5 bulan dengan Status PKWT
( Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) bernomor.02/82 /WSL/III/2018 Tertanggal 5
Maret 2018 dan Terhitung Berlaku Perjanjian Kerja Sejak 1 desember 2017 s/d
31 Mei 2019
3. Bahwa Penggugat awalnya diterima dengan Jabatan Helper pada Kantor Pusat
CV. WARNA SARI Depo Luwuk Oleh Tergugat, selama Kurang Lebih Sepuluh
4. Bahwa Penggugat mendapatkan Upah/ Gaji awal dari Tergugat Sebesar Rp. 1.
800. 000 pada Bulan Januari Tahun 2018 sedangkan Upah / Gaji terakhir
Penggugat adalah Sebesar Rp. 2.160.142 pada bulan Maret 2019;
9. Bahwa karena tindakan tergugat memiliki Itikat yang buruk terhadap diri
penggugat dan dikategorikan sebagai perlakuan yang tidak manusiawi. dan serta
GUGATAN PERSELIHAN HAK DAN PERSELISIAHAN PHK 3
karena tergugat sama sekali tidak mau menghargai jerih payah dan Suar lelah
penggugat sebagaimana seorang pekerja/Buruh yang mempunyai harkat dan
martabat yang harus diganti;
10. Bahwa dikarenakan status penggugat sebagai pekerja /buruh mempunyai Hak-
Hak Normatif maka penggugat menuntut kepada tergugat untuk memenuhi Hak-
hak sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan yang berlaku sebagaimana
yang dirinci sebagai berikut;
( Dua Puluh Lima Juta Seratus Lima Puluh dua Ribu Dua Ratus Empat
Puluh Tujuh Rupiah)
11.Bahwa Terhadap Perkara a quo guna Mencegah Terggugat menghindar diri dari
Kewajibanya untuk membayar kewajiban terhadap penggugat, maka sesuai
dengan ketentuan pasal 277 HiR, maka di mohonkan kepada yang mulia
Majelis Hakim Untuk meletakan Sita jaminan (CB)atas barang bergerak
maupun tidak bergerak milik Tergugat yang di mohonkan dalam Putusan Sela
Sementara Perkara ini berjalan dalam atau di periksa
( Dua Puluh Lima Juta Seratus Lima Puluh dua Ribu Dua Ratus Empat Puluh
Tujuh Rupiah)
6. Menyatakan sah dan berharga Sita jaminan (CB) yang di Mohonkan Tergugat ,
terhadap benda Milik Tergugat;
7. Menghukum tergugat untuk Membayar Uang Paksa (Dwangsom) sebesar Rp.
500.000 satu juta rupiah perhari sampai putusan ini mempunyai kekuatan
hukum yang tetap atau dilaksanakan;
8. Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara;
Atau
Hormat saya
Kuasa Hukum
14. Bahwa pada Tahun 2015, PENGGUGAT ditugaskan sebagai Sopir Truck yang
bertugas mendistribusikan telur ke seluruh pelanggan yang berada di wilayah
Donggala, Palu, Parigi, bahkan sampai ke wilayah Gorontalo dan Manado, dengan
perhitungan upah yang dibayarkan hanya semata mata bergantung pada retasi
dan jarak pengantaran Telur, tanpa adanya Upah Pokok per bulan. Berdasarkan
pada perhitungan tersebut, rata- rata ditiap bulannya PENGGUGAT menerima
upah berkisar antara Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) s/d Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah)/bulannya.
15. Bahwa mencermati dalil posita pada angka 2 (dua) dan angka 3 (tiga) diatas,
khususnya mengenai besaran Jumlah Upah yang diterima oleh PENGGUGAT,
ternyata sangat tidak memenuhi standar penghidupan yang layak dan atau tidak
sesuai dengan Upah Minimum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, sehingga
telah melanggar hak PENGGUGAT untuk memperoleh Upah yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (vide : Ketentuan Pasal
88, Pasal 89, Pasal 90 ayat (1), dan Pasal 91 Undang – Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan).
17. Bahwa sejak PENGGUGAT mulai diterima bekerja sampai dengan dilakukannya
Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak oleh TERGUGAT, PENGGUGAT telah
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, serta telah pula mentaati peraturan
dan ketentuan yang berlaku diperusahaan.
20.
21. Bahwa oleh karena tindakan Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan oleh para
TERGUGAT secara sepihak, maka terhadap hak-hak normatif yang sepatutnya
dibayarkan oleh TERGUGAT kepada PENGGUGAT, mengacu pada ketentuan
Pasal 156 ayat (2), (3) dan ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. yang dapat dirinci sebagai berikut :
22. Bahwa terhitung sejak bulan Juli 2017 sampai dengan saat diajukannya gugatan
ini atau telah selama ± 1 (Satu) 3 bulan, TERGUGAT tidak lagi melakukan
pembayaran Upah/Gaji PENGGUGAT. Olehnya itu beralasan hukum bilamana
TERGUGAT diperintahkan untuk membayar Upah Proses dalam perkara aquo
selama 7 (tujuh) bulan dikalikan dengan Upah/Gaji PENGGUGAT per bulan
sejumlah Rp. 2. 500.000,- (Dua Juta lima ratus Ribu rupiah) maka total
keseluruhan Upah Proses yang harus dibayarkan TERGUGAT adalah sejumlah
Rp. 13.374.284,- (tiga belas juta tiga ratus tujuh puluh empat ribu dua ratus
delapan puluh empat rupiah).
23. Bahwa Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan oleh TERGUGAT terhadap
PENGGUGAT tanpa diawali dengan adanya perundingan, serta tanpa adanya
Penetapan dari Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,
Sehingga tentunya perbuatan TERGUGAT telah bertentangan dengan Ketentuan
Pasal 151 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan yang menyatakan :
Pasal 151
1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah,
dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan
hubungan kerja.
2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja
tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau
24. Bahwa berdasarkan Ketentuan Pasal 155 ayat (1) menyatakan “ Pemutusan
hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat
(3), batal demi hukum “. Selanjutnya pada Pasal 155 ayat (2) ditegaskan bahwa “
selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum
ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan
kewajibannya “. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka kewajiban TERGUGAT
selaku Pengusaha adalah tetap membayar Upah PENGGUGAT.
25. Bahwa PENGGUGAT menuntut pula kepada TERGUGAT untuk tetap melakukan
pembayaran Upah/Gaji sampai dengan adanya putusan berkekuatan hukum
tetap dalam perkara aquo.
26. Bahwa terhadap perkara aquo, guna mencegah TERGUGAT menghindarkan diri
dari Kewajibannya untuk membayar hak normatif PENGGUGAT, maka mohon
kepada Ketua Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Palu
melalui Majelis Hakim yang mulia untuk meletakkan Sita Jaminan (CB) atas
barang bergerak maupun barang tidak bergerak milik TERGUGAT yang akan
PENGGUGAT mohonkan nantinya;
27. Bahwa mengacu pada ketentuan Pasal 108 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
yangmenyatakan “Ketua Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial dapat
mengeluarkan putusan yang dapat dilaksanakan lebih dahulu, meskipun
putusannya diajukan perlawanan atau kasasi”, maka mohon kiranya agar
putusan dalam perkara aquo dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun
diajukan upaya hukum oleh TERGUGAT.
Berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, maka dengan ini kami memohon kepada yang
terhormat Ketua Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Palu
GUGATAN PERSELIHAN HAK DAN PERSELISIAHAN PHK 14
melalui Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial yang memeriksa dan
mengadili perkara aquo untuk memberikan putusan sebagai berikut :
PRIMAIR :
SUBSIDAIR :
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain dalam peradilan yang baik dan benar, mohon
putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Demikian gugatan ini kami sampaikan atas dikabulkannya gugatan ini, kami
ucapkan Terima Kasih.
Hormat Kami,
Kuasa Hukum PENGGUGAT