TB Paru Resisten Rimpafisin
TB Paru Resisten Rimpafisin
PENDAHULUAN
berbentuk batang dan bersifat aerob serta tahan asam karena dinding
utama yang terjadi secara global, karena merupakan salah satu penyakit
mematikan dan pada tahun 2015 menjadi salah satu dari sepuluh
Pada tahun yang sama yaitu tahun 2015, 1,4 juta orang tanpa HIV
pria, 3,5 juta adalah perempuan dan 1 juta diantaranya terjadi pada anak-
anak. Sehingga 90% kasus TB didunia terjadi pada orang dewasa dan
10% terjadi pada anak – anak. Dengan perbandingan 1,6:1 pada laki-laki
orang dengan negatif HIV mengalami penurunan 34%, sejak tahun 2000
dari 1,8 juta kematian menjadi 1,4 juta kematian akibat TB pada tahun
2015. Sedangkan pada tahun 2014 dan 2015 terjadi penurunan 2,7%
angka kematian akibat TB pada orang dengan negatif HIV (WHO, 2016:
5,30-32).
sebanyak 38% kasus dari 9 juta, disusul oleh afrika sebanyak 29% kasus,
daerah pasifik bagian barat 18%, mediterania timur 8%, eropa 4% dan
pada laki-laki dan dan usia 55-64 tahun. Pada tahun yang sama yaitu
penduduk 250 juta jiwa, sedangkan prevalensinya 680 ribu kasus dan
angka kematian 25 per 100 ribu populasi dalam 1 tahun (WHO, 2015: 4-
5,126-128).
resisten, minmal terhadap rifampisn dan INH dengan atau tanpa obat anti
terhadap rifampisin) yang terjadi global sebanyak 580 ribu jiwa dan
Tenggara yaitu sebanyak 200 ribu kasus, kemudian Eropa 120 ribu kasus,
Afrika 110 ribu kasus, Pasifik bagian Barat 100 ribu kasus, Mediterania
MDR/RR-TB terjadi pada India sebanyak 130 ribu kasus, China 70 ribu
kasus dan Federasi Russia sebanyak 60 ribu kasus. Sedangkan di
38-39).
data WHO (World Health Organization) dari 126 negara dengan 97%
perwatan untuk pasien TB berkisar US$ 100 – 1000 dan untuk pasien
108). Di indonesia sendiri dari 118 pasien TB, 26% mengaku kehilangan
B. Uraiaan Kasus
Rumah Sakit Dok II Jayapura dengan keluhan mencret 7 kali sejak siang
dari hasil anamnesis didapatkan volume tinja banyak dan berisi ampas,
cairan serta berlendir dan tidak berdarah, tidak disertai muntah. Tinja
berwarna kuning kehijauaan dan disertai batuk dan demam yang timbul
mg/12 jam iv, Parasetamol 135 mg/8 jam iv. Kemudian pasien di rawat
jakarta dari Rumah Sakit Dian Harapan untuk dilakukan biopsi dan
A. Demografi Pasien
3. Usia : 2 Tahun
yowee sentani
6. Nama Ayah : EA
7. Nama Ibu : HT
2016
III. TEMUAN KLINIS
A. Anamnesis
mencret 7 kali sejak siang dan batuk sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit.
respiratori lain yang dikeluhakan oleh orang tua dari pasien adalah
hari sebelum anaknya (pasien) masuk rumah sakit. Sesak nafas yang
di keluhkan oleh orang tua dari pasien tersebut terjadi saat anaknya
bahwa mencret yang terjadi pada anaknya, banyak dan berisi ampas
serta cairan tapi tidak disertai dengan darah. Selain keluhan tersebut,
orang tua dari pasien juga mengeluhkan feses pada anaknya berwarna
seperti demam yang telah terjadi tiga hari sebelum anaknya (pasien)
masuk rumah sakit, Orang tua pasien juga mengeluh bahwa anaknya
atas rujukan dari Rumah Sakit Dian Harapan untuk penanganan lebih
putrinya, dia mendapatkan sesuatu yang “ganjil” pada ketiak kiri dari
dengan obat yang sama dari Rumah Sakit Dian Harapan yaitu
sterptomisin dan OAT ( Obat Anti Tuberkulosis ) RHZ yang diberikan
FDC yang diberikan ada 2 jenis yaitu yang warna merah yang
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda – Tanda Vital
SpO2 : 99%.
2. Status Generalis
Kepala : Normochepali
Bening), Limfadenitis +
Refill Time)
3. Status Dehidrasi :
C. Pemeriksaan Penunjang
BTA +3
Pada Pewarnaan Gram
27/9/2016 ditemukan adanya bakteri
BTA Swab Luka
berbentuk batang dan bersifat
gram +
Tanggal
Nilai
Parameter
Normal
27/9/2016 11/10/2016 20/10/2016
RBC (106/mm3) 4,44 4,73 4,54 3,9 - 5,6
Hb (g/dL) 7,9 10,9 9,6 11,5 - 13,5
Hct (%) 28,5 35,6 30 34 – 40
MCV (fL) 64,2 75,3 66,1 79 - 99
MCH (pg) 17,8 23 21,1 27 - 31
MCHC (g/dL) 27,7 30,6 32 33 - 37
WBC (103/mm3) 21,96 6,65 25,4 6 - 17
Eosinofil (%) 0,3 8,9 0-4
Basofil (%) 0 0,8 0-1
Neutrofil (%) 62 44,7 92 46 - 73
Lymphosit (%) 31,4 36,1 7 17 - 48
Monosit (%) 6,3 9,5 4 - 10
3 3
Trombosit (10 /mm ) 118 273 174 150 - 450
LED (mm/jam) 59-88 8 - 15
Tanggal Tanggal
Parameter Parameter
12/10/2016 12/10/2016
Tanggal Foto
25/9/2016
Gambar 1. Foto Thorax AP (Anterior Posterior)
Keterangan :
Tanggal Foto
25/9/2016
Keterangan :
Kesimpulan :
(Tabel 7) pada pasien atas nama An. MA didapatkan TB paru aktif dan
A. Diagnostik
penunjang yang telah dilakukan maka diagnosa pada pasien atas nama
An. MA adalah :
B. Penalaran Diagnostik
bulan (fase awal 2 bulan dan fase lanjutan 10 bulan) terhitung dari
TTV
O
HR 132 x/menit, SpO2 99%
A
TB MDR dan Gizi Buruk Tipe Marasmus
Terapi :
Terapi medikamentosa :
a. Inj Sefotaksim 3 x 300 mg IV
21/10/2016 b. Inj Getamisin 64 mg/24 jam
c. Zink 20 mg (1 x1 ) tab
d. L-Bio 3 x ½ sachet
P e. Inf D12,5% 600cc/24 jam
Terapi nonmedikamentosa :
a. Pasang NGT
Monitoring :
S Panas, kurus
22/10/2016
A
TB MDR
Diare Akut
Terapi :
Terapi medikamentosa
a. Zink 1 x 20 mg
P Terapi nonmedikamentosa
a. Inf D12,5%
Monitoring :
TTV
RR 23 x/menit,
O
SB 37,80C.
Status Generalis :
A TB MDR
Marasmus
P Terapi :
Terapi medikamentosa :
Terapi nonmedikamentosa :
a. 8 x 60cc F75
TTV
SB 37,80C.
27/10/2016
A TB MDR
P Terapi :
Terapi medikamentosa
Terapi nonmedikamentosa
a. Minum 8 x 60 cc F75
b. Transfusi PRC 120 cc
VIII. DISKUSI DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
2014: 317).
Gambar 5. Mycobacterium tuberculosis
minimal 1 tahum .
tuberkulosis yaitu :
1. Mono resistance :
OAT
2. Poly resistance :
: Resisten
terhadap sekurang –
rifampisin.
(XDR) : TB MDR di
kedua.
1. Faktor Mikrobiologik
c. Amplifer effect
d. Virulensi kuman
2. Faktor Klinik
Penyelenggara Kesehatan
a. Keterlambatan diagnosis
Obat
c. Obat tidak dapat diserap dengan baik misalnya jika ada diare
d. Kualitas obat kurang baik misalnya penggunaan obat kombinasi
g. Pengadaan terputus
Pasien
f. Masalah sosial
3. Faktor Program
b. Amplifier effect
4. Faktor HIV/AIDS
b. Gangguan penyerapan
5. Faktor Kuman
a. Sangat virulen
katG, Katalase/peroksidase
Isoniazid inhA enoyl reduktase
ahpC alkyl hydroperoxide reductase
Rifampisin rpoB β-subunit RNA polymerase
Pirazinamid pncA Pyrazinamidase
rpsL S12 ribosomal protein
Streptomisin rrs 16A rRNA
gidB 7-methylguanosine methytransferase
Etambutol embB Arabinosyl transferase
floroquinolone gyrA/gyrB DNA gyrase
Kanamisin/Amikasin rrs 16S rRNA
Kapreomisin tlyA rRNA methyltransferase
Etionamid inhA Enoyl-ACP reductase
Asam para-amino
thyA Thymidylate synthase A
salisilat
dahulu dibahas tentang cara diagnosis TB, karena dapat menjadi acuan
1. Gejala Klinis
a. Gejala Respiratori :
Sesak nafas
869).
Nyeri dada
869).
b. Gejala sistemik :
Demam
Gejala TB ektraparu
2. Pemeriksaan Fisik
a. Demam
b. Konjungtiva anemis
basah/kasar/nyaring.
melemah
3. Pemeriksaan Bakteriologi
a. Pemeriksaan mikroskopis
(ZN).
rhodamin
negatif.
(1+).
(2+)
Ziehl-Nielsen
cara:
Biakan
BACTEC.
Gambar 9. Mycobacterium tuberculosis Pada Kulur LJ
Uji molekular
Spoligotyping
MIRU/VNTR Analysis
PGRS RFLP
Uji lainnya
4. Pemeriksaan Radiologi
lain atas dasar indikasi yaitu foto lateral, top-lordotic, oblik atau CT-
Fibrotik
Kalsifikasi
serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan
(KGB).
paru terbuka.
Biopsi atau aspirasi pada lesi organ di luar paru yang dicurigai
indikator yang spesifik untuk TB. Laju endap darah (LED) jam
2011: 18).
kategori 1 dan 2.
dibangsal TB MDR.
i. TB HIV.
pemeriksaan yaitu :
lakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Jika hasil uji kepekaan
A.5 Tatalaksana TB
produktivitas.
Mencegah kematian karena penyakit TB aktif atau efek lainnya.
Mencegah kekambuhan
A.5.1 Medikamentosa
obat secara teratur dalam jangka waktu yang cukup lama, oleh karena itu
Rifampisin (R)
Isoniazid (H)
Pirazinamid (Z)
Etambutol (E)
Streptomisin (S)
Berikut obat-obatnya :
Kanamisin
Kapreomisin
Amikasin
Kuinolon
Sikloserin
Etionamid / protionamid
bulan pertama) dan dilanjutkan dengan dua macam obat pada fase
lanjutan (4 bulan atau lebih). Pemberian paduan obat ini bertujuan untuk
hari, bukan dua atau tiga kali dalam seminggu. Hal ini bertujuan untuk
obat tidak ditelan setiap hari. Saat ini paduan obat yang baku untuk
dan pirazinamid. Pada fase intensif digunakan ketiga jenis obat tersebut,
seperti TB milier, meningitis TB, TB sistem skletal dan lain – lain, pada
(pada trimester I
bersifat teratogenik.
Mayor
Rifampisin
pada trimester III
(R) 1. Gatal dan kemerahan, sehingga diberikan
dapat menyebabkan
antihistamin dan evaluasi ketat.
perdarahan neonatal)
2. Ikterik/hepatitis imbas obat, tatalaksananya
yaitu hentikan semua obat OAT sampai
ikterik menghilang, boleh diberi
Keamanan hepatoprotektor.
kehamilan : C 3. Muntah dan bingung, tatalaksananya
hentikan semua OAT dan lakukan uji fungsi
hati .
4. Kelainan sistemik, termasuk stok dan
purpura, tatalaksananya yaitu rifampisin
harus dihentikan
hati disebabkan
terapi isoniazid.
Mayor
Mayor
Mayor
Mayor
2014: 830).
Golongan 5
1. Clofazim 4. Tioacetazon
Obat yang belum terbukti 2. Linezolid 5. Clarithromycin
efikasinya dan tidak 3. Amoksisilin- 6. Imipenem
direkomendasikan oleh WHO klavulanat
1. Kategori I
Tabel 13. Dosis Paduan OAT Kombinasi Dosis Tetap (KDT) Kategori 1
150/75/400/275 150/75/400
150/150/500 150/75 150/150/500
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5
2. Kategori II
Paduan ini untuk pasien BTA (+) dan telah diobati sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien default
untuk fase intensif selama menunggu hasil uji resistensi. Jika hasil
sudah ada, untuk fase lanjutan mengikuti hasil uji resistensi tersebut.
Bila tidak ada uji resistensi, diberikan 5RHE. Untuk kasus gagal
2 bulan
4 bulan
Berat Badan (kg) RHZ (75/50/150 mg)
RH (75/50 mg)
Catatan :
R : Rifampisin
H : Isoniazid
Z : Pirasinamid
4. Penatalaksaan TB MDR
Berdasarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2011 :
Kelompok 3 : Fluorokuinolon.
Ofloksasin (Ofx).
yang sama
6Z-(E)-Kn-Lfx-Eto-Cs/18Z-(E)-
Lfx-Eto-Cs
Z : Pirazinamid
E : Etambutol
Kn : Kanamisin
A.4.3 Nonmedikamentosa
a. Terapi nutrisi
sehari.
b. Terapi pembedahan
banyaknya OAT yang bersifat bakterisid maka terapi ini sudah mulai
Indikasi mutlak
Pasien batuk darah yang masif dan tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif.
Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat
Indikasi relatif
Bronkoskopi
Punksi pleura
d. Pendekatan DOTS
ini telah dilakukan sejak tahun 1995 (Kartasasmita., Basir, 2015: 223).
dukungan dana.
terjamin.
a. Evaluasi klinis
29).
Hasil Definisi
Sembuh
1. Pasien dengan hasil sputum BTA atau kultur positif
sebelum pengobatan, dan hasil pemeriksaan sputum
BTA atau kultur negatif pada akhir pengobatan serta
sedikitnya satu kali pemeriksaan sputum sebelumnya
negatif.
2. Pada foto thoraks, gambaran radiologi serial (minimal 2
bulan) tetap sama/perbaikan.
3. Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan
negatif.
Pengobatan
Jumlah pasien yang sembuh ditambah pengobatan lengkap
Sukses/berhasil
evaluasi yang tidak rutin. Pada pasien tersebut resistensi rifampisin yang
pengobatan yang terjadi pada pasien ini didasarkan pada evaluasi yang
telah dilakukan pada bulan terakhir masa pengobatan, dimana pada
lapang pandang paru atas sampai bawah kanan, dan efusi pleura
adanya TB paru yang aktif setelah diobati dengan obat anti tuberkulosis.
pengobatan, yaitu ketika penyakit sudah masuk ke fase lanjut, salah satu
evaluasi yang dilakukan pada fase lanjut tersebut adalaha BTA Swab
bulan dan fase lanjutan 10 bulan) terhitung dari tanggal 24 Oktober 2015
terhadap rifampisin.
merupakan salah satu OAT lini pertama yang sangat penting. Berikut
TB.
lapang pandang paru atas sampai bawah kanan, selain itu juga
akhir masa pengobatan OAT yaitu pada bulan ke 12 dan hasil yang di
lebih 12 bulan.
c. Pemeriksaan Sputum
merupakan salah satu obat terpenting pada obat anti tuberkulosis lini
besar.
(fase awal 2 bulan dan fase lanjutan 10 bulan) terhitung dari tanggal 24
A. Kesimpulan
cenderung jarang terjadi dan Sebagian besar strain yang resisten terhadap
maupun evaluasi yang tidak rutin. Pada pasien ini evaluasi yang
dehidrasi ringan sedang dan gizi buruk tpe marasmus. Oleh karena itu
tatalaksana yang diberikan pada pasien ini juga mencakup terapi pada
penyakit penyerta.
B. Saran
baik pada saat menjalani pengobatan maupun ketika telah sembuh dari
penyandang TB.
sembuh harus juga harus di evaluasi lebih lanjut hal ini dimaksudakn
menciptkan suatu relasi yang baik antara pasien, keluga pasien dan
tenaga medis.
DAFTAR PUSTAKA
Bahar Asril., Amin Zulkifli. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi VI Jilid I.
Da Silva Pedro Eduardo Almeida., Palomino Juan Carlos. 2011. Molecular basis and
Kartasasmita Cissy B., Basir Darfioes. 2015. Buku Ajar Respirologi Anak:
Kumar Vinay., Abbas Abul K., Fausto Nelson. 2009. Robbins & Cotran Dasar
Patologis Penyakit, Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 392.
Tiemersma, Edine W., Collins David., Van De Hof Susan. 2014. Summary report:
Wardhani Dyah Paramita., Uyainah Anna. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi IV
World Health Organization Regional Office for South-East Asia. 2015. Tuberculosis
Control in the South-East Asia Region: Annual Report 2015. WHO Publication.
Hal: 9.